ADITYA ANUGRAH
D621 15 003
GOWA
2017
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Percobaan 2
1.4. Manfaat Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Shaking Table 3
2.2. Material Pasir Besi 5
2.3. Konsentrasi Gravitasi 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 9
3.1. Alat dan Bahan 9
3.2. Prosedur Percobaan 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18
4.1. Hasil 18
4.2. Pengolahan Data 18
4.3. Pembahasan 19
BAB V PENUTUP 21
5.1. Kesimpulan 21
5.2. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Shaking Table 4
Gambar 2.3 Mekanisme Pemisahan Shaking Table 5
Gambar 3.1 Timbangan Digital 9
Gambar 3.2 Shaking Table .......................................................................... 9
Gambar 3.3 Kuas ......................................................................................... 10
Gambra 3.4 Nampan ..................................................................................... 10
Gambar 3.5 Kaos Tangan .............................................................................. 10
Gambar 3.6 Kompresor ................................................................................. 11
Gambar 3.7 Wajan ....................................................................................... 11
Gambar 3.8 Baskom .................................................................................... 11
Gambar 3.9 Spidol ....................................................................................... 12
Gambar 3.10 Kantong Sampel ......................................................................... 12
Gambar 3.11 Kertas ....................................................................................... 12
Gambar 3.12 Masker ...................................................................................... 13
Gambar 3.13 Pasir Besi .................................................................................. 13
Gambar 3.14 Penyiapan Alat yang Digunakan ................................................... 13
Gambar 3.15 Proses Penimbangan Umpan ....................................................... 14
Gambar 3.16 Proses Pembersihan Alat menggunakan Kompresor ....................... 14
Gambar 3.17 Proses Pemindahan Material ....................................................... 14
Gambar 3.18 Proses Pemisahan Material........................................................... 15
Gambar 3.19 Proses Pengambilan Material........................................................ 15
Gambar 3.20 Proses Pemisahan Konsentrat ...................................................... 15
Gambar 3.21 Proses Pengeringan Konsentrat .................................................... 16
Gambar 3.22 Proses Pemisahan Middling .......................................................... 16
Gambar 3.23 Proses Pemisahan Tailing ............................................................ 16
Gambar 3.24 Proses Pemindahan Material ke Kantong Sampel ........................... 17
Gambar 3.25 Produk Konsentrat ..................................................................... 17
iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 4.1 Hasil Percobaan ............................................................................... 18
v
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya dalam meningkatkan mutu dan kadar suatu bijih telah banyak dilakukan
dalam industri pertambangan. Pengolahan Bahan Galian (ore dressing) adalah suatu
proses pengolahan bijih (ore) secara mekanik sehingga mineral berharga dapat
dipisahkan dari mineral pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimia-
fisika permukaan mineral. Bijih yang sedang diolah akan dapat ditingkatkan kadarnya,
sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh keuntungan seperti
mengurangi ongkos transport dari tempat pengolahan sampai tempat peleburan,
mengurangi biaya peleburan, dan mengurangi bahan imbuh (flux) selama peleburan,
karena semakin tinggi kadar bijih berarti kadar mineral pengotor semakin kecil, sehingga
flux yang dibutuhkan juga semakin sedikit. Pemisahan material dapat dilakukan melalui
proses reduksi ukuran material seperti crushing dan grinding, pemisahan berdasarkan
ukuran seperti sieving dan clasifying, pemisahan berdasarkan kemampuan daya tarik
magnet seperti magnetic separator, pemisahan berdasarkan kemampuan material dalam
menghantarkan listrik seperti electrostatic separation, dan pemisahan berdasarkan berat
dari maretial seperti jigging dan shaking table.
Pemisahan material yang didasarkan pada perbedaan berat jenis atau
konsentrasi gravitasi dapat dilakukan menggunakan beberapa metode dan alat yang
berbeda. Salah satu dari metode pemisahan berdasarkan konsentrasi gravitasi adalah
shaking table. Pada pemisahan menggunakan alat ini, material yang berat atau
konsentrat akan terpisah dari material ringan yang berupa tailing. Prinsip pemisahannya
dilakukan dengan gaya gerak pada dek dan gaya dorong dari air yang dialirkan di bagian
atas alat sehingga material yang lebih ringan akan mudah terbawa oleh air bila
dibandingkan material berat. Untuk memahami pemisahan dengan shaking table maka
dilakukan praktikum pengolahan bahan galian dengan menggunkan alat shaking table.
Rumusan masalah yang menjadi dasar percobaan praktikum shaking table adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana gaya yang bekerja pada shaking table?
1
2. Bagaimana prinsip kerja dari alat shaking table?
3. Bagaimana perbandingan antara konsentrat, middling, tailing dan loss material
pada percobaan shaking table?
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan shaking table dalam pengolahan
antara lain:
1. Mengetahui gaya yang bekerja pada shaking table.
2. Mengetahui prinsip kerja dari alat shaking table.
3. Mengetahui perbandingan antara konsentrat, middling, tailing dan loss material
pada percobaan shaking table.
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan percobaan shaking table ini sebagai
berikut:
1. Memahami konsep gaya yang bekerja pada shaking table?
2. memahami prinsip kerja dari alat shaking table?
3. memperoleh hubungan antara kecepatan aliran air dengan nilai recovery dan
nisbah konsentrasi dari penggunaan shaking table?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Macam Meja Goyang yang lain adalah Willey Table, Butcher Table, Card Tabel,
Card Field Table, Plat of Table, dan Dister Diagonal Overslorm Table. Meja Goyang Willey
Tabel terdiri dari deck berbentuk segi empat dan headmotion sebagai penggeraknya.
Ketinggian riffle minimal feed dan lebar feed. Meja Goyang Bucher Table
mempunyai bentuk hampir sama dengan Willey, tapi memiliki watch plinger untuk
mencuci. Posisi riffle terbagi menjadi zone stratifikasi, cleaning zone dan dischange
zone. Mekanisme kerjanya, material bergerak ke kiri dan air bergerak ke kanan, sehingga
material ringan akan terbawa arus air sedang material berat akan berjalan terus. Meja
Goyang Card Table yakni meja goyang dengan riffle dibuat dengan mengerat deck
dengan bentuk segitiga dan head motion. Meja goyang Dister Diagonal Overslorm Table
yakni meja goyang dengan berbentuk deck rombahedral. Pemisahan antara konsentrat,
middling dan tailing tidak jelas / berdekatan sekali. Meja goyang Card Field Table yakni
meja goyang dengan berbentuk Wafley Table yang ditutupi seluruhnya oleh riffle,
sedangkan meja goyang plat of table meja goyang yang mempunyai ciri utama di atas
deck ada tiga macam riffle dan terdapat tiga zona dari riffle yaitu zone stratifikasi, zone
Intermediate Plan dan zone lipper (Rizky, 2011).
4
Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran
partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama
akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Apabila specific gravity berbeda maka gaya
gesek pada partikel berat akan lebih besar dari pada partikel ringan.
Adanya pengaruh gaya dari aliran menyebabkan partikel ringan akan terdorong
atau terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran air. Gerakan relatif horizontal
dari motor menjadikan partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan
dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk
turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada di atas dan
partikel berat relatif di bawah.
Aliran air membawa material pada meja sambil melalui riffles dengan arah aliran
tegak lurus terhadap arah umpan. Partikel akan tertahan oleh riffles dan terjadi proses
pemisahan pada partikel berat yang tertahan di permukaan meja. Partikel ringan akan
terbawah oleh aliran air melewati tiap riffles menuju ke tempat penampungan tailing.
Guncangan pada meja mengakibatkan partikel berat bergerak horizontal searah dengan
riffles menuju ke tempat penampungan konsentrat (Erik, 2015).
Pasir merupakan bahan alam yang tersedia sangat melimpah di Indonesia. Selama
ini pasir hanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, padahal pasir banyak
mengandung mineral berharga yang mengandung unsur besi, titanium dan unsur lainnya
yang bisa dimanfaatkan untuk bahan industri. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan
semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida
(CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang
5
mengandung unsur Fe (Afdal, 2012).
Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit),
yang terdapat di sepanjang pantai. Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran
oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung
mineral besi seperti Magnetit, Ilmenit, Oksida Besi, kemudian terakumulasi serta tercuci
oleh gelombang air laut (Tim PSDG, 2005).
Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.
Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi
laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk
karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan endapan
pasir besi meiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya
(Rizky, 2011).
Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain batu
kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang
mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe.
Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti Magnetit
(Fe3O4), Hematit ( - Fe2O3), dan Maghemit (- Fe2O3) (Afdal, 2012).
Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis,
Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa
Selatan), NTT (Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya pasir
besi terdapat di pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan
pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuan yang bersifat andesitik
hingga basalitik (Hilbert, 2012).
Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian berlanjut
ke proses fisika, yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara
berulang-ulang, pemindahan karena ombak atau arus, dan terjadi pengendapan
disepanjang pesisir pantai yang mengandung Fe (besi) yang menurut beberapa penilitian
kandungan tersebut datang dari batuan basalitik dan andesitik vulkanik. Kandungan
pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti (Hilbert, 2012):
1. Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi
2. Faktor fisika dan kimia (suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah
laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material)
6
3. Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir
besi
Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi
karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari
batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral
Magnetit, Ilmenit, Hematit, Titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum
berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara lain
adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).
konsentrasi gravitasi adala salah satu tahap operasi dalam pengelolahan bahan
galian yang operasinya mempergunakan sifat perbedaan densitas dari mineral-mineral
yang akan dipisahkan. Saat ini proses pemisahan secara gravitasi masih tetap digunakan
terutama untuk endapan plaser (timah, emas, pasir besi, dll). Metode ini bekerja
berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara mineral berharga dengan mineral
gangue. Umumnya mineral-mineral bijih (berharga) memiliki berat jenis yang tinggi,
sedangkan mineral tidak berharga berat jenisnya rendah (Sufriadin, 2016).
Konsentrasi gravitasi merupakan pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya
dalam suatu medium fluida dengan menggunakan perbedaan kecepatan pengendapan.
Berdasarkan gerakan fluida, terdapat beberapa cara untuk melakukan pemisahan secara
gravitasi yaitu (Supriadin, 2016):
a. Fluida tenang, contoh: DMS (Dense Medium Separator).
b. Gerak fluida horisontal, contoh: sluice box, shaking table, dan spiral concetrator.
c. Aliran fluida vertikal, contoh: jigging.
Konsentrasi gravitasi pada mineral-mineral yang mempunyai perbedaan masa jenis
yang mencolok sehingga terjadi kelompok mineral dengan masa jenis tinggi dan
kelompok mineral dengan masa jenis rendah, dan salah satu dari mineral tersebut akan
menjadi konsentrat (Sufriadin, 2016).
Estimasi/perkiraan apakah konsentrasi gravitasi dapat diterapkan untuk
memisahkan mineral-mineral yang mempuyai perbedaan berat jenis serta selang ukuran
yang bisa dipakai, dapat diperkirakan dari kriteria konsentrasi dari Taggart. Kriteria
tersebut dirumuskan secara empirik sebagai perbandingan antara berat jenis material
berat (B) dikurangi berat jenis fluida dengan berat jenis material ringan (R) dikurangi
fluidanya (Sufriadin, 2016).
7
B
Kriteria Konsentrasi (KK) =
C
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, akan diperoleh nilai KK. Bila
nilai KK >2,5 atau <-2,5, maka pemisahannya mudah dilakukan untuk berbagai ukuran
halus sekalipun. Apabila nilai KK sama dengan 2,5-1,75 pemisahan material dilakukan
secara efektif sanpai ukuran 100 mesh. Bila KK sama dengan 1,75-1,50 pemisahan masih
memungkinkan sampai ukuran 10 mesh tetapi sukar dilakukan. Apabila KK sama dengan
1,50-1,25 pemisahan masih memungkinkan untuk ukuran inci akan tetapi sukar
dilakukan, dan yang terakhir apabila nilai KK < 1,25 proses yang terjadi relatif tidak
mungkin, namun masih bisa memungkinkan dengan modifikasi gaya berat
(sufriadin,2016).
Terdapat beberapa efek yang mempengaruhi proses pemisahan, antara lain yaitu
(Sufriadin, 2016):
a. Frekuensi stroke
b. Selang ukuran mineral-mineral yang akan dipindahkan
c. Ukuran, bentuk, BJ mineral
d. Densitas ukuran bed, tebal bed
e. Ukuran lubang screen
f. Keepatan hydraulic water.
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung ialah
sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung ialah sebagai
berikut:
1. Timbangan digital
Timbangan digital yang digunakan pada saat praktikum memiliki fungsi yaitu
untuk menimbang sampel batuan pada saat praktikum berlangsung.
2. Shaking Table
Shaking table merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan konsentrat,
middling dan tailing dari pasir besi. Alat ini digunakan untuk melakukan proses
pemisahan menggunakan metode konsentrasi gravitasi. Alat ini memisahkan
material dengan bantuan air.
9
3. Kuas
Kuas pada praktikum kali ini memiliki fungsi yaitu digunakan untuk
membersihkan sisa-sisa batuan atau material yang terdapat pada nampan atau
timbangan.
4. Nampan
Nampan pada praktikum kali ini dapat digunakan dan berfungsi sebagai wadah
penyimpanan untuk sampel atau batuan ketika akan ditimbang.
5. Kaos Tangan
Kaos tangan merupakan salah satu kebutuhan di dalam bidang kerja termasuk
saat praktikum. Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda
tajam atau mencegah terjadinya cidera.
10
6. Kompresor
Kompresor pada praktikum kali ini digunakan sebagai alat untuk membersihkan
alat-alat grinding dan sieving lainnya dari debu-debu.
7. Wajan
Wajan merupakan salah satu jenis peralatan yang digunakan pada praktikum kali
ini. Alat ini digunakan sebagai tempat atau wadah penyimpanan material dari
nampan sebelum material masuk ke alat shaking table.
8. Baskom
Baskom berfungsi untuk penampungan air atau sebagai wadah penyimpanan air
yang digunakan selama proses pemisahan berlangsung.
11
9. Spidol
Spidol pada praktikum kali ini digunakan sebagai alat tulis pada saat praktikum.
11. Kertas
Kertas pada praktikum kali ini digunakan sebagai bahan untuk menulis hasil
pengukuran pada praktikum.
12
12. Masker
Masker berfungsi sebagai bahan yang digunakan untuk melindungi pernapasan
dari bahaya debu yang akan masuk ke hidung.
3.1.2 Bahan
Bahan berupa pasir besi yang berfungsi sebagai sampel pada saat praktikum
shaking table berlangsung. Pasir besi yang digunakan tiap kelompoknya yaitu
sebanyak 10 kg.
13
2. Menimbang feed berupa pasir besi hingga beratnya mencapai 10 kg.
Penimbangan ini dilakukan sebanyak 4 kali di mana dalam 1 kalinya seberat
2.500 gram.
14
5. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed ke dalam kotak slurry feed dibagian tepi
atas shaking table. Pada saat yang bersamaan diperlukan juga adanya air yang
mengalir selama proses pemisahan berlangsung.
7. Memisahkan produk hasil shaking table dari air yang berada di dalam ember.
Pemisahan ini dilakukan untuk hasil dari tiap konsentrat, middling, dan tailing.
Berikut merupakan proses pemisahan produk hasil shaking table berupa
konsentrat
15
8. Mengeringkan produk konsentrat yang masih basah dengan bantuan sinar
matahari.
9. Memisahkan produk hasil shaking table dari air yang berada di dalam ember.
Pemisahan ini dilakukan untuk hasil dari tiap konsentrat, middling, dan tailing.
Berikut merupakan proses pemisahan produk hasil shaking table berupa middling
yang didapatkan.
10. Memisahkan produk hasil shaking table dari air yang berada di dalam ember.
Pemisahan ini dilakukan untuk hasil dari tiap konsentrat, middling, dan tailing.
Berikut merupakan proses pemisahan produk hasil shaking table berupa tailing
16
11. Memasukkan material middling dan tailing yang didapatkan pada proses
pemisahan ke dalam kantong sampel.
12. Menimbang berat sampel yang telah dikeringkan dan mencatat hasilnya.
17
BAB IV
4.1. Hasil
Data hasil percobaan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara IV Shaking Table
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan.
Feed (gr) Konsentrat Middling (gr) Tailing (gr) Loss (gr)
(gr)
10.000 1.903,0 6.520.7 1.135,6 440.7
Data yang diperoleh dari proses pemisahan dengan menggunakan alat shaking
table, maka dilakukan pengolahan data agar hasilnya dapat dianalisis lebih lanjut. Berikut
adalah pengolahan data dari percobaan proses shaking table:
4.2.1 Persen Berat
F = C+T
F = Konsentrat + (Middling + Tailing)
F = 1.903,0 gram + (6.520,7 gram + 1.135,6 gram)
F = 1.903,0 gram + ( 7.656,3 gram)
F = 9.559.3 gram
Berat yang hilang = Feed F
Berat yang hilang = 10.000 gram 9.559.3 gram
Berat yang hilang = 440.7 gram
18
% Konsentrat = 19,03%
% = x 100%
1.135,6 gram
% = x 100%
10.000 gram
% = 11,356%
% = x 100%
6.520,7 gram
% = x 100%
10.000 gram
% = 65,207 %
4.2.2 Recovery
C .c
R= x 100%
F .f
% Konsentrat
R= x 100%
( % + % )
19,03%
R= x 100%
(11,356% + 65,207 % )
19,03%
R= x 100%
76.563
R = 24.85 %
4.2.3 Nisbah Konsentrasi
F
K=
C
10.000 gram
K=
1.903,0 gram
K = 5,25
4.3. Pembahasan
19
dan banyak yang jatuh di luar bak. Saat proses pembuangan dan pemisahan air dari
materialnya, banyak material yang terbawa oleh air sehingga mengakibatkan
berkurangnya berat dari umpan awal. Pada proses pengeringan material sebelum
ditimbang, material juga hilang diakibatkan oleh angin pada penjemuran secara
langsung di alam terbuka.
Setelah proses pengeringan dilakukan perhitungan untuk mengukur berapa
banyak material-material yang diperoleh. Persen berat material yang hilang akibat
kesalahan pada praktikum yaitu sebesar 4,407 %. Persen berat konsentrat diperoleh
dengan membagi berat konsentrat dengan umpan yang dimasukan, nilai yang diperoleh
sebesar 19,03 %. Sedangkan untuk persen berat tailing diperoleh dengan menjumlahkan
material middling dan tailing yaitu sebesar 76,563 %.
Nilai dari recovery diperoleh dengan membagi persen berat konsentrat dengan
persen berat tailing. Nilai recovery yang diperoleh yaitu sebesar 24,85 %. Hasil ini
termasuk rendah, karena pasir yang digunakan merupakan pasir yang diperoleh
dipermukaan dengan kedalaman kurang dari 50 cm. Hal ini mengkibatkan pasir pada
bagian ini memiliki kandungan besi yang rendah, karena material besi memiliki berat
jenis yang lebih besar bila dibandingkan dengan material disekitarnya sehingga pasir
dengan konsentrasi besi yang tinggi akan banyak diperoleh pada kedalaman sekitar 4
meter. Nilai nisbah konsentrasi diperoleh dengan membagi jumlah feed yang di gunakan
dengan jumlah konsentrat yang diperoleh. Nilai dari nisbah konsentrasi yang diperoleh
adalah 5,25.
20
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengolahan bahan galian dengan alat shaking table
adalah sebagai berikut:
1. Gaya-gaya yang bekerja pada meja goyang antara lain gaya dorong alir dan gaya
gesek.
2. Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran
partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis.
3. Aliran air dan kemiringan dari alat mempengaruhi nilai recovery dan nisbah
konsentrasi.
5.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, dan Lusi N., 2012. Karakterisasi Sifat Magnet Dan Kandungan Mineral Pasir Besi
Sungai Batang Kuranji Padang Sumatera Barat. Vol. 4, No. 1.
Andra, 2011. Pengolahan Bijih Mineral dengan Meja Goyang. https://andra.Biz/
pengolahan-bijih-mineral-dengan-meja-goyang-shaking-table/. Diakses tanggal 3
Desember 2016.
Grewal, Ish, 2015. Introduction To Mineral Processing. http://met-solvelabs.com/library/
Artides/mineral-processing-introduction. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
Malada, Hilbert P. Dkk., 2012. Teknologi Pengolahan Material-Pasir Besi. Surabaya: ITS.
Moetamar. 2008. Eksplorasi Umum Pasir Besi Di Daerah Kabupaten Jeneponto, Provinsi
Sulawesi Selatan. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.
Munaf, Yulman, 2012. Pengujian Tailing dan Shaking Table untuk Mengkaji Stabilitas
Dinding Penahan Tanah Akibat Beban Gempa. Jurnal Artikel, Vol. 12, No. 3.
Rizky, 2011. Peningkatan Kadar Konsentrasi. Materi Kuliah Pertambangan dan Geologi.
Diakses tanggal 4 Desember 2016.
Sandgren, Erik, dkk. 2015. Basics In Minerals Processing. Edisi 10. English: Metso
Corporation.
Sufriadin. 2016. Pengolahan Bahan Galian. Gowa: Universitas Hasanuddin.
Tim PSDG, 2005. Pedoman Teknis Eksplorasi Pasir Besi. Bandung: Pusat Sumber Daya
Geologi.
22