BAB I .............................................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................ 3
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................................... 3
1.6 Tahapan Penelitian ....................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................. 6
2.1 Endapan Pasir Pantai .................................................................................................... 6
2.2 Teknik Eksplorasi Pendahuluan................................................................................... 12
2.3 Geostatistik ................................................................................................................. 20
2.4 Perangkat Lunak SGeMs ............................................................................................. 24
BAB III .......................................................................................................................................... 26
3.1 Persiapan Alat Penelitian ............................................................................................ 26
3.2 Pengambilan Data Lapangan ...................................................................................... 31
3.3 Preparasi Sampel ........................................................................................................ 31
3.4 Pengolahan Data ......................................................................................................... 32
3.5 Pemodelan Data dengan Perangkat Lunak SGeMS .................................................... 35
BAB IV.......................................................................................................................................... 39
4.1 Endapan Pasir Pantai Tanjung Bayang ........................................................................ 39
4.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai ................................................................... 40
4.3 Analisis Sebaran Endapan Pasir Pantai ....................................................................... 40
4.4 Diskusi ......................................................................................................................... 41
BAB V .......................................................................................................................................... 43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 43
5.2 Saran ........................................................................................................................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
Endapan mineral pada suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu sangat
produk deposit dari proses diferensiasi (pemisahan) dan kristalisasi magma (proses
isotermik dalam hal ini selama proses pembentukan berlangsung akan dilepaskan
khususnya besi ikut meningkat baik dalam jumlah maupun jenisnya. Konsumsi bijih
besi sebagai bahan baku dasar dalam industri baja mengalami booming di pasaran.
Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat maka diperlukan eksplorasi guna
pasir pantai seperti data yang berhubungan dengan spasial. Data tersebut memiliki
hubungan atau interelasi dan variasi secara spasial antar data. Pengolahan data spasial
memerlukan metode tertentu sehingga hasil analisis data bisa memberikan makna dan
keluaran yang berarti. Geostatistik telah banyak digunakan dalam pengolahan data
secara spasial dan memberikan hasil yang memuaskan terutama dalam estimasi
menangani variabel teregionalisasi dan konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh
Matheron.
Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Sebaran pasir pantai di daerah tersebut
2
terdiri dari tipe substrat pantai warna pasir hitam menandakan bahwa pasir tersebut
(Fe). Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian akan dilakukan pada bagian pantai
yaitu Eksplorasi Sebaran Endapan Pasir Pantai dengan Teknik Pemodelan Geostatistik
Bayang?
Geostatistik dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20November 2018 pukul 09.00
3
Propinsi Sulawesi Selatan. Titik kumpul di depan hotel Kolonial Jalan Tanjung Bunga,
Kota Makassar. Perjalanan dimulai dari Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa
pada pukul 07.00 WITA dengan estimasi waktu ± 60 menit menggunakan kendaraan
motor dan mobil. Perjalanan berhenti di depan hotel Kolonial dan dilanjutkan
menelusuri pantai tepatnya pantai Tanjung Bayang dimana akan dianalisis sebaran
Penelitian tentang distribusi kadar pasir ini dilakukan dengan beberapa tahap.
4
1. Membuat grid dengan ukuran 50X50 cm pada lokasi yang ingin dijadikan
5
BAB II
penelitian (lihat Gambar 4) tersusun atas: Endapan pasir pantai dan pematang pantai
(B), Endapan pasir pantai dan pematang pantai di atas endapan laut dangkal (BM),
Endapan pasir pantai dan pematang pantai di atas endapan pasir pantai dan pematang
pantai di atas endapan laut dangkal (FBM), Endapan dataran limpah banjir di atas
endapan sungai (FC), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan sungai di atas
endapan laut dangkal (FCM), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan sungai di
atas endapan pasir pantai dan pematang pantai, di atas endapan rawa bakau di atas
endapan laut dangkal (FCM), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan laut
dangkal (FM), Endapan dataran limpah banjir di atas endapan kipas alluvial di atas
endapan pasir pantai dan pematang pantai di atas endapan laut dangkal (FVBM) (Tim
PSDG, 2005).
pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh
sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Sifat-sifat sedimen
adalah sangat penting didalam mempelajari proses erosi dan sedimentasi. Sifat-sifat
tersebut adalah ukuran partikel dan distribusi butir sedimen, resistenitas atau
ketahanan terhadap erosi, dan sebagainya. Di antara beberapa sifat tersebut, distribusi
6
Gambar 2.1 Peta Geologi Kuarter daerah penelitian
Lembar Sungguminasa Sulawesi Selatan
pada kondisi topografi pantai tahun 1924
(Malada, 2012).
1. Sifat-sifat Sedimen
PantaiSedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari
daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke
proses erosi dan sedimentasi. Sifat-sifat tersebut antara lain; ukuran partikel
dan distribusi butir sedimen, bentuk butir sedimen, tahanan terhadap erosi, dan
yang paling penting. Ukuran butir sedimen menurut Klasifikasi Went Worth,
7
tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau
juga pantai Estuari Jeneberang di kawasan pantai barat Kota Makassar yang
faktor fluvial dan faktor marin. Faktor fluvial meliputi debit sungai, arus sungai,
konfigurasi dasar sungai, dan sedimen sungai. Pola akumulasi sedimen delta
yang didominasi oleh energi pasang surut akan terbentuk gosong pasir yang
2. Angkutan Sedimen
disebabkan oleh proses abrasi dan erosi juga pengendapan lumpur di muara
dan terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak dari daratan
8
menjadi erosi bila suplai sedimen berkurang karena pembangunan dam atau
3. Sedimen Backshore
batas pasang air laut tertinggi ke arah daratan hingga ke puncak pematang
apabila terjadi kenaikan muka air laut atau terjadi gelombang badai. Artinya
lingkungan tepi pantai bagian belakang (backshore) akan berubah jika terjadi
gelombang badai dengan enerji yang cukup tinggi. Endapan ini berdasarkan
adanya perbedaan ukuran butir yang tersusun secara berurutan dari bawah
seperti akar-akar tumbuhan. Hal tersebut menunjukkan zona ini tidak selalu
adanya proses abrasi di pantai. Proses pantai abrasi ini selalu mendapat
9
tetapi penyebab terjadinya proses ini masih mengundang perdebatan
(Pettijohn, 1973).
magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin
photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita
kaset. Ketiga mineral magnetik di atas dapat juga digunakan sebagai pewarna serta
campuran (filler) untuk cat serta bahan dasar untuk industri magnet permanen
(Moetamar, 2008).
Pasir besi adalah endapanpasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit),
oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal. Batuan yang
ilmenit dan kelompok mineral oksida besi kemudian terakumulasi serta tercuci oleh
Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang telah dimanfaatkan sebagai
sebagai bahan baku besi baja.Proses pemanfaatan pasir besi harus sesuai dengan
perkembangan teknologi pengolahan dan kebutuhan pasar. Sampai saat ini eksplorasi
pasir besi sudah banyak dilakukan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah namun
belum ada pedoman baku eksplorasi pasir besiyang bisa dipakai sebagai acuan
teknis terutama dalam penyusunan laporan hasil eksplorasi pasir besi (PSDG, 2005).
bahan industri. Sebagai contoh magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
10
tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan printer laser sementara maghemit adalah
bahan utama untuk pita kaset. Mineral magnetik dapat juga digunakan sebagai
pewarna serta campuran(filler)untuk cat serta bahan dasar untuk industri magnet
permanen. Kandungan pasir besi dalam pasir yang terdapat di Pantai air tawar Padang
cukup tinggi (41,32%) dengan nilai susceptibility yang besar dan bernilaipositif. Selain
di pantai pasir juga banyak terdapat di sungai-sungai. Pasir yang terdapat di pantai
juga berasal dari sungai. Pasir di sungai memiliki kemiripan tampilan fisik dengan pasir
pantai. Jadi kemungkinan pasir sungai juga memiliki pasir besi dan kandungan mineral
Pertama endapan besi primer terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi
laterit terbentuk akibat proses pelapukan dan ketiga endapan pasir besi terbentuk
karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous
magnetit, ilmenit, limonit dan hematit. Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup
penting karena merupakan mineral ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih
pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik vulkanik (Siever, 1988).
Dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi selain
batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang
mengandung silika dioksida(SiO2) dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe.
11
Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti magnetit
besi terdapatdi pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan
pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuanyang bersifat
Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian
berlanjutke proses fisika yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian
perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi karena proses
alam akibat panas dan hujan. Proses pelapukan membuat butiran mineral terlepas dari
batuan dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral
magnetit, ilmenit, hematit, titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum
berasal dari batuan gunung api. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara
lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).
Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam
konteks ini secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk
mencari, menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian) yang
12
kemudian secaka ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep,
(kegiatan) yang karena faktor risiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk
mendapatkan suatu areal yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan dalam suatu program eksplorasi
(Ardra, 2011):
diperoleh dari: (a) Publikasi ilmiah (b) Textbook geologi/ekonomi (c) Publikasi
dan geofisika, serta laporannya (d) Data remote sensing seperti foto udara dan
citra satelit (e) Data hasil survei geofisika udara (airborne geophysics) (f)
organisasi profesional (g) Jurnal teknik dan industri (h) Laporan survei yang
pernah dilakukan (i) Hasil diskusi dengan contact person dan kolega-kolega
seprofesi.
geologi.
13
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa conto untuk
mempunyai kondisi geologi yang mirip. Jika ternyata kondisinya tidak sesuai,
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu disiapkan
dengan elemen-elemen kunci sebagai berikut: (a) Program geologi tinjau dan
pemetaan (b) Program survei dan sampling geokimia (c) Program survei
geofisika (d) Program pemboran dan sampling (e) Program evaluasi dampak
lingkungan.
14
3) Sampling dan survei geokimia sistematik Pemboran dangkal pada
yang ditemukan.
semua hasil yang diperoleh (berdasarkan aspek geologi, teknik, dan budget),
a. Sub Kelompok A yaitu Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batu
gamping
b. Sub Kelompok B yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen lainnya.
gunung api.
3. Kelompok III yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik
15
5. Kelompok V yaitu Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan proses ubahan
hidrotermal.
metamorf.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik eksplorasi awal yang
batuan dipermukaan.
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan galian
secara vertikal yang berada dibawah permukaan tanah, disarnping itu mengetahui
ketebalannya. Teknik melerakkan titik rokasi pemboran inti ini agar didapatkan
kedalaman yang maksimal dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi
(Malada, 2012).
Sesuai dengan tingkat kedaraman pemboran yang diinginkan dan waktu yang
tersedia, pemboran inti dapat dilaksanakan dengan cara yaitu (Afdal, 2012):
a. Alat bor auger, yang dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia. AIat
itu apabila batuan yang akan dibor cukup tebal/cukup dalam maka
b. Alat bor inti yang dioperasikan dengan mesin. Alat ini sesuai diterapkan pada
batuan yang lunak ataupun pada bagian yang keras. Kemampuan membor
16
Dari kedua alat pemboran inti tersebut apabila dikehendaki perolehan inti
pemboran dapat mencapai loovo, dan inti pemboran tersebut siap untuk dilakukan
analisa laboratorium. untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan ini dapat diketahui
dengan membandingkan warna mineral yang tampak pada mikroskop pada saat nikol
disilangkan (misalnya mineral homblende) dengan warna mineral baku seperti yang
sampaidingin.
b. Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk
dideterminasi.
Analisa kimia dinilai relatif rebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam
a. Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan
NazCO: pada suhu 1.000oC. Tambahkan aquades dan HCl, panasi hingga
kering. Ulangi perlakuan tersebut sampai larut lalu disaring untuk penentuan
kadar SiO2.
17
c. Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan
100 - 105" C maka semua air akan keluar dan menguap. Sampel tersebut
kandungan air.
lagi pada.futnqce sampai 1.000"C, selima 1,5 - 2 jam, dan ditimbang lagi = b
Analisa ini diperlakukan untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur
kimianya dengan petrografi karena mempunyai butir yang sangat halus, antara lain
b. Pisahkan ukuran butir dengan cara diayak pada ayakan berjenjang. Agar
Catatan'. Analisa ukuran butir cocok untuk contoh bahan galian yang bersifat
lepas.
Berat jenis yang diukur pada contoh batuan adalah bulk density. Hal ini
18
mempunyai berat jenis tersendiri.Prinsip pengukuran berat jenis sebagai berikut
(Moetamar, 2008):
a. Contoh batuan dipanaskan dalam oven pada suhu minimum 100oC supaya
semua air yang ada di dalamnya menguap, kemudian didinginkan pada suhu
kamar.
d. Berat jenis batuan diperoleh dengan membagi berat dengan volume sampai
beratnya tetap.
e. Benda uji dan bola baja dimasukan ke dalam mesin Los Angeles.
tabel berikut).
g. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian saring
kendaraan.
agregat harus cukup kuat menahan tekanan. Kuat tekan suatu bahan adalah
kemampuan batuan tersebut dalam menahan beban atau gaya tekan yang dikenakan
sehingga batuan tersebut pertama kali mengalami deformasi. Besarnya kuat tekan
19
batuan dipengaruhi oleh tekstur, mineral penyusun, porositas maupun gesekan
dengan bidang penekan. Pada pengujian kuat tekan bebas batuan diperlukan
contoh batuan dengan bentuk tertentu yaitu dalam bentuk kubus atau silinder. Hal
tersebut dimaksudkan agar perbedaan kuat tekan yang terjadi pada keduanya tidak
berbeda, dan kalaupun ada perbedaan tersebut sangat kecil sehingga dapat
2.3 Geostatistik
Geostatistik adalah ilmu yang mempelajari aplikasi dan teori mengenai variable
terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala alam, terutama untuk
"The Theory of Regionalised Variables”, dimana data dari titik-titik sampel mempunyai
variabel spasial, yaitu hubungan antara variabel yang diukur pada titik tertentu dengan
variabel yang sama pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (Ardra, 2011)
Variabel data spasial tersebut memiliki sifat khusus yakni ketakbebasan dan
dan hasil yang diteliti dalam satu titik ditentukan oleh titik lainnya dalam sistem dan
terintegrasi dengan geostatistik sangat diperlukan untuk dapat membuat model detail
guna analisa fasies dan peta porositas yang bertujuan determinasi dan input pada
(Siever, 1998):
bumi, kadar di atas cut-off, resiko polusi), variogram yang sama dapat
digunakan.
b. Mengestimasi eror
Statistik dalam geologi akan dapat dilihat peranannya dengan lebih mudah,
terutama dalam menganalisa data dalam data dalam beberapa contoh kasus seperti
pengolahan data kekar, uratan stratigrafi, estimasi mineral, klasifikasi data fosil, dan
a. Optimasi model
b. filter noise
d. anomali regional
e. atribut seismic
21
h. analisa sequence untuk gempa dan letusan gunung api
Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh
data yang diperlukan. Hal ini sagat penting dilakukan untuk dapat menggunakan data
– data tersebut pada tahapan selanjutnya. Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis
lebih lanjut apabila menggunakan GIS tentu sangat penting. Data digital akan
memudahkan dengan penggunaan work station. Langkah – langkah analisa yang harus
1. Eksplorasi Data, pemahaman yang menyeluruh dan dalam pada data yang ada
data, melihat batasan – batasan secara global dan lokal, melihat pola –pola
global, memeriksa korelasi spasial, dan memahami kovariasi dari berbagai data.
ada asumsi untuk data sedangkan metode kriging memiliki penilaian untuk
kesalahan prediksi dan mengasumsikan data dari proses stokastik. Peta yang
dihasilkan dapat berupa peta prediksi (peta interpolasi), peta standar eror, peta
3. Melakukan Diagnostik
bagusnya prediksi nilai di tempat yang tidak memiliki data real. Dalam
22
b. Untuk prediksi yang baik harus memiliki prediksi mean eror yang mendekati
nol, RMS (root-mean-square) yang lebih kecil lebih baik. Apabila estimasi
rata rata standar eror dibandingkan dengan prediksi eror RMS sama maka
prediksi bagus, apabila <1 maka overestimate dan apabila >1 maka
underestimate.
ini. Aturan – aturan dasar sebelumnya untuk prediksi yang baik masih
2.3.3 Variogram
Dengan:
23
d. Horisontal, variabel random, distribusi acak
Stanford, Amerika Serikat. Graphical Users Interface (GUI) SGeMS terdiri dari Menu
1. Panel Algoritma, panel yang berisi tool estimasi dan simulasi geostatistik yang
berupa kumpulan titik (point set) dan kartesian grid dapat ditampilkan.
yang dilakukan melalui script pada command line dan memperlihatkan history
Format file GSLIB atau Geo-EAS tersebut dibentuk dengan aturan sebagai
2. Baris kedua menyatakan jumlah variable data yang akan diproses dan
24
3. Baris ketiga, keempat dan seterusnya ke bawah menyatakan nama variabel
data yang akan diproses sesuai dengan jumlah variable data yang ditentukan
satu spasi.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat di lapangan untuk
alat secara matang terlebih dahulu. Adapun hal-hal yang dipersiapkan yaitu sebagai
berikut:
3.1.1 Alat
berikut:
1. Kompas
posisi geografi yang benar. Kompas yang digunakan kali ini yaitu kompas yang
terdapat di handphone.
Tali rafia digunakan untuk memberi tanda daerah mana saja yang akan
dipatok. Tali rafia ini juga dapat berfungsi agar patok dapat lurus pada saat
3. Sendok Semen
Sendok semen digunakan pada saat mengambil sampel pasir yang terdapat di
sekitaran pantai. Sendok semen ini juga dapat berfungsi untuk mengeruk pasir
4. Kantong Sampel
lapangan. Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat
atau wadah untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk
27
barang tersebut tidak terkena hujan. Kantong sampel yang dibutuhkan
sebanyak 49.
5. Patok
Patok berfungsi sebagai penanda titik-titik yang akan digunakan dan diambil
sampelnya nanti. Patok yang digunakan pada kegiatan kali ini yaitu sebanyak
30 patok.
6. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan. Alat
tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga
28
spidol permanen. Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis
7. Roll Meter
untuk mengukur jarak lintasan dalam suatu tempat ataupun mengukur lebar
8. Karung
29
Gambar 3.8 Karung
3.1.2 Bahan
berikut:
1. Kertas A4
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
30
3.2 Pengambilan Data Lapangan
dengan mengambil sampel batuan dari 49 titik lokasi yang berada di Tanjung Bayang,
Kota Makassar yang telah ditentukandari endapan pasir pantai yang terdapat di
lapangan. 49 titik lokasi tersebut diberi patok yang berfungsi sebagai penanda dari
lokasi yang diambil dari masing-masing kelompok. Setelah itu patok diberi tali agar
sebagai berikut:
1. Menentukan lokasi penelitian tiap stasiun dengan cara pengeplotan lokasi pada
handphone.
3. Menentukan tempat yang akan diteliti sebesar 7x7. Jarak antara satu patok ke
4. Menempatkan patok pada tiap titik/tempat yang telah ditentukan. Jarak antara
selanjutnya. Tahapan lanjut yang dilakukan yaitu preparasi sampel untuk mengetahui
31
seberapa banyak persen berat dari pasir pantai atau sample yang terdapat. Preparasi
sampel dilakukan pada masing-masing titik lokasi yang terdapat di lapangan. Terdapat
langkah yang dilakukan pada saat preparasi sampel yaitu sebagai berikut:
1. Mengeringkan 49 sampel yang telah diambil pada saat kegiatan sampling yang
dilakukan di lapangan.
5. Mengambil sampel dari pasir yang tidak lolos ayakan yaitu sampel berat dari
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan data-
Perangkat lunak SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran bahan galian
32
Rumus di atas digunakan untuk menghitung persen berat dari pasir pantai yang
33
35 5G 700 500
36 6A 100 600
37 6B 200 600
38 6C 300 600
39 6D 400 600
40 6E 500 600
41 6F 600 600
42 6G 700 600
43 7A 100 700
44 7B 200 700
45 7C 300 700
46 7D 400 700
47 7E 500 700
48 7F 600 700
49 7G 700 700
34
22 4A 0,697674419 1,2 172
23 4B 0,777777778 1,4 180
24 4C 1,712328767 3 175,2
25 4D 2,643171806 6 227
26 4E 0,463201235 0,9 194,3
27 4F 0,577200577 1,2 207,9
28 4G 0,625978091 1,2 191,7
29 5A 0,49382716 0,8 162
30 5B 0,545454545 0,9 165
31 5C 0,606060606 1 165
32 5D 0,643274854 1,1 171
33 5E 0,705882353 1,2 170
34 5F 0,695187166 1,3 187
35 5G 1,235584843 3 242,8
36 6A 0,635324015 1,5 236,1
37 6B 0,470588235 0,8 170
38 6C 0,476190476 0,8 168
39 6D 0,450676014 0,9 199,7
40 6E 0,5 1 200
41 6F 0,555555556 1,1 198
42 6G 0,613207547 1,3 212
43 7A 0,325968852 0,9 276,1
44 7B 0,497237569 0,9 181
45 7C 0,572916667 1,1 192
46 7D 0,547263682 1,1 201
47 7E 0,542986425 1,2 221
48 7F 1 1,6 160
49 7G 2,5 5 200
Pemodelan data dari hasil perolehan persen berat dari masing-masing sampel
Perangkat ini dapat menunjukkan hasil dari variogram sebaran pasir pantai dari data
yang telah diambil sebelumnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada saat
pemodelan data sebaran pasir pantai menggunakan perangkat lunak SGeMS yaitu
sebagai berikut:
35
1. Menaruh data pada aplikasi Microsoft excel.
4. Meng-klik ikon object pada aplikasi lalu meng-load object data yang berada di
notepad.
5. Meng-klik point set kemudian memberi nama dari point set yang telah dipilih
sebelumnya.
6. Setelah itu, untuk membuat variogram yaitu meng-klik ikon object lalu new
cartesian grid.
7. Setelah itu memilih data analysis kemudian setelah itu memilih ikon variogram.
Perangkat lunak ini dapat memunculkan data-data variogram beserta model dari
Software) merupakan salah satu perangkat lunak analisis geostatistik public domain
Pada perangkat lunak ini juga dapat didapatkan sebaran pasir pantai dalam
bentuk point set. Perangkat lunak ini juga dapat memunculkan kadar pasir pantai dari
yang tertinggi hingga yang terkecil melalui warna-warna yang disediakan. Warna
dalam perangkat lunak SGeMS yaitu warna merah untuk kadar pasir pantai yang paling
tinggi sedangkan untuk warna biru tua untuk kadar pasir pantai yang rendah. Berikut
ialah gambar dari variogram dari hasil data yang diperoleh di lapangan:
36
Gambar 3.10 Variogram
lapangan. Pada gambar di atas didapatkan data sill sebesar 0.18 di mana terdapat
nugget effect sebesar 0.15 dan range pada variogram data yang didapatkan yaitu
untuk range minimum sebesar 1800, range medium sebesar 1800, dan range
maximum sebesar 1800. Tipe yang digunakan untuk jenis variogram ini yaitu tipe
spherical. Tipe spherical ini menunjukkan adanya perbedaan jarak dari kadar pasih
yang jauh di awal tetapi lama kelamaan menunjukkan keseragaman dari kadar pasir
seperti yang terlihat. Pada perangkat lunak SGeMS ini juga memperlihatkan adanya
cartesian grid yang berbentuk satu set poin. Menu ini dapat didapatkan pada menu
objectpada perangkat lunak SGeMS. Sedangkan untuk gambar point set dari data yang
37
Gambar 3.11Cartesian Grid dari Hasil Data yang didapatkan di Lapangan.
38
BAB IV
Makassar, Sulawesi Selatan. Pasir pantai pada daerah ini didominasi warna gelap. Hal
ini dikarenakan pasir pada daerah ini mengandung mineral dengan dominasi unsur
besi. Pada pasir yang berwarna hitam, mineral yang mendominasi adalah magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), Limonit (Fe2O3.nH2O), Siderit (FeCO3). Semakin gelap warna
dari pasir, menunjukkan konsentrasi unsur Fe yang makin tinggi (ilustrasi pasir besi
yang tertarik magnet). Ukuran butir pasir tersebut berukuan 0,0625 sampai 2
39
4.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai
Penelitian sebaran endapan pasir pantai ini dilakukan di daerah tanjung bayang.
Penelitian diawali dengan pengambilan pasir sampel pada 49 titik dengan jaran
ditandai dengan nomot 1A-1G hingga 7A-7G. Sampel pasir yang diambil kemudian
dikeringkan, lalu ditimbang berat kotornya. Setelah penimbangan berat kotor, sampel
pasir dibersihkan dari pengotoornya lalu ditimbang kembali berat bersihnya. Dari data
berat kotor dan berat bersih kemudian diperoleh presentase kadar pasir daerah
SGeMS untuk melihat sebaran endapan pasir pantai daerah Tanjung Bayang.
model distribusi/sebaran kadar pasir pada daerah penelitian yang diperlihatkan pada
gambar berikut:
40
Tiap titik pada gambar di atas mewakili posisi diambilnya sampel pada lokasi.
Terdapat 49 titik yang mewakili jumlah keseluruhan sampel yang diambil. Kemudian,
Warna tiap titik berbeda. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan data kadar yang
dimasukkan ke dalam aplikasi. warna biru mewakili nilai kadar yang rendah sedangkan
Dapat dilihat, semakin ke kanan warna titik berubah yang artinya nilai kadar pun ikut
berubah. hal ini dikarenakan pada bagian kiri empat diambilnya sampel terdapat garis
pantai sejauh 5,5 m. Sehingga, intensitas terjadinya pelapukan pada lokasi dekat garis
4.4 Diskusi
Jumlah lag yang digunakan yaitu 60 dengan toleransi lag sebesar 17 dan jarak
separasi antar lag yaitu 50. Kemudian, azimuth yang dimasukkan yaitu 40 dengan dip
90, sudut toleransi sebesar 180 dan Bandwidthi sebesar 600. Model variogram yang
diapatkan yaitu model Spherical. Hal ini dikarenakan, data yang didapatkan mengalami
perubahan nilai yang signifikan titik-titik awal dan perubahan tersebut jarang terjadi di
titik-titik akhir.
41
Gambar 4.3 Variogram
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
signifikan ke arah Barat. Hal ini disebabkan karena pada arah tersebut
merupakan daerah bibir pantai. Endapan pasir dengan kadar rendah pada
model Spherical.
5.2 Saran
atau karakteristik dari pasir pada daerah Tanjung Bayang. Hal ini dikarenakan masih
minimnya infromasi mengenai endapan pasir besi yang ada di pantai ini.
43