Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUHAMMAD FAUZAN

NIM : A011211085
TUGAS 1 EKONOMI TRANSPORTASI
RINGKASAN MATERI KE 5
1. Biaya transportasi sebagai faktor lokasional yang sangat penting
 Sektor transportasi dikenal sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan
penumpang telah berkembang sangat dinamis serta berperan didalam menunjang
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan
keamanan.Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara
langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis.
Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya dalam menunjang
serta mendorong peningkatan ekonomi nasional, regional dan lokal, stabilitas politik,
termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui berbagai
indikator transportasi antara lain: kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas
keterjangkauan, beban publik dan utilisasi.
 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi industri/ pabrik adalah
tersedianya jasa pengangkutan. Transportasi merupakan faktor yang penting
diperhatikan, karena aktifitas pengangkutan meliputi mengangkut memindahkan sampai
ketempat tujuan yang membutuhkan biaya pula. Biaya Transportasi adalah biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan proses transportasi. Biaya tersebut berupa biaya
penyediaan prasarana, biaya penyediaan sarana, biaya operasional transpor.
 Titik lokasi biaya transportasi minimum tidak dapat memberikan jawaban umum
terhadap persoalan lokasi terbaik. Lokasi keuntungan maksimum untuk suatu pabrik
adalah jika biaya transportasi dapat diminimalisasikan. Jika asumsi-asumsi tersebut
diabaikan, transportasi mungkin masih merupakan suatu pengaruh lokasional yang
penting, khususnya bila rasio (perbandingan) muatan terhadap total biaya adalah tinggi.
 Produsen dalam kondisi semacam ini akan tertarik ke lokasi mendekati pasar, padahal
pada tahap awal produksi (pengolahan) akan tertarik pada suplai bahan baku. Jika pasar
konsumen dan sumber bahan baku terpisah secara spasial, maka hasilnya akan
merupakan dispersi (pencaran) lokasi vertikal. Makin besar biaya transfer (pemindahan)
makin besar tingkat dispersi lokasional, khususnya dalam suatu industri yang membuat
produk yang homogen dan dalam kondisi persaingan.
 Permintaan dapat pula mempengaruhi kecenderungan (jika yang lain dianggap konstan)
untuk membuat dispersi, karena biaya transportasi yang tinggi itu merupakan suatu
bentuk tarif protektif bagi industriindustri lokal. Biaya transportasi yang tinggi dapat
membuat kedudukan monopoli untuk membangun pabrik-pabrik yang memerlukan
bahan baku dan masukan intermediate (antara) akan tertarik menempatkan pabrik lebih
dekat pada sumber bahan baku sehingga dapat menjual ke pasar yang berdekatan.
2. Faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
 Usaha jasa merupakan usaha yang berfokus pada pendapatan, oleh karenanya lokasi
usaha jasa sebisa mungkin mendekat kepada konsumennya. Pemilik usaha harus
mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan lokasi. Karena lokasi usaha akan
berdampak pada kesuksesan usaha itu sendiri. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi usaha, diantara adalah kedekatan dengan infrastruktur,
lingkungan bisnis, dan biaya lokasi.
 Infrastruktur yang lengkap dan memadai dapat menunjang keberlangsungan kegiatan
bisnis. Ketersediaan listrik dan air merupakan hal pokok dalam menjalankan kegiatan
suatu usaha, sebagai contoh apabila listrik di area peleburan padam, maka otomatis
kegiatan bisnis usaha fotocopy akan terhenti. Lingkungan bisnis yang kondusif dapat
memperlancar kegiatan bisnis. Usaha jasa yang berfokus pada pendapatan sebisa
mungkin memilih lokasi usaha yang dekat dengan konsumen.Dengan mendekat pada
konsumennya, usaha jasa dapat memiliki competitive positioning dan memberikan
pelayanan yang cepat kepada konsumennya. Biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh lokasi usaha yang strategis juga harus menjadi pertimbangan pemilik
dalam memilih lokasi usahanya, karena akan berpengaruh terhadap investasi awal
usaha. Apabila investasi awal usaha terlalu besar dan tidak diperhitungkan secara
cermat maka dapat menghambat pencapaian sukses usaha. Teori Lokasi dan analisa
spasial dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor utama yang menentukan
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi, baik pertanian, industri dan jasa.
 Faktor ekonomi utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi, yaitu:
1. Ongkos Angkut
2. Perbedaan Upah Antar Wilayah
3. Keuntungan Aglomerasi
4. Konsentrasi Permintaan
5. Kompetisi Antar Wilayah
6. Harga dan Sewa Tanah
3. Teori teori lokasi
 Berbagai Teori Lokasi, antara lain:
1. Teori Lokasi Optimum (Alfred Weber)
Alfred Weber (1907-1933), memiliki teori yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya
diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Menurut teori Weber pemilihan
lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap
industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan
keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang
minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.
2. Teori Hoover
Banyak para ahli yang tidak semuanya dapat menerima pendapat Weber, dengan segala
argumentasi mencoba mengkritik bahkan mengemukakan pendapat untuk menyempurnakan
pendapat Weber tentang lokasi industri. Seperti halnya Teori Hoover (1948), muncul sebagai
kritik terhdap teori yang dikemukakan oleh Weber tentang lokasi industri, khususnya yang
menyangkut biaya transport yang terendah di dalam segitiga lokasional. Hoover
mengemukakakn lokasi pabrik atau perusahaan dapat saja di titik pasar ataupun pada titik
sumber bahan mentah, jadi tidak hanya lokasi antaranya seperti pendapat Weber. Yang
mendasari pendapat Hoover juga biaya transpor, dengan memperhitungkan assembly cost
ditambah distribution cost .
3. Teori Masukan Transpor (Walter Isard)
Karya Walter Isard dalam teori lokasi terutama mengenaik pembahasan aspek-aspek orientasi
transportasi. Isard memformulasikan pemikirannya dalam suatu model lokasi optimum. Seperti
Weber, Isard menyadari bahwa biaya-biaya transportasi suatu barang (bahan mentah) dengan
masukan-masukan transpor barang lainnya (produk akhir). Rasio antara berat bahan mentah
dan berat produk akhir mungkin sama dengan 1, lebih besar dari 1, atau lebih kecil dari 1 dan
untuk mengetahui kedudukan keseimbanagn spasial diperlukan suatu perangkat garis-garis
rasio harga, yang mencerminkan harga-harga relatif dari dua perangkat masukan-masukan
transpor.
RINGKASAN MATERI KE 6
1. Struktur tarif angkutan
Pengusahaan angkutan menghasilkan produk yang berupa jasa, dimana jumlah jasa yang
dihasilkannya dihitung menurut ton-km atau ton-mil dan penumpang-km atau penumpang-mil.
Dalam hubungan ini, tarif angkutan merupakan harga atas jasa-jasa yang dihasilkannya yaitu
harga (uang) yang harus dibayarkan oleh para pemakai jasa angkutan.
Ditinjau dalam hubungan dengan tarif angkutan dan sifat pelayanan jasanya, maka perusahaan
atau usaha angkutan dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu common carrier
dan contract carrier.
a. Common carrier adalah perusahaan atau usaha angkutan umum yang menentukan tarif
angkutannya dengan suatu daftar tarif tertentu, beroperasi atau melayani pemakainya
pada waktu-waktu tertentu dan pada trayek yang telah ditetapkan (merupakan usaha
Angkutan Umum).
b. Contract carrier adalah perusahaan atau usaha angkutan yang memberikan pelayanan
jasanya bila diperlukan, sewanya atau tarifnya ditentukan oleh kekuatan supply dan
demand secara langsung serta beroperasi pada trayek-trayek yang diperlukan oleh para
pemakai dan yang bersedia dilayani oleh perusahaan angkutan yang bersangkutan.
Dasar yang digunakan untuk menentukan tarif angkutan, yaitu berdasarkan pada value of
service pricing (yang cenderung menentukan tarif yang tertinggi) dan mengikuti dasar cost of
service pricing (yang cenderung menentukan tarif pada tingkat yang terendah). Selain
daripada itu terdapat penentuan tarif charging what the traffic will (di mana tarif yang
ditentukan akan berada di antara kedua titik yang terendah dan tertinggi tersebut).

 Tarif berdasar value of service pricing ditentukan dari segi permintaan; tinggi
rendahnya tarif angkutan yang akan ditentukan tergantung pada sifat-sifat permintaan
akan jasa angkutan yang dihasilkan.
 Cost of service pricing diartikan sebagai suatu sistem penentuan tarif angkutan yang
didasarkan terutama pada biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan jasa
angkutan. Penentuan tarif berdasarkan biaya-biaya itu dapat diartikan pula sebagai tarif
minimum yang akan dikenakan kepada para pemakai jasa angkutan untuk suatu unit
jasa angkutan yang dihasilkan.
 Menentukan tarif berdasar pada basis charging what the traffic will bear yaitu
menentukan tarif untuk tiap barang yang diangkut pada tingkat sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan sumbangan yang terbesar untuk menutupi fixed cost dan
over head yang terjadi.
2. Perbedaan tarif angkutan
Kebijaksanaan mengenakan tarif angkutan yang berbeda-beda untuk jenis muatan yang sama
(penumpang dan barang) dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko.
Beberapa kemungkinan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Angkutan Penumpang
1. Pendapatan pribadi atau kemakmuran. Perbedaan sumberdaya keuangan penduduk dapat
mempengaruhi pengeluaran untuk perjalanan. Yang termasuk kelompok pendapatan rendah
lebih tertarik menggunakan kendaraan umum yang tarifnya lebih rendah.
2. Maksud perjalanan. Penduduk yang melakukan perjalanan untuk kesenangan (pleasure)
biasanya bersedia membiaya tarif yang lebih mahal daripada perjalanan untuk
keperluankeperluan lain.
3. Umur. Penduduk kelompok umur dewasa dibebani tarif yang lebih mahal dari pada kelompok
anak-anak yang dianggap masih menjadi tanggungan orang tuanya.
4. Satu arah atau perjalan keliling. Tarif untuk perjalanan keliling biasanya lebih murah
dibandingkan perjalanan satu arah atau pergi dan pulang.
5. Perjalanan rombongan atau individual. Umumnya perjalanan yang dilakukan secara
rombongan besar diberikan potongan (discount) sehingga tarifnya lebih murah dari pada
perjalanan yang dilakukan secara individual.
6. Urgensi perjalanan. Perjalanan yang sifatnya khusus atau mendadak tarifnya lebih tinggi
dibandingkan perjalanan lainnya.
b. Angkutan Barang
1. Nilai instrinsik. Biaya pengangkutan satu ton emas mungkin sama saja dengan
mengangkut satu ton batu, tetapi proporsi terhadap harganya berbeda jauh, karena itu
tarif angkutan barang yang bernilai instrinsik relatif tinggi ditetapkan lebih mahal.
2. Nilai perdagangan. Barang-barang yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,
mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk membayar tarif angkutan.
3. Urgensi pengangkutan. Barang-barang yang lekas rusak (busuk) bersedia membayar tarif
angkutan yang lebih tinggi.
4. Pertimbangan sosial. Tarif yang rendah diberikan untuk angkutan barang ke daerah-
daerah yang terkena musibah (misalnya bencana alam, kelaparan, dan epidemi) atau
daerahdaerah terpencil lainnya.
3. Bentuk bentuk tarif angkutan
1. Class Rate dan Commodity Rate
Class rates yaitu ditetapkan dalam sejumlah kelas terbatas; karena class rate bersifat terlalu
umum, dianggap kurang memenuhi syarat untuk keadaan khusus, maka dibentuk commodity
rate yang umumnya lebih rendah dari pada class rate. Commodity rate diperuntukkan barang-
barang yang nilainya rendah seperti batu, tanah tambang, kayu dan butiran, yang dikirim dalam
jumlah besar dan jarak jauh.
2. Local dan Interline Atau Join Rates
Local rate adalah tarif yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan pengangkutan; sedaangkan
join rate adalah tarif antara stasiunstasiun pada jalur perjalanan yang ditetapkan oleh beberapa
perusahaan pengangkutan. Seringkali istilah join rate disamakan dengan istilah through rate
atau combination rate, yaitu tarif angkutan dari titik asal sampai ke titik tujuan akhir pada
trayek yang dilayani oleh perusahaan pengangkutan.
3. Carload dan Less Than Carload Rates
Carload dan less-than-farload rate dibedakan berdasar pada pertimbangan biaya. Pengiriman
dalam jumlah kecil, maka biaya per unit lalu lintasnya lebih tinggi (less-than-farload rate), dan
sebaliknya pengiriman dalam jumlah besar, biaya per unit lebih rendah (carload rate). Tarif
angkutan yang mengabaikan jenis komoditas disebut all freigh atau all commodity rates; tarif ini
umumnya adalah carload rates
4. Flat dan Proportional Rate
Flat rate adalah tarif reguler untuk jasa angkutan antara dua titik lainnya lalu lintas yang
bermula pada satu titik dan berakhir pada titik lainnya (I-D = Rp 250). Proportional rate yaitu
tarif antara titik-titik tersebut hanya jika jasa angkutan antara kedua titik tersebut merupakan
bagian dari through movement (I-D = Rp 150).
5. Line Haul dan Accesorial Rate.
Pelayanan line haul meliputi kegiatan transportasi secara actual sepanjang jalan yang dilaluinya,
sedangkan accessorial service meliputi pula pemindahan muatan, transit, pemberhentian,
penyimpanan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai