DOSEN PENGAMPU :
Lufita Nur Alfiah, SP., M.Si
Kelompok I
A. Pengertian Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranan-
nya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme.
Di setiap tempat seperti dalam tanah, udara maupun air selalu dijumpai
mikroba. Umumnya jumlah mikroba dalam tanah lebih banyak daripada dalam
air ataupun udara. Umumnya bahan organik dan senyawa anorganik lebih tinggi
dalam tanah sehingga cocok untuk pertumbuhan mikroba heterotrof maupun
autotrof. Didalam tanah juga terjadi interaksi antara tumbuhan dan mikroba
yang dapat merugikan atau menguntungkan tumbuhan. Beberapa
mikroorganisme tanah bersifat patogenik terhadap tumbuhan dan menyebabkan
penyakit pada perakaran sehingga menjadi layu dan busuk. Banyak tumbuhan
bersimbiosis dengan jamur bernama mikoriza. Mikoriza meningkatkan
kemampuan tumbuhan untuk menyerap nutrisi dan air. Interaksi antara
mikroorganisme tanah dan akar tumbuhan banyak dikaji dalam ilmu mikrobiologi
tanah. Mikroorganisme tanah juga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah
satunya adalah bakteri actinomycetes yang menghasilkan antibiotik.
Tanah adalah tempat hidup bakteri-bakteri penting. Mikroorganisme
tanah dapat menguraikan zat beracun yang berasal dari polusi. Hal ini menjadi
dasar bioremediasi, yaitu penggunaan mikroorganisme untuk mendetoksifikasi
dan menguraikan zat berbahaya dalam lingkungan atau setruktur tanah
ketersediaan hara, dan menahan kapasitas air semuanya dipengaruhi oleh, atau
tergantung pada, mikroorganisme tanah. Semua mikroorganisme tersebut
adalah biota tanah yang berfungsi di ekosistem bawah tanah di akar tumbuhan
dan sampah sebagai sumber makanan.
Namun jika di dalam tanah mengandung mineral, elemen-elemen yang
ada di dalam tanah dapat berbentuk ion-ion dan ion-ion mempengaruhi
keasaman atau kebasaan dalam tanah. Biasanya keasaman atau kebasaan tanah
itu dinyatakan dengan pH (konsentrasi ion-ion H +); pH 7 berarti netral, pH kurang
dari pada 7 merupakan asam dan lebih dari pada 7 merupakan basa. Air kapur
adalah basa, dan air yang banyak mengandung sampah-sampah biasanya bersifat
asam.
Penyinaran (radiasi) dari matahari berpengaruh besar terhadap
kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Partikel tanah, elemen-elemen, pH,
udara, air, sinar adalah komponen-komponen anorganik, mereka merupakan
faktor-faktor alam. Di dalam tanah terdapat juga hancuran dari sisa makhluk
hidup, yang mana bagian-bagian ini merupakan komponen-komponen organik.
Tanah yang mempunyai nilai produktivitas yang tinggi, tidak hanya terdiri
dari bagian padat, cair dan udara saja, tetapi harus ada jasad hidup yang
merupakan organisme hidup. Sebaliknya aktivitas organisme tanah dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu :
a) Iklim organisme tanah lebih banyak ditemui jumlah (populasi) nya dan
keragamannya pada tanah didaerah yang mempunyai curah hujan dan
temperatur yang tinggi dibandingkan di daerah yang mempunyai curah hujan
dan temperatur rendah.
b) Tanah tingkat kemasaman, kandungan hara dan umur tanah dapat
mempengaruhi organisme dalam tanah. Bakteri lebih banyak ditemui pada
daerah yang berkemasaman sedang (normal), sedangkan jamur/cendawan
lebih banyak pada tanah yang kemasaman rendah (masam). Tanah-tanah
yang diberi kapur dan pupuk, umumnya lebih banyak populasi organismenya.
Pada tanah perawan, populasi dan keragaman organisme-nya lebih banyak
dibandingkan pada tanah-tanah tua.
c) Vegetasi à pada lokasi tanah-tanah hutan ditemui organisme yang lebih
banyak dan lebih beragam dibandingkan pada lokasi padang rumput.
Di permukaan tanah terdapat mikroorganisme dalam jumlah dan variasi
yang banyak. Hal tersebut karena permukaan tanah mengandung banyak sumber
makanan dari tumbuhan dan hewan. Biota tanah membentuk sistem
berdasarkan energi dan nutrisi yang dihasilkan dari proses dekomposisi
tumbuhan dan hewan. Dekomposer primer adalah bakteri dan jamur.
Mikroorganisme seperti alga dan lumut kerak adalah koloni yang
menghuni permukaan batu. Kolonisasi organisme ini merupakan proses awal
pembentukan tanah yang diperlukan oleh tumbuhan tingkat tinggi melalui
proses dekomposisi oleh decomposer..
Dekomposer mengurai, mendaur ulang energi, karbon, dan nutrisi dalam
tumbuhan dan hewan mati menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Oleh karena itu, mikroorganisme memegang peran penting dalam
proses kehidupan di bumi. Perubahan bentuk elemen dalam proses dekomposisi
dijabarkan pada siklus elemen.
B. Mikrobiologi Tanah
Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang
mempelajari kehidupan, aktivitas, dan peranan mikroorganisme di dalam tanah.
Tanah merupakan lingkungan kompleks yang ditempati mikroorganisme
beraneka ragam. Ciri-ciri lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya.
Tanah juga memiliki kedalaman, sifat-sifat fisik, komposisi kimiawi dan asal yang
berbeda. Komposisi tanah terdiri dari materi nonorganik 45% ( Si, Al, Fe, Ca, Mg,
K, Na, P, dan lain-lain), materi organik 5 % (karbohidrat, protein, lipid, dan lain-
lain), air (25 %) dan udara (25 %). sementara organisme di tanah terdiri dari
vertebrata, invertebrata,dan mikroorganisme.
Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroorganisme
tanah terdiri atas prokariotik (bakteri dan actinomycetes, fungi, algae),
mikrofauna (protozoa dan archezoa), mezofauna (nemathoda) makrofauna
(semut, cacing tanah, dan lainnya), dan mikrobiota (mycoplasma, virus, viroid
dan prion). Tetapi mikrobiologi tanah memfokuskan pada bakteri, jamur, dan
virus yang terdapat pada tanah.
Mikroba tanah juga menghasilkan metabolit yang mempunyai efek
sebagai zat pengatur tumbuh. Bakteri Azotobacter selain dapat menambat N
juga menghasilkan thiamin, riboflavin, nicotin indol acetic acid dan giberelin yang
dapat mempercepat perkecambahan bila diaplikasikan pada benih dan
merangsang regenerasi bulu-bulu akar sehingga penyerapan unsur hara melalui
akar menjadi optimal. Metabolit mikroba yang bersifat antagonis bagi mikroba
lainnya seperti antibiotik dapat pula dimanfaatkan untuk menekan mikroba
patogen tular tanah disekitar perakaran tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mikroba tanah melakukan immobilisasi berbagai unsur hara sehingga
dapat mengurangi hilangnya unsur hara melalui pencucian. Unsur hara yang
diimobilisasi diubah sebagai massa sel mikroba dan akan kembali lagi tersedia
untuk tanaman setelah terjadi mineralisasi yaitu apabila mikroba mati.
C. Jenis-Jenis Mikroorganisme Tanah
1. Bakteri
3. Alga
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga mempunyai klorofil
dan terdiri dari green algae, blue green algae, yellow green algae, dan diatomae.
Berkembang biak pada tanah yang subur. Pada tanaman padi sawah alga
membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan mengikat N yang
ada di udara. Ganggang tanah dibagi menjadi tiga golongan umum:
Hijau-biru
Hijau
Diatome
4. Protozoa
b. Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsure yang diperlukan oleh semua jasad
hidup unutk sintesis. Pada siklus nitrogen terjadi beberapa reaksi/proses yaitu:1)
amonifikasi, 2) nitrifikasi 3) denitrifikasi, 4) fiksasi nitrogen. Mikroorganisme yang
berperan dalam proses fiksasi nitrogen seperti Azotobact,. er, Clostridium,
Enterobacter, Bacillus, Rhodospirillum, Chlorobium, Cyanobacteria. Populasi
tertinggi ditemukan adalah Rhizobium sp. Mikroorganisme tanah berperan dalam
siklus nitrogen. Atmosfer mengandung 80% nitrogen (N2), yaitu bentuk nitrogen
yang hanya dapat digunakan oleh tumbuhan jika diubah dalam bentuk amonia
(NH3). Perubahan bentuk menjadi amonia dilakukan oleh bakteri tanah melalui
proses fiksasi N2 atau oleh manusia (dengan menggunakan pupuk). Hampir
semua nitrogen yang terdapat dalam tanah berada dalam molekul-molekul
organic, terutama dalam molekul-molekul protein. Yang terkandung dalam jasad
hidup. Jika jasad hidup mati maka terjadi proses perombakan molekul protein
menjadi asam-asam amino. Bakteri tanah juga terlibat dalam proses denitrifikasi
yang mengembalikan oksigen ke atmosfer dengan mengubah NO3 menjadi N2
atau gas N2O.
Contoh dari bakteri denitrifikasi antara lain Streptomyces dan Rizhobium.
1. Tahap pertama
2. Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan)
diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati,
mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam
ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi.
Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi
nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan
cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses
yang disebut denitrifikasi.
Berikut pula peran mikroorganisme tanah yang menguntungkan
contohnya mikoriza. Simbiosis antara hifa jamur dengan akar tumbuhan terdapat
2 tipe:
a. Ektomikoriza: hifa menutupi ujung akar (mantel hifa), masuk ke ruang anatar
sel (kortek).
b. Endomikoriza: (vesicular-arbuscular mikoriza): hifa membentuk matel yang
tidak jelas masuk ke sel-sel akar.
Mikroriza menguntungkan baik untuk kehidupan jamur maupun
tumbuhan. Peran jamur membantu penyerapan nutrien akar dari tanah,
terutama nutrien yang tidak mobile seperti fosfor. Peran tumbuhan terhadap
kehidupan jamur mendapatkan nutrien dari tumbuhan (karbohidrat, asam
amino, vitamin, dll).
Berikut beberapa peran mikroorganisme tanah yang merugikan
diantaranya sebagai patogen pada manusia dan hewan adalah sebagai berikut:
1. Bacilus anthracis. Kuman anthrak bersifat zoonosis, biasanya menginfeksi
ternak lembu, kambing, domba dan babi. Kuman dikeluarkan melalui feses,
urin dan saliva binatang yang terinfeksi dan bertahan hidup di tanah dalam
bentuk spora untuk waktu yang lama sekali yaitu sekitar 10 tahun. Pada
manusia kuman anthrax dapat menyebabkan infeksi kulit, yang dapat
berkembang menjadi toksemia. Selain itu B. anthtracis juga bisa
menyebabkan infeksi selaput otak setelah bakteremia dan infeksi pada usus,
khususnya infeksi pada usus halus yang disertai dengan gangren. Sebabnya
adalah karena makan daging yang terinfeksi anthrax.
2. Clostridium tetani. Bakteri ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia
dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Umumnya, spora bakteri ini
terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda,
domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di
dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang
bertindak sebagai racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani
menghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin.
Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui dengan pasti, namun juga dapat
memengaruhi tetanus. Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.
3. Clostridium botulinum. C. botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah,
sedimen didasar laut, usus dan kotoran binatang. Mikroorganisme ini dapat
menyebabkan gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing dan
muntah-muntah, bisa juga diare, lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut
konstipasi, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa membengkak dan
tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa menyebar kehati dan
saluran pernafasan.
4. Clostridium perfringens. C. perfringens secara luas dapat ditemukan dalam
tanah dan merupakan flora normal dari saluran usus manusia dan hewan-
hewan tertentu. Bakteri ini dapat tumbuh cepat pada makanan yang telah
dimasak dan menghasilkan enterotoksin yang dapat mengakibatkan penyakit
diare.
Berikut mikroorganisme tanah yang patogen bagi tumbuhan:
1. Fungi paling banyak, dapat tumbuh pada kelembaban yang rendah. Contoh
rebah kecambah dan busuk akar (Rhizocnolia solani), penyakit karat daun
yang disebabkan oleh jamur karat (uredenales).
2. Bakteri menyerang akar.
Meskipun amonia (NH3) adalah produk langsung dari reaksi ini, maka dengan
cepat terionisasi ke amonium (NH4). Dalam Diazotrof yang hidup bebas,
amonium nitrogenase-yang dihasilkan berasimilasi ke dalam glutamat melalui
sintetase glutamin / jalur sintase glutamat. Fiksasi nitrogen secara biologis
ditemukan oleh ahli mikrobiologi Belanda Martinus Beijerinck.
Fiksasi nitrogen abiotik terjadi dalam kondisi alami sebagai akibat dari
kejutan listrik atau proses pembakaran dan air hujan bertanggung jawab untuk
menyeret senyawa yang terbentuk ke tanah. Fiksasi nitrogen abiotik juga berasal
dari sintesis kimia pupuk dengan konsumsi energi yang tinggi.
Fiksasi nitrogen biologis (FBN)
H. Simpulan
Jakarta.
J. Pelczar Michael dan Chan E.C.S. 2009, Dasar Dasar Mikrobiologi. Universitas
Indonesia. Jakarta.
List of Bacterial names with Standing in Nomenclature (LBSN). (2004)