Anda di halaman 1dari 3

All Denicko Roynaldi

21040115120051
Kelas B – Perumahan dan Permukiman

Review Jurnal

Tema : Public Housing di Negara Berkembang

Judul Artikel :

Housing, Neighbourhood Quality And Quality Of Life In Public Housing In Lagos, Nigeria

(Perumahan, Kualitas Lingkungan, dan Kualitas Hidup Perumahan Publik di Laos, Nigeria)

Artikel ini membahas mengenai kualitas perumahan dan lingkungan perumahan publik yang
ada di Lagos, Nigeria. Nigeria merupakan negara berkembang yang berada di negara bagian Afrika.
Perumahan publik ini banyak di pilih masyarakat secara purposif dalam menempati tempat tinggal
dikarenakkan dapat bagi yang berpenghasilan rendah dan tingkat pendapatan menengah kebawah.
Secara garis besar, dalam perumahan publik di Lagos, memiliki kualitas lingkungan dan kualitas hidup
yang rendah. Bagi perumahan yang berpenghasilan rendah memiliki kendala yang lebih besar
dibanding dengan perumahan bagi kaum menengah. Secara global, sebanyak 34% memiliki kualitas
buruk terutama pada kondisi lingkungan dan pada bangunannya. Jika dijabarkan ke dalam
pembagiannya, yaitu sekitar 65% memiliki kulaitas buruk pada lingkungan perumahan MBR dan 30%
memiliki kualitas buruk pada lingkungan perumahan yang berpendapata menengah. Oleh karena itu,
dalam perumahan ini perlu adanya pendekatan partisipatif terhadap infrastruktur dan kolaborasi
dengan pemegang kepentingan umum untuk dapat mengadakan fasilitas dan infrastruktur yang lebih
memadai dan berkualitas.

Penyedia Perumahan Umum di Lagos, Nigeria

Peyediaan perumahan umum di Lagos ini disediakan oleh Lagos State Development and
Property Corporation (LSDPC). Lembaga ini memiliki peran dalam penyedia layanan publik yang
dominan dinegara ini. LSDPC mulai membangun tahun 1981-1990 dengan 20.000 unit rumah. Rumah
tersebut dikhususkan untuk MBR dan pendapatan menengah. LSDPC menegaskan fakta bahwa
penyediaan perumahan didorong oleh motif keuntungan minimal dan layanan sosial adalah fungsi asli
dan utama perusahaan. Rumahnya dianggap sebagai area prioritas untuk penelitian, potensi
penyediaan untuk meningkatkan kualitas perumahan publik di masa depan.

Indikator Kualitas Perumahan dan Kualitas Hidup

Kualitas perumahan sulit diukur secara langsung, karena kualitas dapat secara dimensi fisik,
ekonomi dan budaya yang sulit ditangkap. Kualitas ini lebih kepada kualitas “arsitektonik” sebagai istilah
payung, yang mencakup berbagai aspek kualitas, seperti itu sebagai estetika, fungsional (efisiensi),
simbolik dan nilai budaya.

Sengupta dan Tipple (dalam Adetokunbo O. Ilesanmi, 2012) menyarankan penggunaan empat
variabel indikator utama untuk dianalisis kualitasnya, yaitu :

1. Konsumsi rumah: ukuran tempat tinggal dan tingkat hunian.


2. Koneksi ke layanan: tingkat infrastruktur utama seperti air, sanitasi, pembuangan limbah
3. Lingkungan/ karakteristik situs: taman bermain, ruang terbuka, dan lainnya fasilitas
komunitas.
4. Karakteristik lokasi: mungkin ada trade-off antara waktu perjalanan ke lokasi kerja.

Metode QoL menghitung kelayakan hidup dari masyarakat melalui kombinasi survei kepuasan
hidup subjektif dan penentu obyektif. Produk ini termasuk interaksi di antara sosial, kesehatan, ekonomi
dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia dan sosial, di antaranya
perumahan dan lingkungan sebagai aspek kunci. Oleh karena itu, QOL bersifat multi-dimensi yang
dapat diukur dengan analisis obyektif lingkungan karakteristik dan dengan analisis subyektif melalui
persepsi orang.
All Denicko Roynaldi
21040115120051
Kelas B – Perumahan dan Permukiman

Dalam surveinya mengambil sampel sistematis (setiap blok, 5 tipologi tertentu) dari 225 blok
perumahan berisi 1.240 unit rumah: 140 blok 6 unit (dua lantai blok); dan 85 dari 8 unit (tiga lantai) dari
dua kamar tidur dan tiga kamar tidur apartemen. Jumlah ini mencapai 190 blok di lima perkebunan
berpendapatan rendah; dan 35 blok di tiga perkebunan menengah.

Hasil Kualitas Lingkungan dan Kualitas Hidup di Public Housing Lagos Nigeria

Hasil berikut dijelaskan berdasarkan indkator yang digunakan, yaitu :

1. Kualitas Visual Eksternal: cacat termasuk finishing eksternal yang terkelupas / memudar seperti
rendering dan lukisan; lapisan luar dinding yang buruk; cat yang telah berjamur, dan menghapus
material permukaan.
2. Kualitas material: cacat pada elemen bangunan yang membutuhkan pemeliharaan, seperti atap
bobrok, elemen dinding dan lantai, termasuk langit-langit runtuh dan ubin rusak.
3. Kualitas struktural bangunan: cacat termasuk bukti kegagalan struktur seperti di fondasi atau balok
yang melorot; penggunaan bahan tidak tahan lama; dan secara keseluruhan kurangnya integritas
jangka panjang dalam hal struktur dan bahan.
4. Detailing kualitas bangunan: cacat berhubungan dengan kinerja elemen operasional, seperti pintu,
jendela, langit-langit, anggota atap dan papan : pintu rusak dan perlengkapan jendela; atap bocor;
dan kayu yang rapuh.
5. Kualitas layanan perumahan: kecacatan termasuk peralatan yang tidak menunjang dan fasilitas
seperti rusak dan sanitasi bocor, pipa, pasokan air dan pipa pembuangan pembuangan kotoran
atau perlengkapan.
6. Kualitas jalan lingkungan: kondisi permukaan yang buruk, drainase yang tidak memadai, patahan
yang rusak, dan inefisiensi kendaraan sirkulasi.
7. Kualitas lansekap: cacat termasuk kurangnya lanskap yang dirancang atau kondisi tidak
beraturan.
8. Kualitas ruang terbuka: keberadaan, kondisi, tata letak, dan efisiensi ruang terbuka antara blok
unit perumahan dinilai untuk visual, fisik dan cacat fungsional.
9. Kualitas tata lingkungan: gangguan spasial atau umum inefisiensi tata letak, sirkulasi pejalan kaki
yang buruk dan kualitas jalan.
10. Kualitas lokasi: isolasi fisik, buruk integrasi, atau dominasi blok / unit perumahan dalam
hubungannya dengan sekitarnya blok dan lingkungan.

Berikut adalah ringkasan hasil dari temuan utama :

a. Blok-blok perumahan berpendapatan rendah melaporkan tingkat yang secara signifikan lebih
rendah kualitas perumahan dan lingkungan untuk pendapatan menengah penghuni. Proporsi yang
lebih besar dari perumahan berpenghasilan menengah (77%) dibandingkan dengan 56% dari
perumahan berpenghasilan rendah,
b. Berdasarkan kualitas perumahan, 77 (34%) dari 225 blok perumahan yang disurvei dikategorikan
sebagai kualitas buruk dan hanya 15 (7%) yang dinilai bagus kualitas .
c. Berdasarkan kualitas lingkungan lingkungan, analisis menunjukkan 60 % kualitas buruk, 35%
berkualitas baik. Dari jumlah tersebut, 65% dan 30% dalam pendapatan rendah dalam kategori
kualitas buruk.
d. Membandingkan proporsi, cacat yang berhubungan dengan lingkungan tampaknya lebih parah
daripada yang berhubungan dengan bangunan: 60 persen dibandingkan dengan 34 persen
(kualitas buruk) secara keseluruha.

Berdasarkan artikel ini, faktor yang diidentifikasi sebagai kontribusi untuk perumahan masalah
kualitatif termasuk:

a) Kurangnya standar perumahan yang konsisten, dan ketidakefektifan yaitu hampir tidak bisa
diterapkan dalam konteks banyak orang negara berkembang, termasuk Nigeria.
All Denicko Roynaldi
21040115120051
Kelas B – Perumahan dan Permukiman

b) Kegagalan untuk menerapkan kebijakan oleh pemerintah dan lembaga


c) Korupsi dan kurangnya komitmen / kesungguhan di pihak kepentingan sektor: pembuat kebijakan
dan keputusan, legislator, administrator perumahan, kontraktor konstruksi, konsultan, ahli
keuangan, ekonom, peneliti, dan organisasi non-pemerintah.
d) Kurangnya data yang relevan.

Sumber Artikel :

Ilesanmi, Adetokunbo. 2012. Housing, Neighbourhood Quality And Quality Of Life In Public Housing In
Lagos, Nigeria. Int. Journal for Housing Science, Vol.36, No.4 pp.231-240. Akses dari
www.sciencedirect.com pada tanggal 11 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai