Anda di halaman 1dari 7

1.

Justifikasi Kawasan Meso 4

Kawasan meso 4 merupakan kluster atau gabungan dari kawasan heritage Tugu Muda, Klenteng
Sam Po kong, dan Makam Ki Ageng Pandanarang. Kawasan-kawasan tersebut diklusterkan berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain dari kedekatan geografis. Selain dari lokasi geografisnya,
pengklusteran dibentuk berdasarkan nilai sejarah yang ada di ketiga kawasan tersebut. Ketiga kawasan
heritage tersebut memiliki sejarah awal berdirinya Kota Semarang. Yang pertama adalah Klenteng Sam
Po Kong, apabila dilihat dari sejarahnya, Klenteng tersebut merupakan peninggalan bangsa China yang
pernah datang di Kota Semarang. Kedatangan bangsa China tersebut merupakan awal pertumbuhannya
Kota Semarang. Yang kedua adalah Makam Ki Ageng Pandanaran, beliau adalah pendiri Kota Semarang
yang sekaligus bupati pertama Semarang. Yang ketiga adalah Kawasan Tugu Muda, pada kawasan
tersebut merupakan peninggalan Belanda berupa bangunan Lawang Sewu, Wisma Perdamaian, dan
Museum Mandala Bhakti. Sebagaimana kita tahu bahwa bangsa Belanda pernah menjajah bangsa
Indonesia, namun kita tidak bisa menyangkal juga bahwa kedatangan bangsa Belanda juga berkontribusi
dalam perkembangan Indonesia khususnya Kota Semarang.

2. Objek Wisata yang ditawarkan

Kawasan Tugu Muda

Sam Po Kong

Makam Ki Ageng
Pandanaran

3. Fasilitas Pendukung

Adapun fasilitas pendukung dari masing-masing kawasan adalah sebagai berikut :

a. Kawasan Sam Po Kong

Kawasan Sam Poo Kong merupakan kawasan wisata budaya dengan intensitas pengunjung yang cukup
tinggi setiap tahunnya, mengingat Sam Poo Kong merupakan bangunan bersejarah yang menyimpan
awal masuknya etnis Tiong Hoa di Kota Semarang dan merupakan klenteng terbesar di Pulau Jawa.
Bangunan ini memiliki gaya arsitektur dan didominasi oleh warna merah menambah unsru oriental
terhadap kawasan ini sehingga banyak sekali wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi tempat ini.
Ditambah lagi dengan adanya hari besar cina dan pada waktu tertentu lainnya sering diselenggarakan
festival. Hal ini memicu besarnya jumlah pengunjung yang datang sehingga fasilitas-fasilitas utama
maupun pendukung perlu diperhatikan guna menunjan ativitas wisata di Sam Poo Kong. Berikut fasilitas-
fasilitas pendukung yang terdapat di sekitar kawasan Sam Poo Kong.

Sumber: Hasil Analisa Kelompok Studio Perancangan E1

Peta Sarana Prasarana Kawasan Sam Poo Kong

a. Sarana Perdagangan
Di sekitar kawasan Sam Poo Kong tersedia sarana perdagangan yang tersebar, yaitu berupa toko
oleh-oleh khas Semarang dan tempat kuliner yang tersebar di kawasan ini.
b. Sarana Kesehatan
Kawasan Sam Poo Kong ditunjang pula oleh sarana kesehatan berupa apotek guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam kesehatan. Pada kawasan mikro terdapat apotek berjumlah satu
apotek.
c. Sarana Peribadatan
Pada Kawasan Sam Poo Kong terdapat satu masjid dan satu musholla. Meskipun Sam Poo Kong
merupakan tempat peribadatan agama masyarakat Tiong Hoa, namun terdapat sarana
peribadatan agama Islam disekitarnya untuk menghargai dan memenuhi kebutuhan religi bagi
para wisatawan dan masyarakat umum yang beragama.
d. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di kawasan ini berupa sekolah dasar dan TK dnegan jumlah
masing-masing 2 sekolah dasar dan 1 TK. Sarana ini tidak diperuntukan untuk para wisatawan
namun diperuntukan untuk menunjang kebutuhan pendidikan bagi masyrakat umum yang
tinggal di kawasan tersebut.
e. Sanitasi
Wisata Sam Poo Kong itu sendiri dilengkapi dengan sanitasi berupa WC umum yang
diperuntukan untuk para wisatawan.
f. Parkir
Wisata Sam Poo Kong menyediakan lahan parkir yang cukup luas dan dinilai cukup menampung
transportasi pribadi para wisatawan pada waktu umumnya, namun bertolakbelakang pada hari-
hari besar cina, hari libur nasional, dan hari besar lainnya dengan jumlah pengunjung yang naik
secara signifikan sehingga cenderung menggunakan bahu jalan untuk parkir.
g. Fasilitas Penyewaan Kostum
Hal unik yang terdapat pada wisata Sam Poo Kong ini adalah terdapat fasilitas penyewaan
kostum aneka rupa khas Tiongkok. Kostum dapat digunakan untuk sesi foto, tersedia dalam
berbagai ukuran dari mulai dewasa sampai anak-anak.
h. Street Furniture
Pada kawasan Sam Poo Kong disediakan zona untuk para wisatawan beristirahat yang dilengkapi
dengan bangku-bangku taman yang terletak di bawah pepohonan yang rindang. Fasilitas ini
disediakan guna meningkatkan rasa kenyamanan bagi para wisatawan atau pengunjung.

b. Kawasan Makam Ki Ageng Pandanaran


1. Radio Siaran Ichthus (potensi promotion)
2. Parkir (sempit)
3. Tempat wudhu
4. Masjid Ki Ageng Pandanaran
5. Pengelola/sekretariat : Yayasan sosial sunan pandanaran

c. Kawasan Tugu Muda


1. Hotel
2. Gereja
3. Bank
4. Perpustakaan
5. Restoran
6. Karaoke
7. Pasar
8. Masjid
9. Sentra Oleh-oleh Pandanaran
10. Jasa Asuransi
11. Jasa Tour dan Travel
12. Rumah Sakit
Potensi dan Masalah Wilayah Meso 4
 Aspek Ekonomi

Aktivitas ekonomi di sekitar kawasan meso terlihat jelas khsususnya di sekitar kawasan wisata
budaya Sam Poo Kong, Tugu Muda dan Makam Ki Ageng terdapat kawasan perdagangan berupa toko
souvenir atau oleh-oleh khas objek wisata, kuliner, dan toko pekarangan bunga yang dapat mendukung
aktivitas religi seperti di kawasan wisata budaya Makam Ki Ageng. Keberadaan sektor perdagangan di
sekitar kawasan wisata budaya tersebut menunjukan bahwa dengan adanya tempat wisata budaya di
kawasan tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Dengan demikian
potensi lokal yang bermodalkan keterampilan masyarakat lokal dapat semakin berkembang sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat pula. Selain itu, keberadaan sektor
perdagangan tersebut pun dapat memudahkan para pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya
sehingga dapat berfungsi sebagai penunjang aktivitas wisata bagi para pengunjung.

Lokasi ketiga kawasan yang terletak di pusat kota Semarang membuat lokasi ini terkenal
dikalangan masyarakat luas dikarenakan aksesibilitas yang mudah, karena hal tersebut membuat tarif
sewa ruko disekitar pusat kota semarang sangat mahal, sehingga kurangnya minat pedagang untuk
menyewa ruko. Ruko yang lokasinya berdekatan dengan jalan utama tertata berdasar blok plan, saluran
drainase, jaringan listrik, jaringan PDAM, juga taman lingkungan, dan lainnya membuat harga ruko makin
istimewa ditambah adanya fasilitas standar dan penunjang membuat nilai ekonomisnya semakin tinggi.
Pada daerah dengan topografi kasar atau bergelombang menyebabkan pola pemukiman penduduknya
tersebar, karena mereka mencari tempat yang agak datar untuk membangun tempat tinggalnya. Di
daerah ini tidak jarang jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya tidak beraturan. Daerah yang
memiliki bentuk muka bumi yang terjal, berbukit-bukit dan bergunung-gunung, banyak memiliki kendala
dalam pengembangan wilayahnya, khususnya dalam pengembangan sarana dan prasarana
transportasinya.

 Aspek lingkungan

Kawasan wisata budaya Sam Poo Kong, Tugu Muda dan Makam Ki Ageng sudah cukup ditunjang
oleh ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) dimana RTH ini dapat berfungsi sebagai peneduh kepada
para wisatawan atau pengunjung ketika siang hari, pemberi estetika terhadap kawasan dan memberikan
sirkulasi udara yang baik pada sekitar kawasan wisata budaya. Kemudian dilihat dari karakteristik
arsitektur pada kawasan wisata budaya pada wilayah meso ini cukup baik karena dapat menggambarkan
kebudayaan asli seperti Sam Poo Kong dengan corak oriental dan didominasi warna merah yang sangat
menggambarkan kebudayaan Tiong Hoa secara jelas. Kemudian berdasarkan sejarahnya seperti Tugu
Muda dengan sejarah kemerdekaannya yang kental dan memiliki arsitektur bangunan yang unik sehingga
menjadi ikon dari Kota Semarang. Bangunan Lawang Sewu dengan pengaruh budaya Eropa (Belanda)
yang menggambarkan kebudayaan tersebut melalui gaya arsitektur Belanda sehingga para wisatawan
atau pengunung dapat belajar dan mengetahui bangunan corak Eropa.

Banyaknya masyarakat luar Kota Semarang yang datang dan mengadu nasib di Semarang
membuat para pendatang membutuhkan tempat tinggal. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan rumah
atau kost bagi para pendatang semakin meningkat, yang menyebabkan semakin banyaknya lahan yang
kemudian di dirikan rumah dan tempat tinggal. Lahan yang sudah sempit kemudian semakin sempit dan
padat dengan penduduk. Pola pemukiman penduduk dapat dilihat berdasarkan kondisi alam (toografi)
dan aktivitas penduduk. Dengan kondisi topografi yang terjal membuat keberadaan permukiman yang
ada kurang tertata rapi sehingga menimbulkan beberapa masalah seperti kurangnya lahan terbuka
ditambah banyaknya ruko yang berdiri disepanjang jalan tidak dibarengi dengan penambahan luas jalan
mengakibatkan kemacetan disekitar lokasi. Sampah merupakan masalah lingkungan yang perlu
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak mulai dari masyarakat hingga pemerintah, karena sampah di
hasilkan dari konsumsi rumah tangga sering di buang sembarang tempat dikarenakan sarana
pembuangan sampah disetiap wilayah belum semuanya mewadahi. Terdapat industri farmasi terbesar di
Indonesia yang terletak disekitar kawasan Sam Poo Kong. Industri ini merupakan penghasil sediaan obat
dan alat kesehatan. Limbah yang yang dihasilkan bersifat toksik maupun non toksik dan berpotensi
mencemari lingkungan apabila limbahnya tidak dikelola dengan baik. Limbah padat terutama yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun memerlukan pengelolaan secara sistematis agar dapat
menghasilkan hasil yang optimal bagi semua pihak yang terkait, namun sekarang perkembangan industri
tidak sejalan dengan penanganan limbahnya.

 Aspek Sosial Budaya

Masyarakat pada kawasan Sam Poo Kong, Tugu Muda dan Makam Ki Ageng memiliki sejarah,
karakteristik budaya dan etnis yang berbeda, seperti Sam Poo Kong yang sangat kental akan budaya
Tiong Hoa namun memiliki percampuran dengan budaya islam (arab), kawasan Tugu Muda sebagai ikon
Kota Semarang dimana kawasan sekitarnya sangat berkaitan erat dengan budaya Eropa (Belanda) dan
Makam Ki Ageng yang memiliki budaya islam. Keberagaman kebudayaan ini melahirkan suatu kawasan
yang unik sehingga dapat meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata
budaya tersebut. Selain itu tradisi dalam masing-masing budaya ini masih dipertahankan dan masih
dilakukan secara rutin oleh masyarakat lokal, dimana dalam hal ini kesadaran masyarakat dalam
melestarikan budayanya cukup tinggi seperti di Sam Poo Kong dengan tradisi barongsai dan festival cina
lainnya dan Makam Ki Ageng dengan tradisi nyekar setiap hari besar Islam. Kota Semarang belum
mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki seperti adanya pesisir, dataran tinggi dan bukit, bangunan-
bangunan bersejarah , ketersediaan infrastruktur, berada di posisi strategis di jalur persimpangan kota-
kota besar. Berdasarkan hal tersebut banyak sekali keberadaan aktivitas masyarakat yang ada belum bisa
mendukung potensi yang ada, dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat. Seiring
bertambahnya jumlah wisatawan yang mengunjungi kota Semarang membuat tempat-tempat/
bangunan bersejarah yang diperuntukkan sebagai pariwisata menjadi kurang nyaman.

 Aspek Infrastruktur
Lokasi kawasan cagar budaya meso 4 yang terdiri dari sam poo kong, kawasan tugu muda, dan
Makam Ki Ageng Pandanaran memiliki aksebilitas yang baik. Jaringan jalan menuju kawasan cagar
budaya meso 4 yaitu jalan kolektor dengan kapasitas jalan yang memadai dan memiliki kelengkapan
jalan. Selain itu tersedianya fasilitas umum pada kawasan cagar budaya 4 seperti kantor pemerintahan,
jalur perdagangan dan jasa, sarana kesehatan, dan sarana peribadatan. Pada kawasan cagar budaya
meso 4 dapat diakses oleh sarana transportasi umum dan private, akan tetapi untuk halte pemberhenti
sarana transportsi kurang terintegrasi dengan kawasan cagar budaya. Hal ini dikarenakan penempatan
halte terbilang cukup jauh dari lokasi cagar budaya. Sistem penerangan yang terdapat di kawasan cagar
budaya meso 4 cukup memadai dan mampu menerangi kawasan. Infrastruktur yang tersedia di kawasan
meso 4 telah memadai hal ini juga didukung dengan letak kawasan meso 4 yang berada di pusat kota
semarang sehingga infrastruktur yang tersedia dapat menjangkau kawasan cagar budaya meso 4.
Pada kawasan meso yang meliputi ketiga kawasan wisata budaya ini, mempunyai aksesibilitas
yang baik karena berada dekat dengan jalan utama dan pusat-pusat kegiatan. Namun, untuk pelayanan
transportasi umum masih terbatas dan belum terdapatnya penanda atau sinage mengenai keberadaan
dari wisata budaya tersebut, khususnya pada situs pemakaman Ki Ageng Pandanaran. Infrastruktur
paling krusial yang menjadi permasalahan adalah infrastruktur penunjang seperti drainase, lahan parkir
dan persampahan pada ketiga wisata tersebut yang dirasakan masih kurang maksimal. Drainase pada
Sam Poo Kong masih terkenal kumuh, begitu juga pada kawasan Tugu Muda sebagai kawasan perkotaan,
namun masih mempunyai keadaan yang lebih baik dibanding pada Sam Poo Kong. Kebutuhan fasilitas
penunjang perdagangan pada ketiga tem[pat wisata budaya masih dirasakan sangat minim dan belum
terkoordinir dengan baik.
 Aspek Tata Kelola
Tata kelola berkaitan dengan infrastruktur yang ada, berdasarkan permasalahan pada
infrastruktur yang telah dibahas, tata kelola yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai sistem
perparkiran pada tempat-tempat wisata. Pembagia tempat untuk dignakan sebagai tempat parkir, situs
wisata, maupun perdagangan khusus PKL belum kompak untuk mendukung kenyamanan wisatawan di
tempat wisata. Branding tempat wisata pun masih dirasakan kurang, khususnya untuk kurangnya
dukungan dari pemerintah untuk mensupport penjagaan warisan budaya dari tiga tempat wisata budaya
tersebut. khusus pada situ makam Ki Ageng Pandanaran terdapat maslaah sulitnya pengembangan Unit
Pelaksana Teknis Daerah atau UPTD karena keterbatasan dalam investasi pengelolaan cagar budaya
tersebut. kurangnya investasi pada tempat wisata mempunyai hubungan dengan masih kurangnya
branding tempat wisata pada kawasan yang secara massif disosialisasikan, serta kurangnya control dari
pemerintah terhadap badan kelembagaan taman makam secara operasional.
Pengelolaan kawasan cagar budaya di kawasan meso 4 dikelolah oleh berbagai macam pihak.
Pada kawasan wisata sam poo kong pengelolaan dilakukan oleh pihak swasta, dalam hal ini terdapat
pemisah anatar zona publik dan privat atau penziarah klenteng. Sedangkan pada kawasan tugu muda
pengelolaan dilakukan dengan intervensi pemerintah hal ini ditunjukkan melalui upaya pemerintah
untuk mempertahankan benda bersejarah monument tugu muda melalui tim ahli cagar budaya nasional
kota semarang. Selain itu pada kawasan tugu muda terdapat lawang sewu dimana pengelolaannya
mampu memisahkan tuang private dan publik untuk menjaga kelestarian benda-benda peninggalan
sejarah. Pengelolaan kawasan makam Ki ageng dilakukan oleh oleh Yayasan Sosial Sunan Pandanaran.
Secara keseluruhan pada kawasan meso 4 telah terdapat pengelolaan kawasan cagar budaya yang
dilakukan oleh pihak pengelolah baik pemerintah, swasta, maupun yayasan sosial. Hal ini berdampak
positif bagi bangunan cagar budaya karena adanya regulasi dan tanggung jawab yang dibentuk
pengelolah untuk melindungi peninggalan sejarah tersebut,
 Aspek Kebijakan
Kebijakkan pemerintah kota semarang dalam hal kawasan cagar budaya telah di atur dalam
Rencana Tata Ruang Kota Semarang tahun 2011-2031. Namun untuk kawasan makam ki ageng
pandanaran tidak tercantum dalam RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031, yang artinya kebijakkan
hanya dilakukan oleh yayasan sosial Sunan Pandanaran. Pada kawasan sam po kong dan tugu muda
intervensi pemerintah dialakukan dalam bentuk mencantumkan bangunan bersejarah tersebut kedalam
cagar budaya kota semarang dalam RTRW kota semarang pasal 69 ayat 1. Selain itu pemerintah juga
berupaya dalam merencanakan pelestarian kawasan cagar budaya melalui meningkatkan nilai kawasan
bersejarah dan mengembangkan potensi sosial budaya mayarakat yang sadar akan nilai sejarah. Selain
itu pemerintah juga membuat zonasi dengan beberapa ketentuan tercantum dalam pasal 118 ayat 5
RTRW Kota Semarang yang bertujuan untuk menjaga kelestarian bangunan cagar budaya. Ketentuan-
ketentuan tersebut diantaranya dalah tidak melakukan kegiatan yang mengganggu kekayaan budaya dan
dapat mendirikan bangunan yang menunjang fungsi kawasan cagar budaya tersebut. Kebijkan yang
berkaitan dengan ketiga tempat wisata pada wilayah meso adalah kurangnya implementasi kebijakan
yang menjaga zonasi-zonasi pada tempat wisata untuk terdapat zona inti, zona penyangga dan zona
pendukung, sehingga fungsi masing-masing kawasan dapat lebih jelas. Masalah lain mengenai kebijakan
yang disoroti adalah mengenai belum adanya tindakan tegas bagi para oknum yang merusak benda
bersejarah yang mempunyai nilai.

Konsep Kawasan Meso 4

“ Integrated Corridor of Historical Park”

Kota Semarang memiliki kawasan peninggalan sejarah masa lampau untuk di kenang pada masa
sekarang. Kawasan tersebut yaitu Kawasan Sam Poo Kong, Makam Ki Ageng Pandanaran dan Tugu Muda.
Ketiga kawasan tersebut terpisah akan tetapi dapat berpotensi dalam perancangan dan pembangunan
kawasan atau koridor yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk saling men support dan mendukung
kemajuan pariwisata Kota Semarang berbasis pada sejarah. Ketiga kawasan tersebut dalam perancangan
dan pembangunan kawasan dalam arti bahwa terdapat pengelolaan yang berkelanjutan yaitu dengan
penataan koridor paket wisata.

Paket wisata ini dimulai dari kawasan Tugu Muda untuk mengenang sejarah perjuangan 5 hari di
Semarang. Pada alur atau koridor yang sama menuju ke Makam Ki Ageng untuk melaksanakan ibadah
bagi kaum muslim dan mengenang sosok pejuang Kota Semarang. Pada destinasi akhir yaitu di Sam Poo
Kong untuk mengenal khas bangunan Chinnesse dan beribadan bagi kaum non muslim

Indikator :

1. Akses dan sirkulasi


Akses ini menjadi poin penting dalam menjunjung konsep integrasi kawasan sejarah. Akses juga
didukung dengan alur yang memadai dan sesuai dengan jalur angkutan umum agar
mempermudah kegiatan pariwisata.
2. Dukungan Fasilitas dan Pelayanan
Fasilitas pendukung yang memadahi ketiga kawasan heritage penting untuk disediakan. Kawasan
tersebut untuk mendukung kehidupan kawasan sejarah seperti komersial, parkir, dan sebagainya
3. Peningkatan Kualitas Lingkungan
Lingkungan penting di perhatikan untuk mendukung visualisasi koridor sejarah. Dalam pariwisata
menjadikan zona kawasan inti harus terjaga dari kekumuhan sekitar. Oleh karena itu perlu
dilakukan konsep dalam menata lingkungan baik lingkungan koridor maupun lingkungan zona
inti.

Anda mungkin juga menyukai