Anda di halaman 1dari 12

Chapter 1

Lokasi Industri : Lokasi Perusahaan dalam theory.


Latar Belakang
Teori lokasi adalah suatu ilmu yang mnegkhususkan analisanya pada penggunaan konsep ruang dalam analisa social ekonomi wilayah.
Teori lokasi sering dikatakan sebagai pondasi dan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisa ekonomi.
Teori Lokasi Weber (1909) yakni lokasi industri ditempatkan di tempat dengan resiko biaya paling murah atua minimal total biaya
transportasi dan tenaga kerjanya minimum.
Teori WEBER
Teori Weber menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan pasar dan permintaan.
faktor utamanya adalah Ongkos transportasi, perbedaan upah buruh dan kekuatan aglomerasi.
Analisa teori Weber (Least Cost Theory)
 Area yang akan dijadikan lokasi industry memiliki topografi, iklim dan penduduk yang relative homogeny.
 Sumber daya / bahan mentah yang dibutuhkan tersedia dengan jumlah yang cukup
 Upah tenaga kerja seminimum mungkin
 Memanfaatkan jenis transportasi termurah
 Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut
 Terdapat persaingan antar kegiatan industry
Lokasi optimum dari suatu perusahaan industry umumya terletak dimana pasar atay sumber bahan baku itu ada. Jika suatu perusahaan
memilih lokasi pada salah satu tempat tesebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku dan hasil produksi akan dapat diminimumkan
dan keuntungan aglomerasi yang ditimbulkan dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Dalam proses produksi :
 Berat barang berkurang (weight loosing process) – lokasi optimum berada pada sumber bahan baku
 Berat barang bertambah (weight gaining process) – lokasi optimum akan berada dekat pasar.
 Bila industry menggunakan proses footloose yakni perusahaan yang tidak terikat pada lokasi tertentu sehingga lebih fleksibel
untuk dipindah atau ditempatkan di daerah manapun yang dirasa lebih menguntungkan dan dapat mengakomodir tujuan yang
ingin dicapai. Maka perusahaan ini akan dapat bebas dari kdua laternatif tersebut.
Teori Moses
Teori moses mencoba menggabungkan dengan teori produksi neo classic. ia menyimpulkan return to scale akan mempengaruhi
pemilihan lokasi. Ini merupakan awal pertimbangan faktor teknologi pada teori lokasi melalui perubahan pada koefisien produksi.
Teori Hotelling disampaikan oleh Harold hotelling yang menerangkan tentang persamaan jenis kegiatan ekonomi yang saling
berdekatan dengan daya saing sehat. Teori ini muncul karena kelemahan teori weber yang bersifat homogeny, menganggap jarak dan
bahan sama sehingga membentuk segitiga sempurna, tidak memperhitungkan biaya keseluruhan. Tujuan analisis wilayah pasar model
hotteling adalah untuk menganalisis strategi lokasi 2 industri yang bersaing dalam suatu wilayah pasar. Asumsi utama teori ini
 Ruang homogen
 Konsumen terdistribusi secara merata di semua tempat
 Konsumen bertindak rasional secara ekonomi
Kekuatan monopoli keuangan pada teori hotelling :
 Lokasi memberikan kekuatan bagi perusahaan untuk melakukan monopoli pada wilayah di sekitarnya.
 Semakin efisien perusahaan (ongkos produksi + ongkos transport) semakin luas wilayah pasarnya (monopolistic)
 Harga total untuk konsumen / delivered price.
 Jika ada produsen dari salah satu perusahaan yang menaikkan harga produknya, maka akan dapat menggangu pasar dari
perusahaan tersebut.
 Elastis permintaan akan mendorong difusi industry
Teori Market Area Theory
Teori ini dikemukanan oleh August Losch (1954) yang menyatakan bahwa faktor permintaan lebih pentong artinya dalam persoalan
pemilihan lokasi. Asumsi utama teori ini adalah
 Konsumen tersebar secara merata keseluruh tempat
 Bentuk persamaan permintaan dianggap sama
 Ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.
Teori yang menyatakan bahwa pemilihan lokasi perusahaan akan lebih banyak ditentukan oleh besaran ongkos transportasi hasil
produksi dan tingkat persaingan sesame produse. Dikenalkan oleh Reilly (1992) dengan hukum “lokasi perusahaan industry cenderung
terkonsetrasi pada beberapa pusat sedangkan jumlah industry yang masuk ke konsentrasi tersebut sebanding dengan luas daerah
pasar dan berhubungan terbalik dengan jarak antara pusat dengan daerah pinggiran pasar”
Teori Bid Rent Theory
Dikemukakan oleh Von Thunen yang menyatakan bahwa pemilihan lokasi industry ditentukan oleh kemampuan perusahaan yang
bersangkutan unutk membayar sewa tanah. Biasanya berlaku untuk daerah perkotaan. Asumsinya
 Terdapat daerah terpencil terdiri dari perkotaan dengan daerah pedalaman sebagai daerah sumber bahan baku
 Daerah pedalaman tidak mengekspor atau mengimpor komoditi dari daerah lainnya dan hanya memasok komoditi nya ke daerah
perkotaan tersebut.
 Daerah pedalaman merupakan daerha jomogen yang cocok untuk pertanian dan peternakan
 Biaya angkut yang ditanggung seabanding dengan biaya tempuh.
Nash Equilibrium adalah konsep solusi menggunakan serangkaian strategi dalam negosiasi yang melibatkan 2 pihak atau lebih dimana
masing – masing pihak hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengubah strateginya sendiri.
Bertrand problem menganggap setiap produsen mengharapkan bahwa lawannya akan menjaga harga jual tetap, tidak terpengaruh
oleh keputusan yang diambil.

Chapter 2 Agglomeration and clustering

Asumsi yang digunakan oleh teori neo-klasik adalah constant return to scale dan persaingan sempurna. Alfred Weber dikenal sebagai
pendiri teori lokasi modern yang berkenaan dengan tempat, lokasi dan geografi dari kegiatan ekonomi. Minimisasi biaya yang
dikombinasikan dengan bobot input-input yang berbeda dari perusahaan dan industri menentukan lokasi optimal bagi suatu
perusahaan. Weber secara eksplisit memperkenalkan konsep ekonomi aglomerasi, skala efisien minimum, dan keterkaitan ke depa
ndan ke belakang. Konsep ini menjadi dasar berkembangnya teori perdagangan regional baru.

Dalam sistem perkotaan teori neo klasik, mengasumsikan adanya persaingan sempurna sehingga kekuatan sentripetal aglomerasi
disebut sebagai ekonomi eksternal murni. (Krugman, 1998). Kekuatan sentripetal muncul dari kebutuhan untuk pulang-pergi
(commute) ke pusat bisnis utama dalam masing-masing kota yang menyebabkan suatu gradien sewa tanah dalam masing-masing kota.
Menurut Krugman(1998), keterbatasan teori neo klasik diantaranya adalah melihat bahwa ekonomi eksternal yangmendorong adanya
aglomerasi masih dianggap sebagi misteri (blackbox). Disamping itu sistem perkotaan neo klasik adalah non spasial yang hanya
menggambarkan jumlah dan tipe kota tetapi tidak menunjukkan lokasinya.

Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang
berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen (Kuncoro,
2002). Keuntungan-keuntungan dari konsentrasi spasial sebagai akibat dari ekonomi skala (sc aleeconomies) disebut dengan ekonomi
aglomerasi (agglomeration economies), (Mills dan amilton, 1989).

Ahli ekonomi Hoover juga membuat klasifikasi ekonomi aglomerasi menjadi 3 jenis (Isard, 1979) yaitu large scale economies
merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan karena membesarnya skala produksi perusahaan tersebut pada suatu lokasi,
localization economies merupakan keuntungan yang diperoleh bagi semua perusahaan dalam industri yang sama dalam suatu lokasi
dan urbanization economies merupakan keuntungan bagi semua industri pada suatu lokasi yang sama sebagai konsekuensi
membesarnya skala ekonomi (penduduk, pendapatan, output atau kemakmuran) dari lokasi tersebut.

Aglomerasi adalah adalah berkumpulnya berbagai jenis usaha atau kegiatan dalam satu lingkup wilayah, sumber sumber aglomerasi
ekonomi yakni :
 Knowlegdge spilover, yang berarti berlimpahnya ilmu pengetahuan yang ada di daerah tersebut, contoh dari sumber aglomerasi
ini adalah kawasan pendidikan di kota bandung yang mendapatkan sumber daya pendidikan atau berlimpahnya pengetahuan
dari ITB atau disekitar Bursa efek Indonesia banyak berdiri kegiatan perbankan,hal ini dikarenakan perusahaaan perbankan
sangat membutuhkan informasi tentang pergerakan pasar saham yang berasal dari Bursa Efek Indonesia. knowledge spilovers
juga bukan hanya berasal dari adanya universitas atau institusi pendidikan di suatu daerah, melainkan knowlodge spilovers dapat
juga berbentuk tacid iformtion yang berarti informasi yang tidak lengkap dan biasanya menyebar melalui informasi pasar,salah
satu contoh kasus dari tacid information adalah berkumpulnya para pelaku usaha berskala kecil di dekat pelaku usaha berskala
cukup besar, hal ini bertujuan agar para pelaku usaha yang realtif berskala kecil dapat memahami, mempelajari atau meniru
kegiatan apa saja yang dapat menarik costumer, seperti bagaimana marketing yang dapat menarik pelanggan, permainan harga
, penataan tempat, barang dagangan dan lain-lain.
 Trade local input, yang berarti perusahaan yang berdekatan jaraknya dengan suku cadangnya, hal ini bertujuan untuk
meminimalisir biaya antara tempat usaha dan suku cadang, dalam faktor ini suku cadang bukan hanya barang mentah yang akan
dijadikan suatu produk melainkan bisa juga diartikan sebagai sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam suatu bidang
kegiatan ekonomi.salah satu contoh dari trade local input adalah berdirinya pelaku usaha IT dan firma hukum, yang berada
berdekatan dengan area perbankan. hal ini dikarenakan kegiatan perbnakan yang sangat membutuhkan ahli IT dan pakar hukum
sehingga kedua ahli tersebut memilih tempat yang bedekatan dengan area perbankan agar memudahkan mereka mendapatkan
pekerjaan dengan harga yang relatif terjangkau dibandingkan ketika mereka menggunakan lokasi yang lebih jauh dari area
perbankan.
 Local Skilled Labour Pool, sumber aglomerasi ini memiliki arti melimpahnya sumber daya manusia di suatu daerah sehingga
memungkinkan suatu perusahaan mendirikan kegiatan usaha di daerah tersebut. Untuk industri-industri yang biaya pelatihan
kemahiran skill pekerjanya tinggi, atau juga opportunity cost untuk waktu yang diperlukan sangat signifikan karena cepatnya
perubahan kondisi pasar maka local pool of skilled workers akan menjadi keuntungan besar, hal ini dikarenakan perusahaan
hanya membutuhkan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali biaya kegiatan-kegiatan retraining keahlian tertentu para
pekerja. Contohnya industri perfilman yang berpusat di ibukota Jakarta dikarenakan sumber daya manusia dengan minat dan
bakat di bidang tersebut melimpah.
industri cenderung berkelompok(cluster) di dalam ruang. Cluster yang terbentuk ada dalam berbagai macam pola, mulai dari yang
terpusat dalam wilayah kecil hingga tersebar dalam wilayah yang luas, tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Pada minggu ini
dibahas mengapa industri membentuk klaster?

Hipotetik Klaster
Jika diandaikan setiap perusahaan memiliki constant return to scale saat membentuk klaster, klaster yang terbentuk akan hilang
karena harga lahan, dan upah pekerja akan naik, menyebabkan turunnya keuntungan dan kalah bersaing dengan industri sama yang
berdiri di lokasi lain. Namun, perusahaan di lokasi yang sama kan memperoleh eksternalitas ekonomi. Eksternalitas itu akan menaikkan
efisiensi perusahaan, atau terjadi increasing return to scale. Efisiensi yang tinggi mengundang perusahaan lain untuk ikut bergabung
dalam klaster dan mendorong berlanjutnya pertumbuhan.

Ekonomi Aglomerasi
Marshall mengatakan bahwa aglomerasi terjadi karena knowledge spillover(klaster memungkinkan pelaku industri lebih sering
bertemu, membicarakan hal tacit dengan pelaku lainnya, menyebabkan setiap pelaku memiliki gambaran yang utuh akan pasar), local
non-traded inputs(munculnya layanan spesialis untuk mendukung industri yang ada, sehingga biaya per perusahaan akan menurun),
dan local skilled labour pool(tidak perlu atau sedikit memberikan pelatihan lebih untuk pekerja dalam industri).
Tipe Aglomerasi

1. Internal Returns to Scale - aglomerasi yang diberlakukan oleh satu perusahaan besar dengan berbagai unit usaha dalam satu
lokasi dengan kata lain satu perusahaan ini memproduksi sendiri barang dan bahan yang akan ia gunakan dalam membuat
suatu produk, contoh dari tipe aglomerasi ini adalah boeing everett hangar di seattle.
2. Economies of Localization - aglomerasi yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan atau kelompok yang bergerak dalam
industri yang sama ditempat yang sama , namun dalam hal ini setiap perusahaan tidak memiliki ikatan atau hubungan atau
dengan kata lain aglomerasi ini di hasilkan oleh berbagai perusahaan yang berbeda namun bergerak dalam bidang yang sama.
3. Economies of Urbanization - gabungan antara tipe aglomerasi internal return to scale dan economic of urbanization, contoh
dari aglomerasi ini adalah kota cilegon dimana dalam satu kota terdapat area industri krakatau steel dan pemerintahan mota
cilegon, atau dapat dikatakan juga setiap kota atau daerah yang mulai menjadi kota merupakan contoh dari economic of
urbanization dikarenakan dalam satu kota terdapat berbagai kumpulan kegiatan seperti pendidikan , pemerintahan , ekonomi
, budaya dan lain-lain.

Model lainnya adalah

1. Growth Pole - oleh Perroux, munculnya investasi besar atau inovasi besar oleh satu perusahaan akan mengundang industri
lain memanfaatkan kedekatannya dengan lokasi investasi untuk mendapatkan keuntungan
2. Incubator - oleh Chinitz, lokasi dengan industri yang berbeda-beda(sektor, ukuran, dan tipe) dan tidak didominasi oleh
beberapa perusahaan saja akan menjadi inkubator munculnya industri lain yang berbeda dalam skala yang lebih kecil, karena
tersedia lebih banyak konsumen untuk setiap industri.
3. Product Cycle - oleh Vernon, industri akan memilih lokasinya berdasarkan produk yang ingin dihasilkan, R&D akan diletakkan
di dekat kota(memanfaatkan knowledge spillover, skilled labour pool) karena produknya tidak standar, Manufaktur akan
diletakkan di pinggiran(tidak terlalu membutuhkan knowledge spillover, skilled labour) karena produknya standar.
4. Porter model - Klaster industri akan memungkinkan terjadinya kompetisi yang transparan, yang mengakibatkan inovasi, untuk
meningkatkan monopoli atas perusahaan lain dalam pasar
5. New Industrial Areas Model - Klaster yang disusun atas banyak industri kecil daripada industri besar akan lebih inovatif, karena
terjadi pertukaran informasi untuk tujuan kooperatif daripada oportunistik.
NO KARAKTERISTIK MURNI KOMPLEK INDUSTRIAL SOSIAL NETWORK
1 Ukuran perusahaan atomistik Beberapa perusahaan Beberapa perusahaan
besar yang bekerja sama yang bekerja sama
bervariabel.
2 Karakteristik Tidak teridentifikasi, Teridentifikasi, Kepercayaan, loyalitas,
hubungan terpisah dan tidak stabil perdagangan stabil joint venture, joint
lobbing
3 Keanggotaan Terbuka, pembayaran Tertutup Terbuka secara parsial
sewa pada lokasi
4 Akses masuk ke Pembayaran sewa, lokasi Investasi internal, lokasi History, pengalaman,
dalam cluster yang diperlukan yang diperlukan lokasi yang diperlukan
(not primary)
5 Hasil ruang Space appreacited Tidak berpangaruh pada Kapitalisasi penyewaan
sewa parsial
6 Gagasan ruang urban Local tapi bukan urban Local tapi bukan urban
sepenuhnya sepenuhnya
7 Contoh cluster Perekonomian kota Kawasan industry besi, Area industry baru
kompetitive baja, kimia
8 Pendekatan analisis Model aglomerasi murni Teori lokasi produksi, Teori jejaring social
Analisa input - output (Granovetter)

Selain 3 sumber aglomerasi ekonomi, aglomerasi juga terbagi menjadi 3 yakni:


1. Aglomerasi murni - Tipe aglomerasi ini berarti setiap perusahaan yang ada disuatu daerah aglomerasitidak ada hubungannya
dan lebih cenderung lebih berkompetisi seperti too kripik dikawasan gang PU yang tidk saling berhubungan dan salig
berkompetisi
1. Kluster industrial kompleks - Tipe ini memiliki arti berkumpulnya berbagai kegiatan usaha dan saling bekerjasama seperti
peminjaman ahli atau tenaga kerja antar perusahaan
3. Tipe kluster social network - Tipe ini memiliki arti berkumpulnya berbagai kegiatan usaha dalam suatu daerah yang membentuk
jaringan sosial dan saling terikat dalam usaha contoh dari tipe ini adalah emilia roamagna di Italia dan sillicon valley di Amerika
serikat.

Klaster Masyarakat
Florida mengatakan bahwa klaster orang-orang tertentu, bukan perusahaan penting untuk pertumbuhan regional. Ide, sistem, jasa,
atau produk baru dapat dihasilkan oleh kreativitas yang didukung oleh lingkungan dengan budaya yang beragam dan yang toleran
dengan budaya
Glaeser mengatakan orang-orang dengan keahlian tinggi dan pendapatan tinggi akan bermigrasi ke kota dengan kualitas hiburan yang
lebih baik.
Overlap keduanya adalah produk seni dan kuliner(highly income elastic?) dikonsumsi oleh orang dengan penghasilan tinggi di kota.

Keterbatasan dan Asumsi-Asumsi Dalam Teori

Kelemahan mendasar penggolongan penghematan aglomerasi versi klasik adalah tidak diperhitungkannya berbagai biaya yang hendak
diminimalkan oleh perusahaan. Kemudian teori-teori klasik disempurnakan oleh tiga jalur paradigma. Pertama, teoti-teori baru
mengenai eksternalitas dinamis, yang menekankan peranan transfer informasi dan inovasi. Karena dalam hal ini akan terjadi
diseminasi ide-ide baru dan inovasi secara cepat diantara prusahaan yang berdekatan melalui tiruan, pengamatan, dan gerakan tenaga
kerja yang terampil antar perusahaan.

Kedua, paradigma pertumbuhan perkotaan, paradigma ini dikaitkan dengan system jaringan kota. Hal ini berpatokan pada asumsi
bahwa dua kota atau lebih yang berdekatan meskipun tadinya merupakan kota-kota yang terpisah dan independen dapat memperoleh
manfaat berupa senergi dari pertumbuhan kota yang interaktif yaitu adanya kekuatan sentripetal dan sentrifugal. Kekuatan sentripetal
terjadi karena adanya kekuatan aglomerasi aktifitas ekonomi kedaerah perkotaan. Sebaliknya, kekuatan sentrifugal merupakan
ekuatan dispersi, yakni kekuatan yang mendorong perusahaan memilih lokasi diluar kota.

Ketiga, paradigma yang berbasis biaya transaksi. Suatu perusahaan akan mencapai suatu keseimbangan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan dalam hal : (1) biaya transaksi-jarak ; (2) biaya efisiensi factor tertentu-lokasi ; (3) biaya koordinasi-hirarki ; dan (4) biaya
alteratif kebetulan hirarki. Dengan kata lain ada empat jenis biaya yang berkaitan dengan perilaku kluster industri, dimana dua jenis
yang pertama dapat melibatkan penghematan aglomerasi, dan dua jenis yang terakhir akan melibatkan penghematan aglomerasi
(McCann dalam Kuncoro, 2001 : 42).
CHAPTER 3 DISTRIBUSI SPASIAL DARI AKTIVITAS

Market Area Theory

Faktor permintaan lebih penting artinya dari[ada faktor penawaran dalam persoalan pemilihan lokasi (August Losch, 1954).
Bila permintaan terhadap suatu barang adalah elastis terhardap harga, diperkirakan akan timbul berbagai pengaruh tentang pemilihan
lokasi perusahaan. Di samping itu adanya unsur persaingan antar tempat (spatial competition) diantara sesame produsen,
menentukan pula tingkah laku perusahaan dalam memilih lokasi.
Pemilihan lokasi perusahaan lebih banyak ditentukan oleh besarnya ongkos angkut untuk hasil produksi dan tingkat
persaingan sesame produsen di pasar.

Penyebaran Perusahaan : diskrimasi harga, market area, dan cost untuk jarak
1. Harga Spasial dan Diskriminasi Pasar

Namun secara umum, jenis diskriminasi harga spasial ini akan meningkatkan wilayah pasar spasial perusahaan individual,
meningkatkan jarak rata-rata di mana barang dikapalkan, dan di sana juga meningkatkan kecenderungan terhadap dispersi
perusahaan.

2. Hukum Reilly Market area theory (Reilly, 1929)


tentang lokasi perusahaan industry cenderung terkonsetrasi pada beberapa pusat sedangkan jumlah industry yang masuk kek
konsentrasi tersebut sebanding dengan luas daerah pasar (jumlah penduduk) dan berhubungan terbalik dengan jarak antara pusat
dengan daerah pinggiran daerah pasar. Hukum Reilly mengenai gravitasi ritel menggunakan analogi gravitasi untuk memperkirakan
tingkat kemenarikan suatu bisnis untuk calon pelanggannya. Kemampuan suatu usaha untuk menarik pelanggan secara langgung
berkaitan dengan sejauh mana para pelangan melihatnnya sebagai tujuan dan berbanding terbalik dengan jaral yang harus
ditempuh pelanggan untuk mencapainya. Model perhitungan Reilley juga memberikan cara untuk memperkirakan vatas
perdagangan anatar 2 wilayah pasar dengan menghitung titik batas di antara keduanya. Titik batas anatar 2 wilayah pasar utama
adalah perbatasan antara keduanya dimana para pelanggan merasa tidak ada perbedaan tertentu antara berbelanja di satu lokasi
dengan lokasi lainnya. Faktor utama dalam menentukan titik tanpa beda ini adalah ukuran masyarakatnya. Jika 2 kota yang
berdekatan memiliki ukuran populasi yang sama, titik batas terletak setengah jalan dari jarak kedua kota tersebut.

3. Analisis keterkaitan dan rasio nilai – berat


Argumen aglomerasi dan pengelompokan mengasumsikan bahwa produksi barang dan jasa bernilai tinggi, tidak standar, sangat
disesuaikan dan lebih baru memerlukan masukan yang lebih besar dari pengetahuan, informasi, keterampilan, dan masukan
teknologi yang untuk nilai dan layanan yang lebih rendah dan bahwa masukan ini cenderung lebih tersedia di daerah perkotaan
besar daripada di pusat yang lebih kecil.
Argumen sederhana di sini adalah bahwa biaya transportasi yang terlibat dalam pemindahan nilai berat yang tinggi atau barang-
barang dengan rasio barang curah bernilai sangat rendah sebagai persentase dari harga barang dan kemungkinan akan tetap
demikian bahkan untuk jarak yang jauh, sedangkan untuk nilai rendah rasio berat atau barang rasio massal nilai rendah biaya
transportasi cenderung menjadi persentase yang tinggi dari harga barang dengan sangat cepat bahkan pada jarak pendek.
Menggunakan metodologi hubungan ini, secara historis salah satu temuan yang paling umum dari analisis hubungan tradisional
adalah bahwa ada hubungan antara jarak pengiriman dan sifat dari produk yang diangkut
Aturan umum pembenaran untuk pengamatan ini yang digunakan terutama oleh ahli geografi adalah bahwa produk bernilai tinggi
dapat diangkut dalam jarak besar karena nilai tinggi produk dapat menyerap biaya transportasi disctance yang lama. di sisi lain,
untuk produk bernilai rendah, biaya transportasi akan sangat tinggi relatif terhadap nilai barang bahkan dalam jarak pendek,
sehingga membatasi jarak di mana barang-barang ini dapat dikirimkan.
Kelemahan dari fundamental ini adalah
 pusat perkotaan besar bukan satu-satunya lokasi produksi untuk barang bernilai tinggi, dan pusat utama juga merupakan
lokasi produksi untuk banyak barang bernilai rendah serta untuk barang bernilai tinggi
 yang lebih mendasar, masalahnya adalah banyak produk sektor jasa yang tidak memiliki berat atau curah
 lebih teknis dan merupakan masalah analitis mendasar dan berhubungan dengan hubungan antara produk nilai dan
pengembalian investasi yang diperlukan

Hirarki Perkotaan dan Teori tempat sentral klasik


Konsep dasar dari teori Central Place adalah Thresholddan Range. Thresholdadalah jumlah minimal (penduduk atau pendapatan) yang
diperlukan untuk melancarkan dan menyelaraskan unit pelayanan atau pengertian lainnya adalah minimum pasar sehingga produsen
dapat menjaga kelangsungan produksinya tanpa mengalami kerugian, sedangkan Range adalah jarak maksimum yang harus ditempuh
penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan dari tempat pusat. Range selalu lebih besar dibandingkan dengan
threshold. Konsep dasar ini digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas yang terkonsentrasi/terpusat.

1. Pendekatan christalle to central place


Teori Central Place dapat berlaku apabila suatu wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Wilayahnya datar dan tidak berbukit
2. Tingkat Ekonomi dan daya beli enduduk relatif sama
3. Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk bergerak ke berbagai arah. Teori Central place membagi wilayah menjadi
beberapa orde, dimana semakin besar orde maka semakin luas jangkauannya. Orde yang lebih besar akan memenuhi kebutuhan
dari orde dibawahnya.Market area memiliki bentuk heksagonal hal ini karena bentuk heksagonal merupakan bentuk yang
kompak tanpa menyisakan suatu ruang maupun tanpa adanya tumpeng tindih

Bentuk heksagon dipilih karena mampu mengcover seluruh wilayahnya tanpa ada double service dan memiliki jumlah hinterland
maksimum yakni sebanyak 6 hinterland. Adapun asumsi-asumsi menurut Christaller adalah sebagai berikut:
 Permukaan bumi datar, tak terbatas, dan memiliki sumber daya yang homogen dimana tersebar secara merata atau dengan
kata lain tidak terdapat perbedaan kondisi geografis;
 Tidak terdapat batasan administrasi dan politis yang dapat menyimpangkan perkembangan permukiman
 Tidak terdapat eksternal ekonomi yang mengganggu pasar
 Populasi tersebar secara merata diseluruh area dan tidak terdapat pusat permukiman
 Banyak pedagangkecil menawarkan produk yang sama dan tidak ada keragaman produk
 Semua pembeli memiliki daya beli yang sama
 Biaya transportasi sama kesemua arah dan ragamnya sebanding dengan jarak
 Pembeli membayar biaya transportasi produk atau layanan
 Tidak ada akomodasi untuk inovasi atau kewirausahaan.
 Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan
threshold. Lingkaran-lingkaran ini tidak tumpang tindih seperti pada (gb. A)
 Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya tumpang tindih(gb. B)
 Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang
menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih (gb. C)
 Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3, pelayanan ordeI
lebar heksagonalnya adalah3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah3 kali heksagonal
pelayanan orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal
tersebut. Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan
terjadi tumpang tindih (gb. D)
Pusat pertumbuhan berpengaruh besar terhadap wilayah disekitarnya yang dapat dicitrakan dengan titik-titik simpul yang
berbentuk geometris heksagonal (segienam). Wilayah segienam itu merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya terlayani
oleh tempat sentral yang bersangkutan. Tempat-tempat sentral yang dimaksud dapat berupa pusat-pusat perbelanjaan, kota,
ataupun pusat-pusat kegiatan lainnya. Oleh tempat-tempat sentral itu, wilayah atau tempat-tempat lain di sekitarnya akan
tertarik. Ditinjau dari luas kawasan pengaruhnya, hierarki Central Place Theory dibagi menjadi 3 tingkatan pelayanan 1. HierarkiK-
3 2. HierarkiK-4 3. HierarkiK-7
Tempat sentral berhierarki tiga adalah pusat pelayanan yang berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi
kawasan-kawasan di sekitarnya (kasus pasar yang optimum atau asas pemasaran). (k=3) diperoleh dari penjumlahan kawasan
tempat yang sentral (1) dengan satu pertiga (1/3) bagian kawasan yang ada di sekelilingnya yang jumlahnya ada enam (6).
K=6(1/3)+1 K=3 Untuk membangun lokasi pasar ataupun fasilitas umum lainnya, sekuang-kurangnya harus di kawasan yang
diperkirakan dapat berpengaruh terhadap 1/3 penduduk dari keenam kawasan yang ada di sekitarnya. Sebagai penunjangnya,
maka dalam embangunan lokasi tersebut perlu memperhatikan:
1) Jalan beserta sarana angkutannya,
2) Tempat parkir, dan
3) Barang yang diperjual belikan K-4 (transportasi)
Tempat sentral berhierarki empat merupakan pusat sentral yang memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien.
Situasi lalu lintas yang diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral (1) dengan setengah (1/2) bagian kawasan yang ada
di sekitarnya yang berjumlah enam (6). K=6(1/2)+1 K=4 Penempatan lokasi terminal kendaraan sekurang-kurangnya harus
memiliki kawasan pengaruh setengah dari enam kawasan tetangganya. Dengan demikian, terminal harus berada pada tempat
yang mudah dijangkau oleh para pemakai jasa angkutan yang secara sentral memiliki radius relatif sama ke sagala arah.
K-7 (administatif) Tempat sentral berhierarki tujuh dinamakan juga situasi administratif yang optimum atau asas administratif,
yaitu tempat sentral yang mempengaruhi seluruh bagian wilayah tetangganya. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa
kota pusat pemerintahan. (k=7) diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral (1) dengan satu (1) bagian kawasan
sekitarnya, yang berjumlah enam (6). K=6(1)+1 K=7 Tempat sentral dari pusat kegiatan administratif emerintahan pada hierarki
tujuh (k=7) merupakan kawasan yang luas jangkauannya. Kawasan tersebut harus mamu menjangkau dan dijangkau kawasan
yang berada di bawah kekuasaannya. Lokasinya berada di wilayah yang beradius relatif sama dari semua arah, berada pada rute
kendaraan umum yang terjangkau semua arah. Dengan begitu diharapkan tidak menimbulkan kecemburuan sosial diantara
warganya.

Kelemahan Teori Central Place Teori ini tidak secara utuh relevan pada kondisi sekarang, hal ini dikarenakan adanya pergeseran
budaya dan sosial di masyarakatnya.
 Sebagian besar lahan datar yang langka
 Intervensi pemerintah dapat mendikte lokasi industri
 Persaingan sempurna tidak nyata dengan beberaa perusahaan membuat lebih bnyak uang daripada yang lain.
 Orang bervariasi tren belanja mereka, tidak selalu ergi ke pusat terdekat
 Orang atau sumber daya yang tidak pernah didistribusi semurna. Christaller mempertimbangkan setiap pusat dengan fungsi
tertentu sedangkan mereka memiliki banyak yang berubah dari waktu ke waktu
 Selain itu faktor teknologi kurang diperhatikan

2. Pendekatan Losch to central place


Pemikiran Lösch adalah untuk mencari lokasi yang memaksimasi keuntungan, dimana total pendapatan melebihi total biaya pada
jumlah produksi yang terbesar. Aplikasi konsepnya dicontohkan pada produksi pertanian yang memungkinkan adanya perdagangan
jika terdapat surplus produksi komoditas. Asumsi: lokasi yang homogen dengan distribusi material dan harga transportasiyang sama.
Konsep dari teori Losch adalah konse hexagonal August Losch. Pemikiran Losch yang berseberangan dengan christaller dimana
ditegaskan bahwa tidak semua orde tertinggi dibentuk oleh konstruksi orde yang lebih rendah.

Asumsi Teori Losch Untuk mencapai equilibrium, Lösch mengasumsikan:


 Setiap lokasi industri menjamin keuntungan maksimum, baik bagi produsen maupun konsumen
 Terdapat cukup banyak lokasi produksi dengan penyebaran yang merata sehingga seluruh permintaan dapat terlayani
 Tidak ada petani yang memperoleh supernormal profit sehingga tidak ada rangsangan adanya petani baru yang masuk
 Persaingan sempurna
 Area produksi, material, dan market sekecil mungkin
 Pada batas market area, terdapat konsumen yang indifferent
Kelemahan Teori Losch
 Tidak memperhatikan variasi biaya antar daerah, asumsinya bahwa setiap daerah/lokasi memiliki ciri homogen
 Unsur biaya yang masuk dalam analisanya melalui biaya angkutan menyebabkan terbatasnya luas market area industri yang
bersangkutan
 Pada prinsipnya mengembangkan teori berlandaskan konsep Christaller, namun yang membedakan adalah biaya yang
merepresentasikan batas market area
New Economic Geography (NEG)
Analisis Krugman berfokus pada dampak skala ekonomi terhadap sektor perdagangan dan lokasi bisnis. Konsep skala ekonomi
diperoleh dari analisis yang berakhir pada kesimpulan bahwa makin banyak barang dan jasa diproduksi di satu pabrik yang sama,
makin rendah pula biaya produksi yang harus dikeluarkan. Menurut Krugman, pasar tidak akan berkompetisi secara sempurna seperti
yang dinyatakan oleh para pencipta teori perdagangan internasional terdahulu.
Bagi Krugman, teori comparative advantage yang diciptakan oleh David Ricardo pada abad ke-19, tidak lagi dapat menjawab
fenomena perdagangan internasional pada saat ini. Ricardo yang menyempurnakan teori absolute advantage Adam Smith,
menyatakan bahwa tiap negara perlu mencari spesialisasi produksinya agar proses ‘barter’ terjadi dan pendapatan negara meningkat.
Lebih lanjut Krugman mengungkapkan bahwa dalam faktanya, perdagangan dunia abad 20 dan 21 didominasi hanya oleh segelintir
negara yang ternyata memperdagangkan produk yang sama.
Dari fungsi ini, Krugman menjelaskan bahwa perbedaan harga antar barang membuat konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi
lebih dari satu jenis barang. Oleh karena itu, semakin banyak barang diproduksi di satu pabrik yang sama, biaya produksi yang harus
dikeluarkan akan semakin rendah. Akibatnya, pabrik baru akan memasuki pasar dengan menambah variasi produknya. Dengan kata
lain, biaya produksi dapat ditekan jika unit produksi mencapai jumlah tertentu. Meski demikian, biaya produksi juga dapat kembali
meningkat jika jumlah barang produksi naik atau skala ekonomi tidak lagi tercapai.
Hummels dan Levinsohn (1993, 1995) yang mencoba menguji teori Krugman menemukan bahwa teori ini ternyata dapat bekerja
dengan sangat baik. Keduanya melakukan analisis pada perdagangan antara negara-negara maju (dengan kecenderungan konsumen
memilih produk yang beragam) dengan negara-negara kurang berkembang (di mana monopoli perdagangan banyak terjadi). Hampir
seluruh negara berupaya untuk meningkatkan skala ekonominya.
Agar skala ekonomi meningkat, sebuah pabrik baru akan mencari negara lain yang mampu mendukung keberadaan unit produksi
dalam jumlah yang besar. Dengan dukungan kemajuan teknologi, transportasi, dan informasi, pabrik tersebut akan memindahkan
proses produksinya dengan mudah. Inilah yang akan mendorong migrasi tenaga kerja.
Krugman mengungkapkan bahwa ada kecenderungan pekerja bermigrasi ke wilayah pusat pekerja terbesar yang akhirnya akan
menciptakan variasi produk yang sangat beragam. Dengan kata lain, konsentrasi terjadi dalam hal barang dan jasa yang diproduksi
maupun lokasi barang tersebut dibuat.
Krugman melanjutkan konsep skala ekonomi eksternal Henderson (1974) yang mengungkap bahwa perkotaan cenderung akan
terspesialisasi dengan perindustrian. Berdasarkan skala ekonomi, industri-industri akan cenderung terkonsentrasi di kota-kota besar.
Konsentrasi produksi pada satu wilayah tertentu (dalam hal ini wilayah perkotaan), memungkinkan skala ekonomi dapat terealisasi
karena kedekatan lokasi dengan pasar akan meminimalisasi biaya transportasi (home-market effect).
Akibat konsentrasi ini, wilayah-wilayah akhirnya terbagi menjadi dua yakni wilayah core (inti) di perkotaan sebagai konsentrasi
perkembangan IPTEK, serta periphery (pinggiran) yang lebih terbelakang. Model ini dikembangkan dari pilihan lokasi dari pabrik dan
individu.
Pabrik memilih perkotaan untuk meningkatkan skala produksinya sekaligus menghemat biaya transportasi. Individu juga tertarik untuk
bermigrasi ke perkotaan yang menawarkan upah buruh yang lebih tinggi dan produk yang lebih beragam. Kecenderungan ini
meningkatkan kapasitas pasar sekaligus makin memacu pabrik dan individu untuk bermigrasi ke kota. Lingkaran sebab akibat dan
equilibrium baru pun akan terbentuk.
Secara keseluruhan, teori Krugman mampu menjelaskan hubungan positif antara ukuran pasar dengan tingkat upah, hubungan antara
ukuran pasar dengan migrasi, dan kaitan antara satu sama lain.Teori Krugman juga mampu membuktikan kalkulasi produktivitas pada
suatu wilayah. Dalam perdagangan, teori ini mampu membuat sebuah strategi kebijakan perdagangan.
Contohnya, upaya suatu negara untuk mempengaruhi perdagangan negara lain dengan memberlakukan hambatan perdagangan
seperti tarif. Ketika perdagangan berjalan dalam kerangka spesialisasi, teori ini tetap relevan. Dalam karyanya yang lain yang
berjudul Trade Policy and Market Structure, Krugman memperlihatkan bahwa proteksi dapat mereduksi pendapatan domestik, subsidi
impor dapat memperbaiki neraca perdagangan, dan tarif dapat menurunkan harga domestik.
Dalam menanggapi ketimpangan-ketimpangan tersebut, Krugman mengemukakan dua teorinya, yaitu tentang International
Trade & Economic Geography.
International Trade atau perdagangan bebas selama 2 abad mengikuti pandangan David Ricardo. Bagi Krugman,
teori comparative advantage yang diciptakan oleh David Ricardo pada abad ke-19, tidak lagi dapat menjawab fenomena perdagangan
internasional pada saat ini. Ricardo yang menyempurna-kan teori absolute advantage Adam Smith, menyatakan bahwa tiap negara
perlu mencari spesialisasi produksinya agar proses ‘barter’ terjadi dan pendapatan negara meningkat. Lebih lanjut Krugman
mengungkapkan bahwa dalam faktanya, perdagangan dunia abad 20 dan 21 didominasi hanya oleh segelintir negara yang ternyata
memperdagangkan produk yang sama. Krugman menjelaskan bahwa perdagangan Internasional pada saat ini didasari permintaan
terhadap variasi meskipun produknya sama. Hal itu menguntungkan kedua belah pihak karena bisa memperluas jangkauan global.
Dalam Economic Geography, Krugman menjelaskan tentang terjadinya
konsentrasi populasi di sebuah wilayah. Krugman mengungkapkan bahwa ada kecenderungan pekerja bermigrasi ke wilayah pusat
pekerja terbesar yang akhirnya akan menciptakan variasi produk yang sangat beragam. Dengan kata lain, konsentrasi terjadi dalam
hal barang dan jasa yang diproduksi maupun lokasi barang tersebut dibuat.
Dalam menjelaskan aglomerasi tersebut, Krugman menggunakan prinsip Increasing Returns. Faktor pembentuk increasing
returns tersebut adalah kombinasi economies of scaledan penurunan biaya transportasi. Biaya transportasi (minimal untuk mencapai
konsumen) yang lebih murah akan memicu self-reinforcing process di mana populasi metropolitan yang tumbuh akan meningkatkan
skala produksi, gaji riil, dan keragaman pasok barang. Hal ini pada gilirannya akan merangsang migrasi penduduk lebih lanjut ke kota.
Ujng-ujungnya, menurut teori Krugman ini, akan terbentuk kawasan inti yang hi-tech dan terurbanisasi, dan kawasan pinggiran yang
kurang berkembang.

Keteraturan empiris dari system perkotaan : aturan peringkat


Jika kita berbicara mengenai kota, maka kita akan berhadapan dengan dua dimensi pengertian dari kota itu sendiri: yakni dimensi
administratif dan dimensi ekonomi. Pengertian kota dari dimensi administratif artinya pendefinisian batas-batas wilayah dari kota
tersebut secara administrasi ditentukan oleh pemerintah. Sementara pengertian kota dari dimensi ekonomi memberikan
konsekuensi bahwa batas-batas dari kota itu sendiri dilihat dari aktivitas ekonomi yang ada, tidak lagi dari batas administrasi
pemerintah. Contohnya: secara administratif, antara Depok, Jakarta, dan Bekasi merupakan kota-kota yang terpisah. Namun, jika
kita memandang dari dimensi ekonomi, maka antara Jakarta, Depok, dan Bekasi merupakan satu kesatuan.
Penggunaan dimensi ekonomi dimana aktivitas ekonomi digunakan sebagai batas wilayah dari suatu kota, memberikan konsekuensi
tersendiri yang patut dipertanyakan: bagaimana struktur distribusi aktivitas ekonomi antar-kota ini? Sebuah pertanyaan yang wajar,
mengingat sejatinya secara administratif, kota-kota ini merupakan wilayah yang berbeda, terutama dari segi luas wilayahnya.
Permasalahan mengenai ukuran distribusi aktivitas ekonomi perkotaan telah menjadi observasi dari peneliti-peneliti sebelumnya.
Hingga permasalahan ini bisa sedikit terjawab oleh rumusan dari Zipf (1949) yang menyimpulkan bahwa ukuran distribusi aktivitas
ekonomi dari suatu kota akan mengikuti distribusi Pareto, sekaligus juga memiliki bentuk parameter tertentu (jamak dikenal sebagai
Hukum Zipf). Dan Hukum Zipf inilah yang menjadi dasar dari Rank Size Rule, sebuah aturan yang jamak digunakan jika ingin melihat
proporsi distribusi aktivitas ekonomi perkotaan dewasa ini.
Dan apa yang menjadi inti gagasan dari Rank Size Rule ini adalah, secara rata-rata, jumlah penduduk atau tingkat populasi yang ada
di suatu kota, jika dikalikan dengan peringkat kota tersebut dalam hierarki aktivitas ekonomi perkotaan di suatu negara, adalah
sama dengan jumlah populasi yang ada di kota terbesar.
Artinya, jika kita menggunakan Rank Size Rule ini, ketika kita mengalikan jumlah penduduk yang ada di Sukabumi dengan
peringkatnya dalam hierarki aktivitas ekonomi perkotaan di Indonesia akan sama dengan jumlah penduduk di kota Jakarta (yang
merupakan kota terbesar di Indonesia).
Jika dituliskan dalam rumus matematis, maka secara garis besar inti gagasan Rank Size Rule adalah:
Rank = Peringkat kota berdasarkan jumlah penduduk (terbanyak = 1, dst)
C = Konstanta
N = Jumlah penduduk
Mengacu pada teori yang dikemukakan sebelumnya, bahwa Rank Size Rule ini merupakan aturan yang digunakan untuk
menganalisa proporsi distribusi dari aktivitas ekonomi perkotaan, maka komponen penting dari persamaan di atas adalah
koefisien b. Apa sebenarnya arti dari koefisien b ini dan apa implikasinya terhadap analisa ekonomi perkotaan di Indonesia, inilah
yang menjadi pertanyaan.

Struktur dan interpretasi dari data regional

alasan mengapa kita ingin mengartikan isu-isu keragaman regional, spekulasi regional dan konsentrasi wilayah adalah bahwa
hubungan antara struktur geografi dan struktur ekonomi merupakan konstribusi terhadap semua penyesuaian ekonomi regional
yang menghambat proses pertumbuhan.

kita tahu bahwa kota besar cenderung terdiversifikasi dan kinerja pertumbuhan yang kuat dari banyak kota besar sejak akhir 1980
akan menunjukkan bahwa keragaman merupakan keuntungan bagi banyak alasan yang digariskan

Anda mungkin juga menyukai