Di susun Oleh :
18031104040
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Segala Puji dan Syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta Alam
karena berkat izin dan kuasanya sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan sebagaimana mestinya. Makalah ini membahas tentang Perencanaan
Wilayah Agribisnis berdasarkan Teori lokasi menurut Weber.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas kuliah. Tak
hanya itu, pembuatan ini juga dibuat untuk menambah pengetahuan tentang teori lokasi
menurut Weber
Pembuatan makalah ini terbilang belum sempurna baik dari segi penulisan dan
isi makalah. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan pembuatan makalah ini kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………4
A. Latar Belakang……………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………4
C. Tujuan dan Manfaat………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….6
A. Definisi Teori Weber………………………………………………………..6
B. Faktor Penentu Lokasi Industri………….....……………………………….7
C. Model Teori Lokasi Industri………………………………………………..9
D. Faktor – factor yang mempengaruhi lokasi………………………………..10
E. Pengelompokkan jenis Industri …………………..……………………….11
Daftar Pustaka…………………………………….…………………………………..13
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian tidak lepas dari pengembangan kawasan pedesaan
yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan,
potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi local pedesaan menjadi factor utama
pengembangan pertanian. Saat ini di dasari bahwa pembangunan pertanian tidak
saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan
dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada dipedesaan atau disebut
daerah kota. Struktur perekonomian wilayah merupakan factor dasar yang
membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat
erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik
lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan.
Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan
wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu.
Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional
karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari
rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan
tertentu. Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara
untuk mencapai tujuan dengan sebaik baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi
sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
1. ApaDefinisi teori weber
2. Apa saja factor penentu industry
3. Bagaimana model teori lokasi industri
4. Factor – factor apa yang mempengaruhi lokasi
5. Bagaimana Pengelompokkan jenis industry
4
Tujuan pembuatan makalah adalah untuk memenuhi tugas kuliah. Adapun
manfaat yang bisa di dapat yaitu menambah pengetahuan tentang perencanaan
wilayah dan mengetahui teori lokasi weber secara lebih lengkap.
5
BAB II PEMBAHASAN
6
dengan istilah segitiga lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada
asumsi :
a) Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan
dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
b) Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
c) Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik
tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
d) Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga
yang mobilitasnya tinggi.
7
industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang
berpendidikan. Tetapi, ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-
tenaga kerja yang berpendidikan dan terampil. Dengan demikian,
penempatan lokasi industri berdasarkan tenaga kerja sangat tergantung pada
jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.
4. Sumber energy
Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan
mesin- mesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak
bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak
membutuhkan energi, umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi
sumber energi tersebut.
5. Transportasi
Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi
dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan
menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan.
6. Pasar
Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan
lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual
produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat mungkin
menjangkau konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.
7. Teknologi yang digunakan
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya
suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk
pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang:
memiliki tingkat pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah,
hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
8. Perangkat Hukum
Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan
sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan
industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional
(UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan
8
keamanan dan hokum penggunaan bahan baku, proses produksi, dan
pemasaran.
9. Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di
sekitarnya yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri
yang kurang mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke
pemukiman, struktur batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok,
terbatasnya sumber air, dan lain-lain, hal ini dapat menghambat
keberlangsungan kegiatan industri.
9
optimum lebih dekat ke sumber input atau pasar, digunakan index bahan, yaitu
perbandingan berat input bahan lokal dengan berat produk akhir.
10
Lebih tinggi koefisien tenaga kerja, semakin besar kecenderungan
untuk pabrik berlokasi dekat pusat pasokan tenaga kerja murah.
Biaya Tenaga Kerja: proporsi biaya tenaga kerja dengan berat produk
jadi.
Locational Berat: Berat yang diangkut selama proses produksi
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Weber memiliki teori yang berkaitan dengan least cost location. Teori
tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang
menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan ditempat yang memiliki
biaya yang memiliki sewa lahan paling minimal. Tempat yang memiliki total
biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung identik dengan
tingkat keuntungan yang maksimal.
Factor penentu lokasi industry diantaranya yaitu bahan mentah, modal,
tenaga kerja, sumber energy, transportasi, pasar, teknologi yang digunakan,
perangkat hukum, dan kondisi lingkungan. Model teori penentuan lokasi industri
yang dikemukakan oleh alfred webber yaitu konsep isotim (kurva garis biaya
transportasi) dan isodapane (kurva garis kenaikan biaya transportasi).
Factor yang mempengaruhi lokasi ada dua yaitu Faktor utama atau
regional dan Faktor Sekunder atau Agglomerative dan Deglomerative.
Pengelompokkan jenis industry dibedakan atas dua yaitu Weight Losing
Industry dan Weight Gaining Industry
B. Saran
Dari penjelasan materi diatas maka penulis mempunyai beberapa saran yaitu :
1. Dalam pengolahan bahan baku harus memperhatikan factor factor
didalamnya
2. Pemilihan lokasi harus dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasar
12
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Kuliah Geografi (2013, 16 Agustus). Teori Lokasi Industri (Weber), diakses
pada 3 september 2020, dari http://jembatan4.blogspot.com/2013/08/teori-
lokasi-industri-weber.html
Wulandari, Riska Restituta. 2014. Dokumen perencanaan kawasan agribisnis wilayah
kabupaten muaro jambi. Universitas jambi ; fakultas pertanian
Prasetyo, Haryo dkk. 2016. Dasar dan Perkembangan teori lokasi klasik melalui
pendekatan analisis lokasi berdasarkan teori weber (Industrial Location Theory).
Institut Teknologi Sepuluh November
Academia.edu (2016, 2 Februari). Teori Lokasi Industri Weber, di akses pada 3
september 2020, dari
https://www.academia.edu/31826406/Teori_Lokasi_Industri_Weber
13