Anda di halaman 1dari 18

VI.

BIOLOGI TANAH

VI. 1. PENGANTAR
Sifat biologi tanah erat kaitannya dengan bahan organik tanah. Bahan organik tanah
merupakan bagian dari konsep koloidal yang memegang peranan penting dalam kesuburan tanah.
Bahan organik tanah berasal dari kehidupan dalam tanah yang dalam hal ini disebut dengan biologi
tanah. Berdasarkan hal tersebut, tulisan pada bagian ini akan membahas hal-hal yang menyangkut
kegiatan jasad hidup di dalam tanah dan perananya, serta peranan bahan organik dengan segala sifat
dan cirinya. Untuk mempelajari biologi tanah, terlebih dahulu harus dikaji aktivitas jasad hidup yang
terdiri atas tumbuhan (flora) dan binatang tanah (fauna).

VI. 2. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Dengan mempelajari Sifat-Sifat Biologi Tanah diharapkan mahasiswa akan mempunyai
pengetahuan tentang aktivitas mikroorganisme tanah dan sifat serta peranan bahan organik dalam
tanah.

VI. 3. TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


Tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari bagian tulisan ini adalah agar mahasiswa
dapat:
1. menjelaskan perbedaan mikroorganisme tanah
2. menjelaskan sifat, ciri, dan peranan mikroorganisme tanah
3. menjelaskan sumber-sumber bahan organik tanah
4. menjelaskan hasil akhir pelapukan bahan organik
5. menjelaskan hubungan nitrogen dengan karbon dalam peristiwa dekomposisi bahan organik

VI. 4. KEGIATAN BELAJAR VIII


SIFAT-SIFAT DASAR BIOLOGI TANAH
Oleh: Prof. DR Dedi Hermon, MP dan Ratna Wilis, S.Pd, MP

A. Organisme Tanah
Dilihat dari segi tanaman, ada dua kelompok besar organisme tanah yaitu yang
menguntungkan dan merugikan. Kelompok yang menguntungkan yaitu seluruh organisme yang
melakukan dekomposisi bahan organik, humifikasi, mineralisasi, dan fiksasi N. Sedangkan kelompok
yang merugikan adalah organisme yang melakukan persaingan hara dengan tanaman sehingga
tanaman terkena hama dan penyakit.

86
87

Tabel 9. Organisme Tanah yang Umumnya Terdapat dalam Tanah


Binatang Tumbuhan
Makro Mikro Ganggang Cendawan Aktinomicetes Bakteri
Hidup dari tanaman Pemangsa Pemangsa/Parasit
Binatang Kecil Serangga Nematoda Hijau Cendawan Aerob/ototrofik
Serangga Rayap Protozoa Hijau Biru Ragi An Aerob/meterotrofik
Rayap Laba-Laba Rotifera Diatom Kapong
Bekicot
Cacing

Sumber: Hakim dkk (1986)

Secara umum aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)
iklim, yaitu curah hujan dan temperatur, (2) tanah, yaitu kemasaman tanah, kelembaban tanah,
temperatur tanah, unsur hara, dan (3) vegetasi, yaitu hutan, padang rumput, belukar, dan tipe vegetasi
lainnya. Peranan dan Aktivitas Organisme Tanah
a. Cacing
Cacing merupakan binatang berkelamin dua sehingga cacing melakukan perkawinan
silang. Kopulasi berlangsung di atas permukaan tanah di waktu malam hari atau pagi hari. Jenis yang
banyak ditemukan adalah lumbricus terrastis (cacing merah) dan allolobophora caleginosa (cacing
merah jambu). Cacing berperan dalam mencampurkan bahan organik kasar ataupun halus antara
lapisan atas dan lapisan bawah, sehingga tanah menjadi gembur dan bahan organik tersebar secara
merata. Selain itu kotoran cacing kaya akan unsur hara, hal ini akan menyebabkan cacing dapat
memperkaya tanah dengan hara tanaman.
Populasi cacing sangat dipengaruhi oleh kemasaman dan kesuburan tanah. Tanah yang
kaya kapur dan bahan organik akan mengandung cacing lebih banyak, selain itu vegetasi juga akan
mempengaruhi jumlah populasi cacing dalam tanah.
b. Binatang Mikro Tanah
Binatang mikro tanah yang berperan adalah nematoda, protozoa, dan rotifera. Nematoda
adalah binatang bulat seperti cacing tapi ukurannya sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan
mikroskop. Terdiri atas golongan yang hidup dari bahan organic yang sedang membusuk dan predator
dari kelompok parasit. Golongan parasit ini sangat berbahaya bagi tanaman, karena ia bisa hidup di
dalam akar tanaman sehingga akan merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
Protozoa merupakan binatang yang paling sederhana dan dapat dikelompokan menjadi
amuba, silata, dan flagelata. Flagelata merupakan golongan protozoa yang paling banyak terdapat
dalam tanah terutama pada lapisan atas tanah. Secara tidak langsung, protozoa dapat mempercepat
tersedianya unsur hara bagi tanaman. Sedangkan rotifera ditemukan pada tanah rawa yang mengalami
pelapukan tingkat akhir dan berperan dalam peredaran bahan organik, terutama peredaran bahan
organik di daerah rawa. c. Tumbuhan Tanah
88

Tumbuhan tanah berfungsi sebagai sumber bahan organik, mendekomposisikan bahan


organik, melakukan sintesa humus, menghasilkan senyawa anorganik. Kelompok tumbuhan tanah ini
adalah: (1) akar tanaman, berperan dalam memperbaiki sifat fisika tanah. Akar tanaman membuat
lubang-lubang dalam tanah bila akar tersebut mati sehingga akan memperbaiki drainase tanah, aerasi
tanah, dan agregasi tanah, selain itu akar tanaman yang mati merupakan sumbangan bahan organik
tanah, (2) algae tanah, merupakan tumbuhan tanah yang mempunyai klorofil dan hidup pada lapisan
permukaan tanah dan memperoleh energi dari sinar matahari sedangkan algae tanah yang tidak
mempunyai klorofil memperoleh energi dari sisa bahan organik. Algae tanah dapat dibedakan atas:
algae hijau, algae biru, dan diatome. Padang rumput merupakan habitat yang cocok bagi algae hijau
dan algae biru, sedangkan kebun cocok untuk diatome, (3) fungi tanah, yang tergolong pada fungi
tanah adalah ragi, kapang, dan jamur. Organisme ini tidak mempunyai klorofil sehingga sumber
energinya adalah bahan organik. Kapang dapat hidup dalam suasana masam, netral, dan basa. Dalam
suasana masam, kapang lebih berperan dalam dekomposisi bahan organik dari pada bakteri dan
aktinomycetes yang tidak tahan pada suasana masam. Selain ragi, kapang, dan jamur, yang tergolong
fungi adalah mikoriza. Mikoriza merupakan fungi yang berasosiasi dengan akar tanaman. Mikoriza
sangat menguntungkan tanaman inangnya karena dapat memperluas permukaan serapan akar, (4)
aktinomycetes tanah, merupakan organisme tanah yang mempunyai sifat diantara fungi dan bakteri.
Peranan utama aktinomycetes adalah dalam penambahan bahan organic dan pembebasan unsur hara
dan dapat menyerang lignin dan mengubahnya menjadi senyawa sederhana sehingga mempunyai
peranan yang besar dalam mineralisasi N, dan (5) bakteri tanah, merupakan organisme bersel satu dan
berkembang biak dengan membelah diri. Peranan bakteri sangat besar dalam tanah, karena berperan
dalam semua perubahan bahan organik, memonopoli reaksi enzimatik seperti nitrifikasi, oksidasi
bakteri, dan fikasasi N.
Selain memberikan fungsi yang positif terhadap tanah dan tanaman, organisme tanah juga
memberikan sumbangan negatif terhadap tanah dan tanaman. Organisme tertentu dapat merusak
tanaman dengan jalan memakan atau mengerat dan menghancurkan tanaman tersebut. Organisme ini
tergolong pada roden (tikus dan tupai), moluska, keong, bekecot, serangga, nematoda, dan protozoa.
Demikian pula jenis flora tertentu yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman.
Organisme ini tergolong pada bakteri, fungi, aktinomycetes yang dapat menimbulkan penyakit layu,
akar busuk, lanas, dan lain-lain.
89

Pengendalian pengaruh negatif ini yaitu dengan melakukan pergiliran tanaman, sedangkan
penyakit akibat pengaruh aktinomycetes di atasi dengan menurunkan pH tanah menjadi 5,3-5,5
sedangkan busuk akar akibat fungi dapat diatasi dengan menaikan pH hingga 7,0.

B. Bahan Organik Tanah


Bahan organik merupakan bahan yang sangat penting dalam meningkatkan kesuburan
tanah, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologi. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah dan merupakan sumber hara bagi tanaman.
Sumber bahan organik tanah dapat dibedakan atas sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan
buah sedangkan sumber sekunder bahan organik tanah adalah hewan dan manusia. Komposisi
jaringan tumbuhan berbeda dengan komposisi hewan. Umumnya jaringan hewan akan mudah hancur
daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan umumnya tersusun atas air (60-90%), bagian padatan
sekitar 25% yang terdiri dari hidrat arang (60%), protein (10%), lignin (10-30%), dan lemak (1-8%).
Ditinjau dari sisi susunan unsure, karbon merupakan bagian yang terbesar (44%), oksigen (40%),
hydrogen dan abu, kecuali C, H, dan O (8%).
Karbohidrat tersusun dari C, H, dan O mulai dari bentuk gula sederhana sampai selulosa.
Lemak merupakan gliserida dan lignin ditemukan dalam jaringan tua dan juga tersusun atas C, H, dan
O dalam bentuk struktur lingkaran. Protein merupakan senyawa paling kompleks yang tersusun atas C,
H, O, N, P, S, Fe, dan beberapa unsur lainnya.
Dekomposisi Bahan Organik
Sumber dan komposisi bahan organik sangat menentukan kecepatan dekomposisi dan
senyawa yang dihasilkan. Berdasarkan kecepatan dekomposisi bahan organik dapat dibedakan atas
senyawa yang cepat didekomposisi dan lambat didekomposisi. Bahan organik yang cepat di
dekomposisi adalah gula, zat pati, protein sederhana, dan protein kasar. Sedangkan yang lambat
didekomposisi adalah selulosa, lignin, lemak, dan waks. Selain itu hemiselulosa tergolong pada
senyawa intermediet dekomposisi.
Tabel 10. Perubahan yang Terjadi pada Bahan Organik Segar yang Disumbangkan ke Dalam Tanah
90

SENYAWA YANG TERDAPAT DALAM JARINGAN TUMBUHAN SEGAR


Sukar di Dekomposisi Mudah di Dekomposisi
1 Lignin Selulosa
Minyak Zat Pati
Lemak Gula
Rasin Protein
HASIL INTERMEDIER DEKOMPOSISI
Senyawa Resisten Senyawa tidak Resisten
2 Resin Asam Amino
Waks Amida
Minyak dan Lemak Alkohol
Lignin Aldehide
HASIL AKHIR DEKOMPOSISI
Hasil Dekomposisi yang Resisten Hasil Akhir yang Sederhana
CO2
3 Nitrat
Humus-Kompleks Koloidal dari Ligno-Protein Sulfat
Fosfat
Senyawa Ca

Sum ber: Ahmad (1975)

a) Dekomposisi Bahan Organik yang Mengandung N


Diantara bahan organik yang mengandung N adalah protein dan derivat- derivatnya,
fosfatida-fosfatida, dan amida-amida. Persenyawaan-persenyawaan yang kompleks ini melalui suatu
proses dekomposisi akibat bantuan mikroorganisme tanah (bacillus mycaydes, bacillus subtilis,
actinomycetes, dan lain-lain) akan menghasislkan persenyawaan baru yang disebut dengan amina
melalui proses aminasi. Kemudian amina juga dirombak hingga didapatkan persenyawaan-
persenyawaan ammonia (NH3) melalui proses amonifikasi.
Proses Aminasi

Protein -------------------► R - NH2 + CO2 + Energi + Hasil-hasil lain

Proses Amonifikasi

R - NH2 + H2O------------------------------------------------------► NH3 + R - OH + Energi

Amonia (NH3) yang dibebaskan dari persenyawaan-persenyawaan ini akan bersenyawa


dengan air, asam-asam karbonat, atau asam-asam lain yang terdapat dalam tanah, sehingga terbentuk
ammonium (NH+4). Bentuk ammonium ini akan melalui beberapa peristiwa, yaitu: (1) perubahan
ammonium menjadi nitrat oleh mikroorganisme autotropik melalui proses nitrifikasi, (2) diabsorbsi oleh
tanaman, dan (3) dimanfaatkan oleh populasi mikroflora untuk sintesa protein. b) Dekomposisi Bahan
Organik Tanpa N
Perombakan bahan-bahan organik yang mengandung C dan H, dalam keadaan oksidasi
disebut sebagai burning process atau oxidation process. Proses ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Persenyawaan Bahan Organik yang Mengandung Unsur C dan H

Enzimatik
----------------C, 4H + O2 ------------------------------------------► CO2 + 2H2O + Energi
Oksidasi
91

Hasil-hasil perombakan dari bahan-bahan organic tersebut secara keseluruhan dapat


diuraikan sebagai berikut: C : CO2, CO 3, HCO 3, CH4, dan C elementer N : NH+4, NO-2, NO-3, gas N2 S : S,
-2 -

H2S, SO- 3, SO- 4, CS2 P : H2PO-4, HPO- 4 Lain-lain: H2O, O2, H2, H+, OH-, K+, Ca2+, Mg2+
2 2 2

Reaksi umum bahan organik dalam tanah adalah: (1) oksidasi enzimatik dengan CO 2 dan
H2O, panas sebagai hasil utama, (2) reaksi spesifik pembebasan dan inmobilisasi unsure esensial
seperti N, P, S, dan lain-lain, dan (3) sintesa dari bahan resisten hancuran menjadi bentuk senyawa
baru.
Hasil akhir dari reaksi enzimatik adalah: (1) energi yang dibebaskan oleh mikroba atau
disebut juga dengan energi bahan organik dan sebagian besar dapat di ubah menjadi energi laten atau
dibebaskan sebagai pemanas. Energi ini hanya sebagian yang digunakan olek mikroba tanah, sisanya
tetap tersimpan dalam bahan organik atau dibebaskan sebagai panas, (2) hasil sederhana dekomposisi
bahan organik, yang tergolong pada hasil sederhana dekomposisi bahan organik adalah H 2O dan CO2
dan akan hilang jika tidak digunakan oleh tumbuhan, dan humus, merupakan senyawa kompleks yang
resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus, bersifat koloidal, dan berasal dari jaringan
tumbuhan dan hewan yang telah dimodefikasikan atau disintesiskan oleh mikroorganisme tanah.
92

Pencernaan Intensif dan Sejumlah CO2


Hilangnya Senyawa yang Sejumlah Energi

T
Mudah di Dekomposisikan Humus
Sejumlah CO2
Sejumlah Energi

igis yang Lambat Pemb eba san


93
94

Gambar 24. Bagan Dekomposisi Bahan Organik dalam Tanah (Ahmad, 1975)

Fungsi bahan organik bagi tanah adalah: (1) kemampuan menahan air meningkat, (2)
warna tanah menjadi coklat sampai hitam, (3) merangsang granulasi agregat dan memantapkannya,
(4) menurunkan plastisitas, kohesi, dan sifat buruk lainnya dari liat, (5) meningkatkan daya jerap dan
KTK, (6) meningkatkan jumlah kation yang dapat ditukar, (7) unsur N, P, dan S diikat dalam bentuk
organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia
kembali, (8) melarutkan sejumlah unsur hara dari mineral dan asam humus, (9) jumlah dan aktivitas
metabolik organisme tanah meningkat, dan (10) kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi
bahan organik meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah: (1) kedalaman solum
sangat menentukan kadar bahan organik tanah dan N, (2) iklim, yang berperan dalam mempengaruhi
bahan organik adalah temperatur dan curah hujan. Makin rendah temperatur, kadar bahan organik dan
N semakin tinggi dan sebaliknya, (3) tekstur tanah, makin tinggi jumlah liat makin tinggi pula kadar
bahan organik dan N, dan (4) vegetasi dan tumbuhan penutup tanah. Humus, Ciri, dan
Pembentukannya
Pembentukan humus, walaupun merupakan proses biokimia yang sangat rumit dapat
digambarkan secara sederhana. Proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah
mengakibatkan bahan-bahan yang mudah larut merupakan kelompok yang lebih dulu diubah menjadi
senyawa sederhana dan selanjutnya menjadi unsur hara yang dapat digunakan oleh tanaman maupun
mikroorganisme tanah.
95

Sedangkan lignin merupakan senyawa yang susah lapuk dan cenderung tidak berubah dan hanya bisa
dioksidasikan sebagian.
Komposisi humus adalah: (1) lignin berikatan dengan N, (2) minyak, lemak, dan resin, (3)
uronida dan karbon uronida, (4) polisakarida berikatan N atau amino- polisakarida, dan (5) protein dan
liat. Komposisi tersebut menunjukan bahwa humus adalah senyawa kompleks. Disini tanpak N
bersenyawa dengan bahan tahan lapuk, seperti lignin, lemak, polisakarida, dan liat. Bahan-bahan
tersebut melapuk membentuk humus yang sangat penting dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Humus bersifat sangat koloidal, tapi berbeda dari liat silikat karena humus bersifat amorf,
selain itu luas permukaan dan sifat jerapannya melebihi liat. Sifat plastisitas dan kohesi humus yang
rendah merupakan ciri praktikal dari humus. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa cirri dan sifat humus
adalah: (1) bersifat koloidal dan amorf, (2) luas permukaan dan daya jerap cukup tinggi, (3) KTK
berkisar antara 150-300 me/100 g, (4) daya jerap air berkisar antara 80-90% dari bobotnya, (5) daya
kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dan membantu granulasi agregat
tanah, (6) misel humus terdiri dari lignin, poliuronida, dan protein, (7) muatan negatif berasal dari
gugus - COOH dan OH, (8) mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca,
Mg, dan K, (9) merupakan sumber energi dari mikroorganisme tanah, dan (10) memberikan warna
gelap pada tanah.

C. Nitrogen Tanah
Sumber utama N untuk tanaman adalah gas nitrogen bebas di udara, yang menempati
78% dari volume atmosfir. Nitrogen dalam bentuk gas diubah dulu menjadi nitrat ataupun ammonium
melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh tanaman. N masuk kedalam tanah melalui
kegiatan mikroorganisme tanah, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman.
Jika mikroorganisme yang mengikat N mati, bakteri pembusuk akan membebaskan asam amino dari
protein, bakteri amonifikasi membebaskan ammonium dari group amino yang selanjutnya dilarutkan
dalam larutan tanah. Amonium diserap oleh tanaman atau diserap setelah dikonversikan menjadi nitrat
oleh bakteri nitrifikasi. Selain itu N tanah akan bertambah apabila terjadinya loncatan listrik diudara.
Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Peredaran N dimulai dari nitrat melalui
serangkaian transformasi menjadi nitrat tanah tanpa mengalami bentuk nitrogen bebas. Tapi bila
nitrogen protein dari tanaman dan hewan dibebaskan kedalam larutan tanah dalam bentuk ammonium,
proses ini merupakan keluarnya nitrogen dari biosfir.
Sebagian besar tanaman pertanian bukan tanaman inang bagi bakteri pengikat nitrogen.
Dengan demikian mereka tidak menggunakan nitrogen bebas dari udara. Akibatnya sebagian besar
tanaman tergantung pada nitrogen terikat baik direduksi maupun oksidasi yang terdapat dalam larutan
tanah sebagai hasil dari proses-proses fiksasi nitrogen, pelapukan, dan nitrifikasi. Selanjutnya mereka
96

juga memerlukan tambahan nitrogen dari pupuk, baik pupuk buatan, pupuk kandang, maupun pupuk
hijau.
Kehilangan nitrogen ke udara dapat disebabkan oleh proses denitrifikasi. Kehilangan lain
dapat juga berupa panen, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh mineral-mineral. Ada dua
hal penting dalam proses peredaran nitrogen tanah, yaitu: (1) immobilisasi dan (2) mineralisasi.

Gambar 25. Siklus Nitrogen Tanah (Soepardi, 1983)


Immobilisasi Nitrogen
Pada saat dekomposisi bahan organik, baik sisa-sisa tanaman maupun hewan, terutama
yang mengandung kadar nitrogen rendah, kebanyakan dari bentuk nitrogen anorganik akan diubah
menjadi nitrogen organik. Nitrogen tersebut digunakan untuk menyusun jaringan-jaringan dari jasad
renik. Bila sisa-sisa tanaman atau hewan tersebut tidak cukup banyak mengandung nitrogen organik
97

sehingga tidak tersedia bagi tanaman disebut dengan immobilisasi. Perubahan bentuk nitrogen
anorganik menjadi nitrogen organik dapat dilukiskan seperti berikut.

Pool Nitrogen Organik Mineralisasi > Pool Nitrogen Anorganik

Immobilisasi

Gambar 26. Perubahan Bentuk N-anorganik ke N-organik dan Sebaliknya

Mineralisasi Nitrogen
Perubahan dari nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik dan dapat digunakan oleh
tanaman disebut dengan mineralisasi nitrogen. Mineralisasi juga mencakup pelapukan bahan organik
tanah yang melibatkan kerja enzim-enzim yang menghidrolisis kompleks protein. Mineralisasi dapat
dipercepat bila tanah berdrainase baik dan aerase juga baik dan banyak mengandung kation basa.

Enzim

r - NH2 + hoh 1*:::::::::::::::::::::::::::^^^ .. . > R - OH + NH3 + energi


Hidrolisis

2NH + H2CO3 .................................> (NH4)2 CO3 ^ . .. . . . : . . . > 2NH4 + CO- 3

Transformasi Nitrogen Tanah


Nitrogen tanah dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu bentuk organik dan anorganik.
Bentuk organik merupakan bentuk nitrogen tanah yang terbesar. Bentuk anorganik ammonium, nitrit,
nitrat, N2O, NO, dan gas N2 yang hanya dapat digunakan oleh rhizobium. Bentuk N 2O dan NO
merupakan bentuk-bentuk yang hilang dari tanah dalam bentuk gas sebagai akibat dari proses
denitrifikasi.
Tanaman menyerap nitrogen, terutama dalam bentuk NH +4 dan NO 3. Ion-ion ini dalam -

tanah berasal dari pupuk yang ditambahkan serta dekomposisi bahan organik.
Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme. Proses transformasi N dalam tanah melalui tiga tahap, yaitu: aminisasi, amonifikasi,
dan nitrifikasi.
1) Aminisasi, proses ini dilakukan oleh mikroorganisme heterotrop melalui pencernaan enzimatik,
sehingga protein akan hancur menjadi senyawa-senyawa amino, seperti protesa, pepton, dan
amino. Berbagai organisme tanah memerlukan energi (E) dari pencernaan dan juga
menggunakan sebagian dari senyawa nitrogen. Bersamaan dengan dibebaskannya CO 2,
senyawa amino dan lainnya dibentuk.
98

Protein dan Pencernaan Senyawa

Senyawa + Enzimatik ..........^ Amino CO2 + E hasil lainnya


Sejenis Kompleks

2) Amonifikasi, dalam proses ini amina-amina dan asam-asam amino yang dibebaskan akan
dimanfaatkan oleh golongan bakteri heterotrop yang lain dan membebaskan ammonium. Proses
amonifikasi dapat berlangsung setiap saat, sedangkan ammonium yang dihasilkan akan
mengalami perubahan, apabila: (1) dipakai langsung oleh bakteri dalam melanjutkan proses
dekomposisi, (2) diambil langsung oleh tanaman, (3) dikonversikan ke nitrit dan nitrat, dan (4)
difiksasi oleh mineral liat tertentu dari tipe 2:1.
Hidrolisis

R - NH2 + HOH ............. -> R-OH + NH3 + energi


Enzimatik
Kombinasi Amino

2NH3 + H2CO3 ................... ..........> (NH4)2CO3 ::::::::> 2NH+4 + CO=3

3) Nitrifikasi, merupakan proses oksidasi enzimatik yang dilakukan oleh bakteri. Proses ini
berlangsung atas dua tahap, yaitu pembentukan nitrit dan dilanjutkan dengan proses
pembentukan nitrat. Perubahan ammonium menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri nitrosomonas dan
nitrobakter.
Oksidasi

2NH4 + 3O2 : 2NO-2 + 2H2O + 4H+ + energi


...V
Enzimatik
Oksidasi
2NH3 + H2CO3 : 2NO-3 + energi
...v
Enzimatik

Bakteri nitrifikasi sangat peka terhadap lingkungan, sehingga nitrifikasi mempunyai hubungan
yang lemah dalam peredaran nitrogen, faktor-faktor yang mempengaruhi
nitrifikasi adalah: (1) aerase, proses nitrifikasi dapat berlangsung apabila cukup oksigen, karena
bakteri nitrobakter bersifat ototrop, (2) temperatur, proses nitrifikasi dapat berlangsung secara
baik apabila temperatur berkisar antara 27-32 0C, (3) kelembaban tanah, kelembaban yang tinggi
lebih mempercepat proses nitrifikasi, (4) kapur aktif, proses nitrifikasi dapat berlangsung secara
optimal apabila tanah bereaksi basa, disini peran kapur aktif sangat diperlukan dalam
meningkatkan pH tanah, dan (5) pupuk, pemberian pupuk N, P, dan K dapat mempercepat
proses nitrifikasi. Kehilangan N dalam Bentuk Gas
99

Kehilangan nitrogen dalam bentuk gas adalah berupa N 2, N2O, NO, dan NH3. Gas-gas ini
terbentuk karena kegiatan-kegiatan mikroorganisme tanah dan reaksi-reaksi kimia di dalam tanah.
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan kehilangan nitrogen dalam bentuk gas, yaitu: (1) denitrifikasi,
(2) reaksi-reaksi kimia, dan (3) penguapan gas NH3 dari permukaan tanah. a. Denitrifikasi
Proses ini terjadi pada saat tanah tergenang yang menyebabkan oksigen terdesak keluar.
Umumnya yang paling dominan hilang ke udara adalah N 2O. Selain itu, pH tanah juga akan
mempengaruhi persentase nitrogen yang hilang ke udara dalam bentuk gas. Pada pH >7 kehilangan
nitrogen adalah bentuk elementnya sedangkan pada pH <6 nitrogen yang hilang umumnya berbentuk
oksida nitrik.

+2 (O)/ 2 HO + N2 (gas N) f

pH >7

- 2 (O) 1 H 2N 2 O 2 (hiponi t ri t ) ktoO + H2O (oksida nitrous)

2 HNO3.......................> 2HNO2
/
V - ( O ) pH <6

* 2 NO + H2O (oksida nitric)

b. Reaksi-Reaksi Kimia dalam Tanah


Kehilangan nitrogen dalam tanah masam merupakan salah satu cara kehilangan nitrogen
dalam bentuk gas. Nitrit dalam larutan sedikit masam akan menguap sebagai gas apabila dicampur
dengan garam ammonium tertentu, seperti urea. Pada tanah-tanah yang berdrainase baik dengan pH
5,5 - 7,0, kehilangan nitrogen relatif sedikit sekali walaupun tanah dalam kondisi tergenang. Untuk
mencegah kehilangan nitrogen dari tanah harus diusahakan agar tanah selalu berdrainase baik dan
mengatur pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.

________________2HNO2 (nitrit) + CO(NH2)2 (urea) ............................................................................... > CO2 + 3H3O + 2N2________________________________________________________

c. Penguapan Amoniak
Garam ammonium dalam tanah akan bereaksi agak basa dengan reaksi sebagai berikut.

NH+4 + H2O + OH- .................................................................................................... ► NH3 + 2H2O


100

Begitu juga dengan pupuk NH4 yang ditempatkan di permukaan tanah alkali, akan terjadi
penguapan NH3. Kehilangan nitrogen dalam bentuk gas adalah lebih besar dari kehilangan nitrogen
yang disebabkan oleh pencucian. Kehilangan ini dapat menjadi besar apabila jumlah pupuk N yang
ditambahkan ke dalam tanah cukup besar sedangkan tanah dalam keadaan tereduksi.

Penambatan Nitrogen
Penambatan nitrogen dapat dilakukan atas dua cara, yaitu (1) penambatan nitrogen oleh
bakteri legium, dilakukan oleh bakteri rhizobium yang bersimbiose dengan tanaman legium. Keadaan
ini dapat dilihat dengan adanya bintil-bintil pada akar tanaman. Bintil ini terbentuk pada kontek akar
halus dan tempat berlangsungnya penambatan nitrogen dan (2) azofikasi, atau disebut juga dengan
penambatan bebas. Azofikasi ini dilakukan oleh bakteri-bakteri yang dapat menggunakan energi dari
bahan organik. Nitrogen ini diinkorporasikan kedalam tubuhnya dan akan tinggal dalam bentuk protein.
Jenis bakteri yang melakukan azofikasi ini adalah jenis azotobacter, yang merupakan bakteri yang
bersifat aerobik dan menggunakan bahan organik sebagai sumber energi. Bakteri-bakteri ini tidak bisa
berasosiasi dengan tanaman legum atau non legum, sehingga transformasi ini juga dikenal dengan
transformasi non simbiotik.
Senyawa-Senyawa Sederhana Mengandung Karbon
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama
dekomposisi jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang diperlukan oleh tambuhan
dan hewan tanah umumnya berasal dari oksidasi karbon (C), sehingga CO 2 terus terbentuk.
Dekomposisi bahan organik akan menghasilkan CO 2 yang dieksresikan oleh akar tumbuhan.
CO2 akhirnya akan dibebaskan ke udara, yang kemudian digunakan lagi oleh tanaman. Sejumlah kecil
CO2 akan bereaksi dengan tanah membentuk asam karbonat, Ca, Mg, K-karbonat atau bikarbonat.
Garam-garam tersebut mudah larut dan mudah hilang dalam air drainase atau diabsorbsi oleh
tumbuhan. Dengan demikian Ca, Mg, K, CO 3, dan HCO3 akan menjadi tersedia bagi tanaman. Selain
itu, karbon juga diperoleh tumbuhan melalui peristiwa fotosintetis.
101

Gambar 27. Peredaran Karbon Dalam dan Diluar Tanah (Ahmad, 1975)

Nisbah Karbon-Nitrogen
Hubungan antara karbon dan nitrogen dalam tanah sangat erat sekali. Jaringan tanaman
senagian besar terdiri dari karbon, sedangkan nitrogen jauh lebih sedikit. Oleh karena itu akan
mempengaruhi kadar CO2 dan N yang dihasilkan pada proses dekomposisi. Nisbah C/N dalam tanah
berkisar antara 8/1 sampai 15/1 atau rata-rata 10/1 sampai 12/1. Perubahan itu berkorelasi dengan
iklim seperti temperatur dan curah hujan. Nilai C/N bahan organik segar menentukan reaksi dalam
tanah. Bila C/N bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N antara tanaman dan
mikroorganisme tanah, dalam hal ini N di immobilisasikan. Kalau nitrifikasi baik, maka rasio C/N akan
rendah, dengan demikian bahan organik bisa cepat habis. Dekomposisi bahan organik yang lanjut
dicirikan oleh C/N yang relatif rendah, sedangkan C/N tinggi menunjukan dekomposisi bahan organik
belum lanjut atau dekomposisi baru di mulai.
102

Gambar 28. Hubungan antar Tingkat Pelapukan dan Kandungan Nitrat Tanah
(Hardjowigeno, 1986)

Dari gambar di atas terlihat selama nisbah C/N lebar, maka mikroorganisme tanah yang
berfungsi untuk mendekomposisi umumnya dijumpai dalam jumlah dominan, selain itu
mikroorganisme yang berfungsi sebagai nitrifikasi tidak aktif. Terjadi peningkatan kadar nitrat dan
sedikit N dalam tanah. Lamanya periode ini tergantung dari berbagai faktor, diantaranya adalah nisbah
C/N dalam tanah.
VI. 6. RANGKUMAN
Dilihat dari segi tanaman, ada dua kelompok besar organisme tanah yaitu yang
menguntungkan dan merugikan. Kelompok yang menguntungkan yaitu seluruh organisme yang
melakukan dekomposisi bahan organik, humifikasi, mineralisasi, dan fiksasi N. Sedangkan kelompok
yang merugikan adalah organisme yang melakukan persaingan hara dengan tanaman sehingga
tanaman terkena hama dan penyakit. Bahan organik merupakan bahan yang sangat penting dalam
meningkatkan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologi. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah dan merupakan sumber hara bagi tanaman.Sumber bahan
organik tanah dapat dibedakan atas sumber primer dan sumber sekunder. Berdasarkan kecepatan
dekomposisi bahan organik dapat dibedakan atas senyawa yang cepat didekomposisi dan lambat
didekomposisi. Dekomposisi bahan organik dapat dibedakan atas 2, yaitu: (1) dekomposisi bahan
103

organik yang mengandung N, adalah dekomposisi protein dan derivat-derivatnya, fosfatida-fosfatida,


dan amida-amida. Persenyawaan-persenyawaan yang kompleks ini melalui suatu proses dekomposisi
akibat bantuan mikroorganisme tanah (bacillus mycaydes, bacillus subtilis, actinomycetes, dan lain-
lain) akan menghasislkan persenyawaan baru yang disebut dengan amina melalui proses aminasi.
Kemudian amina juga dirombak hingga didapatkan persenyawaan-persenyawaan ammonia (NH 3)
melalui proses amonifikasi dan (2) dekomposisi bahan organik tanpa N, yaitu perombakan bahan-
bahan organik yang mengandung C dan H, dalam keadaan oksidasi disebut sebagai burning process
atau oxidation process. Selain itu N tanah akan bertambah apabila terjadinya loncatan listrik diudara.
Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Peredaran N dimulai dari nitrat melalui
serangkaian transformasi menjadi nitrat tanah tanpa mengalami bentuk nitrogen bebas. Tapi bila
nitrogen protein dari tanaman dan hewan dibebaskan kedalam larutan tanah dalam bentuk ammonium,
proses ini merupakan keluarnya nitrogen dari biosfir. Ada dua hal penting dalam proses peredaran
nitrogen tanah, yaitu: (1) immobilisasi dan (2) mineralisasi. Pada saat dekomposisi bahan organik, baik
sisa-sisa tanaman maupun hewan, terutama yang mengandung kadar nitrogen rendah, kebanyakan
dari bentuk nitrogen anorganik akan diubah menjadi nitrogen organic (immobilisasi) sedangkan
perubahan dari nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik dan dapat digunakan oleh tanaman
disebut dengan mineralisasi nitrogen.

VI. 7. Kepustakaan
Buckman, H.O, dan N.C.,Brady. 1969. The Nature and Properties of Soils. The Mac Millan Co. New
York

Foth, H.D dan L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science. Fifth Ed. Jhon Willey & Sons, Inc

Hakim, N et dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA. Lampung

Kononora, M.M. 1966. Soil Organic Mater, its Nature its Role in Soil Formation and in Soil Fertility.
Pergamon Press. Oxford

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor

Wisaksono, M. 1953. Ilmu Tubuh Tanah. Kolff. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai