Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH GIZI & KESEHATAN

“MINERAL”

Dosen Pengampuh:

Dr. Drs. A. Mushawwir Taiyeb, M. Kes.

Oleh Kelompok 5 :
Nur Khilal Wesra (210107501012)

Nur Mutmainna AR (210107500012)

Anisawati (210107501027)

Alma Dwi Wardana (210107502040)

Seruni Nur Afni (210107502001)

Pendidikan Biologi C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga Penulis bisa menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “ MINERAL ” ini yang diberikan oleh Pak Dr. Drs. A.
Mushawwir Taiyeb, M. Kes., sebagai Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Gizi dan
Kesehatan.
Dalam makalah ini dijabarkan beberapa unsur-unsur mineral, klasifikasi
mineral, sifat-sifat fisik mineral serta peran mineral bagi manusia.
Kami menyadari dan menginginkan banyak kritikan dan saran yang
membangun dari teman-teman sekalian sehingga kami bisa memperbaiki ataupun
mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam penyusunan tugas makalah
ini dan menjadi pelajaran tersendiri bagi kami dalam penyusunan tugas makalah
selanjutnya.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat !!

Makassar, Maret 2024


Penulis,

i
DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………………………………..
Kata Pengatar…………………………………………………………………………..i

Daftar Isi………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..2

1.3 Tujuan……………………………………………………………………….2

1.4 Manfaat……………………………………………………………………2-3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...4

2.1 Pengertian Mineral dan Kasifikasi Mineral………………………………4-5

2.3 Sifat Fisik Mineral……………………………………………………….5-22


2.4 Mineral Makro dan Mineral Mikro…………………………………….22-23
2.5 Peran Mineral Dalam Tubuh Manusia………………………………….….24
2.6 Penyakit Jika Kekurangan dan Kelebihan Mineral…………………….24-26

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….27

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….27-29

3.2 Saran…………………………………………………………………...27-29

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah
mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat
yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik
biasanya tidak termasuk). Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat
dalam tubuh manusia. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat di
perlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin,
juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Berdasarkan susunan kimia dan
struktur kristalnya, maka mineral-mineral yang terdapat di alam dapat
diklasifikasikan menjadi 8 kelas, yaitu : elemen native, sulfida, oksida dan hidroksida,
halida, karbonat, sulfat, fosfat, dan silikat yang kesemuanya memiliki derivatnya,
susunan kimia serta struktur kristalnya yang unik sehingga menjadikannya berbeda
serta memliki sifat-sifat fisik yang berbeda pula antara mineral yang satu dengan
yang lainnya .
Terdapat sekitar 21 macam mineral yang diperlukan oleh tubuh, termasuk
cromium (Cr) dan silicon (Si) yang dahulu dianggap sebagai kontaminan. Kira-kira
6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral merupakan bagian dari
tubuh dan memegang peran penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Tubuh
mempunyai beberapa cara mengontrol kadar mineral di dalamnya, yaitu dengan cara
mengatur jumlah yang diserap dari saluran pencernaan, dan mengatur jumlah mineral
yang ditahan oleh tubuh.
Berdasarkan dari kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 kelompok yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan dengan jumlah > 100
mg per hari sedangkan mineral mikro dibutuhkan dengan jumlah <100 mg per hari.
Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-

1
2

masing seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang & gigi,
natrium berfungsi dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang
berfungsi untuk memperlancar peredaran darah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1) Apa itu mineral ?
2) Bagaimana klasifikasi mineral?
3) Apa saja sifat-sifat fisik suatu mineral?
4) Apa itu mineral makro dan mineral mikro ?
5) Apa saja peran dari beberapa mineral makro dan mineral mikro dalam tubuh
manusia ?
6) Penyakit apa yang ditimbulkan jika kelebihan dan kekurangan mineral dalam
tubuh ?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu:
1) Untuk mengetahui apa itu mineral serta klasifikasinya
2) Untuk mengetahui sifat-sifat fisik suatu mineral?
3) Untuk mengetahui apa itu mineral makro dan mineral mikro
4) Untuk mengetahui peran dari beberapa mineral makro dan mineral mikro dalam
tubuh manusia
5) Untuk mengetahui penyakit apa saja yang ditimbulkan jika kelebihan dan
kekurangan mineral
1.3 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini yaitu :
1) Dapat mengetahui pengertian tentang mineral dan klasifikasinya
2) Dapat mengetahui sifat-sifat fisik suatu mineral
3) Dapat mengetahui penjabaran mengenai mineral makro dan mineral mikro
4) Dapat mengetahui peran mineral makro dan mikro dalam tubuh manusia
3

5) Dapat mengetahui penyakit yang muncul jika kelebihan dan kekurangan mineral
dalam tubuh
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mineral


Mineral adalah suatu zat (fasa) padat yang terdiri dari unsur atau pesenyawaan
kimia yang di bentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-
sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara
beeraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur Kristal. Selain itu, kata mineral
juga mempunyai banyak arti, hal ini bergantung darimana kita meninjaunya. Mineral
dalam arti farmasi lain dengan pengertian mineral di bidang geologi. Istilah mineral
dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat
fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari
berbagai unsure kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang
teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai
sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik
(Murwanto, Helmy, dkk. 1992).
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi
perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum
untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

4
5

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam
dan bukan hasil suatu kehidupan.
Sebagian mineral-mineral ini terdapat dalam keadaan padat, akan tetapi dapat
juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral-mineral padat
itu biasanya terdapat dalam bentuk-bentuk Kristal, yang agak setangkup, dan yang
pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang-bidang datar. Bidang-bidang geometri ini
memberi bangunan yang tersendiri sifatnya pada mineral yang bersangkutan. Minyak
bumi misalnya adalah mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah mineral
dalam bentuk gas. Sebagian dari mineral dapat juga dilihat dalam bentuk amorf,
artinya tidak mempunyai susunan dan bangunan kristal tersendiri. Pengenalan atau
determinasi mineral-mineral dapat didasarkan atas berbagai sifat dari mineral-mineral
tersebut.

2.2 Klasifikasi Mineral


Sistematika dan klasifikasi mineral yang umum digunakan adalah klasifikasi
Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang mendasarkan pada kemiripan
komposisi kimia dan struktur Kristal karena analisis struktur Kristal dengan sinar X
berdasarkan hukum fyodorov telah membuktikan adanya hubungan anatara
komposisi kimia dengan struktur Kristal. Dana membagi mineral menjadi 8
kelompok sebagai berikut:
a. Elemen native (Unsur Murni)
Elemen native atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak
akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral elemen native ini
terdiri dari tiga bagian yaitu:
6

1) Logam/Metal, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah :


Cooper (Cu), Gold (Au), Silver (Ag), Platinum (Pt), Nicel-Iron (Ni-Fe),
Mercury (Hg). Unsur-unsur bersifat sangat padat, lunak, dapat ditempa.
Perawakannya (yang umum ditemui) berbentuk masif-dendritik; bidang
belahan yang jelas jarang ditemui; merupakan penghantar listrik yang baik.
Pada umumnya sistem kristal adalah isometrik.
2) Semi Logam, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah :
Arsenic (As), Antimony (Sb), Bismuth (Bi). Merupakan penghantar listrik
yang kurang baik; biasanya terdapat pada massa nodular. Pada umumnya
sistem kristal adalah Heksagonal.
3) Non Logam, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah :
Sulfur (S), dan Carbon (C), Diamond (C), Graphite (C). Tidak dapat
menghantarkan arus listrik; berwarna transparant (jernih dan jelas) hingga
transculent (tembus cahaya) dan cenderung mempunyai nidang belahan
kristal yang jelas. Sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem
kristalnya orthorhombik, intan sistem kristalnya isometrik, dan graphite
sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-
mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik


Elemen native Tidak ada anion

Contoh : Emas Au

b. Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S 2-). Pada umumnya
unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
7

terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh
sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah
kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai
alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air
panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada
industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan
unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Rumus umum mineral ini adalah AmXp. Contoh :
a. AX = PbS (Galena)
b. A2X = Ag2S (Argentit)
c. AX2 = FeS2 (Pirit)
d. AX3 = (Co,Ni)As3 (Skuterudit)
e. A3X2 = Cu5FeS4 (Bornit).

Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik


Sulfida S
Contoh : Galena PbS

c. Oksida dan Hidroksida


Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O 2-) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH-).
8

1. Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida
adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida
yang paling umum adalah, korondum (Al 2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit
(SnO2).
Jenis X2O = Kuprit (Cu2O)
Jenis AX = Zincite (ZnO)
Jenis XO2 = Rutil (TiO2), Pirolusit (MnO2)
Jenis X2O3 = Hematit (Fe2O3), Korundum (AL2O3)
Jenis XY2O4 = Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4)

2. Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat
pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida
(OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan
air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada
umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida
adalah Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik
Oksida O2-
Contoh : Magnetite Fe3O4
Hidroksida OH-
Contoh : Brucite Mg(OH)2

d. Halida
9

Adalah persenyawaan kimiawi dimana unsur-unsur logam bersenyawa dengan


unsur-unsur Halogen (Chlorine, Bromine, Flourine dan Iodine). Umumnya ditemui
dalam sejumlah Lingkungan Geologi. Beberapa diantaranya ditemui dalam sequen
evaporite, seperti Halite (NaCl), hal ini merupakan alterasi dari Lapisan-lapisan
batuan sedimen yang mengandung evaporite seperti Gypsum, Halite dan Batuan
Potash (batuan berkalium-Karbonat) dalam sebuah sequen yang sempurna antara
lapisan dengan batuan-batuan seperti Marl dan Limestone.
Halida yang lainnya seperti Flourite terbentuk lapisan-lapisan hidrothermal.
Golongan Halida bersifat sangat lunak (Kekerasannya antara 2 – 4,5), mempunyai
sumbu simetri kristal yang berbentuk kubik, Berat Jenis cenderung rendah. Contoh
mineral-mineral golongan Halida antara lain Sylvite (KCl), Cryolite (Na 3AlF6),
Atacamite [Cu2ClC(OH)5].
Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik
Halida Cl-, F-, Br-, I-
Contoh : Fluorite CaF2
Contoh : Halite NaCl

e. Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO 3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen. Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan
bangkai plankton. karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah
karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas karbonat ini
juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh
mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik
10

Karbonat (CO3)2-
Contoh : Dolomite CaMg(CO3)2

f. Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4)2- . Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah
evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi. Pada kelas sulfat termasuk juga
mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-
mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan anion-anionnya
masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium
sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum
(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate,
selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik


Sulfat (SO4)2-
Contoh : Anhydrite Ca(SO4)

g. Fosfat
Adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan Phospate(PO 4)3-.
Ribuan species dari golongan ini dapat dikenali, namun keberadaannya tidaklah
berlimpah. Beberapa Phospates, seperti Arsenic merupakan mineral yang utama,
tetapi kebanyakan anggota-anggotanya secara keseluruhan membentuk kelompok-
kelompok dari oksidasi sulfides. Sifat dari golongan ini : berubah-ubah, tetapi
umumnya cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik,
kekerasan berkisar antara 1,5 – 5 dan 6.
11

Mineral-mineral radioaktif termasuk dalam golongan Phospates seperti :


Torbenite [Cu(UO2)2(PO4)2.8-12H2O], Autunite [Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O], Lazulite
[(Mg,Fe)Al2(PO4)2(OH)2], Turquoise [CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O.
Contoh mineral-mineral lain dalam golongan Phospates adalah Vivianite
[Fe+2(PO4)2.8H2O], Wavellite [Al3(PO4)2(OH,F)3.5H2O], Apatite
[Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)].
Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik
Fosfat (PO4)3-
Contoh : Apatite Ca5(PO4)3(OH)

h. Silikat
Adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan salah satu dari
Si – O tetrahedra (SiO4)4- tunggal atau berantai. Silikat adalah golongan mineral yang
paling besar dan sangat berlimpah-limpah keberadaannya, dalam hal ini silikat adalah
unsur pokok penyusun batuan beku dan batuan metamorf.
Mineral-mineral silikat cenderung bersifat : keras, berwarna transparant
(jernih dan tembus cahaya) hingga translucent (tembus cahaya) dan mempunyai Berat
Jenis rata-rata sama. Pada umumnya dalam semua struktur silicat, silicon berada
diantara 4 atom oksigen (kecuali yang terbentuk pada tekanan yang ekstrim).
Dari strukturnya (sudut bangunnya) silikat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu :
1. Nesosilicate
 Mempunyai (SiO4)4- tetrahedra yang benar-benar terpisah (tetra hedra
silikon-oksigen benar-benar terpisah), komposisi berupa SiO4.
 Mineral khasnya Forsterit (Mg2SiO4), mineral lainnya seperti : Olivine
[(Mg,Fe)2SiO4], Zircon (ZrSiO4), Sillimanite (Al2SiO5).
2. Sorosilicate
 Mempunyai 2 tetrahedra yang dihubungkan oleh 1 atom oksigen yang
merupakan milik bersama (dipakai bersama-sama), komposisi berupa
Si2O7.
12

 Mineral khasnya Akermonite (Ca2MgSi2O7), mineral lainnya seperti :


Heminorphite [Zn4Si2O7(OH)2.H2O], Zoisite [Ca2Al3(Si3O12)OH]
3. Cyclocilicate
 Mempunyai tetrahedra yang saling berhubungkan membentuk struktur
lingkaran tertutup dengan komposisi berupa SinO3n.
 Bila mempunyai lingkaran 3 tetrahedra, misalnya mineral Benitoite
(BaTiSi3O9), Bila mempunyai 6 mineral 3 tetrahedra, mineral Beryl
(Be3Al2Si6O18). Mineral lainnya seperti Cordierite [Mg2Al4Si5O18],
Ferroxinite [Ca2FeAl2Bsi4O15(OH)], Manganaxinite
[Ca2MnAl2BSi4O15(OH)].
4. Inosilicate
 Mempunyai tetrahedra yang saling berhubungkan membentuk struktur
rantai tunggal/ganda dan saling terikat oleh unsur logam.
 Rantai Tunggal mempunyai komposisi Si : O = 1 : 3, misalnya terlihat
pada mineral-mineral Piroksin Group seperti Diopside (CaMgSi 2O6),
Hornblende [CaFeSi2O6], Jadeite [Na(Al,Fe+3)Si2O6].
 Rantai Ganda, dimana 2 rantai tunggal paralel yang posisi tetrahedranya
berselang-seling/terikat menyilang dengan perbandigan komposisi Si : O
= 4 : 11 dicirikan oleh mineral-mineral Amphibole group [(Ca,Na)
(Mg,Fe)]Silicat-OH, seperti Tremolite [Ca2Mg5Si8O22(OH)2, Actinolite
[Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2], Hornblende
[(Na,K,Ca)3(Mg,Mn)5Si8O22(OH)2]. Mineral lainnya seperti Wollastonite
[CaSiO3], Rhodonite [(Mn, Fe, Mg)SiO3], Neptunite
[Na2Kli(Fe,Mn)2Ti2Si8O24].
5. Phylosilicate
 Mempunyai lapisan yang terbentuk oleh pemakaian secara bersama-sama
oleh 3 ion oksigen dari tiap-tiap tetrahedra yang berbatasan disekitarnya
sehingga membentuk lapisan datar yang luas dengan perbandingan
komposisi Si : O = 2 : 5.
13

 Dicirikan dengan kelompok mineral Mica [K(Mg,Fe)Al-Silicat OH,


seperti Muscovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2], Biotite
[K(Mg,Fe)3(Al,Fe)Si3O10(OH,F)2], Phlogophite
[K(Mg,Fe)3(Al,Si)3O10(F,OH)2], Lepidolite [K(Li,Al)3(Si,Al)4O10(F,OH)2].
6. Tectosilicate
 Mempunyai kerangka silikat yang mana setiap atom tetrahedra
silicon/SiO4memakai bersama-sama semua (ke-empat) pojok-pojoknya
dengan atom tetrahedra silicon lainnya yang berdekatan sehingga
membentuk jaringan 3 dimensi dengan perbandingan komposisi Si : O =
1 : 2.
 Dicirikan dengan beberapa bentuk silica seperti Kwarsa (SiO 2), Tridimite
(SiO2), Kristobalite (SiO2) à mempunyai susunan 3 dimensi tersebut.
Mineral khas lainnya seperti Feldspar group : Orthoclase (KAlSi 3O8),
Sanidine (KAlSi3O8), Microcline (KAl2Si3O8), Albite (NaAlSi3O8),
Oligoclase [(Na,Ca)AlSi3O8].
Golongan Mineral Anion atau Kelompok Anionik
Silikat (SiO4)4-
Contoh : Kuarsa SiO2

2.3 Sifat fisik mineral


Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987).
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
a. Kilap (luster)
14

merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan


mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap secara garis besar dapat dibedakan
menjadi jenis:
1. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
· Gelena
· Pirit
· Magnetit
· Kalkopirit
· Grafit
· Hematit
2. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
· Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
· Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
· Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes,
alkanolit, dan gips.
· Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit.
· Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya
pada serpentin,opal dan nepelin.
· Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu
tegas (Danisworo 1994).
15

b. Warna
Mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi
tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna
lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran
padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman
atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna
khas, seperti:
· Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky
Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
· Kuning : Belerang (S)
· Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
· Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
· Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
· Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
· Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
· Abu-abu : Galena (PbS)
· Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (cC), Augit

c. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu
mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan
yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai
bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala
kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala
Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak
sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
16

2 Gypsum CaSO4. 2H2O


3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar :
Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7

d. Cerat
adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat
sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral
tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
 Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.
 Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
 Biotite : Ceratnya tidak berwarna
17

 Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).

e. Belahan
Merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu
membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi
terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai
sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau
tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak
seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral
akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.

f. Pecahan
Adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat
dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah
akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang
pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).
18

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:


· Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
· Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten
· Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,
contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
· Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang
kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
· Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

g. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
 Bangun kubus : galena, pirit.
 Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
 Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya : chert, flint.
Pada wujudnya sebuah kristal dapat ditentukan dengan mengetahui sudut-sudut
bidangnya. Dalam ilmu Kristalografi, geometri dipakai enam jenis sistem sumbu,
yaitu :
a. Sistem sumbu isometrik
Ketiga sumbu kristal terletak tegak lurus satu dengan yang lain, mempunyai
panjang yang sama. Contohnya : mineral yang mempunyai sistem, kordinat
demikian adalah pirit, magnetik, garam dapur.
19

b. Sistem sumbu Tetragonal


Jumlah sumbu 3 buah, 2 buah sumbu mendatar sama panjang, satu tegak
lurus dengan kesatuan sumbu lain, ketiga -tiganya saling tegak lurus
sesamanya. Contohnya sirkon atau keseterit.
c. Sitem sumbu Ortorombik
Jumlah sumbu tiga bsaling tegak lurus, ketiganya mempunyai panjang yang
berbeda. Contohnya : Olivim atau Topas.
d. Sistem Sumbu Monoklin
Jumlah sumbu 3 buah, mempunyai panjang tidak sama, salah satu sumbu
terletak tegak lurus pada sebuah sumbu mendatar. Contohnya : Ortoklas,
horenblenda, mika, gipsum.
e. Sistem Sumbu Triklin
Jumlah sumbu 3 buah tidak sama panjang, tidak tegak lurus sesamanya.
Contohnya : Plagioklas
f. Sistem Sumbu Heksagonal
Jumlah sumbu 4 buah, 3 buah sumbu herizontal dan sama panjang membuat
sudut-sudut yang sama besarnya. Contohnya : Kalsit, kuarsa, aparit.
Kristal dengan bentuk panjang bisa dijumpai, karena pertumbuhan kristal
sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan
dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang
khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok
tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
· Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran
mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini
berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan
menjadikriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata
biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut
mempunyai sakaroidal.
20

· Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila


prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur
fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan
lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated)
dan radier.
· Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila
individu-individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika.
Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
· Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan
benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

h. Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam
keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di
dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut.
Sifat Dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan,
memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini
adalah
· Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa,
orthoklas, kalsit, pirit.
· Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti
emas, tembaga.
· Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh
gypsum.
21

· Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan
sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk,
selenit.
· Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi
patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya,
contoh: muskovit.

i. Kemagnitan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik ole hgaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat
apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas
tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada
magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik.
Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang
tersebut dengan garis vertical.

j. Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar
arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi
istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-
batas tertentu.

k. Daya lebur mineral


Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan
dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat
keleburan.
22

2.4 Mineral Makro dan Mineral Mikro


Terdapat sekitar 21 macam mineral yang diperlukan oleh tubuh, termasuk
cromium (Cr) dan silicon (Si) yang dahulu dianggap sebagai kontaminan. Kira-kira
6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral merupakan bagian dari
tubuh dan memegang peran penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.
Tubuh mempunyai beberapa cara mengontrol kadar mineral di dalamnya,
yaitu dengan cara mengatur jumlah yang diserap dari saluran pencernaan, dan
mengatur jumlah mineral yang ditahan oleh tubuh. Pengeluaran kelebihan mineral
dapat dilakukan melalui ginjal (urine), hati (asam empedu) serta kulit (keringat).
Mineral yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari tanah. Sebagai
konsumen tingkat akhir, manusia memperoleh mineral dari pangan nabati dan
hewani. Mineral merupakan bahan anorganik dan bersifat esensial. Mineral yang
dibutuhkan manusia diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu mineral makro dan
mineral mikro. Mineral makro merupakan mineral yang jumlahnya relatif tinggi
(>0,05% dari berat badan) di dalam jaringan tubuh atau dibutuhkan tubuh dalam
jumlah >100 mg sehari. Mineral mikro disebut sebagai unsur renik (trace element)
terdapat <0,05% dari berat badan atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah <100 mg
sehari.
Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium,
klor, dan magnesium. Sedangkan unsur-unsur mineral mikro adalah besi, seng,
selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt, khromium, silikon,
vanadium, nikel, arsen dan fluor. Elemen mineral yang belum pasti diperlukan atau
tidaknya oleh tubuh tetapi terdapat bukti partisipasinya dalam beberapa macam reaksi
biologis adalah : barium (Ba), timah putih (Sn), Fluor (F), bromium (Br), sintronitium
(Sr) dan kadmium (Cd). Sedangkan met boliknya adalah: emas (Au), perak (Ag),
almunium (Al), air raksa (Hg), bismuth (Bi), gallium (Ga), timah hitam (Pb), bron
(B), litium (Li), antimon (Sb) dan 20 elemen lainnya.
Tabel 1.1. Klasifikasi mineral berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh
23

BERAT TUBUH JUMLAH DALAM


KELAS ELEMEN
(%) TUBUH
Elemen makro Kalsium (Ca) 1,5 – 2,2 1,02 kg
Fosfor (P) 0,8 – 1,2 0,68 kg
(> 0,005 % berat Kalium (K) 0,35 0,27 kg
tubuh) Belerang/Sulfur (S) 0,25 0,20 kg
Natrium (Na) 0,15
Klor (Cl) 0,15 0,14 kg
Magnesium (Mg) 0,05 0,025 kg
Elemen Mikro Zat besi (Fe) 0,004 4,5 g
(< 0,005 % berat Seng (Zn) 0,002 1,9 g
tubuh) Selenium (Se) 0,0003 0,013 g
Mangan (Mn) 0,0002 0,016 g
Tembaga (Cu) 0,00015 0,125 g
Iodium (I) 0,00004 0,015 g
Molibdenum (Mo) 0,0002
Kobalt (Co) 0,00003
Kromium (Cr) 0,00003
Silikon (Si)
Vanadium (Va) 0,00045
Nikel (Ni) 0,00023
Arsen (As)
Sumber: Guthrie (1986) dalam Yuniastuti (2008).

2.5 Peran Mineral Dalam Tubuh Manusia


Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan mineral dalam
jumlah tertentu. Mineral yang dibutuhkan tubuh hingga saat ini dikenal dengan nama
mineral makro dan mineral mikro.
Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia mendapatkan zat
yang diperlukan tubuh.Yodium, yang ditengarai banyak tidak dijumpai pada garam
24

yang beredar di daerah Jepara, termasuk salah satu zat gizi mikro yang sangat
diperlukan tubuh. Dinamakan mineral mikro, karena tubuh hanya memerlukan dalam
jumlah kurang dari 100 mg saja. Jumlah yang sangat kecil memang, tapi sudah
mencukupi bagi tubuh
Secara umum fungsi mineral dalam tubuh sebagai berikut:
1. Berperan dalam tahap metabolisme tubuh. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian
dengan pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan
protein tubuh.
2. Sebagai hormon (Iodium terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin B12;
Ca dan P untuk membentuk tulang dan gigi) dan enzim tubuh/ sebagai kofaktor
(Fe terlibat dalam aktivitas enzim katalase dan sitokrom).
3. Membantu memelihara keseimbangan air tubuh (klor, kalium, natrium).
4. Menolong dalam pengiriman isyarat ke seluruh tubuh (kalsium, kalium, natrium).
5. Sebagai bagian cairan usus (kalsium, magnesium, kalium dan natrium).
6. Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan jaringan tubuh
lainnya (kalsium, fosfor, fluorin dan magnesium)
2.6 Penyakit Jika Kelebihan dan Kekurangan Mineral
Kekurangan mineral dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan
mental, fungsi kekebalan tubuh, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Misalnya,
kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, kelelahan, dan gangguan fungsi
kognitif, sedangkan kekurangan seng dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan, disfungsi kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis dan peningkatan risiko
patah tulang, sedangkan kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit
gondok dan gangguan kognitif. Kekurangan mineral lainnya, seperti selenium,
magnesium, dan tembaga, juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan,
termasuk peningkatan risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit
kardiovaskular.
25

Cara mengatasi kekurangan mineral paling efektif untuk mencegah dan


mengatasi kekurangan mineral adalah melalui pola makan yang seimbang dan
bervariasi yang mencakup berbagai macam makanan padat nutrisi. Makanan yang
kaya mineral antara lain sayuran berdaun hijau, biji-bijian, kacang-kacangan dan
biji-bijian, produk susu, dan daging tanpa lemak. Dalam beberapa kasus,
suplemen mineral mungkin diperlukan untuk mengatasi kekurangan, khususnya
pada populasi rentan seperti wanita hamil dan anak-anak. Namun, penting untuk
diingat bahwa suplementasi mineral yang berlebihan juga dapat berbahaya dan
dapat menyebabkan toksisitas.
Namun jika tubuh juga mengalami kelebihan mineral maka beberapa
diantaranya juga menimbulkan beberapa gangguan diantaranya ;
a. Kelebihan mineral seperti magnesium atau seng, dapat menyebabkan
gangguan pencernaan seperti diare atau mual.
b. Kelebihan mineral seperti kalsium atau besi, dapat menyebabkan
kerusakan organ dalam tubuh, seperti ginjal atau hati.
c. Kelebihan mineral seperti natrium atau kalium, dapat mengganggu
keseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang dapat mengakibatkan
masalah jantung atau tekanan darah tinggi.
d. Kelebihan mineral seperti kalsium, dapat menyebabkan penumpukan
mineral dalam tulang, yang dapat mengakibatkan kekerasan dan
kerapuhan pada tulang.
e. Kelebihan mineral seperti aluminium atau tembaga, dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak dalam tubuh, seperti otak
atau pembuluh darah.
f. Kelebihan mineral seperti mangan atau timah, dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem saraf, yang dapat mengakibatkan gangguan
neurologis seperti tremor atau gangguan koordinasi.
26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Mineral adalah suatu zat (fasa) padat yang terdiri dari unsur atau pesenyawaan
kimia yang di bentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai
sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom
secara beeraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur Kristal,
2. Sistematika dan klasifikasi mineral yang umum digunakan adalah klasifikasi
Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang mendasarkan pada
kemiripan komposisi kimia dan struktur Kristal karena analisis struktur Kristal
dengan sinar X berdasarkan hukum fyodorov telah membuktikan adanya
hubungan anatara komposisi kimia dengan struktur Kristal. Dana membagi
mineral menjadi 8 kelompok yaitu native elements (unsure murni), sulfida,
oksida dan hidroksida, halida, karbonat, sulfat, fosfat, dan silikat.
3. Sifat-sifat fisik suatu mineral dapat dijadikan sebagai suatu patokan pembeda
antara mineral yang satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat fisik tersebut yakni,
kilap (luster), warna, kekerasan, cerat, belahan, pecahan, bentuk, berat jenis,
kemagnitan, kelistrikan, dan daya lebur mineral.
4. Mineral makro merupakan mineral yang jumlahnya relatif tinggi (>0,05% dari
berat badan) di dalam jaringan tubuh atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah >100
mg sehari. Mineral mikro disebut sebagai unsur renik (trace element) terdapat
<0,05% dari berat badan atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah <100 mg sehari.
Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, klor,
dan magnesium. Sedangkan unsur-unsur mineral mikro adalah besi, seng,
selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt, khromium, silikon,
vanadium, nikel, arsen dan fluor.

27
28

5. Secara umum fungsi mineral dalam tubuh sebagai berikut: (1) Berperan dalam
tahap metabolisme tubuh. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan
pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein
tubuh, (2) Sebagai hormon (Iodium terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam
vitamin B12; Ca dan P untuk membentuk tulang dan gigi) dan enzim tubuh/
sebagai kofaktor (Fe terlibat dalam aktivitas enzim katalase dan sitokrom), (3)
Membantu memelihara keseimbangan air tubuh (klor, kalium, natrium), (4)
Menolong dalam pengiriman isyarat ke seluruh tubuh (kalsium, kalium, natrium),
(5) Sebagai bagian cairan usus (kalsium, magnesium, kalium dan natrium), (6)
Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan jaringan tubuh
lainnya (kalsium, fosfor, fluorin dan magnesium).
6. Kekurangan mineral adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan yang
dapat berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental, fungsi kekebalan tubuh,
dan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan memahami risiko dan konsekuensi
dari kekurangan mineral, individu dapat mengambil langkah proaktif untuk
mencegah dan mengatasi kondisi ini, termasuk mengonsumsi makanan yang
seimbang dan bervariasi dan, jika perlu, menggunakan suplemen mineral di
bawah bimbingan profesional kesehatan. Dengan mengatasi kekurangan mineral,
kita dapat mengoptimalkan hasil kesehatan dan mengurangi risiko penyakit
kronis dan masalah kesehatan lainnya. Dan juga penting untuk menjaga
keseimbangan mineral dalam tubuh dengan mengonsumsi nutrisi seimbang dan
berkonsultasi dengan dokter atau para ahli gizi.
3.2 Saran
Menyadari bahwa kami penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan lebih relevan yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan.
29

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah dengan tema yang
sama kedepannya.
30

DAFTAR PUSTAKA

Asmarani, C. (2016). Peranan mineral, kalsium, fosfor, dan vitamin D terhadap


proses mineralisasi tulang dan gigi (Studi pustaka). SKRIPSI-2014.
Dewantari, N. M. (2013). Peranan gizi dalam kesehatan reproduksi. Jurnal skala
husada, 10(2), 219-224.
Dewi, R. C. (2009). Peranan Mineral Seng Terhadap Outcome Kehamilan Pada Ibu
Hamil Anemia. Jurnal Pangan Gizi dan Kesehatan, 1(2), 81-88.
Kusumadewi, S. (2009). Klasifikasi status gizi menggunakan naive bayesian
classification. CommIT (Communication and Information Technology)
Journal, 3(1), 6-11.
Latifah, W. (2019). Analisis Diskriminan untuk Klasifikasi Zat Gizi Makro dan Zat
Gizi Mikro pada Makanan. Universitas iIlam Negeri Sultan Syarif Kasim,
Riau.
Merryana Adriani, S. K. M. (2016). Pengantar gizi masyarakat. Prenada Media.
Ruswanto, A. (2019). Pangan dan Gizi (Lipida, Vitamin, Mineral). Instiper Press.

Anda mungkin juga menyukai