EKOSISTEM TANAH
Humus merupakan bagian terbesar bahan organik tanah mineral. Akar berada
di urutan kedua dan edafon merupakan urutan terkecil. Meskipun jumlahnya sedikit
namun peranan edafon dalam proses-proses tanah sangat besar, khususnya dalam
pelapukan mineral dan dekomposisi bahan organik. Jumlah dan ragam humus
bergantung pada keadaan lingkungan pembentukannya berkenaan dengan suhu,
lengas, aerasi, panjang hari, ketersediaan hara, sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
serta timbulan, dan tergantung pada macam vegetasi sebagai sumbernya. Dalam tanah
hutan kadar humus dalam bahan organik kerap kali kurang dari 50% berat bahan
kering. Dalam tanah perumputan kadarnya dapat mencapai 85%. Kadar edafon dalam
bahan organik tanah berentangan 1-10% (maksimum) berat bahan kering. Dalam
tanah perumputan kadarnya sekitar 5%.
Bagian terbesar edafon berupa flora tanah yaitu fungi, algae, bakteri, dan
aktinomicetes, sumbangan populasi flora tanah kepada massa edafon ialah 60-90%
bobot kering, dengan massa fungi dan algae seimbang dengan massa bakteri dan
aktinomicetes. Di kalangan fauna tanah, cacing tanah terdapat paling banyak, yang
2
dalam tanah perumputan dapat mencapai 12% berat bahan kering edafon.
Tanah menyediakan kebutuhan hidup edafon berupa bahan organik sebagai sumber
energi dan hara, bahan mineral sebagai sumber hara, air, oksigen, CO2 sebagai
sumber C dan energi bagi bakteri autotrof, dan bahang (suhu). Tanah juga berfungsi
melindungi hidup edafon dengan jalan membatasi fluktuasi suhu dan kelembaban.
Edafon biasa hidup berasosiasi dengan tumbuhan secara sinergistik. Banyak fungi
yang hidup bersimbiosis dengan akar tumbuhan (mikorisa). Maka edafon lebih
banyak ditemukan dalam risosfer, khususnya bakteri dan fungi. Risosfer ialah volum
tanah beserta air dan udara yang dikandungnya dan bersama dengan organisme yang
berasosiasi, yang menyelimuti langsung perakaran tumbuhan.
difusi, eksudasi). Bahan hara (ion, molekul, makro, koloid) cenderung memekat pada
antar muka padatan-cairan. Maka ketersedian permukaan yang dapat dihuni
memainkan peranan utama dalam menentukan pertumbuhan dan agihan jasad renik
dalam habitat semacam itu. Keadaan ini ditemukan dalam tanah. Jasad renik
menduduki permukaan zarah-zarah tanah lewat proses adesi dan jerapan. Sehubungan
dengan peristiwa ini bakteri dapat disebut koloid hidup.
Edafon juga berperan penting sekali karena menghasilkan humus dari bahan
organik. Akar tumbuhan mengalihkan banyak bahan organik ke tanah berupa bahan
sayatan akar sewaktu akar tumbuh menembus tanah dan lendir akar yaitu bahan
granuler dan serabut halus serupa agar-agar menutupi permukaan akar dan rambut
akar. Selama masa tumbuh tumbuhan semusim kira–kira 50% C-organik yang
dialihtempatkan dari trubus (tp, shoot) ke akar dilepaskan ke tanah dalam bentuk C-
organik, dan 20% dilepaskan ke dalam tanah dalam bentuk CO2 lewat pernapasan
akar. Selebihnya yang 30% sampai pada akhir masa pertumbuhan tumbuhan tetap
berupa akar utuh. Bahan-bahan organik ini siap dirombak oleh mikroorganisme
risosfer yang antara lain menghasilkan humus. Risosfer merupakan suatu ekosistem
yang khas dan berbeda jelas dengan ekosistem di luar risosfer.
Reaksi-reaksi biologi dalam tanah yang terpenting sekali berkenaan tanah sebagai
ekosistem ialah:
4. Denitrifikasi (reduksi nitrit atau nitrat menjadi gas N (NO, N2O2, N2) yang
dapat dikerjakan oleh banyak spesies bakteri tanah.
5. Daur belerang. Mineralisasi fraksi S organik dalam keadaan tumpat air
(water logged) menghasilkan H2S. Dengan ketersediaan Fe sebagian H2S
membentuk FeS atau Fe S2 (pirit). Dalam lingkungan aerob sulfida anorganik
mengalami otoksidasi menjadi sulfat. Dalam lingkungan anaerob H2S
dioksidasi S unsur oleh bakteri fotosintetik dan kemotrofik. Dalam keadaan
aerob S unsur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri S kemotrofik (Beggiatoa,
Thiotrix, Thiobacillus). Sulfat adalah bentuk S yang dapat diserap tumbuhan.
Dalam keadaan anaerob sulfat kembali direduksi menjadi H2S oleh bakteri
Desulfovibrio.
Komponen biotik merupakan semua makhluk hidup yang dapat bergerak yaitu
seperti hewan, dan tumbuhan. Komponen biotik yang menyusun ekosistem
mempunyai peranan masing-masing. Berdasarkan peranannya, komponen biotik
dibagi menjadi tiga kelompok. Berikut ini peranan komponen biotik dalam ekosistem
tanah di antaranya adalah:
5
Produsen
Produsen merupakan komponen ekosistem yang menghasilkan atau
memasak makanannya sendiri. Produsen adalah semua tumbuhan hijau yang
mempunyai zat hijau atau klorofil yang menjadi bahan untuk proses fotosintesis
di daun dengan bantuan dari sinar matahari.
Konsumen
Konsumen merupakan makhluk hidup yang tidak mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan
makanan, konsumen mengandalkan produsen.
Pengurai
Pengurai adalah kelompok komponen yang bertuga untuk menguraikan
makhluk hidup yang telah mati menjadi suatu zat.
Tanah
Udara
Air
Topografi
6
Serta iklim.
Antara ekosistem biotik dan abiotik saling ketergantungan, hal tersebut dapat
terlihat ketika tumbuhan sebagai produsen membutuhkan tanah untuk tempat tumbuh.
Tipe-Tipe Ekosistem
- Terestrial (darat)
Hutan hujan tropis terdapat pada daerah tropik dan subtropik. Hutan
hujan tropis memiliki ciri-ciri curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies
pepohonan relatif cukup banyak dan jenisnya berbeda tergantung letak
geografisnya. Dalam hutan hujan tropis terdapat tumbuhan khas, yaitu liana
atau rotan dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, burung, kera,
badak, harimau, dan burung hantu.
- Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat pada wilayah yang memiliki curah
hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temperatur serta kelembaban masih
tergantung terhadap musim. Hewan yang hidup di sabana antara lain serangga
serta mamalia seperti zebra, hyena, dan singa.
7
- Padang rumput
- Gurun
- Hutan gugur
- Taiga
- Tundra
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping yang terdapat pada
wilayah Yugoslavia. Karst memiliki ciri-ciri tanahnya kurang subur untuk
pertanian, mudah longsor, sensitif terhadapt erosi.
- Buatan
Bendungan
Sawah irigasi
Perkebunan sawit
9
pori besar diantara agregate–agregate tanah yang besar. Organisme tanah yang lebih
besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran
(lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu
mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi
(aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-
lubang ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase
Organisme tanah dapat membantu pengendalian serangan hama dan penyakit.
Organisme tanah yang memakan organisme lain yang lebih kecil dapat menekan
serangan hama penyakit dengan cara mengontrol jenis dan jumlah orgnisme di dalam
tanah.
Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan organisme yang terdapat di
dalam tanah ini diantaranya adalah: Lahan padi sawah. Tanah padi sawah biasanya
diolah sampai menjadi lumpur, memiliki lapisan bajak yang sangat padat, dan harus
terendam air, jadi bukanlah habitat yang sesuai bagi organisme tanah, kecuali bagi
yang dapat hidup di dalam air seperti alga yang dapat mengikat nitrogen. Ini berarti
bahwa usaha-usaha untuk membangun organisme tanah perlu difokuskan pada daerah
lahan kering.
Drainase system yang tidak memadai di daerah pinggiran pantai. Sebagian
lahan pertanian kering didaerah pantai tidak memiliki drainase system yang baik, jadi
cenderung terendam pada saat musim hujan. Salah satu cara yang mungkin dapat
digunakan untuk meningkatkan organisme tanah di daerah seperti ini adalah dengan
penggunaan bedengan-bedengan yang tingginya melebihi ketinggian air tanah pada
saat banjir. Pembuatan bedengan ini akan memerlukan pengetahuan local dari
penyuluh pertanian atau petani mengenai ketinggian air tanah,
Ketersediaan bahan makanan yang rendah bagi organisme tanah. Tingginya
kelembaban udara dan suhu di daerah tropis (termasuk Aceh) menyebabkan tingginya
pembusukan bahan organic. Konsekuensinya adalah bahwa petani di daerah tropis
perlu lebih sering menambah bahan organik kedalam tanah untuk menjamin makanan
yang cukup bagi tenaga kerja mereka (organisme tanah). Ini khususnya sangat
penting di tanah berpasir daerah pantai Aceh karena tanah pasiran tersebut sangat
12
kekurangan bahan organik dan unsur hara dan juga bukanlah habitat yang baik untuk
organisme.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Penggunaan pupuk yang
berlebihan dapat membunuh organisme tanah karena ketidak seimbangan hara.
Penggunaan bahan-bahan kimia yang lain (pestisida, herbisida, dan fungisida) juga
dapat membunuh organisme tanah yang baik, mempengaruhi ketersediaan hara
tertentu, dan menyebabkan serangan hama dan penyakit. Untuk meningkatkan
organisme tanah, sebaiknya penggunaan bahan-bahan kimia harus secara tepat guna
(tidak berlebihan), pupuk sebaiknya diberikan secara bertahap, dan kehidupan
pemangsa-pemangsa (predator) alami harus dibina untuk mengendalikan serangan
hama/serangga tertentu.
Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk memperkaya organisme tanah
melalui cara pengolahan lahan yang baik diantaranya :
- Menyediakan makanan. Petani dapat menyediakan bahan makanan untuk
organisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup tanah dan
menambah bahan organik seperti mulsa, kompos, merang, pupuk hijau, dan
pupuk kandang ke dalam tanah yang mereka kelola.
- Menyediakan cukup oksigen (aerasi tanah yang baik). Seperti mahluk hidup
yang lain, organisme tanah membutuhkan cukup oksigen untuk hidup. Petani
dapat menjamin ketersediaan oksigen yang cukup untuk organisme tanah
dengan cara mencegah pemadatan tanah. Pemadatan tanah dapat mengurangi
pori-pori tanah sehingga ketersedian udara menjadi lebih sedikit. Pemadatan
tanah dapat terjadi apabila tanah diinjak-injak oleh hewan dan manusia atau
dilalui mesin-mesin berat secara berlebihan (trampling), terutama pada saat
tanah sedang basah.
- Menyediakan air, organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah
tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang jenuh), mereka
bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani dapat mengatur ketersediaan air
didalam tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Aggergate tanah yang
lebih besar dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus, dan dapat
13
Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia yang
medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki beragam variasi dalam
ruang dan waktu. Komponen abiotik berupa bahan organik, senyawa anorganik, serta
faktor yang memengaruhi distribusi organisme, antara lain:
1. Suhu
2. Air
14
3. Garam
4. Cahaya matahari
6. Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam suatu daerah atau area serta
dalam jangka waktu lama. Iklim makro meliputi iklim global, lokal, dan
regional. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni oleh
beberapa komunitas tertentu.
15
Biotik
Biotik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu organisme. Komponen
biotik merupakan suatu komponen yang menyusun ekosistem selain komponen
abiotik. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup sendiri dibedakan menjadi
2, yaitu heterotrof atau konsumen dan dekomposer atau pengurai :
1. Heterotrof / konsumen
2. Pengurai / dekomposer
pemacu tingkat kelarutan dari senyawa anorganik yang tidak ada menjadi
tersedia. Hal ini disebabkan terdapatnya metabolok sekunder oleh mikrobia
yang berupa enzim tanah dan senyawa organik yang berfungsi sebagai pelarut.
Contoh mikrobiota yang mempunyai manfaat untuk kesuburan tanah dan
tanaman, diantaranya: