Anda di halaman 1dari 5

REVIEW TEORI LOKASI INDUSTRI

Prinsip teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di


tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost
location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana
penjumlahan keduanyaminimum, tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga
kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu :
1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan
penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM).
2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
3. Upah tenaga kerja.
4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot
bahan mentah dan lokasi bahan mentah).
5. Persaingan antar kegiatan industri.
6. Manusia berpikir secara rasional.

Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat
digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya,
yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini
diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas,
penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini :

(a) (b) (c)


Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer,
2000)
Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
Gambar
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional
(locational triangle), yang didasarkan pada asumsi :
1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat
memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara
terbatas pada sejumlah tempat.
4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang
mobilitasnya tinggi.

Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya
transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat
barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk
angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah
secara proporsional dengan jarak. titik terendah biaya transportasi adalah titik yang
menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil
produksi.

Aglomerasi Industri
Aglomerasi adalah gabungan, kumpulan dua atau lebih pesat kegiatan, tempat
pengelompokan berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan
tertentu. Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya
beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah,
energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan
penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri. Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain:
a. terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi;
b. kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu;
c. adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan
fungsi wilayah;
d. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya
yang lengkap;
e. adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk.
Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang disengaja), antara
lain untuk mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan
industri, mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut,
dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Misalnya:
beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten),
Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan
Makassar.
Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat (Bonded zone).
Kawasan berikat (Bonded zone) merupakan suatu kawasan dengan batas tertentu di
dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang
pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean dari luar daerah
atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai
atau pungutan negara lainnya, sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor
atau ekspor. Kawasan berikat berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan
pengolahan barang yang berasal dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat,
yaitu PT Kawasan Berikat Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.

b. Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini
diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat
menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling
besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang
topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan
akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume
penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos
transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat
menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki
wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik
pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi
pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling
bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
e. Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang).
Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang
yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal
anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang.
Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa
pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut
juga kasus pasar optimal.
2) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang
optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat
sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
3) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif yang
optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah
tetangganya.
Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai
berikut:
1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif
seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam
lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan
batubara.
Faktor Penentu Lokasi Industri
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bahan Mentah
Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kegiatan
industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi
kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan
industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka akan mempermudah
dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan lokasi industri. Apabila bahan
mentah yang dibutuhkan industri cadangannya terbatas dan hanya ditemukan di tempat
tertentu saja maka akan menyebabkan biaya operasional semakin tinggi dan pilihan
untuk penempatan lokasi industri semakin terbatas.
2. Modal
Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang sangat penting.
Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan, pengadaan bahan
mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan digunakan, dan luasnya
sistem pemasaran.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran proses
produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industri membutuhkan
tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan. Tetapi, ada pula industri
yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang berpendidikan dan terampil.
Dengan demikian, penempatan lokasi industri berdasarkan tenaga kerja sangat
tergantung pada jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.
4. Sumber Energi
Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin- mesin
produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi, gas alam, dan tenaga
atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan energi, umumnya mendekati
tempat-tempat yang menjadi sumber energi tersebut.
5. Transportasi
Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi dan
perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan menjamin distribusi
pemasaran produk yang dihasilkan.
6. Pasar
Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan lokasi
industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual produk yang
dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat mungkin menjangkau konsumen,
agar hasil produksi mudah dipasarkan.
7. Teknologi yang digunakan
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya suatu
kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk pengembangan industri
pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki tingkat pencemaran (air, udara,
dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi.
8. Perangkat Hukum
Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan sangat
penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri, antara lain tata
ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan
keamanan. Termasuk jaminan keamanan dan hokum penggunaan bahan baku, proses
produksi, dan pemasaran.
9. Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang
dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang mendukung,
seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur batuan yang tidak
stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan lain-lain, hal ini dapat
menghambat keberlangsungan kegiatan industri.

Anda mungkin juga menyukai