Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mayang Sari

Nim 20045054

Prodi : Pendidikan Geografi

Dosen Pengampu : Sri Mariya, S. Pd, M. Pd

Tugas Pertemuan 3 Geografi Pembangunan Wilayah

Menganalisis Pembangunan Wilayah Berdasarkan Aspek Ekonomi

Membuat narasi teori weber (location triangel)

1. Bahan mentah

2. Modal

3. Tenaga kerja

Penjelasan :

Alfred Weber seorang ahli ekonomi Jerman mendasarkan teorinya bahwa pemilihan
lokasi didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap
usaha tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan
keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja
yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Dalam
perumusan modelnya, Weber bertitik tolak pada asumsi bahwa :

1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen,
konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah
persaingan sempurna;

2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di
manamana (ubiquitous) dalam jumlah yang memadai;

3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara
sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas;

4. Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi


berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang tersebar.

Berdasarkan asumsi itu, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi usaha, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja dan dampak aglomerasi atau deaglomerasi. Biaya
transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara
fundamental menentukan pola lokasi dalam kerangka geografis. Kekuatan aglomerasi
dan deaglomerasi merupakan kekuatan lokal yang berpengaruh menciptakan
konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang (Tarigan, 2005, (A) : 140-
141)

Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak. Biaya transportasi


dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total semua barang
berupa input yang harus diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan
output ditambah berat output yang akan dibawa ke pasar. Berat total itu terdiri dari satu
satuan produk akhir ditambah semua berat input yang harus ke lokasi pabrik seperti
bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan penolong, dan lain-lain yang diperlukan
untuk menghasilkan satu satuan output. Lokasi biaya transportasi termurah adalah
pada pertemuan dari berbagai arah tersebut. Weber memberi contoh 3 arah dalam
segitiga lokasi atau locational triangle yang terliihat pada gambar berikut :

Gambar di atas dimisalkan dengan adanya dua sumber bahan baku yang lokasinya
berbeda, yaitu dan dan pasar berada pada arah yang lain, dengan demikian, terdapat 3
arah lokasi sehingga ongkos angkut termurah adalah pada pertemuan dari 3 arah
tersebut, dari gambar diatas terlihat bahwa lokasi optimum adalah titik T.

Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat memengaruhi lokasi usaha. Hal ini
dapat terjadi apabila penghematan biaya tenaga kerja per unit produksi lebih besar
daripada tambahan biaya transportasi per unit produksi karena berpindahnya lokasi ke
dekat sumber tenaga kerja. Penggabungan kedua jenis biaya tersebut melahirkan
pendekatan biaya terendah seperti terlihat pada gambar berikut :

Isodapan adalah kurva yang menggambarkan berbagai lokasi usaha yang


menggambarkan berbagai lokasi usaha yang memberikan tingkat biaya transportasi
yang sama. Perbedaan isodapan yang satu dengan yang lainnya menunjukkan
pertambahan biaya akibat pertambahan jarak dari titik T dengan tingkat penambahan
yang sama pada masing-masing isodapan. Gambar di atas menunjukkan di luar titik T
terdapat isodapan 1,2, dan 3. Titik L adalah lokasi pasar tenaga kerja di dalam isodapan
2 dan perusahaan akan melihat apakah tetap berada pada titik T atau pindah lokasi di
mana ada terdapat pasar buruh dengan upah yang lebih rendah.

Setelah itu Weber mencoba menghubungkan antara biaya transportasi minimum


dengan aglomerasi. Aglomerasi memberikan keuntungan, antara lain berupa saling
membutuhkan produk di antara berbagai usaha, mungkin sudah tersedia fasilitas
seperti tenaga listrik, air, perbengkelan, dan pemondokan, serta tenaga kerja terlatih.
Fasilitas ini akan menurunkan biaya produksi atau kebutuhan modal kalau terpisah jauh
semua fasilitas harus dibangun sendiri. Weber secara diagramatik, menjelaskan
terjadinya aglomerasi sebagai berikut :
Isodapan kritis adalah kurva yang menunjukkan selisih biaya dari salah satu kurva dari
titik T adalah sama dengan keuntungan nontransportasi yang dapat diperoleh pada
suatu tempat alternatif. Diagram di atas digambarkan ada 3 usaha yang masing-masing
memiliki lokasi biaya transportasi minimum pada titik , , , masing-masing usaha
memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan pada lokasi A. Aglomerasi akan terjadi
pada titik A karena lokasi itu lebih efisien dibanding dengan titik T masing-masing, akan
tetapi apabila isodapan kritis dari masing-masing usaha berpotongan maka aglomerasi
tidak akan terjadi. Weber juga menyadari hal ini jarang terjadi karena usaha-usaha yang
baru jarang berunding dulu untuk merembukkan lokasi mereka. Umumnya, yang terjadi
adalah usaha baru memilih beralokasi dekat dengan usaha yang sudah ada atau
memilih berlokasi pada titik T-nya (Tarigan, 2005, (A) : 141-144).

Faktor Penentu Lokasi Industri

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri,


diantaranya sebagai berikut:

1. Bahan Mentah

Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kegiatan
industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar
demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah yang
dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka
akan mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan
lokasi industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya
terbatas dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan
biaya operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan lokasi industri
semakin terbatas.
2. Modal

Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang sangat
penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan,
pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan
digunakan, dan luasnya sistem pemasaran.

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran proses


produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industri
membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan.
Tetapi, ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang
berpendidikan dan terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industri
berdasarkan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis dan karakteristik
kegiatan industrinya.

4. Sumber Energi

Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin-


mesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi, gas alam,
dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan energi,
umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi tersebut.

5. Transportasi

Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi dan


perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan menjamin
distribusi pemasaran produk yang dihasilkan.

6. Pasar

Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan lokasi


industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual produk
yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat mungkin menjangkau
konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.

7. Teknologi yang digunakan

Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya suatu


kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk pengembangan
industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki tingkat
pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan
baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

8. Perangkat Hukum

Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan sangat


penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri, antara
lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan, sistem
perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan keamanan dan hokum
penggunaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran.

9. Kondisi Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya
yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang
mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur
batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan
lain-lain, hal ini dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri.

Anda mungkin juga menyukai