Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan galian (mineral processing) merupakan salah satu bidang


disiplin ilmu pertambangan yang menghubungkan antara ilmu metalurgi dengan ilmu
bahan. Kajian utama dalam bidang ini adalah upaya untuk meningkatkan kadar/kualitas
bahan galian untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan konsumen.
Proses pengolahan mineral dilakukan beberapa tahap, contohnya yaitu kominusi dan
separasi.
Kominusi merupakan proses reduksi ukuran partikel suatu bahan galian
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan dalam penggunaannya ataupun
sebagai syarat dalam melakukan proses lanjutan. Proses kominusi bertujuan untuk
menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran maupun bentuk),
membebaskan mineral berharga dari pengotor dan memperbesar luas permukaan
sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat berlangsung dengan lebih baik.Secara umum
kominusi ada dua macam yaitu peremukan (crushing) dan penghalusan/penggerusan
(grinding).
Setelah dilakukan proses kominusi, proses pengolahan mineral selanjutnya yaitu
tahap separasi. Tahap separasi merupakan proses pemisahan mineral berharga (ore)
dari mineral ikutannya (gangue) berdasarkan sifat fisik dan kimia dari mineral tersebut.
Metode separasi dalam pengolahan mineral diantaranya yaitu metode konsentrasi
gravitasi, flotasi, dan magnetic separation. Pemilihan metode separasi tergantung pada
jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya.
Praktikum pengolahan bahan galian ini, metode separasi yang digunakan yaitu
magnetic separation. Magnetic separation merupakan salah satu metode separasi
dimana pemisahan mineral-mineralnya dilakukan berdasarkan sifat kemagnetan dari
mineral tersebut. Hasil pemisahannya berupa mineral yang bersifat diamagnetik,
paramagnetik, dan feromagnetik. Alat yang digunakan pada proses separasi ini adalah
magnetik separator.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul dari adanya latar belakang di atas ialah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pemisahan secara magnetik ?
2. Bagaimana pengaruh kecepatan putar drum terhadap perolehan konsentrat ?
3. Bagaimana tingkat kehilangan umpan dari proses pemisahan secara magnetik ?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum mata kuliah Pengolahan Bahan Galian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pemisahan secara magnetik.
2. Mengetahui pengaruh kecepatan putar drum terhadap perolehan konsentrat.
3. Mengetahui tingkat kehilangan umpan dari proses pemisahan secara magnetik.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang diperoleh dari praktikum pengolahan bahan galian ini yaitu
mengetahui mekanisme kerja dan cara pengoperasian alat magnetic separator,
pengaruh kecepatan putaran dan waktu.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir Besi

Pasir besi merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Indonesia. Pasir
besi banyak ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa dan salah satunya di daerah Kulon
Progo. Hasil penambangan pasir besi berpotensi untuk menjadi suatu komoditas negara
Indonesia namun pengolahan pasir besi masih belum maksimal saat ini. Pasir besi
umumnya diekspor dalam bentuk mentah (raw material) padahal pasir besi dapat diolah
lebih lanjut agar pemanfaatannya menjadi lebih efektif dan efisien serta harga jualnya
menjadi lebih tinggi (Yulianto, 2002).
Pasir besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi banyak
mengandung besi (Fe) sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga banyak
mengandung mineral-mineral magnetik seperti magnetit (Fe3O4), hematit (α – Fe2O3),
dan maghemit (ɣ - Fe2O3) sehingga pasir besi dapat digunakan di dalam industri lain.
Magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tinta kering / toner yang
biasa digunakan di dalam mesin fotokopi dan printer laser. Maghemit adalah bahan
utama pembuatan pita kaset. Ketiga mineral tersebut juga dapat digunakan dalam
industri pembuatan magnet permanen (Yulianto, 2002).
Pasir besi memiliki warna hitam, kilap logam, berat jenis 1,8 ton/m3, dan ukuran
butirnya adalah dari 116 mm sampai 2 mm. Pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang
tinggi.Pasir besi di Indonesia termasuk salah satu bahan baku dasar dalam industri baja.
Selain itu, pasir besi dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri semen
dalam pembuatan beton, bahan dasar tinta kering (toner), bahan utama untuk pita
kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat serta bahan dasar untuk industri
magnet permanen (Sandria, 2015).
Mineral yang terdapat dalam endapan pasir besi seperti Ilmenit (FeTiO3) dapat
berasosiasi dengan Oksida Titanium (titaniferous iron ore). Mineral Ilmenit mengandung
hampir 53% rutile (TiO2) yang merupakan mineral penting untuk pengolahan Titanium.
Untuk mendapatkan TiO2, maka kandungan besi dalam Ilmenit harus dipisahkan terlebih
dahulu. Titanium biasa dimanfaatkan untuk alat kesehatan seperti bahan untuk pen

3
karena memiliki karakteristik yang ringan dan kuat. Selain bidang kesehatan, Titanium
dimanfaatkan pula untuk bidang penerbangan dan automotif Kandungan Titanium ini
biasanya hadir sebagai mineral pengganggu, sehingga kadar besi dalam pasir besi relatif
rendah. Sehingga, pemanfaatan pasir besi menjadi kurang sesuai untuk bahan baku
pembuatan besi. Selain Titanium, mineral oksida lain yang berasosiasi di dalam pasir
besi ialah Vanadium. Endapan pasir besi di pesisir pantai selatan, tepatnya di pesisir
selatan Kulon Progo memiliki kandungan Vanadium, di luar kandungan besi dan
Titanium. (Sandria, 2015).
2.1.1 Keterdapatan Pasir Besi di Dunia dan Indonesia
Endapan besi yang ditemukan di Indonesia umumnya terdiri dari tiga jenis
endapan, yaitu bijih besi laterit, besi primer, besi sedimen dan pasir besi (Ishlah, 2009).
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi 2012 Sumber Daya dan Cadangan Mineral
Besi, khususnya pasir besi ialah berupa sumberdaya sebesar 2.121.342.036,95 ton dan
cadangan sebesar 173.810.400,00 ton. Potensi dan sebaran dari pasir besi banyak
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia seperti: Pantai Barat Sumatra, Pantai Selatan
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Papua (Sandria,
2015).

Gambar 2.1 Peta Persebaran Cadangan Pasir Besi di Indonesia (Slideshare.net,2012)

Berdasarkan kejadiannya, endapan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis


yaitu pertama endapan besi primer yang terjadi karena proses hidrotermal, kedua
endapan besi laterit yang terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir
besi yang terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika.
Endapan yang menjadi bahasan dalam makalah ini adalah endapan besi tipe 3.
Bentuk dari pasir besi akan angular jika dekat dengan daerah erupsi gunung berapi
sedangkan bentuknya akan granular jika jauh dari erupsi gunung berapi. Serta pasir besi

4
memiliki warna yang gelap kehitaman karena banyak mengandung mineral dengan
dominan unsur besi. Pada pasir yang berwarna hitam, mineral yang mendominasi
diantaranya Magnetit (Fe3O4), Hematit (Fe2O3), Limonit (Fe2O3.nH2O), Siderit (FeCO3).
Semakin gelap warna pasir, maka konsentrasi unsur Fe akan semakin tinggi (Budiman,
2015).
Endapan pasir besi bersumber dari batuan gunung berapi, sebaran gunung api di
Indonesia berada pada bagian barat Pulau Sumatra dan bagian selatan Pulau Jawa.
Sehingga pasir besi lebih banyak ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa dan pantai
bagian barat Pulau Sumatra. Hal ini dikarenakan material yang tertransport pada bagian
selatan Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa mengalami transportasi yang lebih dekat
jaraknya. Sedangkan, bagian timur dari Pulau Sumatera dan bagian utara Pulau Jawa,
jarak transportasi material dari erupsi gunung api cenderung lebih jauh. Sehingga,
material dari sumber/asal sudah habis terlebih dahulu selama proses transportasi
(Budiman, 2015).
Sruktur geologi merupakan kenampakan kondisi geologi pada suatu daerah.
Karena pasir besi merupakan endapan sedimenter (placer) maka keterdapatannya
cenderung pada daerah yang memiliki struktur geologi cekungan atau dataran rendah.
Dimana pada daerah cekungan atau dataran rendah tersebut mengalami lipatan
dan/atau patahan dan/atau sesar sebelumnya sehingga membentuk suatu sistem sungai
(Budiman, 2015).
Keterdapatan endapan pasir besi di dunia yang utama ialah di New Zealand,
tepatnya di Taranaki. Pasir besi di Taranaki, New Zealand merupakan hasil dari endapan
alluvium yang mengalir melalui sungai yang berhulu dari Gunung Taranaki. Keterdapatan
endapan pasir besi di Indonesia antara lain (Budiman, 2015) :
1. Di Kulon Progo, Jogjakarta yang ditambang oleh PT Jogja Magasa Iron (JMI), yang
merupakan hasil dari endapan alluvium yang mengalir melalui sungai Opak-Oyo
dan sungai Progo yang anak sungainya berhulu pada Gunung Merapi.
2. Di gunung Tegak (Lampung), pasir besinya merupakan hasil dari endapan alluvium
yang mengalir melalui sungai yang berhulu pada Gunung Tegak.
3. Di Pulau Sebuku (Kalimantan Selatan), yang merupakan hasil dari endapan aluvium
yang mengalir melalui sungai yang berhulu pada Gunung Verbeek dan ditambang
oleh PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO).
4. Garut dan Tasikmalaya, yang merupakan hasil dari endapan alluvium yang
mengalir melalui sungai yang berhulu pada Gunung Galunggung.

5
5. Lumajang (Jawa Timur), dimana pasir besinya merupakan hasil endapan alluvium
dari letusan Gunung Semeru yang mengalir melalui sungai dan terendapkan di
pantai.

Gambar 2.2 Keterdapatan Pasir Besi di Taranaki, New


Zealand (Subekti, 2015)

2.2 Kemagnetan Mineral

Kemagnetan adalah salah satu sifat fisik mineral, selain kekerasan, sifat dalam,
warna, ketembusan cahaya, dan lain-lain. Dengan kata lain, kemagnetan batuan mineral
(magnetism) merupakan sifat mineral terhadap gaya tarik menarik. Sifat kemagnetan
mineral dapat diketahui dengan cara menggantungkannya pada seutas benang. Sedikit
demi sedikit mineral didekatkan pada magnet. Bila benang bergerak mendekatinya,
berarti mineral tersebut magnetik (Curie, 1973).
Mineral-mineral yang masuk dalam kelompok mineral magnetik ialah Magnetit,
Hematit, Ilmenit, Siderit, dan Monazit, sedangkan mineral-mineral yang dikelompokkan
dalam mineral non-magnetik ialah Kuarsa, Mika, Korundum, Gipsum, Feldspar.
Kemampuan mineral dalam merespon medan magnet disebut magnetic susceptibility.
Berdasarkan sifat kemagnetan mineral terhadap tarikan atau tolakan garis-garis gaya
medan magnet maka mineral dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Curie, 1973):
1. Ferromagnetik, yaitu mineral yang sangat kuat ditarik oleh sebuah medan magnet.
Sifat ferromagnetik timbul apabila mineral berupa fasa padat. Sedangkan sifat
ferromagnetik akan hilang apabila mineral berupa fasa cair dan juga gas. Contoh
mineral ferromagnetik adalah Ilmenit, Magnetit, Besi. Ferromagnetik, yaitu mineral
yang sangat kuat ditarik oleh sebuah medan magnet. Sifat ferromagnetik timbul
apabila mineral berupa fasa padat. Sedangkan sifat ferromagnetik akan hilang
apabila mineral berupa fasa cair dan juga gas. Contoh mineral ferromagnetik
adalah Ilmenit, Magnetit, Besi.

6
Tabel 2.1 Suhu Curie beberapa Bahan Ferromagnetic.
Bahan Suhu Curie (oC)
Besi 770oC
Kobalt 1131oC
Nikel 358oC
Gadolinium 16oC

2. Paramagnetik, yaitu mineral yang dapat ditarik oleh medan magnet (sedikit
menarik garis-garis medan magnet). Contoh mineral paramagnetik adalah Siderit,
Limonit, Hematit, Manganit dan lainnya. mineral-mineral paramagnetik memiliki
sifat kemagnetan yang rendah dimana mineral ini hanya memberikan respon
terhadap medan magnet yang besar
3. Diamagnetik, yaitu mineral yang tidak dapat ditarik oleh medan magnet. Contoh
mineral diamagnetik adalah Kuarsa, Galena, Pirit, Dolomit dan lainnya.

Gambar 2.1 Respon Mineral dalam Medan Magnet (Curie, 1973).

Gambar diatas menunjukkan respon dari tiga mineral yang memiliki susceptibility
berbeda. Ketiga mineral berada dalam medan magnet dengan kuat medan dalam satuan
A/m. Mineral Magnetit memberikan respon yang sangat kuat dimana intensitas
magnetisasinya meningkat secara eksponensial hingga mencapai nilai saturasinya.
Setelah jenuh, berapapun kuat medan yang diberikan tidak lagi mempengaruhi
perubahan intensitas kemagnetannya. Intensitas magnetisasi mineral Hematit
meningkat secara linear dengan meningkatnya kuat medan. Peningkatan ini jauh lebih
lambat dibanding dengan Magnetit, sedangkan Kuarsa tidak menunjukkan respon

7
terhadap medan magnet yang diberikan. Berapapun kuat medan yang diberikan, Kuarsa
cenderung tidak terpengaruh bahkan Kuarsa relatif memberikan respon negatif yang
ditunjukkan dengan sedikit turunnya intensitas magnetisasinya (Curie, 1973).

2.3 Separator Magnetic

2.3.1 Penjelasan Umum


Dalam industri proses terdapat berbagai macam pengerjaan, dengan tujuan untuk
memisah suatu campuran dari berbagai macam zat dalam bagian-bagian penyusunnya.
Pengerjaan memisah, terdiri dari pelaksanaan gaya tertentu terhadap campuran yang
akan dipisah. Oleh gaya itu, gabungan bagian-bagian susunan dari campuran saling
dipindahkan sedemikian rupa, sehingga diperoleh suatu pemisahan. Gaya ini dinamakan
gaya selektif. Dengan demikian umpamanyan, suatu campuran serbuk besi dan serbuk
belerang dapat dipisahkan dengan bantuan sebuah magnet. Magnet itu melakukan gaya
tarik terhadap serbuk besi, akan tetapi tidak terhadap serbuk belerang (jadi gaya itu
adalah selektif) (Subekti, 2015).
Umumnya gaya selektif itu dapat dari jenis mekanis, jenis alami atau jenis kimia.
Pada pengerjaan pemisahan secara mekanis, dipergunakan gaya mekanis yang
dikerjakan terhadap zat yang akan dipisah (misalnya pada pengendapan pemusingan,
pemisahan oleh magnet dan lain sebagainya). Pengerjaan pemisahan yang lain
didasarkan atas prinsip secara ilmu alam (misalnya mengekstrak, menyuling), sedangkan
pengerjaan–pengerjaan yang lain lagi didasarkan atas reaksi kimia. Pengerjaan
pemisahan dengan reaksii kimia misalnya terdapat pada pemisahan besi dari bijih
aluminium misalnya berlangsung dengan jalan mengubah bijih aluminium dengan
bantuan lindinatron ke dalam aliminat natrium yang dapat larut. Semua benda
mempunyai sifat magnetik (Subekti, 2015).
Zat yang mempunyaii permeabilitas lebih besar dari udara dikelompokkan sebagai
paramagnetik dan yang permeabilitasnya lebih kecil disebut diamagnetik. Benda-benda
paramagnetik ditarik oleh magnet sedangkan diamagnetik akan ditolak. Benda-benda
paramagnetik yang sangat kuat dikelompokkan sebagai ferromagnetik dan meliputi
berbagai logam, seperti besi, nikel dan kobalt serta berbagai mineral seperti magnetik,
pirotit dan ilmenit. Berbagai zat dapat dipisahkan dari bermagnet lemah atau
nonmagnetik dengan menggunakan separator magnetik intensitas rendah. Mineral-
mineral seperti hematite, limonit dan garnet adalah bermagnet lemah dan dapat

8
dipisahkan dari nonmagnetic dengan menggunakan separator intensitas tinggi (Subekti,
2015).
Magnetik separator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan material kering
maupun basah dengan menggunakan prisip gaya magnet dan gaya gravitasi. Dalam
keadaan dry material, diusahakan ukuran materialnya tidak terlalu halus, hal ini
dikarenakan jika material terlalu halus akan menghambat proses kerja dan mengganggu
kesehatan akibat banyaknya debu yang ada. Logam dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
jenis pertama adalah ferromagnetik yaitu logam yang dapat ditarik dengan kuat oleh
magnet. Kedua paramagnetik yaitu logam/material yang ditarik lemah oleh magnet.
Yang terakhir yaitu diamagnetik yaitu logam/material yang tidak dapat ditarik oleh
magnet. Faktor yang mempengaruhi magnetik separator bekerja adalah gaya magnet,
derajat liberasi serta laju air (Zulfikar, 2016).
Separator magnetik secara luas digunakan untuk:
a. Memisahkan besi-besi pengotor dari bijih logam yang akan digiling dengan
demikian melindungi alat penggiling.
b. Memisahkan magnet-magnet pencemar dari makanan dan produkproduk
industri.
c. Memperoleh kembali magnetik dan ferosilikon dalam metode float-sink untuk
pemekatan bijih.
d. Meningkatkan atau memekatkan bijih.
Besi-besi pengotor dapat dipisahkan dengan sebuah magnet tetap digantung pada
sebuah sabuk konveyor atau bahan diawetkan melalui sebuah keretakan bermagnet.
Pada kedua kasus, bahan bersifat magnet akan ditarik oleh medan magnet dan
terpisahkan. Separator magnetik secara luas digunakan untuk memekatkan bijih,
khususnya bijih besi, jika bahan utama bersifat magnet, bijih besi dapat dipisahkan
secara murah dan efektif dengan separator intensitas rendah. Separator tersebut dapat
kering atau basah (Subekti, 2015).
Terdapat suatu medan magnet dalam magnetik separator yang merupakan suatu
ruangan mengitari magnet dan dipengaruhi oleh magnet itu sendiri. Medan magnet
digambarkan oleh garis gaya magnet, sedangkan besaarnya gaya tarik atau tolak-
menolak yang ditimbulkan oleh kutub-kutub magnetnya, dalam Hukum Coulumb sebagai
berikut (Nugroho, 2014) :
𝑞1 𝑞2
𝐹=𝑘 𝑟2
............................................................... (1)

Dimana :

9
k = tetapan
q1; q2 = muatan kedua kutub magnet
r = jarak antara kedua kutub
Separator magnetic basah biasanya digunakan untuk bijih lebih halus dari 1/3 in
(0,3 cm). Separator ini dapat berjenis sabuk atau yang paling umum jenis drum putar.
Separator jenis drum terdiri dari satu atau lebih drum berputar yang elemen magnet
bagian dalamnya tidak berputar. Magnet tersebut dapat berupa elektromagnet atau
magnet permanen. Setelah umpan memasuki peralatan sebagai Lumpur, bahan bersifat
magnet ditarik ke bagian kutub dan dibawa ke titik pelepasan pada permukaan drum.
Banyak jenis kotak/drum dirancang yang digunakan. Jenis aliran searah paling sering
digunakan bijih halus untuk mendapatkan endapan bersih. Magnet tersebut dapat
berupa electromagnet atau magnet permanen. Dahulu hanya jenis electromagnet yang
sering digunakan, tertapi sekarang digunakan terutama jika diinginkan kuat medan yang
sangat tinggi atau jika diinginkan kuat medan dapat diubah-ubah. Sekarang magnet
permanen umum digunakan sejak bahan-bahan modern memungkinkan menahan kuat
medan yang tinggi secara tetap (Subekti, 2015).
Kebanyakan magnet permanen adalah jenis alniko tetapi jenis keramik
mengandung Barium Ferit akan makin sering digunakan. Beberapa jenis separator
magnetic yang telah dikembangkan menerapkan arus bolak-balik, tetapi penggunaan
komersilnya masih kecil. Separator intensitas tinggi untuk pemisahan mneral-mineral
magnetik lemah biasanya digunakan jenis kering. Pengaruh tegangan permukan
biasanya mempengaruhi pemisahan basah. Karena daya tarik magnetik berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak, mineral-mineral magnetis lemah harus didekatkan ke
magnet jika akan dipisahkan (Subekti, 2015).

Gambar 2.4 Alat Pemisah Magnetik Jenis Sabuk (Subekti, 2015)

10
Peralatan yang digunakan berupa jenis sabuk dan rol induksi. Bijih harus benar-
benar kering dan halus untuk menghasilkan yang terbaik. Bahwa aplikasi atau
penggunaan magnet dalam peralatan industri teknik kimia untuk beberapa hal masih
tetap diperlukan. Magnetic Separation dan Magnetic Stirrer yang digunakan dalam
reaktor kimia merupakan salah satu aplikasi magnet yang sering digunakan dalam proses
industri kimia. Magnetic Separator merupakan salah satu aplikasi yang berfungsi untuk
memisahkan campuran-campuran bahan mineral agar diperoleh hasil yang diinginkan.
Zat-zat yang ditarik kuat oleh sebuah magnet disebut dengan paramagnetik sedangkan
zat-zat yang ditolak oleh sebuah magnet disebut dengan diamagnetik (Subekti, 2015).

2.3.2 Jenis-jenis Magnetik Separator


Magnetik separator dibagi menjadi empat jenis yaitu (Nugroho, 2014) :
1. Low Intensity Magnetic Separator
Jenis ini memisahkan material karena perbedaan sifat magnet yang sangat besar
(diamagnetik dan feromagnetik). Separator jenis ini biasanya digunakan dalam industri
pengolahan mineral karena digunakan untuk material yang bersifat feromagnetik
sehingga memerlukan magnet dalam intensitas yang sangat tinggi. Jenis ini terdiri dari
tiga tipe model yaitu (Subekti, 2015) :
a. Tipe Concurrent
Tipe ini biasanya digunakan untuk biji yang ukurannya kurang dari 10 mm dengan
ukuran halus. Feed masuk searah dengan putaran drum. Feed masuk ke daerah
medan magnt, atau pick up zone cenderung horizontal. Tipe concurrent digunakan
untuk bijih berukuran kasar, biasanya kurang daripada 10mm dengan ukuran
halus, ukuran kurang daru 75 mikron tidak lebih daripada 10 %. Separator ini bisa
dioperasikan dengan persen solid antara 30-50 %.

Gambar 2.5 Tipe Concurrent (Subekti, 2015)

11
Tipe ini digunakan untuk bijih yang berukuran kurang dari satu millimeter dengan
ukuran halus. Feed masuk kedalam separator secara vertikal atas, langsung
membentur permukaan drum. Feed langsung masuk ke daerah medan magnet,
daerah pick up zone. Aliran feed tidak sempat untuk membentuk stratifikasi.
Partikel mineral memiliki kesempatan yang sama untuk kontak dengan permukaan
drum. Hal ini tentunya dapat mengurangi terjadinya kehilangan magnetik mineral
oleh dorongan aliran fluida. Terutama partikel yang halus. Pada separator ini, arah
aliran tailing berlawanan dengan putaran drum. Hal ini akan memberikan
kesempatan mineral magnetik yang terlanjur masuk ke dalam aliran tailing dapat
tertarik oleh permukaan drum dan masuk kembali kedalam konsentrat. Tipe
counter current digunakan untuk bijih yang berukuran kurang dari 1 mm dengan
ukuran halus, kurang daripada 75 mikron bisa lebih dari 50%. Separator ini
baisanya dioperasikan dengan persen solid antara 25-35%.

Gambar 2.6 Tipe Countercurrent (Subekti, 2015)


b. Tipe Counter-Rotation

Tipe jenis ini digunakan untuk pemisahan bijih berukuran kurang dari 8 mm dengan
ukuran halus. Pada tipe ini, feed masuk membentuk sudut atau datangnya mineral
agak miring. Pada separator tipe ini, arah aliran fluida yang membawa tailing
berlawanan dengan arah putaran drum. Dengan desain seperti ini, mineral
magnetik yagn ikut terdorong oleh aliran fluida tailing dapat tertarik atau
tertangkap kembali oleh medan magnet dan menempel pada permukaan drum.
Mineral magnetik dapat keluar dari jalur tailing. Kondisi ini dapat menignkatkan
recovery mineral magnetik. Pemisahan counter-rotation digunakan untuk
pemisahan bijih yang berukuran kurang dari 8 mm, dengan ukuran sedang halus,

12
kurang daripada 75 mikron tidak lebih daripada 50%, separator ini dioperasikan
dengan persen solid 30-50%.

Gambar 2.7 Tipe Counter-Rotation (Subekti, 2015)


2. High Intensity Magnetic Separator
Jenis ini memisahkan material karena adnaya perbedaan sifat magnet yang cukup
besar (diamagnetik dan paramagnetik).
3. High Gradient
Memisahkan material karena perbedaan sifat magnetnya yang (paramgnetik
dengan paramagnetik atau feromagnetik dan feromagnetik).
4. Super conducting
Memisahkan sifat magnet yang memiliki sifat magnetik yang sangat kecil
(feromagnetik dengan feromagnetik yang superkonduktor).
Tipe atau jenis separator ditentukan berdasarkan sifat kemagnetan dari bijih yang
akan diolah. Penetuan berikutnya yaitu didasarkan pada ukuran bijih dan jenis
operasinya. Jika ukuran bijih yang akan dipisah lebih dari 10 mm, biasanya dipisah
dengan cara kering atau tanpa air, maka dapat dipilih jenis drum saja yang dipasang di
ujung konveyor.

Gambar 2.8 Proses Separator Cara Kering


(Subekti, 2015)

13
Untuk bijih dengan ukuran kurang dari 10 mm, biasanya dipisah dengan cara
basah, ditambah air, maka dipilih jenis drum yang dipasang pada table box unit, jenis
ini disebut dengan magnetik separator saja.

Gambar 2.9 Proses Separator Cara Basah


(Subekti, 2015)

Beberapa hal yang mempengaruhi alat terhadap perolehan pemisahan mineral


diantaranya yaitu kecepatan rotor, variasi ukuran butir, sifat fisik dan kimia mineral, serta
besarnya arus air (Subekti, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan antara
lain :
1. Sifat magnet
Sifat magnet berhubungan dengan besarnya gaya magnet untuk menarik mineral
yang bersifat magnet. Namun dalam penggunaannya sifat magnet digunakan
seperlunya tidak boleh terlalu berlebih. Karena jika terlalu berlebih, terdapat
partikel dengan perbedaan magnet yang kecil dan sulit untuk memisahkannya. Jika
terlalu kecil juga dapat menyebabkan mineral yang bersifat magnet tidak dapat
ditarik.
2. Derajat liberasi
Besarnya derajat liberasi mineral akan semakin baik proses pemisahan partikel
magnetik dan non-magnetik
3. Laju alir
Laju alir berhubungan dengan seberapa lama mineral berinteraksi dengan
magnet. Semakin cepat laju air, maka interaksi magnet dengan air akan semakin
sedikit membuat pemisahan kurang maksimal.
Untuk mengatasi recovery yang bisa dibilang rendah, maka selain dilakukan
efisiensi pada faktor-faktor yang mempengaruhi. Perlu dikatakan bahwa melihat ukuran

14
material, jika ukurannya terlalu kecil atau halus menyebabkan debu yang terjadi dan
tidak menempel pada magnet (Subekti, 2015).
2.3.3 Prinsip Kerja Magnetik Separator

Gambar 2.10 Prinsip Kerja Magnetik Separator (Nugroho, 2014)

Magnetik separator merupakan suatu alat yang dipengaruhi oleh pemisah antara
material padat dengan pengotornya berdasarkan sifat kemagnetan suatu bahan. Alat ini
terdiri dari pulley yang dilapisi dengan magnet baik berupa magnet alami maupun
magnet yang berada disekitar arus listrik. Alat pemisah fase padat ini memiliki prinsip
kerja yaitu dengan melewatkan suatu material campuran (padatan non-logam dan
padatan logam) pada suatu bagian dari magnetik separator yang diberi medan magnet,
maka padatan logam akan memepel pada medan magnet oleh garis-garis medan magnet
sehingga padatan logam akan terpisah dengan padatan non-logam (Nugroho, 2016).

2.4 Mekanisme Pemisahan Secara Magnetik

Pemisahan secara magnetik yang diaplikasikan untuk bijih tergantung pada


kompetisi dari gaya-gaya yang dimiliki oleh tiap-tiap partikel mineral. Gaya yang bekerja
pada setiap partikel mineral tergantung separator yang dipakai. Pemisahan bijih yang
menggunakan drum separator dengan cara basah, maka partikel akan mengalami atau
memiliki empat gaya. Keempat gaya tersebut adalah gaya magnet yang dinotasikan
dengan Fm, gaya gravitasi dinotasikan dengan Fg, gaya dorong yang dinotasikan dengan
Fd, dan gaya sentrifugal yang dinotasikan dengan Fc. Gaya-gaya ini akan menentukan
posisi dan perilaku partikel mineral dalam separator. Gambar 2.2 menunjukkan gaya
pada partikel mineral yang berada dalam pengaruh medan magnet di permukaan drum
yang berputar (Norrgran, 1983).

15
Gambar 2.11 Gaya-gaya pada Partikel Mineral (Norrgran, 1983).

Partikel mineral akan tertarik atau terlempar dari permukaan drum tergantung
pada nilai entrapment ratio. Entrapment ratio adalah rasio gaya magnet terhadap gaya
sentrifugal, gaya gravitasi dan gaya dorong dimaan entrapment ratio dinyatakan dalam
persamaan berikut:
𝐹𝑚
ER = 𝐹𝑐+ 𝐹𝑔+ 𝐹𝑑
................................................ (2.1)

Jika partikel mineral memiliki nilai entrapment ratio lebih daripada satu, ER > 1,
maka partikel tersebut akan tertarik dan tetap menempel di permukaan drum separator
dimana kondisi ER > 1 artinya medan magnet memberikan pengaruhnya jauh lebih besar
dibanding dengan total dari tiga gaya lainnya. ketika partikel memiliki entrapment ratio
kurang dari satu maka partikel tersebut akan terlempar atau tertolak dari permukaan
drum separator. Pada kondisi ER < 1 maka medan magnet kurang terpengaruh
dibandingkan dengan total tiga gaya lainnya. jika operasi pemisahan dilakukan pada bijih
yang memiliki rentang ukuran yang sempit, maka gaya dorong dapat diabaikan,
sehingga entrapment ratio berubah menjadi rasio gaya magnet terhadap gaya
sentrifugal dan gaya gravitasi.
𝐹𝑚
ER = ..................................................... (2.2)
𝐹𝑐+ 𝐹𝑔

Partikel mineral akan memiliki tiga gaya yaitu gaya magnet, gaya sentrifugal dan
gaya gravitasi. Posisi dan perilaku partikel selama pemisahan tergantung pada resultan
ketiga gaya ini (Norrgran, 1983). Mineral magnetik dapat ditarik oleh salah satu kutub
magnet yang bekerja pada mineral tersebut. Gaya magnet tersebut tergantung dari

16
besarnya intensitas dan gradien medan magnetnya. Gaya-gaya yang bekerja
pada magnetic separator antara lain (Curie, 1973):
1. Gaya magnet, fenomena ini dapat dibayangkan sebagai titik dipol magnet dikelilingi
oleh massa partikel.
2. Gaya hambatan yang terdiir dari gaya gravitasi, gaya hambatan hidrodinamis, gaya
gesek dan gaya momen ataupun gaya sentrifugal. Untuk alat pemisah kering (dry
magnetic separator) yang memisahkan material yang relatif besar, maka gaya
magnet harus cukup untuk menahan material terhadap gaya hambatan. Untuk alat
pemisah basah (wet magnetic separator) yang memisahkan material yang relatif
kecil, maka gaya magnet harus lebih besar dari gaya gesek material.
Gaya-gaya tersebut menentukan separator yang mana bergantung pada umpan
dan karakterisasi separator. Umpan yang diberikan harus mencakupi distribusi ukuran,
magnetic susceptibility (mudah atau tidaknya material memiliki pengaruh dalam medan
magnet), dan sifat fisik kimia lainnya yang mempengaruhi gaya-gaya yang berkaitan.
Apabila material ferromagnetik berada di dalam medan magnet, maka momen dipol dari
material tersebut akan berubah apabila telah mencapai taraf jenuh magnet. Apabila
medan magnet tersebut dipindahkan, maka momen dipol magnet akan berkurang akan
tetapi tidak mencapai nol. Seperti proses induksi magnet yang dikenakan pada
sekumparan kawat yang prosesnya merupakan proses tidak reversible atau tidak dapat
kembali ke semula lagi. Proses ini disebut dengan akan berubah apabila telah mencapai
taraf jenuh magnet. Apabila medan magnet tersebut dipindahkan, maka momen dipol
magnet akan berkurang akan tetapi tidak mencapai nol. Seperti proses induksi magnet
yang dikenakan pada sekumparan kawat yang prosesnya merupakan proses tidak
reversible. Proses ini disebut dengan histeresis. Histeresis adalah suatu sifat yang dimiliki
oleh sistem dimana sistem tidak secara cepat mengikuti gaya yang diberikan kepadanya.
Namun memberi reaksi secara perlahan atau bahkan sistem tidak kembali lagi pada
keadaan awalnya (Curie, 1973).
Beberapa macam mekanisme pemisahan dengan menggunakan magnetic
separator, yaitu (Grewal, 2015):
1. Horizontal, pada sistem ini letak kutub magnet dibuat mendatar, sedang umpan
dijatuhkan melalui garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horizontal. Maka
mineral yang bersifat magnetik akan tertarik ke kutub positif (yang dibuat runcing
agar lebih memusat dan kuat) sedangkan mineral non magnetik akan jatuh lurus
ke bawah.

17
2. Vertikal, pemisahan secara vertikal maka kutub magnet juga diposisikan vertikal,
dimana kutub positif terletak di atas sedangkan kutub negatif terletak dibawah.
Diantara kedua kutub tersebut diletakkan dua belt conveyor yang saling
bersilangan. Umpan diletakkan pada belt bagian bawah, ketika melalui medan
magnet akan terjadi pemisahan antara mineral magnetik dan mineral non
magnetik. Mineral magnetik akan menuju belt conveyor atas dan setelah keluar
dari pengaruh medan magnet akan dilepas dan ditampung dalam bak mineral
magnetik, sedangkan mineral non magnetik akan ikut terus dengan belt
conveyor bawah dan ditampung dalam bak mineral non magnetik.
3. Drum Magnetic, dilakukan pada mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi.
Beberapa tipe pemisahan diantaranya:
a. Belt conveyor dengan pulley yang diberi magnet sehingga ketika ada material
yang mengandung magnet akan tertarik ke arah pulley yang menempel pada
belt conveyor dan akan terlepas setelah pengaruh kemagnetan tidak ada.
b. Suatu drum yang diputar pada porosnya biasanya terbuat dari alumunium,
bagian dalamnya dipasang medan magnet tetap dengan sudut kemiringan 120.
Magnet ini tidak ikut berputar, maka antara mineral magnetik dan non magnetik
dapat dipisahkan.
4. Roll Induksi, roll yang berputar terletak di antara kutub positif dan negatif sehingga
roll tersebut dipengaruhi oleh medan magnet. Apabila dimasukkan mineral di
antara roll dengan kutub positif maka mineral magnetik akan dapat dipisahkan
dengan mineral non magnetik.

Gambar 2.12 Prinsip Kerja Magnetic Separator (Grewal, 2015).

18
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan
Galian Acara IV (Magnetic Separation) adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Pengolahan Bahan Galian yaitu:
1. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang berat dari material.

Gambar 3.1 Timbangan digital


2. Magnetic separator, fungsinya untuk memisahkan material yang bersifat magnetik
dengan material yang bersifat non magnetik.

Gambar 3.2 Magnetic Separator

19
3. Kuas, fungsinya untuk mengumpulkan sampel dan membersihkan magnetic
separator dari sisa-sisa material.

Gambar 3.3 Kuas


4. Wadah, fungsinya untuk meletakkan material hasil pemisahan magnetic separator
saat ditimbang.

Gambar 3.4 Wadah


5. Alat pembersih (Air Compressor), fungsinya untuk membersihkan peralatan.

Gambar 3.5 Air Compressor

20
6. ATK (alat tulis kantor), digunakan untuk mencatat data-data hasil pengamatan
selama kegiatan praktikum.

Gambar 3.6 ATK


7. Masker, fungsinya untuk melindungi hidung dari debu.

Gambar 3.7 Masker


8. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan saat preparasi alat dan bahan.

Gambar 3.8 Sarung tangan

21
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian yaitu:
1. Pasir besi, fungsinya sebagai umpan (feed) dalam proses pemisahan dengan
menggunakan magnetic separator.

Gambar 3.9 Pasir besi


2. Kantong sampel, fungsinya untuk menyimpan material hasil pemisahan.

Gambar 3.10 Kantong Sampel

3.2 Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara III
(Magnetic Separation) menggunakan magnetic separator yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang pasir besi masing-masing 2 kg sebanyak 3 kali.
3. Mengatur alat pada kecepatan 250 rpm.
4. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed ke dalam magnetic separator, apabila feed
sudah habis mematikan alat magnetic separator.
5. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
6. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam kantong
sampel.

22
7. Menyalakan alat, lalu mengatur kecepatan alat yaitu sebesar 500 rpm.
8. Kemudian memasukkan feed ke dalam magnetic separator lalu matikan alat
apabila feed sudah habis.
9. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
10. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam kantong
sampel.
11. Mengulangi langkah 7-10 tetapi dengan kecepatan alat sebesar 750 rpm.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Hasil dari praktikum magnetic separator yang dilakukan ialah menghasilkan tabel
distribusi dan grafik perbandingan persen berat lolos dengan feed. Hasil percobaan
proses magnetic separator pasir besi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan.

Kecepatan Produk Material


Umpan Loss
Putar Drum Konsentrat Middling Tailing Lolos
(gram) (gram)
(rpm) (gram) (gram) (gram) (gram)

200 2.000 1.043,9 504,4 447,4 4,3 1.995,7

500 2.000 950,9 143,1 902,3 3,9 1.996,1

750 2.000 893,1 293,3 812,7 0,9 1.999,1

GRAFIK PERSENTASE KONSENTRAT, MIDDLING, DAN


TAILING
52.30746104

47.62787435

45.20314613

44.6751038

40.65329398
25.27433983

22.41819913

14.67160222
PERSENTASE (%)

7.16897951

1 2 3

SAMPEL Konsentrat Middling Tailing

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Persen Konsentrat, Middling, dan Tailing.

24
GRAFIK PERSENTASE BERAT LOSS
0.25
0.215
0.195
0.2

0.15
PERSENTASE (%)

0.1

0.045
0.05

0
1 2 3
SAMPEL

Gambar 4.2 Grafik Persentase Berat Loss


.
4.2 Pengolahan Data

Data yang didapatkan dari percobaan kali ini diolah lebih lanjut lagi untuk
mengetahui berapa persentase berat dari produk yang dihasilkan baik itu konsentrat,
middling, tailing, dan loss. Nilai persentase ialah sebagai berikut:
A. Persen Berat Konsentrat
Berat material lolos
% Konsentrat = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠
1043,9 gram
1. % Konsentrat = 1995,7 gram
x 100% = 52,30%
950,7 gram
2. % Konsentrat = 1996,1 gram
x 100% = 47,62%
893,1 gram
3. % Konsentrat = 1999,1 gram
x 100% = 44,67%

B. Persen Berat Middling


Berat material lolos
% 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠
504,4 gram
1. % 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = 1995,7 gram
x 100% = 25,27%
143,1 gram
2. % 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = 1996,1 gram
x 100% = 7,16%
293,3 gram
3. % 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = 1999,1 gram
x 100% = 14,67%

C. Persen Berat Tailing


Berat material lolos
% 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠

25
447,4 gram
1. % 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = 1995,7 gram
x 100% = 22,41%
902,3 gram
2. % 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = 1996,1 gram
x 100% = 45,20%
812,7 gram
3. % 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = 1999,1 gram
x 100% = 40,65%

D. Persen Berat Loss


Berat material 𝑙𝑜𝑠𝑠
% 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
4,3 gram
1. % 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 2000 gram
x 100% = 0,215%
3,9 gram
2. % 𝐿𝑜𝑠𝑠 = x 100% = 0,195%
,2000 gram
0,9 gram
3. % 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 2000 gram
x 100% = 0,045%

4.3 Pembahasan

Dari hasil percobaan praktikum magnetic separator yang dilakukan dengan tiga
kali percobaan percepatan yaitu 250 rpm, 500 rpm, 750 rpm dengan umpan seberat
2000 gram/percobaan didapatkan tiga produk yaitu konsentrat, middling, dan tailing.
Untuk percobaan magnetic separator percepatan 250 rpm didapatkan 1043.9 gram
konsentrat, berat middling 504,4 gram, berat tailing 447,4 gram serta material hilang
(loss) sebesar 4,3 gram. Untuk percepatan 500 rpm didapatkan 950.7 gram konsentrat,
144.1 gram middling, dan berta tailing sebesar 902.3 gram serta material hilang sebesar
3.9 gram. Untuk percobaan percepatan 750 rpm menghasilkan konsentrat 893.1 gram,
berat middling 293.3 gram, berat tailing sebesar 812.7 gram serta material hilang
sebesar 0.9 gram.
Berdasarkan data tersebut juga dapat terlihat adanya fluktuasi berat middling
dan tailing hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pada saat melakukan percobaan yaitu
kurang bersihnya wadah tempat middling dan tailing dan kurang bersihnya pembersihan
alat separator yang menyebabkan tertinggalnya tailing dan middling dari percobaan
sebelumnya. Fluktuasi berat middling dan tailing juga dipengaruhi oleh faktor kurang
bersihnya material yang dimasukkan kedalam alat magnetic separator sehingga
mempengaruhi berat tailing dan middling dan juga kurang telitinya praktikan saat
menimbang material, memasukkan material, dan membersihkan alat magnetic
separator. Sedangkan pada berat konsentrat dengan beberapa percobaan terlihat
adanya penurunan disetiap percobaannya. Hal ini di karenakan semakin cepat putaran

26
drum medan magnet maka material yang melengket pada magnet akan semakin mudah
terlepas. Praktikum magnetic separator sangat dipengaruhi oleh kecepatan putaran
sehingga setiap produk yang dihasilkan yaitu middling, tailing, dan konsentrat selalu
statis di setiap pengujian dan tidak mengalami fluktuasi. Berat loss atau material yang
hilang disetiap pengujian selalu mengalami penurunan hal ini dipengaruhi oleh faktor
timbangan yang memakai timbangan elektronik.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Prinsip dasar pemisahan secara magnetik adalah dengan melewatkan umpan
ataupun material yang bersifat logam kedalam magnetic separator yang
didalamnya telah diberi medan magnet sehingga mineral-mineral yang memiliki
sifat kemagnetan tinggi akan merespon dan terpengaruh oleh medan magnet dan
menempel pada medan magnet tersebut, produk ini disebut konsentrat.
Sedangkan mineral-mineral yang tidak memiliki atau memiliki sifat kemagnetan
rendah akan melewati medan magnet dan terbuang, produk ini disebut tailing dan
middling.
2. Pengaruh kecepatan putar drum terhadap porolehan konsentrat adalah semakin
cepat kecepatan putar disetiap pengujian maka berat konsentrat yang dihasilkan
akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena konsentrat yang mempunyai
sifat kemagnetan tinggi akan mudah lolos ketika kecepatan drum di tambah.
3. Tingkat kehilangan umpan dari proses pemisahan secara magnetik adalah di
pengaruhi oleh tingkat liberasi. Semakin besar ukuran umpan yang masuk maka
produk yang dihasilkan semakin sedikit karena tingkat liberasinya yang rendah.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Asisten


Sebaiknya asisten bersikap tegas kepada praktikan agar praktikum bisa berjalan
tepat waktu. Semoga asisten sehat selalu biar asistensi di mudahkan dan semoga selalu
mood ketika asistensi biar ketika memeriksa laporan praktikan tidak asal-asalan dan acc
cepat.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya ruang praktikum dilengkapi dengan sirkulasi udara yang baik agar
asisten dan praktikan yang ada di dalam ruang praktikum tidak kepanasan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ajie, M. Winanto, dkk. 2006. Petunjuk Praktikum Pengolahan Bahan Galian. Yogyakarta.
UPN Veteran Yogyakarta.
Erwin. 2012. Analisis Pengaruh Konsentrasi Larutan Fecl3 Dan Waktu Leaching terhadap
Reduksi Logam Tembaga Dari Bijih Chalcopyrite dengan Metode Hydrometallurgy.
Depok: Universitas Indonesia.
Hidayat, Rachmad. 2014. Kominusi. http://id.scribd.com/mobile/document/319086362/
Laporan-Modul-1-Crushing-Rahmad-Hidayat-fix. (diakses pada tanggal 30
September 2016, pukul 20.00 wita).
Kelly, Errol G. dan David J. Spottiswood. 1982. Introduction to Mineral Processing. New
York: John Wiley & Sons.
Wills, Barry A. dan Tim Napier-Munn. 2006. Mineral Processing Technology. Brisbane:
Elsevier Science & Technology Books.

29

Anda mungkin juga menyukai