Anda di halaman 1dari 43

Contents

BAB I .............................................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................ 3
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................................... 3
1.6 Tahapan Penelitian ....................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................. 6
2.1 Endapan Pasir Pantai .................................................................................................... 6
2.2 Teknik Eksplorasi Pendahuluan................................................................................... 12
2.3 Geostatistik ................................................................................................................. 20
2.4 Perangkat Lunak SGeMs ............................................................................................. 24
BAB III .......................................................................................................................................... 26
3.1 Persiapan Alat Penelitian ............................................................................................ 26
3.2 Pengambilan Data Lapangan ...................................................................................... 31
3.3 Preparasi Sampel ........................................................................................................ 31
3.4 Pengolahan Data ......................................................................................................... 32
3.5 Pemodelan Data dengan Perangkat Lunak SGeMS .................................................... 35
BAB IV.......................................................................................................................................... 39
4.1 Endapan Pasir Pantai Tanjung Bayang ........................................................................ 39
4.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai ................................................................... 40
4.3 Analisis Sebaran Endapan Pasir Pantai ....................................................................... 40
4.4 Diskusi ......................................................................................................................... 41
BAB V .......................................................................................................................................... 43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 43
5.2 Saran ........................................................................................................................... 43

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endapan mineral pada suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu sangat

berhubungan dengan proses kejadian dan cara pengendapannya. Mineral biasanya

produk deposit dari proses diferensiasi (pemisahan) dan kristalisasi magma (proses

isotermik dalam hal ini selama proses pembentukan berlangsung akan dilepaskan

sejumlah tenaga panas). Akhirnya kebutuhan terhadap sumber daya mineral

khususnya besi ikut meningkat baik dalam jumlah maupun jenisnya. Konsumsi bijih

besi sebagai bahan baku dasar dalam industri baja mengalami booming di pasaran.

Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat maka diperlukan eksplorasi guna

mendapatkan lokasi cebakan (endapan) baru untuk kelancaran siklus industri.

Data-data yang berkaitan dengan geologi tersebut termasuk data-data endapan

pasir pantai seperti data yang berhubungan dengan spasial. Data tersebut memiliki

hubungan atau interelasi dan variasi secara spasial antar data. Pengolahan data spasial

memerlukan metode tertentu sehingga hasil analisis data bisa memberikan makna dan

keluaran yang berarti. Geostatistik telah banyak digunakan dalam pengolahan data

secara spasial dan memberikan hasil yang memuaskan terutama dalam estimasi

cadangan dalam bidang pertambangan.Geostatistik merupakan metode untuk

menangani variabel teregionalisasi dan konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh

Matheron.

Pantai Tanjung Bayang terletak di Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate,

Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Sebaran pasir pantai di daerah tersebut

2
terdiri dari tipe substrat pantai warna pasir hitam menandakan bahwa pasir tersebut

banyak mengandung mineral-mineral logam dengan unsur pembentuknya adalah besi

(Fe). Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian akan dilakukan pada bagian pantai

yaitu Eksplorasi Sebaran Endapan Pasir Pantai dengan Teknik Pemodelan Geostatistik

di Daerah Tanjung Bayang, Kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model endapan pasir pantai Tanjung Bayang?

2. Bagaimana cara analisis sebaran endapan pasir pantai Tanjung Bayang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui model endapan pasir pantai Tanjung Bayang?

2. Mengetahui cara analisis sebaran endapan pasir pantai Tanjung Bayang?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang model endapan pasir pantai Tanjung Bayang?

2. Memberikan informasi tentang analisis sebaran endapan pasir pantai Tanjung

Bayang?

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Eksplorasi Sebaran Endapan Pasir Pantai dengan Teknik Pemodelan

Geostatistik dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20November 2018 pukul 09.00

WITA bertempat di Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar

3
Propinsi Sulawesi Selatan. Titik kumpul di depan hotel Kolonial Jalan Tanjung Bunga,

Kota Makassar. Perjalanan dimulai dari Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa

pada pukul 07.00 WITA dengan estimasi waktu ± 60 menit menggunakan kendaraan

motor dan mobil. Perjalanan berhenti di depan hotel Kolonial dan dilanjutkan

menelusuri pantai tepatnya pantai Tanjung Bayang dimana akan dianalisis sebaran

endapan pasir pantainya.

Gambar 1.0.1 Peta Lokasi Penelitian

1.6 Tahapan Penelitian

Penelitian tentang distribusi kadar pasir ini dilakukan dengan beberapa tahap.

Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

4
1. Membuat grid dengan ukuran 50X50 cm pada lokasi yang ingin dijadikan

tempat pengambilan sampel

2. Menggali tiap grid sampai pada kedalaman 10 cm.

3. Mengambil sampel secukupnya dan meletakkannya ke dalam kantung sampel.

4. Menandai tiap kantung sampel.

5. Mengukur berat total tiap sampel dengan menggunakkan timbangan digital.

6. Menyaring tiap sampel dengan saringan teh.

7. Mengukur berat material tidak lolos saringan.

8. Menghitung kadar tiap sampel.

5
BAB II

TEKNIK EKSPLORASI DAN GEOSTATISTIK

2.1 Endapan Pasir Pantai

Peta Geologi Kuarter Lembar Sungguminasa Sulawesi Selatan, daerah

penelitian (lihat Gambar 4) tersusun atas: Endapan pasir pantai dan pematang pantai

(B), Endapan pasir pantai dan pematang pantai di atas endapan laut dangkal (BM),

Endapan pasir pantai dan pematang pantai di atas endapan pasir pantai dan pematang

pantai di atas endapan laut dangkal (FBM), Endapan dataran limpah banjir di atas

endapan sungai (FC), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan sungai di atas

endapan laut dangkal (FCM), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan sungai di

atas endapan pasir pantai dan pematang pantai, di atas endapan rawa bakau di atas

endapan laut dangkal (FCM), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan laut

dangkal (FM), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan kipas alluvial di atas

endapan pasir pantai dan pematang pantai di atas endapan laut dangkal (FVBM) (Tim

PSDG, 2005).

2.1.1 Sedimen Pantai

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai. Sedimen

pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh

sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Sifat-sifat sedimen

adalah sangat penting didalam mempelajari proses erosi dan sedimentasi. Sifat-sifat

tersebut adalah ukuran partikel dan distribusi butir sedimen, resistenitas atau

ketahanan terhadap erosi, dan sebagainya. Di antara beberapa sifat tersebut, distribusi

ukuran butir adalah yang paling penting (Tim PSDG, 2005).

6
Gambar 2.1 Peta Geologi Kuarter daerah penelitian
Lembar Sungguminasa Sulawesi Selatan
pada kondisi topografi pantai tahun 1924
(Malada, 2012).

Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen

berukuran butir lempung sampai gravel.

1. Sifat-sifat Sedimen

PantaiSedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari

daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke

daerah pantai. Sifat-sifat sedimen adalah sangat penting didalam mempelajari

proses erosi dan sedimentasi. Sifat-sifat tersebut antara lain; ukuran partikel

dan distribusi butir sedimen, bentuk butir sedimen, tahanan terhadap erosi, dan

sebagainya. Di antara beberapa sifat tersebut, distribusi ukuran butir adalah

yang paling penting. Ukuran butir sedimen menurut Klasifikasi Went Worth,

1934 dalam Boggs, 2001. Berdasarkan pada sedimen penyusunnya juga

mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di

lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi

7
tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau

sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di

Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya dijumpai di kawasan pantai

selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai berenergi rendah

umumnya di kawasan pantai Utara yang menghadap ke Laut Jawa. Demikian

juga pantai Estuari Jeneberang di kawasan pantai barat Kota Makassar yang

berhadapan dengan Selat Makassar.Pola sebaran sedimen ditentukan oleh

faktor fluvial dan faktor marin. Faktor fluvial meliputi debit sungai, arus sungai,

konfigurasi dasar sungai, dan sedimen sungai. Pola akumulasi sedimen delta

yang didominasi oleh energi pasang surut akan terbentuk gosong pasir yang

menyebar di depan muara sungai (Malada, 2012).

2. Angkutan Sedimen

Angkutan sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang

disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya, gerakan tersebut

disebabkan oleh proses abrasi dan erosi juga pengendapan lumpur di muara

sungai. Transport sedimen pantai dapat diklasifikasikan menjadi: Transport

sedimen menuju dan meninggalkan pantai (Cross-Shore sediment transport)

dan Transport sedimen sepanjang pantai (Long-Shore sediment transport).

Karakteristik sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung

menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi, terus berlangsung.

Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi

lingkungan fisik di daerah aliran sungai. Terkait hal tersebut, seperti

pembukaan lahan yang akan meningkatkan erosi permukaan, dapat

meningkatkan laju sedimentasi. Proses sedimentasi yang berlangsung perlahan

dan terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak dari daratan

masih terus terjadi. Sebaliknya proses sedimentasi berhenti atau berubah

8
menjadi erosi bila suplai sedimen berkurang karena pembangunan dam atau

pengalihan alur sungai (Tim PSDG, 2005).

3. Sedimen Backshore

Backshore merupakan bagian dari topografi pantai yang terletak diantara

batas pasang air laut tertinggi ke arah daratan hingga ke puncak pematang

pantai (berm crest) (Arifudin, 2007).

Sedimentasi yang membentuk endapan sedimen backshore terbentuk

apabila terjadi kenaikan muka air laut atau terjadi gelombang badai. Artinya

lingkungan tepi pantai bagian belakang (backshore) akan berubah jika terjadi

gelombang badai dengan enerji yang cukup tinggi. Endapan ini berdasarkan

ururtan pengendapannya terbentuk di atas endapan foreshore dengan

kontak sedimen yang bergradasi. Gradasi sedimen tersebut ditunjukkan oleh

adanya perbedaan ukuran butir yang tersusun secara berurutan dari bawah

ke atas. Urutan endapan sedimen tersebut dapat bergradasi menghalus atau

mengkasar ke arah atas, tergangtung oleh enerji oseanografi yang

membentuknya.Endapan sedimen backshore dicirikan oleh struktur laminasi

sejajar, struktur gelembur gelombang, sisa-sisa tumbuhan, dan konsentrasi

mineral berat (Ardra,1996).

Pada endapan sedimen backshore juga dicirikan oleh sisa-sisa tumbuhan

seperti akar-akar tumbuhan. Hal tersebut menunjukkan zona ini tidak selalu

tergenang oleh air. Sedangkan ciri sedimen backshore dijumpainya

konsentrasi mineral berat.Konsentrasi mineral berat ini juga menunjukkan

adanya proses abrasi di pantai. Proses pantai abrasi ini selalu mendapat

perhatian serius karena akibat yang ditimbulkannya lebih bersifat merugikan

manusia di area tersebut. Meskipun proses erosi sangat mudah diketahui,

9
tetapi penyebab terjadinya proses ini masih mengundang perdebatan

(Pettijohn, 1973).

2.1.2 Pasir Besi

Pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti magnetit

(Fe304), hematit (α-Fe2O3) dan maghemit (γ-Fe2O3). Mineral-mineral tersebut

mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Sebagai contoh,

magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin

photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita

kaset. Ketiga mineral magnetik di atas dapat juga digunakan sebagai pewarna serta

campuran (filler) untuk cat serta bahan dasar untuk industri magnet permanen

(Moetamar, 2008).

Pasir besi adalah endapanpasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit),

yang terdapat di sepanjang pantai.Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran

oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal. Batuan yang

mengalami proses penghancuran ini mengandung mineral besi seperti magnetit,

ilmenit dan kelompok mineral oksida besi kemudian terakumulasi serta tercuci oleh

gelombang air laut (PSDG, 2005).

Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang telah dimanfaatkan sebagai

bahancampuran dalam industri semenjugamempunyai prospek untukdikembangkan

sebagai bahan baku besi baja.Proses pemanfaatan pasir besi harus sesuai dengan

perkembangan teknologi pengolahan dan kebutuhan pasar. Sampai saat ini eksplorasi

pasir besi sudah banyak dilakukan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah namun

belum ada pedoman baku eksplorasi pasir besiyang bisa dipakai sebagai acuan

teknis terutama dalam penyusunan laporan hasil eksplorasi pasir besi (PSDG, 2005).

Mineral-mineral pasir besi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai

bahan industri. Sebagai contoh magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk

10
tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan printer laser sementara maghemit adalah

bahan utama untuk pita kaset. Mineral magnetik dapat juga digunakan sebagai

pewarna serta campuran(filler)untuk cat serta bahan dasar untuk industri magnet

permanen. Kandungan pasir besi dalam pasir yang terdapat di Pantai air tawar Padang

cukup tinggi (41,32%) dengan nilai susceptibility yang besar dan bernilaipositif. Selain

di pantai pasir juga banyak terdapat di sungai-sungai. Pasir yang terdapat di pantai

juga berasal dari sungai. Pasir di sungai memiliki kemiripan tampilan fisik dengan pasir

pantai. Jadi kemungkinan pasir sungai juga memiliki pasir besi dan kandungan mineral

yang sama dengan pasir pantai (Afdal, 2012).

Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.

Pertama endapan besi primer terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi

laterit terbentuk akibat proses pelapukan dan ketiga endapan pasir besi terbentuk

karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan

endapan pasirbesi meiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam

lainnya (Siever, 1988).

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan

butiran-butiran dari mineral non logam seperti kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,

piroksen, biotit dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous

magnetit, ilmenit, limonit dan hematit. Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup

penting karena merupakan mineral ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih

pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik vulkanik (Siever, 1988).

Dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi selain

batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang

mengandung silika dioksida(SiO2) dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe.

11
Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti magnetit

(Fe3O4), hematit (α - Fe2O3) dan maghemit (γ- Fe2O3) (Afdal, 2012).

Indonesia merupakan Negara penghasil pasir besi yang dapat ditemukan di

Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis,Cilacap, Banten, YogyakartadanTasikmalaya), Aceh,

Sulawesi Selatan (Tanjung Bayam-Makassar), Sulawesi Utara (Minahasa

Selatan),NTT(Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya pasir

besi terdapatdi pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan

pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuanyang bersifat

andesitik hingga basalitik (Ardra, 2011).

Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian

berlanjutke proses fisika yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian

secaraberulang-ulang, pemindahan karena ombak atau arus dan terjadi pengendapan

disepanjang pesisir pantai yang mengandung Fe(besi) yang menurut beberapa

penilitiankandungan tersebut datang dari batuan basalitik dan andesitik

vulkanik.Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda-beda. Proses

perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi karena proses

alam akibat panas dan hujan. Proses pelapukan membuat butiran mineral terlepas dari

batuan dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral

magnetit, ilmenit, hematit, titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum

berasal dari batuan gunung api. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara

lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).

2.2 Teknik Eksplorasi Pendahuluan

Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam

konteks ini secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk

mencari, menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian) yang

12
kemudian secaka ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep,

dalam lingkup industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan sebagai suatu usaha

(kegiatan) yang karena faktor risiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk

mendapatkan suatu areal yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut

sebagai areal penambangan (operasi-produksi). Kegiatan eksplorasi dapat dimulai

setelah target endapan/cebakan yang akan dieksplorasi telah ditetapkan. Prosedur

berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan dalam suatu program eksplorasi

(Ardra, 2011):

1. Melakukan pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasi yang

berhubungan dengan mineral target, dan melakukan analisis terhadap

informasi-informasi tersebut untuk mendapatkan hubunan antara ukuran (size),

keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan/cebakan tersebut dalam

beberapa kondisi geologi yang berbeda. Informasi-informasi tersebut dapat

diperoleh dari: (a) Publikasi ilmiah (b) Textbook geologi/ekonomi (c) Publikasi

dari badan-badan pemerintah, termasuk berupa peta-peta geologi, geokimia

dan geofisika, serta laporannya (d) Data remote sensing seperti foto udara dan

citra satelit (e) Data hasil survei geofisika udara (airborne geophysics) (f)

Proceedings dan publikasi-publikasi teknik pada konferensi dan simposium

organisasi profesional (g) Jurnal teknik dan industri (h) Laporan survei yang

pernah dilakukan (i) Hasil diskusi dengan contact person dan kolega-kolega

seprofesi.

2. Melakukan seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusun model

yang menggambarkan endapan/cebakan pada beberapa kombinasi lingkungan

geologi.

3. Menyusun skala prioritas berdasarkan kondisi daerah target eksplorasi.

13
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa conto untuk

dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi geologi yang

telah ditetapkan pada daerah terpilih.

5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan/cebakan sejenis yang telah

ditutup maupun yang sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika

mempunyai kondisi geologi yang mirip. Jika ternyata kondisinya tidak sesuai,

maka perlu dilakukan modifikasi/penyesuaian.

6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu disiapkan

suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal, berupa transfer informasi

berupa gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan.

7. Menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan lanjutan,

dengan elemen-elemen kunci sebagai berikut: (a) Program geologi tinjau dan

pemetaan (b) Program survei dan sampling geokimia (c) Program survei

geofisika (d) Program pemboran dan sampling (e) Program evaluasi dampak

lingkungan.

8. Program dan budget eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa

tahapan, sebagai berikut:

1) Tahap I (Preliminary), yaitu program dengan budget rendah yang

ditujukan untuk memeroleh informasi umum. Kegiatan pada tahap ini

umumnya berupa: (a) Survei geologi tinjau (reconnaissance) (b)

Pengecekan-pengecekan data yang sudah ada pada peta geologi regional

(desk study) (c) Pengambilan beberapa sampel awal geokimia.

2) Tahap II (Prospecting), yaitu program yang disusun berdasarkan

gambaran-gambaran yang diperoleh pada Tahap I. Kegiatan pada Tahap

II ini umumnya berupa: Pemetaan geologi

14
3) Sampling dan survei geokimia sistematik Pemboran dangkal pada

beberapa titik (scout drilling) Survei geofisika.

4) Tahap III (Finding and Calculation/Evaluation), yaitu program yang

ditujukan untuk memastikan kondisi endapan/cebakan, yang disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi hasil Tahap II (model genetik).

Target awal dipersempit sesuai dengan anomali geokimia dan geofisika

yang ditemukan.

Pada umumnya program yang direncanakan berupa pemboran dan

sampling untuk pemastian anomali-anomali yang ada. Pada umumnya dari

masing-masing tahapan tersebut di atas, dibutuhkan re-evaluasi terhadap

semua hasil yang diperoleh (berdasarkan aspek geologi, teknik, dan budget),

untuk pengambilan-pengambilan keputusan terhadap keberlanjutan program.

Pembagian bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan

batuantempat terdapatnya, dengan mengacu pada adalah sebagai berikut:

1. Kelompok I yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan

sedimen. Kelompok ini dibagi menjadi:

a. Sub Kelompok A yaitu Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batu

gamping

b. Sub Kelompok B yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan

sedimen lainnya.

2. Kelompok II yaitu Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batuan

gunung api.

3. Kelompok III yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik

batuan asam dan ultra basa.

4. Kelompok IV yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan endapan

residu dan endapan letakan.

15
5. Kelompok V yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan proses ubahan

hidrotermal.

6. Kelompok VI yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan

metamorf.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik eksplorasi awal yang

ditetapkan adalah pemetaan geologi permukaan utamanya mendasar atas singkapan

batuan dipermukaan.

2.2.1 Pemboran inti

Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan galian

secara vertikal yang berada dibawah permukaan tanah, disarnping itu mengetahui

ketebalannya. Teknik melerakkan titik rokasi pemboran inti ini agar didapatkan

kedalaman yang maksimal dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi

(Malada, 2012).

Sesuai dengan tingkat kedaraman pemboran yang diinginkan dan waktu yang

tersedia, pemboran inti dapat dilaksanakan dengan cara yaitu (Afdal, 2012):

a. Alat bor auger, yang dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia. AIat

ini sesuai diterapkan apabila sasaran pemboran merupakan batuan yang

lunak, sedang kemampuan kedalaman pemboran sangat dangkal. oleh sebab

itu apabila batuan yang akan dibor cukup tebal/cukup dalam maka

perpindahan lokasi pemboran secara sistematis perlu dilakukan.

b. Alat bor inti yang dioperasikan dengan mesin. Alat ini sesuai diterapkan pada

batuan yang lunak ataupun pada bagian yang keras. Kemampuan membor

alat ini cukup dalam, sehingga pemindahan lokasi pemboran dapat

dilakukan seminimal mungkin apabila dikehendaki pencapaian keseluruhan

pemboran yang sangat dalam.

16
Dari kedua alat pemboran inti tersebut apabila dikehendaki perolehan inti

pemboran dapat mencapai loovo, dan inti pemboran tersebut siap untuk dilakukan

analisa laboratorium. untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan ini dapat diketahui

dengan membandingkan warna mineral yang tampak pada mikroskop pada saat nikol

disilangkan (misalnya mineral homblende) dengan warna mineral baku seperti yang

terlihat pada wama interferensi (Moetamar, 2008).

a. Apabila telah diperoleh ketebalan yang diinginkan, preparat dipanaskan

sebentar, kemudian ditutup dengan gelas penutup, biarkan sejenak

sampaidingin.

b. Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk

dideterminasi.

2.2.2 Analisa kimia

Analisa kimia dinilai relatif rebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi.

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam

batuan. pemeriksaan komposisi kimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut

(Tim PSDG, 2005):

a. Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan

pada temperatur l50o c dalam cawan platina, kemudian di fitsing dengan

NazCO: pada suhu 1.000oC. Tambahkan aquades dan HCl, panasi hingga

kering. Ulangi perlakuan tersebut sampai larut lalu disaring untuk penentuan

kadar SiO2.

b. Filtratnya untuk penentuan kadar trace elemenls dengan menggunakan AAS

(Atomic Absorption spectrophometer). untuk kadar Calsium (Ca) dan atau

Magnesium (Mg) yang tinggi, clitentukan dengan cara Kompleksiometer.

Dengan AAS akan segera dapat diketahui macam-macam unsur dan

jumlahnya secara tepat dan cepat.

17
c. Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan

ditimbang beratnya. Kemudian dimasukan ke dalam oven pada temperatur

100 - 105" C maka semua air akan keluar dan menguap. Sampel tersebut

kemudian ditimbang lagi. Selisih berat yang diperoleh merupakan berat

kandungan air.

d. Perhitungan bahan hilang terbakar dilakukan sebagai berikut: contoh

dipanaskan pada suhu 105"C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan

lagi pada.futnqce sampai 1.000"C, selima 1,5 - 2 jam, dan ditimbang lagi = b

gram. Harga selisih a – b gram merupakan bahan yang hilang terbakar.

2.2.3 Analisa Difraktometer Sinar-X

Analisa ini diperlakukan untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur

kimianya dengan petrografi karena mempunyai butir yang sangat halus, antara lain

untuk jenis lempung/tanah liat (Siever, 1998)

2.2.4 Analisa besar butir

Analisa besar/ukuran butir dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai

berikut (Arifudin, 2007):

a. Ambil sampel secara acak seberat 100 gram.

b. Pisahkan ukuran butir dengan cara diayak pada ayakan berjenjang. Agar

hasilnya baik pergunakan ayakan bermesin dengan waktu secukupnya.

c. Sampel yang tertampung dalam setiap ayakan dengan mesh tertentu,

selanjutnya ditimban. Prosentase analisa ukuran butir dapat ditentukan.

Catatan'. Analisa ukuran butir cocok untuk contoh bahan galian yang bersifat

lepas.

2.2.5 Analisa berat jenis

Berat jenis yang diukur pada contoh batuan adalah bulk density. Hal ini

disebabkan batuan merupakan kumpulan mineral yang masing-masing mineral

18
mempunyai berat jenis tersendiri.Prinsip pengukuran berat jenis sebagai berikut

(Moetamar, 2008):

a. Contoh batuan dipanaskan dalam oven pada suhu minimum 100oC supaya

semua air yang ada di dalamnya menguap, kemudian didinginkan pada suhu

kamar.

b. Contoh batuan ditimbang untuk mengetahui beratnya.

c. Volume batuan ditentukan.

d. Berat jenis batuan diperoleh dengan membagi berat dengan volume sampai

beratnya tetap.

e. Benda uji dan bola baja dimasukan ke dalam mesin Los Angeles.

f. Putar mesin dengan kecepatan 30 - 33 rpm sebanyak 500 putaran untuk

gradasi A, B, C dan D, serta 1000 putaran untuk gradisi E, F dan G (lihat

tabel berikut).

g. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian saring

dengan saringan no. 12.

h. Butiran yang tertahan diatasnya, dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan

dalam oven pada suhu 100o C sampai beratnya tetap.

i. Hasil pengujian tersebut dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam prosen.

j. Keausan batuan yang cukup besar akan berpengaruh pada kekuatan

perkerasan jalan karena langsung bergesekan dengan roda-roda

kendaraan.

2.2.6 Pengujian kuat tekan bebas

Untuk mencegah kerusakan konstruksi akibat beban (misalnya lalu lintas),

agregat harus cukup kuat menahan tekanan. Kuat tekan suatu bahan adalah

kemampuan batuan tersebut dalam menahan beban atau gaya tekan yang dikenakan

sehingga batuan tersebut pertama kali mengalami deformasi. Besarnya kuat tekan

19
batuan dipengaruhi oleh tekstur, mineral penyusun, porositas maupun gesekan

dengan bidang penekan. Pada pengujian kuat tekan bebas batuan diperlukan

contoh batuan dengan bentuk tertentu yaitu dalam bentuk kubus atau silinder. Hal

tersebut dimaksudkan agar perbedaan kuat tekan yang terjadi pada keduanya tidak

berbeda, dan kalaupun ada perbedaan tersebut sangat kecil sehingga dapat

diabaikan (Ardra, 2011).

2.3 Geostatistik

Geostatistik adalah ilmu yang mempelajari aplikasi dan teori mengenai variable

terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala alam, terutama untuk

menentukan volume bahan galian. Landasan dari pembelajaran geostatistik adalah

"The Theory of Regionalised Variables”, dimana data dari titik-titik sampel mempunyai

korelasi satu sama lain sesuai dengan karakteristik penyebaran endapan

mineral.Analisis dari geostatistik merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada

variabel spasial, yaitu hubungan antara variabel yang diukur pada titik tertentu dengan

variabel yang sama pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (Ardra, 2011)

Variabel data spasial tersebut memiliki sifat khusus yakni ketakbebasan dan

keheterogenan. Ketakbebasan disebabkan oleh adanya perhitungan alat pengamatan

dan hasil yang diteliti dalam satu titik ditentukan oleh titik lainnya dalam sistem dan

keheterogenan disebabkan adanya perbedaan wilayah.Proses yang dilakukan dalam

analisis geostatistik adalah meregister seluruh data, mengeksplorasi data, membuat

model, melakukan dan membandingkan pemodelan. Analisis mendalam dan

terintegrasi dengan geostatistik sangat diperlukan untuk dapat membuat model detail

guna analisa fasies dan peta porositas yang bertujuan determinasi dan input pada

model simulasi reservoir. Geostatistik dapat digunakan pada bidang-bidang industri

pertambangan juga perminyakan, lingkungan, meteorologi, geofisika, pertanian dan


20
perikanan, kelautan, ilmu tanah, fisika media heterogen, teknik sipil, akutansi, dan

astrofisika (Ardra, 2011).

2.3.1 Peranan Geostatistik dalam Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Alam

Peranan Geostatistik dalam Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Alam yaitu

(Siever, 1998):

1. Untukpemetaan dan estimasi, variogram dapat digunakan untuk

menginterpolasi antara titik data.

2. Untuk mengkarakterisasi suatu ketidaktentuan pada estimasi (volume minyak

bumi, kadar di atas cut-off, resiko polusi), variogram yang sama dapat

digunakan.

Geostatistik dalam pertambangan:

a. Mengestimasi cadangan total

b. Mengestimasi eror

c. Pemetaan kontur dan pembuatan grid

d. Mengestimasi pemulihan area

Statistik dalam geologi akan dapat dilihat peranannya dengan lebih mudah,

terutama dalam menganalisa data dalam data dalam beberapa contoh kasus seperti

pengolahan data kekar, uratan stratigrafi, estimasi mineral, klasifikasi data fosil, dan

sebagainya (Malada, 2012):

a. Optimasi model

b. filter noise

c. regresi data geofisika

d. anomali regional

e. atribut seismic

f. analisa data logging, autokorelasi, cross-correlasi

g. analisa peta, perbandingan peta, kontur

21
h. analisa sequence untuk gempa dan letusan gunung api

i. analisa diskriminan untuk menentukan jenis litologi

2.3.2 Proses Analisis Geostatistik

Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh

data yang diperlukan. Hal ini sagat penting dilakukan untuk dapat menggunakan data

– data tersebut pada tahapan selanjutnya. Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis

lebih lanjut apabila menggunakan GIS tentu sangat penting. Data digital akan

memudahkan dengan penggunaan work station. Langkah – langkah analisa yang harus

dilakukan meliputi (Afdal, 2012):

1. Eksplorasi Data, pemahaman yang menyeluruh dan dalam pada data yang ada

sangat diperlukan untuk dapat menganalisis. Eksplorasi dari pendistribusian

data, melihat batasan – batasan secara global dan lokal, melihat pola –pola

global, memeriksa korelasi spasial, dan memahami kovariasi dari berbagai data.

2. Pembuatan Model, pada mulanya geostatistik merupakan sinonim dari “kriging”.

Tetapi kemudian dalam perkembangannya juga meliputi metode deterministic.

Metode deterministik tidak memiliki penilaian untuk kesalahan prediksi, tidak

ada asumsi untuk data sedangkan metode kriging memiliki penilaian untuk

kesalahan prediksi dan mengasumsikan data dari proses stokastik. Peta yang

dihasilkan dapat berupa peta prediksi (peta interpolasi), peta standar eror, peta

Quantile, peta probability.

3. Melakukan Diagnostik

a. Sebelum menghasilkan hasil akhir harus kita ketahui dahulu seberapa

bagusnya prediksi nilai di tempat yang tidak memiliki data real. Dalam

pemodelan geologi khususnya pemodelan reservoir, model yang baik akan

memiliki satu kualitas yang sederhana yaitu: harus menyediakan prediksi

yang baik dari perilaku reservoir untuk merespon keadaan

22
b. Untuk prediksi yang baik harus memiliki prediksi mean eror yang mendekati

nol, RMS (root-mean-square) yang lebih kecil lebih baik. Apabila estimasi

rata rata standar eror dibandingkan dengan prediksi eror RMS sama maka

prediksi bagus, apabila <1 maka overestimate dan apabila >1 maka

underestimate.

4. Membandingkan Model, beberapa model yang dihasilkan dari beberapa

perlakuan harus dibandingkan untuk melihat mana yang lebih baik.

Penggunaan cross validation statistic sangat membantu dalam pembandingan

ini. Aturan – aturan dasar sebelumnya untuk prediksi yang baik masih

digunakan juga untuk pembandingan model.

2.3.3 Variogram

Tahapan untuk memvisualisasikan, memodelkan dan mengekploitasi

hubunganfenomena-fenomena alam yang terdistribusi dalam ruang disebut dengan

variografi,sedangkan hasil yang didapatkan disebut dengan (semi)

variogram.Variogram diformulasikan sebagai berikut (Malada, 2012):

Dengan:

Z (Xi) adalah nilai data di titik Xi

Z (Xi + h ) adalah nilai data di titik Xi + h

N(h) adalah banyaknya pasangan titik yang memiliki jarak h

Model variogram dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Perilaku variogram dekat titik awal

a. Parabolik, kontinuitas variabel tinggi, data teratur: data tebal

b. Linear, kontinuitas sedang: data kadar bijih

c. Ketidakaturan tinggi, diawali lompatan: data eratik

23
d. Horisontal, variabel random, distribusi acak

2. Kehadiran sill (variansi statistik)

a. Dengan sill: model Matheron, Formery (eksponensial), Gaussian

b. Tanpa sill: model linear dan logaritmik (de Wijsian)

3. Kehadiran anisotropi, struktur bersarang, drift dan lain-lain.Umum digunakan

saat ini pada endapan mineral adalah model Matheron.

2.4 Perangkat Lunak SGeMs

SGeMS (Stanford Geostatistical Modelling Software) merupakan salah satu

perangkat lunak analisis geostatistik public domain yang dikembangkan di Universitas

Stanford, Amerika Serikat. Graphical Users Interface (GUI) SGeMS terdiri dari Menu

Utama dan 3 (tiga) Panel Utama yaitu (Moetamar, 2008):

1. Panel Algoritma, panel yang berisi tool estimasi dan simulasi geostatistik yang

tersedia beserta jendela pengaturan input parameter masing – masing tool.

2. Panel Visualisasi, panel yang berisi environment 3D interaktif dimana object

berupa kumpulan titik (point set) dan kartesian grid dapat ditampilkan.

3. Panel Command, panel yang menyediakan fasilitas otomatisasi controlsoftware

yang dilakukan melalui script pada command line dan memperlihatkan history

dari seluruh perintah (command) yang telah dieksekusi.

Format file GSLIB atau Geo-EAS tersebut dibentuk dengan aturan sebagai

berikut (Siever, 1998):

1. Baris pertama menyatakan judul atau keterangan data

2. Baris kedua menyatakan jumlah variable data yang akan diproses dan

dinyatakan dengan angka dan maksimum dapat mencapai 48;

24
3. Baris ketiga, keempat dan seterusnya ke bawah menyatakan nama variabel

data yang akan diproses sesuai dengan jumlah variable data yang ditentukan

pada baris kedua;

4. Baris selanjutnya merupakan nilai dari masing-masing variabel tersebut, dimana

tiap variabel dikelompokkan berdasarkan kolom dan dipisahkan dengan minimal

satu spasi.

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Persiapan Alat Penelitian

Persiapan alat pada kegiatan kuliah lapangan ataupun penelitian sangatlah

penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat di lapangan untuk

melakukan kegiatan yang diinginkan akan berjalan lancar sebagaimana mestinya.

Sebelum melaksanakan kegiatan fieldtrip geostatistik ini, tentunya dilakukan persiapan

alat secara matang terlebih dahulu. Adapun hal-hal yang dipersiapkan yaitu sebagai

berikut:

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada kegiatan fieldtrip geostatistik yaitu sebagai

berikut:

1. Kompas

Kompas berfungsi untuk menentukan arah penggambaran, serta menunjukkan

posisi geografi yang benar. Kompas yang digunakan kali ini yaitu kompas yang

terdapat di handphone.

Gambar 3.1 Kompas


26
2. Tali Rafia

Tali rafia digunakan untuk memberi tanda daerah mana saja yang akan

dipatok. Tali rafia ini juga dapat berfungsi agar patok dapat lurus pada saat

ditancapkan ke dalam pasir.

Gambar 3.2 Tali Rafia

3. Sendok Semen

Sendok semen digunakan pada saat mengambil sampel pasir yang terdapat di

sekitaran pantai. Sendok semen ini juga dapat berfungsi untuk mengeruk pasir

hingga kedalaman 10 cm.

Gambar 3.3 Sendok Semen

4. Kantong Sampel

Kantong sampel digunakan menyimpan sampel yang telah diambil dari

lapangan. Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat

atau wadah untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk

menyimpan barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan,

27
barang tersebut tidak terkena hujan. Kantong sampel yang dibutuhkan

sebanyak 49.

Gambar 3.4 Kantong Sampel

5. Patok

Patok berfungsi sebagai penanda titik-titik yang akan digunakan dan diambil

sampelnya nanti. Patok yang digunakan pada kegiatan kali ini yaitu sebanyak

30 patok.

Gambar 3.5 Patok.

6. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan. Alat

tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga

28
spidol permanen. Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis

pada kantong sampel sewaktu di lapangan.

Gambar 3.6 Alat Tulis

7. Roll Meter

Roll Meter digunakan untuk mengukur dimensi singkapan batuan (panjang,

lebar dan tinggi).RollMeter 50 mdigunakan dalam kegiatan lapangan fieldtrip ini

untuk mengukur jarak lintasan dalam suatu tempat ataupun mengukur lebar

endapan, panjang endapan.

Gambar 3.7Roll Meter

8. Karung

Karung digunakan untuk menyimpan sampel kelompok di lapangan.

29
Gambar 3.8 Karung

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan fieldtripgeostatistik yaitu sebagai

berikut:

1. Kertas A4

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap stasiun.

Gambar 3.9 Kertas A4

30
3.2 Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data yang dilakukan pada saat praktikum berlangsung yaitu

dengan mengambil sampel batuan dari 49 titik lokasi yang berada di Tanjung Bayang,

Kota Makassar yang telah ditentukandari endapan pasir pantai yang terdapat di

lapangan. 49 titik lokasi tersebut diberi patok yang berfungsi sebagai penanda dari

lokasi yang diambil dari masing-masing kelompok. Setelah itu patok diberi tali agar

patok tidak bergeser dan berpindah tempat.

Pengambilan data di lapangandilakukan dengan langkah-langkah kegiatan

sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi penelitian tiap stasiun dengan cara pengeplotan lokasi pada

peta. Pengeplotan lokasi ini menggunakan kompas yang terdapat di

handphone.

2. Membuat sketsa dan pengambilan foto dari tiap stasiun.

3. Menentukan tempat yang akan diteliti sebesar 7x7. Jarak antara satu patok ke

patok lainnya yaitu sebesar 30 cm.

4. Menempatkan patok pada tiap titik/tempat yang telah ditentukan. Jarak antara

masing-masing patok sebesar 30 cm.

5. Mengambil sample dengan cara mengeruk pasir menggunakan sendok semen

terhadap pasir yangada di setiap stasiun.

6. Memasukkan sampel ke dalam kantong sampel.

7. Membersihkan lahan yang telah diberi patok.

3.3 Preparasi Sampel

Sampel yang telah disampling kemudian dipreparasi untuk ke tahap

selanjutnya. Tahapan lanjut yang dilakukan yaitu preparasi sampel untuk mengetahui

31
seberapa banyak persen berat dari pasir pantai atau sample yang terdapat. Preparasi

sampel dilakukan pada masing-masing titik lokasi yang terdapat di lapangan. Terdapat

langkah-langkah yang dilakukan dalam preparasi sampel yang dilakukan. Lagkah-

langkah yang dilakukan pada saat preparasi sampel yaitu sebagai berikut:

1. Mengeringkan 49 sampel yang telah diambil pada saat kegiatan sampling yang

dilakukan di lapangan.

2. Menimbang masing-masing berat total dari sampel.

3. Mencatat masing-masing berat total dari sampel yang telah dikeringkan.

4. Mengayak masing-masing sampel menggunakan ayakan.

5. Mengambil sampel dari pasir yang tidak lolos ayakan yaitu sampel berat dari

pasir pantai yang ditemukan di lapangan.

6. Menimbang berat masing-masing sampel yang tidak lolos ayakan.

7. Menghitung persen berat dari pasir pantai yang didapatkan.

8. Mengolah data dan mencatat hasil yang didapatkan.

3.4 Pengolahan Data

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan data-

data yang didapatkan di stasiun di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan

menentukan sebaran endapan pasir pantai dengan teknik pemodelan geostatistik.

Teknik pemodelan geostatistik yang digunakan menggunakan perangkat lunak SGeMS.

Perangkat lunak SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran bahan galian

dengan menggunakan variogram.

Di samping menggunakan aplikasi perangkat lunak SGeMS, pengolahan data

juga dilakukan dengan rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100% ............. (4.1)

32
Rumus di atas digunakan untuk menghitung persen berat dari pasir pantai yang

didapatkan (wt%). Perhitungan persen berat dilakukan pada masing-masing sampel

yang didapatkan di Tanjung Bayang, Kota Makassar.

Tabel 3.1 Data penelitian


No. Stasiun Bujur (Sb. X) Lintang (Sb.y)
1 1A 100 100
2 1B 200 100
3 1C 300 100
4 1D 400 100
5 1E 500 100
6 1F 600 100
7 1G 700 100
8 2A 100 200
9 2B 200 200
10 2C 300 200
11 2D 400 200
12 2E 500 200
13 2F 600 200
14 2G 700 200
15 3A 100 300
16 3B 200 300
17 3C 300 300
18 3D 400 300
19 3E 500 300
20 3F 600 300
21 3G 700 300
22 4A 100 400
23 4B 200 400
24 4C 300 400
25 4D 400 400
26 4E 500 400
27 4F 600 400
28 4G 700 400
29 5A 100 500
30 5B 200 500
31 5C 300 500
32 5D 400 500
33 5E 500 500
34 5F 600 500

33
35 5G 700 500
36 6A 100 600
37 6B 200 600
38 6C 300 600
39 6D 400 600
40 6E 500 600
41 6F 600 600
42 6G 700 600
43 7A 100 700
44 7B 200 700
45 7C 300 700
46 7D 400 700
47 7E 500 700
48 7F 600 700
49 7G 700 700

Tabel 3.2 Data kadar sampel


Kadar Pasir Pantai
No. Stasiun Berat Pasir Berat Total
(%)
1 1A 0,692840647 1,2 173,2
2 1B 0,535540409 1,1 205,4
3 1C 0,432432432 0,8 185
4 1D 0,734137389 1,4 190,7
5 1E 0,587002096 1,4 238,5
6 1F 4,486819966 8 178,3
7 1G 2,518891688 5 198,5
8 2A 0,336826347 0,9 267,2
9 2B 0,489715965 1 204,2
10 2C 0,453608247 1,1 242,5
11 2D 1,68444694 3 178,1
12 2E 2,411091019 4 165,9
13 2F 1,212611156 3 247,4
14 2G 4,378762999 8 182,7
15 3A 1,642036125 3 182,7
16 3B 0,560938297 1,1 196,1
17 3C 2,369668246 5 211
18 3D 0,605060506 1,1 181,8
19 3E 0,584795322 1 171
20 3F 5,847953216 13 222,3
21 3G 0,589970501 1 169,5

34
22 4A 0,697674419 1,2 172
23 4B 0,777777778 1,4 180
24 4C 1,712328767 3 175,2
25 4D 2,643171806 6 227
26 4E 0,463201235 0,9 194,3
27 4F 0,577200577 1,2 207,9
28 4G 0,625978091 1,2 191,7
29 5A 0,49382716 0,8 162
30 5B 0,545454545 0,9 165
31 5C 0,606060606 1 165
32 5D 0,643274854 1,1 171
33 5E 0,705882353 1,2 170
34 5F 0,695187166 1,3 187
35 5G 1,235584843 3 242,8
36 6A 0,635324015 1,5 236,1
37 6B 0,470588235 0,8 170
38 6C 0,476190476 0,8 168
39 6D 0,450676014 0,9 199,7
40 6E 0,5 1 200
41 6F 0,555555556 1,1 198
42 6G 0,613207547 1,3 212
43 7A 0,325968852 0,9 276,1
44 7B 0,497237569 0,9 181
45 7C 0,572916667 1,1 192
46 7D 0,547263682 1,1 201
47 7E 0,542986425 1,2 221
48 7F 1 1,6 160
49 7G 2,5 5 200

3.5 Pemodelan Data dengan Perangkat Lunak SGeMS

Pemodelan data dari hasil perolehan persen berat dari masing-masing sampel

yang didapatkan dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SGeMS.

Perangkat ini dapat menunjukkan hasil dari variogram sebaran pasir pantai dari data

yang telah diambil sebelumnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada saat

pemodelan data sebaran pasir pantai menggunakan perangkat lunak SGeMS yaitu

sebagai berikut:

35
1. Menaruh data pada aplikasi Microsoft excel.

2. Memindahkan data yang berada pada Microsoft excel ke notepad.

3. Kemudian membuka aplikasi SGeMS

4. Meng-klik ikon object pada aplikasi lalu meng-load object data yang berada di

notepad.

5. Meng-klik point set kemudian memberi nama dari point set yang telah dipilih

sebelumnya.

6. Setelah itu, untuk membuat variogram yaitu meng-klik ikon object lalu new

cartesian grid.

7. Setelah itu memilih data analysis kemudian setelah itu memilih ikon variogram.

Di atas merupakan langkah-langkah dari penggunaan perangat lunak SGeMs.

Perangkat lunak ini dapat memunculkan data-data variogram beserta model dari

sebaran pasir pantai yang didapatkan. SGeMS (Stanford Geostatistical Modelling

Software) merupakan salah satu perangkat lunak analisis geostatistik public domain

yang dikembangkan di Universitas Stanford, Amerika Serikat.

Pada perangkat lunak ini juga dapat didapatkan sebaran pasir pantai dalam

bentuk point set. Perangkat lunak ini juga dapat memunculkan kadar pasir pantai dari

yang tertinggi hingga yang terkecil melalui warna-warna yang disediakan. Warna

dalam perangkat lunak SGeMS yaitu warna merah untuk kadar pasir pantai yang paling

tinggi sedangkan untuk warna biru tua untuk kadar pasir pantai yang rendah. Berikut

ialah gambar dari variogram dari hasil data yang diperoleh di lapangan:

36
Gambar 3.10 Variogram

Gambar 3.11 di atas merupakan gambaran dari data yang didapatkan di

lapangan. Pada gambar di atas didapatkan data sill sebesar 0.18 di mana terdapat

nugget effect sebesar 0.15 dan range pada variogram data yang didapatkan yaitu

untuk range minimum sebesar 1800, range medium sebesar 1800, dan range

maximum sebesar 1800. Tipe yang digunakan untuk jenis variogram ini yaitu tipe

spherical. Tipe spherical ini menunjukkan adanya perbedaan jarak dari kadar pasih

yang jauh di awal tetapi lama kelamaan menunjukkan keseragaman dari kadar pasir

seperti yang terlihat. Pada perangkat lunak SGeMS ini juga memperlihatkan adanya

cartesian grid yang berbentuk satu set poin. Menu ini dapat didapatkan pada menu

objectpada perangkat lunak SGeMS. Sedangkan untuk gambar point set dari data yang

didapatkan di lapangan yaitu sebagai berikut:

37
Gambar 3.11Cartesian Grid dari Hasil Data yang didapatkan di Lapangan.

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Endapan Pasir Pantai Tanjung Bayang

Daerah dilakukannya penelitian berlokasi pada daerah pantai Tanjung Bayang,

Makassar, Sulawesi Selatan. Pasir pantai pada daerah ini didominasi warna gelap. Hal

ini dikarenakan pasir pada daerah ini mengandung mineral dengan dominasi unsur

besi. Pada pasir yang berwarna hitam, mineral yang mendominasi adalah magnetit

(Fe3O4), hematit (Fe2O3), Limonit (Fe2O3.nH2O), Siderit (FeCO3). Semakin gelap warna

dari pasir, menunjukkan konsentrasi unsur Fe yang makin tinggi (ilustrasi pasir besi

yang tertarik magnet). Ukuran butir pasir tersebut berukuan 0,0625 sampai 2

milimeter. Berikut ini adalah foto sampel pasir yang diteliti:

Gambar 4.1 Sampel pasir

39
4.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai

Penelitian sebaran endapan pasir pantai ini dilakukan di daerah tanjung bayang.

Penelitian diawali dengan pengambilan pasir sampel pada 49 titik dengan jaran

masing-masing titik 30 cm dengan kedalaman 10cm. Sampel pasir yang diambil

ditandai dengan nomot 1A-1G hingga 7A-7G. Sampel pasir yang diambil kemudian

dikeringkan, lalu ditimbang berat kotornya. Setelah penimbangan berat kotor, sampel

pasir dibersihkan dari pengotoornya lalu ditimbang kembali berat bersihnya. Dari data

berat kotor dan berat bersih kemudian diperoleh presentase kadar pasir daerah

Tanjung Bayang. Data presentase kadar kemudian diolah menggunakan aplikasi

SGeMS untuk melihat sebaran endapan pasir pantai daerah Tanjung Bayang.

4.3 Analisis Sebaran Endapan Pasir Pantai

Setelah dilakukan pengolahan data menggunakn aplikasi SgeMS didapatkan

model distribusi/sebaran kadar pasir pada daerah penelitian yang diperlihatkan pada

gambar berikut:

Gambar 4.2Cartesian Grid dari Hasil Data yang didapatkan di Lapangan.

40
Tiap titik pada gambar di atas mewakili posisi diambilnya sampel pada lokasi.

Terdapat 49 titik yang mewakili jumlah keseluruhan sampel yang diambil. Kemudian,

Warna tiap titik berbeda. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan data kadar yang

dimasukkan ke dalam aplikasi. warna biru mewakili nilai kadar yang rendah sedangkan

warna merah sebaliknya. Jarak antar titik yaitu sebesar 50 cm.

Dapat dilihat, semakin ke kanan warna titik berubah yang artinya nilai kadar pun ikut

berubah. hal ini dikarenakan pada bagian kiri empat diambilnya sampel terdapat garis

pantai sejauh 5,5 m. Sehingga, intensitas terjadinya pelapukan pada lokasi dekat garis

pantai lebih besar.

4.4 Diskusi

Jumlah lag yang digunakan yaitu 60 dengan toleransi lag sebesar 17 dan jarak

separasi antar lag yaitu 50. Kemudian, azimuth yang dimasukkan yaitu 40 dengan dip

90, sudut toleransi sebesar 180 dan Bandwidthi sebesar 600. Model variogram yang

diapatkan yaitu model Spherical. Hal ini dikarenakan, data yang didapatkan mengalami

perubahan nilai yang signifikan titik-titik awal dan perubahan tersebut jarang terjadi di

titik-titik akhir.

Model variogram yang didapatkan terlihat pada gambar berikut:

41
Gambar 4.3 Variogram

42
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan fieldtrip ini dapat ditarik kesimpulan:

1. Endapan pasir pantai daerah Tanjung Bayang menunjukkan bentuk

persebaran yang tidak merata dibagian Timur, lalu menurun secara

signifikan ke arah Barat. Hal ini disebabkan karena pada arah tersebut

merupakan daerah bibir pantai. Endapan pasir dengan kadar rendah pada

arah Barat menunjukkan adanya abrasi akibat gelombang laut.Sifat fisik

pasir pada pantai Tanjung Bayang yaitu berwarna gelap, bersifat

Ferromagnetik, dan berukuran 0,0625-2 milimeter002E

2. Sampel pasir yang diambil di daerah Tanjung Bayang diolah menggunakan

aplikasi SGeMS untuk mengetahui arah persebaran dengan variogram dan

model endapan pasir pantainya. Model variogram yang didapatkan yaitu

model Spherical.

5.2 Saran

Penulis sangat menyarankan dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat

atau karakteristik dari pasir pada daerah Tanjung Bayang. Hal ini dikarenakan masih

minimnya infromasi mengenai endapan pasir besi yang ada di pantai ini.

43

Anda mungkin juga menyukai