Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MIKROBA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

“Peranan Mikroba Dalam Meningkatkan Kesuburan Tanah”

FITRIANADEWI PASANG
G012191004

PROGRAM PASCASARJANA AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Mikroorganisme dan Peran Mikroba Tanah ......................................... 4

B. Peran Mikroorganisme Dalam Mendekomposisikan Bahan Organik ... 8

C. Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Penyuburan Tanah .................... 9

D. Jenis Dan Fungsi Mikroorganisme Penyubur Tanah .......................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 23

B. Saran .................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di setiap tempat seperti dalam tanah, udara maupun air selalu dijumpai
mikroba. Umunya jumlah mikroba dalam tanah lebih banyak daripada dalam
air maupun udara. Umumnya bahan organik dan senyawa anorganik lebih
tinggi dalam tanah sehingga cocok untuk pertumbuhan mikroba heterotof
maupun autotrof.
Tanah dapat dipandang sebagai permukaan lahan di atas bumi yang
menyediakan substrat bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ciri-ciri
lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya. Tanah juga memiliki
kedalaman, sifat-sifat fisik, komposisi kimiawi dan asal yang berbeda-beda.
Ada lima kategori utama unsur tanah, yaitu: partikel, mineral, bahan organik,
air, gas dan jasad hidup.
Tanah berasal dari batuan yang telah lapuk. Tanah merupakan sumber
penghidupan manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Tanah dapat diolah
menjadi tanah pertanian untuk menghasilkan bahan-bahan kebutuhan hidup
manusia. Hasil dari pertanian dapat kita olah menjadi bahan makanan,
pakaian, dan obat-obatan. Tanah tidak hanya terdiri dari satu lapisan saja.
Susunan lapisan tanah terdiri atas humus, lempung, geluh, pasir, dan kerikil.
Tanah yang baik adalah tanah yang banyak mengandung humus dan
perbandingan bagian pasir, geluh, dan lempungnya hampir sama.
Tanah merupakan tempat hidup yang paling ideal bagi bakteri karena
mengandung bahan organic,anorganik dan mineral yang berlimpah.Setiap
elemen tanah memiliki jenis, populasi dan sifat genetic yang berbeda.
Keanekaragaman mikroorganisme pada tanah : Bakteri, Algae,Mold,
Protozoa, Amuba, Actinomycetes Flagellata, Cilliata. Tanah subur
mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan
daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut.Sebagian besar
mikroba memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu
berperan dalam menghancurkan limbah organic, recycling hara tanaman,

1
fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, meransang pertumbuhan, biokontrol
pathogen dan membantu penyerapan unsur hara.
Mikroorganisme dapat disebut mikroba atau jasad renik. Tanah yang subur
mengandung lebih dari 100 juta mikroorganisme per gram tanah.
Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas
mikroorganisme tersebut. Sebagian besar mikroorganisme tanah memiliki
peranan yang menguntungkan, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah
organik, siklus hara tanaman, fiksasi nitrogen, pelarut posfat, merangsang
pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara
Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman tidak
lepas dari peran mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah dapat di
golongkan menjadi tujuh golongan utama yaitu bakteri, Actinomyces,
candawan, alga, protozoa, bacteriofag, dan virus.
Mikroorganisme perombak bahan organik terdiri atas fungi dan bakteri.
Pada kondisi aerob, mikroorganisme perombak bahan organik terdiri atas
fungi, sedangkan pada kondisi anaerob sebagian besar perombak bahan
organik adalah bakteri. Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi
bahan organik untuk semua jenis tanah. Fungi toleran pada kondisi tanah yang
asam, yang membuatnya penting pada tanah-tanah hutan masam. Sisa-sisa
pohon di hutan merupakan sumber bahan makanan yang berlimpah bagi fungi
tertentu mempunyai peran dalam perombakan lignin. Bakteri merupakan
kelompok mokroorganisme tanah yang paling banyak di temukan di berbagai
jenis tanah. Ada beragam jenis bakteri yang menguntungkan bagi tanaman, di
antaranya pseudomonas, Azotobacter, Lactobacillus, serta bakteri yang
mengubah bentuk nitrogen-- seperti Nitrobacter dan Nitrosomonas. Fungsi
lain dari mikroorganisme adalah menguraikan bahan kimia yang sulit di serap
menjadi bentuk yang mudah di serap tanaman. Mikroorganisme ternyata
mengeluarkan suatu jenis zat yang berfungsi untuk memperlancar penyaluran
hara dan air dari akar ke daun.
Mikroba umumnya ada yang bersifat baik maupun buruk. Mikroba yang
membawa dampak buruk tersebut harus dikendalikan perkembangannya.

2
Sehingga tidak dapat mengganggu makhluk lainnya. Pengendalian
pertumbuhan mikroba dilakukan dengan berbagai cara, pengendalian tersebut
memiliki 3 tujuan yaitu mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan demikian,
maka mikroorganisme tidak dapat menggagu kalangsungan makhluk hidup
lainnya.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu
:
1. Apa itu mikrooganisme dan peran mikroba tanah ?
2. Apa peran mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik?
3. Bagaimana pemanfaatan mikroorganisme dalam penyuburan tanah?
4. Apa jenis dan fungsi mikroorganisme penyubur tanah?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui mikrooganisme dan peran mikroba tanah
2. Mengetahui peran mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik.
3. Mengetahui pemanfaatan mikroorganisme dalam penyuburan tanah.
4. Mengetahui jenis dan fungsi mikroorganisme penyubur tanah.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Mikroorganisme dan Peran Mikroba Tanah


Organisme tanah berperan penting dalam mempercepat penyediaan hara
dan juga sebagai sumber bahan organik tanah. Penambahan bahan organik
dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam
tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya
dalam hal dekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam
proses dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur
yang dapat digunakan tanaman untuk tumbuh.
Organisme perombak bahan organik atau biodekomposer dapat diartikan
sebagai organisme pengurai nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa
organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati) yaitu bakteri,
fungi, dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga
berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam
protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan
dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, dan juga
terhadap pemeliharaan struktur tanah. Mikro flora dan fauna tanah ini saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena bahan organik
menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon
sebagai sumber energi. Dan penambahan bahan organik terdapat pengaruhnya
pada pertumbuhan tanaman.
Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis
yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin),
dan vitamin. Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat
tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil
aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik
dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat,
ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi
rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Ciri dan kandungan
bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah, karena bahan organik

4
tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai cara. Hasil perombakan
bahan organik mampu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan mineral
tanah; distribusi bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap
pemilahan (differentiation) horison.
Proses perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang
selanjutnya menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam
tanah. Mikroorganisme perombak bahan organik ini terdiri atas fungi dan
bakteri. Pada kondisi aerob, mikroorganisme perombak bahan organik terdiri
atas fungi, sedangkan pada kondisi anaerob sebagian besar perombak bahan
organik adalah bakteri. Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi
bahan organik untuk semua jenis tanah. Fungi toleran pada kondisi tanah yang
asam, yang membuatnya penting pada tanah-tanah hutan masam. Sisa-sisa
pohon di hutan merupakan sumber bahan makanan yang berlimpah bagi fungi
tertentu mempunyai peran dalam perombakan lignin. Nitrogen (N) harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas.
Mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium sp.
Perombak bahan organik terdiri atas perombak primer dan perombak
sekunder. Perombak primer adalah mesofauna perombak bahan organik,
seperti Colembolla, Acarina yang berfungsi meremah-remah bahan organik
atau serasah menjadi berukuran lebih kecil. Cacing tanah memakan sisa-sisa
remah tadi yang lalu dikeluarkan sebagai faeces setelah melalui pencernaan
dalam tubuh cacing. Perombak sekunder ialah mikroorganisme perombak
bahan organik seperti Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii,
Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora,
Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Adanya aktivitas
fauna tanah, memudahkan mikroorganisme untuk memanfaatkan bahan
organik, sehingga proses mineralisasi berjalan lebih cepat dan penyediaan hara
bagi tanaman lebih baik. Menurut Eriksson et al. (1989), umumnya kelompok
fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling signifikan, dapat segera
menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana

5
yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan
nutrien di sekitar tanaman.
Peran Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah
karena :
a. Siklus Energi
 Sumber energi utama adalah matahari yang diubah oleh tanaman
melalui proses fotosintesis menjadi bahan organik.
 Beberapa mikroorganisme mampu melakukan fotosintesis (menangkap
energi matahari: algae).
 Sumber energi yang lain adalah basil oksidasi-reduksi mineral
anorganik: S dan Fe.
 Energi dalam bahan organik dimanfaatkan oleh
organisme/mikroorganisme Organisme dekomposer: milipede dan
Mikroorganisme dekomposer: jamur dan bakteri.
 Mikroorganisme yang tumbuh di rhizosfer memanfaatkan energi dalam
eksudat akar: bakteri Azotobacter.
b. Siklus Hara
Mikroorganisme mempunyai peran yang sangat penting dalam siklus hara
karena:
 Ukurannya yang kecil sehingga mempunyai rasio permukaan:volume
yang sangat besar => memungkinkan pertukaran material (hara) dari
sel ke lingkungannya dengan sangat cepat.
 Reproduksi yang sangat cepat (dalam hitungan menit)
 Distribusi keberadaan yang sangat luas
Macam-macam siklus hara penting:
1. Siklus Nitrogen
 Pool N terbesar di udara sebagai gas N2
 N menjadi tersedia melalui proses fiksasi (kimia maupun
mikrobiologis) (nitrogen fixer: rhizobium dll).
 N organik (dalam jaringan makhluk hidup – bentuk protein, asam
amino dan asam nukleat) menjadi N anorganik melalui proses
mineralisasi NH4+ == (ammonium) MO decomposer.

6
 NH4+ mengalami Nitrifikasi oleh Nitrosomonas, Nitrosococcus
dan Nitrosovibrio.
 NO2- menjadi NO3+ oleh Nitrobacter dan Nitrococcus NO3-
mengalami Denitrifikasi menjadi NO2- oleh Pseudomonas,
Bacillus dan Alcaligenes N anorganik dapat diasimilasi oleh
mikroorganisme == Imobilisasi
2. Siklus Sulfur
 Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh Thiobacillus, Arthrobacter dan
Bacillus.
 2H2S + O2 → 2S + 2H2O
 2S + 2H2O + 3O2 → 2SO42- + 4H+ S2O32- + H2O + 2O2 →
2SO42- + 2H+
 Reduksi Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh Desulphovibrio
desulphuricans 2SO42- + 4H2 → S2- + 4H2O
3. Siklus Fosfor
 Fosfor di alam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-
fosfat, fitat atau protein.
 Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas,
Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi
tanaman.
c. Pembentukan Agregat Tanah
 Organisme tanah menghasilkan polimer organik (misal humic dan fulvic
bahan acids) yang mengikat partikel lempung menjadi mikro agregat
 Pembentukan mikroagregat menjadi makro agregat dimediasi oleh
organik dan berbagai jenis mikro dan makroorganisme (bakteri, jamur-
terutama jamur VAM, algae, cacing, semut, serangga dsb.)
d. Kesehatan Tanah
 Tanah suppressive terhadap patogen tular tanah umumnya mempunyai
total mikroorganisme yang lebih besar dan tanah yang kondusif
 Kompetisi nutrisi
 Amuba memakan jamur

7
 Populasi Pseudomonas spp (antagonistic bakteria) atau Trichoderma
tinggi.
Berikut kandungan bakteri pada tanah :
 Tanah pasir : 320 – 500 ribu sel bakteri/gr tanah
 Tanah lempung : 360 – 600 ribu sel bakteri/gr tanah
 Tanah subur : 2 – 200 juta sel bakteri/gr tanah

B. Peran Mikroorganisme dalam Mendekomposisikan Bahan Organik


Buckman & Brady (1982) menyatakan bahwa organisme tanah berperan
penting dalam mempercepat penyediaan hara dan juga sebagai sumber bahan
organik tanah. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya dalam hal
dekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses
dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang
dapat digunakan tanaman untuk tumbuh.
Nitrogen (N) harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi
tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada
pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium
sp. Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya Azospirillum sp dan
Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk
tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik
dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba tanah lain yang
berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P)
dan kalium (K). Tanah pertanian umumnya memiliki kandungan P cukup
tinggi (jenuh). Namun, unsur hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman
karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P,
mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya
bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain
Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp, dan Bacillus megatherium.
Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K (Isroi 2008).
C. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Penyuburan Tanah

8
Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman
tidak lepas dari mikroorganisme tanah. Mikroorganisme dapat hidup jika
didalam tanah terdapat asam amino. Asam amino ini berasal dari protein
yang diuraikan oleh bakteri dalam tanah. Tanaman bisa tumbuh dengan
baik jika mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan
mikroorganisme. Namun demikian perlu diingat tidak semua
mikroorganisme bermanfaat, ada mikroorganisme yang merugikan.
Fungsi lain mikroorganisme tanah adalah menguraikan bahan
kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap oleh
tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang
berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun.
Zat yang dikeluarkan mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air
dan nutrisi di seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan
produktivitas tanaman, karena penyaluran air dan nutrisi dapat berjalan
lancar.
Pemanfaatan teknologi mikroba di bidang pertanian dapat
meningkatkan fungsi mikroba indigenous (asli alamiah), dalam berbagai
sistem produksi tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pertanian ramah lingkungan secara umum diartikan sebagai usaha
pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi optimal tanpa
merusak lingkungan, baik secara fisik, kimia, biologi, maupun ekologi.
Aspek keberlanjutan sistem produksi merupakan salah satu ciri pertanian
ramah lingkungan. Kriteria pertanian ramah lingkungan adalah (1)
terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota
pada permukaan dan lapisan olah tanah, (2) terpeliharanya kualitas sumber
daya pertanian dari segi fisik, hidrologis, kimiawi, dan biologi mikrobial,
(3) bebas cemaran residu kimia, limbah organik, dan anorganik yang
berbahaya atau mengganggu proses hidup tanaman, (4) terlestarikannya
keanekaragaman genetik tanaman budi daya, (5) tidak terjadi akumulasi
senyawa beracun dan logam berat yang membahayakan atau melebihi
batas ambang aman, (6) terdapat keseimbangan ekologis antara hama

9
penyakit dengan musuh-musuh alami, (7) produktivitas lahan stabil dan
berkelanjutan, dan (8) produksi hasil panen bermutu tinggi dan aman
sebagai pangan atau pakan (Sumarno et al. 2007).
Mikroba berguna (effective microorganism) sebagai komponen
habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung
terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti
dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara,
pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam aliran .pertanian input
organik., mikroba diposisikan sebagai produsen hara, tanah dianggap
sebagai media biosintesis, dan hasil kerja mikroba dianggap sebagai
pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman. Di Amerika Serikat,
mikroba tanah dipandang sangat penting, sehingga menjadi salah satu
indikator dalam menentukan indeks kualitas tanah (Karlen et al. 2006).
Semakin tinggi populasi mikroba tanah semakin tinggi aktivitas biokimia
dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah.

D. Jenis dan Fungsi Mikroorganisme Penyubur Tanah


Ada lima jenis mikroba tanah: bakteri, aktinomisetes, jamur, protozoa, dan
nematoda. Masing-masing jenis mikroba memiliki pekerjaan yang berbeda
untuk meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman.
Bakteri adalah tenaga kerja penting tanah. Mereka adalah tahap terakhir
dari pemecahan nutrisi dan melepaskannya ke zona akar untuk tanaman.
Bahkan, Organisasi Pangan dan Pertanian pernah berkata, "Bakteri mungkin
merupakan bentuk kehidupan paling berharga di tanah."
Actinomycetes pernah diklasifikasikan sebagai jamur, dan bertindak
serupa di tanah. Namun, beberapa actinomycetes adalah predator dan akan
membahayakan tanaman sementara yang lain yang tinggal di tanah dapat
bertindak sebagai antibiotik untuk tanaman.
Seperti halnya bakteri, Jamur juga hidup di zona akar dan membantu
menyediakan nutrisi bagi tanaman. Sebagai contoh, Mycorrhizae adalah jamur
yang memfasilitasi penyerapan air dan nutrisi oleh akar dan tanaman untuk
menyediakan gula, asam amino dan nutrisi lainnya.

10
Protozoa adalah mikroba yang lebih besar yang suka dikonsumsi dan
dikelilingi oleh bakteri. Faktanya, nutrisi yang dimakan oleh bakteri
dilepaskan ketika protozoa pada gilirannya memakan bakteri tersebut.
Nematoda adalah cacing mikroskopis yang hidup di sekitar atau di dalam
tanaman. Beberapa nematoda adalah predator sementara yang lain bermanfaat,
memakan nematoda patogen dan mensekresi nutrisi ke tanaman.

Mikroba penyubur tanah yang sering digunakan dalam bidang pertanian antara
lain adalah:

1. Bakteri fiksasi Nitrogen


Azotobacter

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/

Berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuhan dan juga


berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.

Azoospirilium SR

Berfungsi sebagai penambat N (nitrogen) dari udara bebas untuk diserap oleh
tanaman.

Berbagai jenis bakteri fiksasi N2 secara hayati, antara lain terdiri atas
rhizobia, sianobakter (ganggang hijau biru), bakteri foto-autotrofik pada air
tergenang dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona

11
akar (Ladha and Reddy 1995, Boddey et al. 1995, Kyuma 2004). Bakteri tersebut
mampu mengikat nitrogen dari udara, baik secara simbiosis (root-nodulating
bacteria) maupun nonsimbiosis (free-living nitrogen-fixing rhizobacteria).
Pemanfaatan bakteri fiksasi N2, baik yang diaplikasikan melalui tanah maupun
disemprotkan pada tanaman, mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N.
Dalam upaya mencapai tujuan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan,
penggunaan bakteri fikasi N2 berpotensi mengurangi kebutuhan pupuk N sintetis,
meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani dengan masukan yang lebih
murah.
Bakteri fiksasi N2 yang hidup bebas pada daerah perakaran dan jaringan
tanaman padi, seperti Pseudomonas spp., Enterobacteriaceae, Bacillus,
Azotobacter, Azospirillum, dan Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan
fiksasi N2 (James and Olivares 1997). Bakteri fiksasi N2 pada rizosfer tanaman
gramineae, seperti Azotobacter paspali dan Beijerinckia spp., termasuk salah satu
dari kelompok bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar (Baldani et
al. 1997). Di samping itu, Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang mampu
menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin, dan asam indol
asetat, sehingga dapat memacu pertumbuhan akar (Alexander 1977). Populasi
Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis tanaman.
Kelompok prokariotik fotosintetik, seperti sianobakter, mampu
mempertahankan kesuburan ekosistem pada kondisi alami lahan pertanian melalui
kemampuannya mengikat N2 (Albrecht 1998). Demikian pula bakteri diazotrof
endofitik yang hidup dalam jaringan tanaman, dapat mengeksploitasi substrat
karbon yang disuplai oleh tanaman tanpa berkompetisi dengan mikroba lain.
Bakteri ini berlokasi dalam jaringan akar atau berada pada jaringan yang kompak,
seperti buku batang dan pembuluh xilem, (James et al. 2000). sehingga mampu
tumbuh pada lingkungan dengan tekanan O2 yang rendah yang sangat penting
bagi aktivitas enzim nitrogenase (James and Olivers 1997). Beberapa bakteri
diazotrof endofitik selain mampu mengikat N2 juga mampu mensekresikan
hormon pertumbuhan asam indol-3-asetat (Ladha et al. 1997), dan umumnya tidak
menyebabkan penyakit pada tanaman.

12
Bakteri diazotrof endofitik, Herbaspirillum, yang diinokulasikan pada
benih padi dalam larutan Hoagland yang mengandung 15N-label dapat
meningkatkan 40% total N tanaman. Infeksi Herbaspirillum spp pada biji tanaman
padi terjadi melalui akar dan stomata, kemudian ditranslokasikan melalui xilem ke
seluruh bagian tanaman (Olivares et al. 1996).
Bakteri fiksasi N2 yang hidup bersimbiosis dengan tanaman
kacangkacangan (rhizobia) disebut juga sebagai bakteri bintil akar (root
nodulating bacteria). Pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan pupuk hayati dapat
meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman, yang dapat mendukung peningkatan
produktivitas tanaman kacang-kacangan. Keefektivan inokulasi rhizobia
dipengaruhi oleh kesesuaian inokulan rhizobia dengan jenis dan varietas tanaman
dan jenis tanah yang diinokulasi, serta dipengaruhi oleh faktor kompetisi dengan
rhizobia indigenous.
Rhizobium yang dapat menodulasi tanaman kedelai secara efektif dikenal
sebagai Bradyrhizobium japonicum (Jordan 1982), meskipun pada kenyataannya
B. japonicum tidak selalu merupakan mikrosimbion tunggal untuk tanaman
kedelai. Strain lain yang mampu menodulasi tanaman kedelai adalah B. elkanii
(Kuykendall et al. 1992) dan Bradyrhizobium liaoningense (Xu et al. 1995).
Kemampuan menodulasi tanaman kedelai dari B. japonicum lebih tinggi daripada
B. elkanii.
2. Mikroba Pelarut Fosfat
Bacillus

Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk


mengatasi rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan

13
memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut P sebagai pupuk hayati.
Mikroorganisme pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P
sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari
pupuk, sehingga dapat diserap oleh tanaman.
Berbagai spesies mikroba pelarut P, antara lain Pseudomonas,
Microccus, Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium,
Fusarium, dan Aspergillus, berpotensi tinggi dalam melarutkan P terikat
menjadi P tersedia dalam tanah (Alexander 1977, Illmer and Schinner 1992,
Goenadi et al. 1993, Goenadi dan Saraswati 1993). Mekanisme pelarutan P
dari bahan yang sukar larut terkait erat dengan aktivitas mikroba bersangkutan
dalam menghasilkan enzim fosfatase dan fitase (Alexander 1977) dan asam-
asam organik hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glikolat, fumarat,
oksalat, suksinat, dan tartrat (Banik and Dey 1982), sitrat, laktat, dan
ketoglutarat (lllmer and Schinner 1992). Menurut Alexander (1977),
mekanisme pelarutan P yang terikat dengan Fe (ferric phosphate) pada tanah
sawah terjadi melalui peristiwa reduksi, sehingga Fe dan P menjadi tersedia
bagi tanaman. Proses utama pelarutan senyawa fosfat-sukar larut karena
adanya produksi asam organik dan sebagian asam anorganik oleh mikroba
yang dapat berinteraksi dengan senyawa P-sukar larut dari kompleks Al-, Fe-,
Mn-, dan Ca- (Basyaruddin 1982). Kemampuan cendawan melarutkan P lebih
besar dibanding bakteri Cendawan dapat melarutkan P hingga dua kali pada
pH 4,6-2,9, dan bakteri sekitar 1,5 kali pada pH 6,5-5,1 (Goenadi dan
Saraswati 1993). Penggunaan mikroba pelarut P merupakan salah satu
pemecahan masalah peningkatan efisiensi pemupukan P yang aman
lingkungan, yang sekaligus dapat menghemat penggunaan pupuk P.
3. Mikoriza
Mikoriza berperan meningkatkan serapan P oleh akar tanaman. Mikoriza
memiliki struktur hifa yang menjalar luas ke dalam tanah, melampaui jauh
jarak yang dapat dicapai oleh rambut akar. Pada saat P berada di sekitar
rambut akar, maka hifa membantu menyerap P di tempat-tempat yang tidak
dapat lagi dijangkau rambut akar. Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam
mengabsorpsi hara untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

14
akar yang tidak bermikoriza (Simanungkalit 2007). Berbagai tanaman berbeda
ketergantungannya terhadap mikoriza. Pada umumnya hubungan simbiosis
antara tanaman dan fungi mikoriza tidak bersifat spesifik, tetapi memiliki
spektrum yang luas. Sebagai contoh, 10 spesies cendawan mikoriza dapat
mengkolonisasi dan efektif pada jagung dan kedelai (Simanungkalit 1997,
Lukiwati dan Simanungkalit 1999). Tanaman dengan akar besar lebih
tergantung pada mikoriza daripada tanaman dengan sistem akar yang memiliki
rambut akar banyak dan panjang (Baylis 1970). Cendawan mikoriza dapat
bersimbiosis dengan tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, dan
perkebunan.

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/
sumber : medium.com

4. Bakteri Pereduksi Sulfat

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/

Degradasi bahan organik di lingkungan anerob dapat terjadi melalui proses


reduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Reduksi sulfat hampir mencapai 100% dari

15
total emisi CO2 dari sediment mangrove (Kristensen et al. 1991). Bakteri
pereduksi sulfat yang terdiri atas genera Desulfovibrio, Desulfotomaculum,
Desulfosarcina, dan Desulfococcus mempunyai kemampuan memetabolisme
senyawa sederhana, seperti laktat, asetat, propionat, butirat, dan benzoat.
Perkembangan populasi bakteri reduksi sulfat terhambat pada ketersediaan
sulfat di ambang batas 2-10 µM per liter. Ketersediaan Fe dan P dalam sedimen
mangrove bergantung pada aktivitas bakteri pereduksi sulfat (Sherman et al.
1998). Pada saat sulfat direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat maka senyawa
sulfur H2S dan HS akan diproduksi dan bereaksi dengan Fe. Fe direduksi dari
Fe(III) menjadi Fe(II), yang akan menghasilkan pirit (FeS2) dan melepas P
terlarut. Bakteri pereduksi sulfat merupakan perombak bahan organik utama
dalam sedimen anaerob, dan berperan penting dalam mineralisasi sulfur organik
dan produksi Fe dan P mudah larut.

5. Rizobakteri Penghasil zat pemacu tumbuh


Rhizobium

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/

Beberapa spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang mampu


meningkatkan pertumbuhan tanaman sering disebut Plant Growth Promoting

16
Rhizobacteria (PGPR) atau Rhizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman
(RPPT). RPPT terdiri atas genus Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum,
Bacillus, Arthrobacter, Bacterium, Mycobacterium, dan Pseudomonas (Tien et
al. 1979, Kloepper et al. 1980, Kloepper 1983, Schroth & Weinhold 1986,
Biswas et al. 2000).
Bakteri pemacu tumbuh secara langsung memproduksi fitohormon yang
dapat menginduksi pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat
terjadi ketika suatu rizobakterium memproduksi metabolit yang berperan
sebagai fitohormon yang secara langsung meningkatkan pertumbuhan
tanaman (Tien et al. 1979, Schroth & Weinhold 1986, Zakharova et al. 1999,
Maor et al. 2004). Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga
antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon
tumbuh yang diproduksi dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan
asam absisat.
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak langsung juga menghambat patogen
melalui sintesis senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis
endofitik bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inangnya dalam
meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui produksi toksin,
di samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis microspora,
danTaxus walkchiana yang memproduksi taxol (zat antikanker) (Strobel et al.
1999). Miles et al. (1998) melaporkan bawa endofitik Neotyphodium sp.
Menghasilkan N-formilonine dan a paxiline (senyawa antiserangga hama).

6. Mikroba perombak bahan organik

Trichoderma

17
Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun terakhir mulai
banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang
banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan
organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan biomas
dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan
volume bahan buangan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan
tanah.
Pengertian umum mikroorganisme perombak bahan organik atau
biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa
organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa
organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati). Mikroba perombak
bahan organik terdiri atas Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii,
Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora,
Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Fungi perombak
bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding
bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa dan lignin).
Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu
mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et al. (1989),
kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata, yang dapat
segera menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik
sederhana, yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan
melepaskan hara di sekitar tanaman.
Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai
dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah merupakan alternatif yang
efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai
suplementasi pemupukan. Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara
alami akan membutuhkan waktu relatif lama (2 bulan) sangat menghambat
penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkan kepada
tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga pembenaman bahan organik
sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut,
perlu dilakukan inokulasi mikroba terpilih guna mempercepat proses perombakan
bahan organik. Percepatan perombakan sisa hasil tanaman dapat meningkatkan

18
kandungan bahan organik dan ketersediaan hara tanah, sehingga masa penyiapan
lahan dapat lebih singkat dan mempercepat masa tanam berikutnya, yang berarti
akan meningkatkan intensitas pertanaman. Inokulan perombak bahan organik
telah tersedia secara komersial dengan berbagai nama, seperti EM-4, Starbio, M-
Dec, Stardek, dan Orgadek.

7. Selulolitik

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/

Menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam proses pembusukan bahan


organik.
8. Pseudomonas sp dapat menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin
berfungsi juga untuk memecah mata rantai dari zat-zat kimia yang tidak dapat
terurai oleh mikroba lainnya
9. Nitrosococcus merupakan bakteri yang memiliki metabolisme berbasis
oksigen. Berperan dalam proses penambahan kesuburan tanah (membentuk
humus).

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/

19
10. Nitrosomonas merupakan sebuah bakteri berbentuk batang yang terdiri dari
genus chemoautotrophic.berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion
nitrat yang dibutuhkan tanaman.

Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/

Hasil – hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian dari Hasanuddin (2002) tentang Peningkatan


Kesuburan Tanah Dan Hasil Kedelai Akibat Inokulasi Mikrobia Pelarut Fosfat
Dan Azotobacter Pada Ultisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi
mikrobia pelarut fosfat dan azotobacter tidak menunjukkan adanya interaksi
yang nyata terhadap variabel tinggi tanaman, berat kering tanaman, serapan N
dan P dan berat total biji kedelai. Interaksi secara nyata terdapat pada variabel
ketersediaan N dan P tanah dan berat 100 biji kedelai. Perlakuan inokulasi
mikrobia pelarut fosfat 15 mL inokulan tanaman-1 dan azotobacter 6.75 x 106 sel
inokulan tanaman-1 dapat meningkatkan ketersediaan N dan P masing-masing
sebesar 14.49% dan 62.21%. Sedangkan peningkatan bobot 100 biji kedelai
teringgi sebesar 22.90% dicapai pada inokulasi mikrobia pelarut fosfat 5 mL
inokulan tanaman-1 dan azotobacter 6.75 x 106 sel inokulan tanaman-1
Penelitian dari Ismail Nurmasita., dkk (2018) tentang Pengaruh
Pemberian Kompos, Biochar dan Trichoderma Sp terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Bawang Merah Lokal Palu pada Lahan Kering. Dari hasil
kajian yang dilakukan disimpulkan bahwa pemberian kompos ditambahkan
biochar 10% dengan Trichoderma sp dapat memberikan pengaruh nyata

20
terhadap parameter tinggi tanaman dan meningkatkan produksi hasil tanaman
bawang merah lokal palu dengan berat umbi segar tertinggi sebesar 18.85 gram
per rumpun.
Penelitian dari Anggriani Ria., dkk (2017) Pengaruh Rhizobium Asal
Tanah Bekas Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pertumbuhan
Kedelai Berikutnya Untuk Pemanfaatannya Sebagai Media Pembelajaran.
Diperoleh hasil kesimpulan Perlakuan Rhizobium asal tanah bekas tanaman
kedelai (Glycine max L.) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah cabang, jumlah daun dan luas daun. Konsentrasi tanah 25 % tanah
berrhizobium steril + 75 % tanah berrhizobium tidak steril memberikan
pertumbuhan terbaik bagi tanaman kedelai..
Penelitian dari Fitriana D.A., dkk (2015) tentang Pengaruh Dosis
Rhizobium Serta Macam Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Kancil. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa pemberian inokulum rhizobium 10 g/kg benih dan
jenis pupuk kandang ayam memberikan hasil jumlah polong lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian inokulum rhizobium 0 g/kg benih dan tanpa
pupuk kandang. Pemberian inokulum rhizobium 5 g/kg benih dan tanpa pupuk
kandang dapat memberikan hasil indeks panen tertinggi.
Penelitian dari Nurmasyitah, dkk (2013) Tentang Pengaruh Jenis Tanah
Dan Dosis Fungi Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Kedelai Terhadap Sifat
Kimia Tanah menunjukkan hasil penelitian bahwa secara mandiri jenis tanah
mempengaruhi nilai pH, P-tersedia dan KTK, jenis tanah dengan tingkat
kesuburan tanah rendah yaitu tanah Ultisols Buket Rata. Pemberian dosis FMA
mampu meningkatkan nilai pH, p-tersedia dan KTK dibandingkan tanpa
pemberian FMA. Interaksi antara jenis tanah dengan dosis FMA berpengaruh
terhadap N-total tanah. Tanah Inceptisols Reuleut dengan pemberian dosis FMA
20 g pot-1, Andisols Saree dengan pemberian dosis FMA 40 g pot-1 mampu
meningkatkan N-total tanah.
Penelitian dari Malik M., dkk (2017) Tentang Pengaruh Aplikasi Fungi
Mikoriza Arbuskula Dan Pupuk Kandang Dengan Berbagai Dosis Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Pada Ultisol

21
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) aplikasi FMA mampu
meningkatkan produksi tanaman kedelai pada tanah Ultisol melalui variabel
pengamatan jumlah polong per tanaman, bobotpolong per tanaman, jumlah biji
per tanaman, dan bobot 20 butir biji; (2) aplikasi pupuk kandang hingga dosis 20
ton/ha masih meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai melalui variabel
tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot akar kering, bobot tajuk kering, serapan P
tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman, jumlah biji per
tanaman, dan bobot 20 butir biji; (3) respons tanaman kedelai pada Ultisol akibat
aplikasi FMA tidak dipengaruhi oleh dosis pupuk kandang yang diaplikasikan;
(4) belum terdapat dosis pupuk kandang optimum untuk aplikasi FMA pada
tanaman kedelai.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
:
1. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya dalam hal dekomposisi
bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses dekomposisi
sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat
digunakan tanaman untuk tumbuh.
2. Buckman & Brady (1982) menyatakan bahwa organisme tanah berperan
penting dalam mempercepat penyediaan hara dan juga sebagai sumber
bahan organik tanah.
3. Mikroorganisme dapat hidup jika didalam tanah terdapat asam amino.
Asam amino ini berasal dari protein yang diuraikan oleh bakteri dalam
tanah. Tanaman bisa tumbuh dengan baik jika mempunyai hubungan
simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme. Namun demikian perlu
diingat tidak semua mikroorganisme bermanfaat, ada mikroorganisme
yang merugikan.
4. Ada lima jenis mikroba tanah: bakteri, aktinomisetes, jamur, protozoa, dan
nematoda. Masing-masing jenis mikroba memiliki pekerjaan yang berbeda
untuk meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh maka penulis
menyarankan Makalah ini dapat dijadikan proses pembelajaran khususnya
dalam menambah pengetahuan tentang Peranan mikroba dalam
meningkatkan kesuburan tanah.

23
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani Ria., dkk. 2017. Pengaruh Rhizobium Asal Tanah Bekas Tanaman
Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pertumbuhan Kedelai Berikutnya
Untuk Pemanfaatannya Sebagai Media Pembelajaran. Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP UNTAD.

Budiyanto A.K . https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/08/pemanfaatan


mikroorganisme-dalam-penyuburan-tanah/. [3 Desember 2019].

Fitriana D.A., dkk. 2015. Pengaruh Dosis Rhizobium Serta Macam Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) Varietas Kancil. Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Hasanuddin . 2002. Peningkatan Kesuburan Tanah Dan Hasil Kedelai Akibat


Inokulasi Mikrobia Pelarut Fosfat Dan Azotobacter Pada Ultisol. Program
Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

Ismail Nurmasita., dkk. 2018. Pengaruh Pemberian Kompos, Biochar dan


Trichoderma Sp terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang
Merah Lokal Palu pada Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah.

Malik M., dkk. 2017. Pengaruh Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Pupuk
Kandang Dengan Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Pada Ultisol. Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Nurmasyitah ,dkk. 2013. Pengaruh Jenis Tanah Dan Dosis Fungi Mikoriza
Arbuskular Pada Tanaman Kedelai Terhadap Sifat Kimia Tanah. Program
Studi Magister Agroekoteknologi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

24

Anda mungkin juga menyukai