Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan padatan senyawa kimia non-organik yang homogen dan

memiliki bentuk sistem kristal yang teratur, serta terbentuk secara alami. Istilah

mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Agar

dapat diklasifikasikan sebagai mineral, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan

memiliki struktur kristal. Senyawa ini juga harus terbentuk secara alami dan memiliki

komposisi kimia yang tertentu. Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa seperti

mineral yang berasal dari turunan senyawa organik.

Mineral-mineral yang ditemui pada saat penelitian atau eksplorasi kebanyakan

dalam bentuk endapan. Suatu model endapan mineral merupakan sebuah informasi

yang disusun secara sistematis yang memuat informasi-informasi tentang atribut-

atribut penting (sifat dan karakteristik) pada suatu kelas endapan mineral. Model

endapan mineral tersebut dapat juga berupa suatu model empirik (deskriptif), yang

memuat informasi-informasi yang saling berhubungan (dari yang belum diketahui)

berdasarkan data teoritik, yang selanjutnya dijabarkan dalam konsep-konsep yang

fundamental (mendasar). Pembentukan endapan mineral dapat dibagi menjadi dua

kelompok utama yaitu pembentukan endapan mineral yang disebabkan oleh proses-

proses internal dan pembentukan endapan mineral yang disebabkan oleh proses-

proses di permukaan. Pembentukan endapan yang disebabkan oleh proses internal

antara lain: kristalisasi magmatik (magmatic crystallization), segregasi magmatik

(magmatic segregation), hidrotermal (hydrothermal), sekresi lateral (lateral secretion);

dan metamorfik (metamorphic). Sedangkan pembentukan endapan yang disebabkan

1
oleh proses-proses di permukaan antara lain: akumulasi mekanik (mechanical

accumulation), presipitasi sedimenteri (sedimentary precipitation), proses-proses

residual (residual processes), sekunder atau supergen (secondary or supergene), dan

semburan volkanik (volcanic exhalative = sedimentary exhalative).

Berdasarkan proses-proses pembentukan endapan mineral di atas, terdapat

banyak jenis model endapan mineral salah satunya endapan yang berada di Desa

Mattirobulu, Dusun Lappadata, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi

Selatan. Untuk mengetahui jenis dan model endapan mineral yang ada di daerah

tersebut, serta untuk lebih mendalami materi model endapan mineral, maka diadakan

praktik kuliah lapangan Model Endapan Mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang, maksud dan tujuan diadakannya kegiatan Fieldtrip

ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan melihat secara langsung jenis endapan

mineral yang terdapat di kecamatan Bontocani dan endapan batubara di kecamatan

Lamuru, kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

1.3 Lokasi Waktu dan Kesampaian Daerah

Praktik kuliah lapangan Model Endapan Mineral ini mulai dilaksanakan pada

Sabtu, 12 Mei 2018 di Desa Massendreng Pulu, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone,

Sulawesi Selatan, dan pada hari kedua Minggu, 13 Mei 2018 kegiatan kuliah lapangan

dilanjutkan di Desa Langi, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Kegiatan dimulai pada pukul 07:00 WITA di Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,

Makassar. Dalam mempermudah dalam menjangkau daerah penelitian maka

perjalanan dilakukan dengan mengguanakan bus. Daerah praktikum lapangan berjarak

sekitar 120 km dari Kota Makassar ke arah Timur Laut, sekitar 30 km kearah Barat-

2
Daya Watampone, yang dapat ditempuh sekitar kurang lebih 1 jam dengan

menggunakan bus.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Kuliah Lapangan

Jarak lokasi penelitian dari kota Makassar sekitar 130 km, dan dapat ditempuh

dengan menggunakan bus sekitar 4 jam. Kegiatan dimulai pada Sabtu, 12 Mei 2018

dengan pengambilan sampel di stasiun 1. Kemudian kegiatan dilanjutkan kembali pada

hari Minggu, 13 mei 2018, dengan mengambil sampel pada stasiun 2, dan stasiun 3.

Pengambilan sampel di dua stasiun terakhir tersebut menjadi pengambilan sampel

terakhir sebelum akhirnya kembali ke Makassar pada pukul 19:20 Wita.

1.4 Ruang Lingkup

Fieldtrip kali ini dilakukan untuk mengidentifikasi mineral dan Batubara yang

tersebar di daerah penelitian, tepatnya di Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone,

3
Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian kemudian akan memberikan petunjuk mengenai

tipe endapan mineral yang terbentuk pada daerah penelitian.

1.5 Peneliti Terdahulu

Pada tahun 2007, Widi menyimpulkan bahwa stratigrafi daerah Pakke disusun

oleh unit-unit batuan Andesit-basaltik, Tufa, Batulempung, sedangkan untuk daerah

Tanjung disusun oleh unit-unit Andesit, Tufa, Skarn, dan Diorit. Widi juga

menyimpulkan bahwa walaupun terdapat di dua lokasi yang relatif berdekatan

mineralisasi bijih besi yang jumpai di daerah Tanjung dan Pakke memiliki karakteristik

yang sangat berbeda. Di daerah Tanjung, dijumpai asosiasi mineral alterasi karbonat-

silikat berupa garnet (berwarna coklat dan hijau), piroksen, dan epidot; di mana garnet

tersebut berasosiasi dengan tubuh-tubuh kecil magnetit yang sebagian ditutupi oleh

malakit, mineralisasi magnetit ini terjadi dalam bentuk masif dan tersebar

(disseminated) dalam diorit. Di daerah Pakke (sekitar 5 km baratlaut Tanjung),

terbentuk mineralisasi bijih besi dengan tipe/karakteristik yang sangat berbeda. Di

daerah ini mineralisasi bijih besi terbentuk pada batuan karbonat (batugamping), yang

membentuk zona bijih dengan arah timurlaut-baratdaya.

Tahun 2011 hingga 2012 Van Leeuwen dan Pieters melakukan penelitian

dengan kesimpulan mineralisasi skarn yang terdapat di daerah Tanjung terbentuk di

dalam blok tektonik kecil batuan metamorfik Pra-Tersier yang diintrusi oleh Kompleks

Intrusi Biru. Kompleks Intrusi Biru ini telah di-dating dengan metode K-Ar, dan

menunjukkan umur Eosen Tengah hingga Miosen Akhir. Sedangkan

mineralisasi/endapan bijih besi di daerah Pakke adalah batu-besi manganis sekunder

(secondary manganiferous ironstones), yang terbentuk setelah terendapkannya

magnetit- dan sulfida hidrotermal.

Anda mungkin juga menyukai