Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dimana potensi dan
kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mendapat
manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Aglomerasi cenderung terjadi
di wilayah perkotaan, hal ini terjadi karena kota umumnya menawarkan berbagai
kelebihan dalam bentuk produktifitas dan pendapatan yang lebih tinggi, menarik investasi
baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi
dibanding perdesaan (Malecki, 1991).
Perusahaan yang mengelompok di dalam satu kluster tertentu akan memiliki
keuntungan-keuntungan baik itu penghematan secara eksternal (external economies)
maupun penghematan internal (internal economies). Penghematan internal dapat terjadi
berkaitan dengan adanya penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh suatu unit
perusahaan. Sedangkan, penghematan eksternal dapat tercipta apabila di antara para
pelaku usaha mampu melahirkan efisiensi secara kolektif (collective efficiency) dengan
menciptakan keunggulan kompetitif yang disebabkan karena adanya aksi bersama
(Marijan, 2005).
Namun, di Indonesia sendiri terdapat isu-isu terkait dengan aglomerasi. Dimana
pada lokasi aglomerasi industri di wilayah Indonesia ditemukan adanya disparitas
konsentrasi lokasi industri itu sendiri. Menurut Kuncoro (2002), bahwa pusat konsentrasi
industri manufaktur Indonesia berlokasi di pulau jawa dengan konsentrasi yang
membentuk pola dua kutub (bipolar pattern), yaitu di ujung barat pulau Jawa yang
meliputi Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) dan Bandung. Sedangkan di
ujung timur pulau Jawa berpusat di kawasan Surabaya. Hal ini merupakan pertanda
pentingnya Industri yang terlokalisir bagi terkonsentrasinya industri di daerah perkotaan
besar (large urban areas).
b. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori aglomerasi industri?
2. Apa saja faktor penyebab gejala aglomerasi industri?
3. Apa saja keuntungan dan dampak dari adanya aglomerasi?
c. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang aglomerasi dan lokasi industry
2. Agar mahasiswa memahami tentang aglomerasi dan lokasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Teori Lokasi Industri


Seorang ahli ekonomi, geografis dan sosiologis Jerman yang bernama Aflred
Weber mengemukakan sebuah Teori tentang penentuan Lokasi Industri pada tahun 1909
dalam bahasa Jerman, 20 tahun kemudian pada tahun 1929 diterjermahkan ke dalam
bahasa Inggris dan menjadi titik awalnya pemikiran industri modern mengenai studi dan
analisis penentuan lokasi industri. Teori Lokasi Industri pada dasarnya merupakan suatu
ilmu yang mempelajari tentang lokasi secara geografis serta pengaruhnya terhadap
berbagai macam usaha dan kegiatan,teorilokasiinimemperhitungkan beberapa faktor
spasial (mengenai ruang/tempat) untuk menemukan lokasi yang optimal dan biaya yang
minimal untuk pembanguan pabrik. Menurut Alfred Weber, faktor penentu lokasi
Industri dapat digolongkan menjadi dua faktor utama yaitu Faktor Regional dan faktor
Aglomerasi:
A. Faktor Regional:
Setelah melakukan penelitian tentang struktur biaya di berbagai industri,
Weber mengambil kesimpulan bahwa biaya produksi bervariasi pada satu tempat
dengan tempa tlainnya. Oleh karena itu, Industri pada umumnya terlokalisir di
tempat ataupun daerah yang biaya produksinya paling rendah (minimum).
Menurut Weber, terdapat dua factor umum regional yang mempengaruhi biaya
produksi. Kedua factor umum regional tersebut diantaranya adalah :
a) BiayaTransportasi: Biaya Transportasi memegang peranan yang sangat
penting dalam menentukan lokasi industri. Berat barang yang diangkut dan
jarak dari pabrik kepelabuhan atau jarak antara pabrik dan pusat distribusi
mempengaruhi biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Umumnya, lokasi
yang dipilih adalah lokasi dimana bahan baku dan bahan bakar
mudahdiperoleh.
b) BiayaTenagaKerja: Biaya Tenaga Kerja atau labour cost juga merupakan
faktor terpenting dalam penentuan lokasi pabrik. Jika lokasi pabrik
menguntungkan, namun biaya tenaga kerja kurang baik (mahal), lokasi
tersebut juga kurang cocok untuk suatu lokasi industri. Mungkin pada industri
tertentu akan lebih cenderung kelokasi dimana biaya tenagakerja lebih rendah.
Namun pada dasarnya, kondisi ideal untuk suatu lokasi industry adalah lokasi
yang memiliki biaya tenaga kerja yang rendah dan biaya transportasi yang
rendah juga.
B. Faktor Aglomerasi dan Deglomerasi:

2
Aglomerasi adalah terdapatnya faktor-faktor yang membuat terjadinya
pemusatan industri pada lokasi tertentu. Faktor-faktor tersebut diantaranya seperti
adanya sekolah-sekolah yang dapat melatih tenaga kerjanya, adanya perusahaan
perbankan, perusahaan asuransi, rumah sakit dan Fasilitas pendukung lainnya.
Deglomerasi adalah faktor-faktor yang menyebabkan pabrik/industri
meninggalkan lokasi tertentu. Faktor-faktor tersebut diantaranya seperti naiknya
pajak daerah, berkurangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya tanah untuk
industri serta faktor-faktor yang menyebabkan tingginya biaya operasional
lainnya.

1.2 Aglomerasi
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan
tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan) industri
keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas,
modal, SDM, manajemen dan lain-lain. Pada Negara-negara yang sedang mengalami
aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu
keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi
produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan
besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan
berikut ini :

1. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.


2. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.

Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:


 Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya
dengan perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi,
 Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan
yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.
Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu:
 Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang
besar,
 Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri
yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama,
 Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri
yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama.

3
Jika terdapat istilah aglomerasi, yaitu pengelompokan, ada pula istilah deglomerasi,
yaitu suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari
kelompok lokasi perusahaan lain. Pemicu lahirnya perusahaan-perusahaan yang
melakukan deglomerasi adalah:

 Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industry


 Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai
untuk perumahan dan kantor pemerintah.
 Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.
 Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan
upah buruh masih rendah.

1.3 Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri


Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka sangat
dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu
wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya, industri
garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu tempat yang
berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri berat yang memerlukan bahan
mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati
sumber bahan mentah.Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat
terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya
bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif
murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri, antara lain:
1. terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu
lokasi;
2. kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi
tertentu;
3. adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata
ruang dan fungsi wilayah;
4. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri
lainnya yang lengkap;
5. adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu
produk.

1.4 Keuntungan Aglomerasi Industri di Indonesia


Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat dikategorikan
menguntungkan, diantaranya adalah:

4
 mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan
kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya;
 mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar
pinggiran kota;
 memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak
mengikuti ketentuan yang telah disepakati;
 tidak mengganggu rencana tata ruang;
 dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.

Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri atau sering disebut
industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri
pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, misalnya: lahan dan lokasi
yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, air,
telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh
perusahaan pengelola kawasan industri.

 Keuntungan Internal Perusahaan


Keuntungan ini muncul karena adanya faktor-faktor produksi yang tidak
dapat dibagi yang hanya diperoleh dalam jumlah tertentu. Kalau dipakai dalam
jumlah yang lebih banyak, biaya produksi per unit akan jauh lebih rendah
dibandingkan jika dipakai dalam jumlah yang lebih sedikit.

 Keuntungan Lokalisasi (Localization Economies)


Keuntungan ini berhubungan dengan sumber bahan baku atau fasilitas
sumber. Artinya dengan menumpuknya industri, maka setiap industri merupakan
sumber atau pasar bagi industri yang lain.

 Keuntungan Ekstern (keuntungan urbanisasi)


Aglomerasi beberapa industri dalam suatu daerah akan mengakibatkan
banyak tenaga kerja yang tersedia tanpa membutuhkan latihan khusus untuk suatu
pekerjaan tertentu dan semakin mudah memperoleh tenaga-tenaga yang berbakat.
Selain itu aglomerasi akan mendorong didirikannya perusahaan jasa pelayanan
masyarakat yang sangat diperlukan oleh industri, misal : listrik, airminum, maka
biaya dapat ditekan lebih rendah.
Disamping keuntungan skala ekonomis tersebut, aglomerasi mempunyai
keuntungan lain yaitu menurunnya biaya tarnsportasi. pemusatan industri
padasuatu daerah akan mendorong didirikannya perusahaan jasa angkutan
dengansegala fasilitasnya. Dengan adanya fasilitas tersebut, industri-industri tidak
perlu menyediakan atau mengusahakan jasa angkutan sendiri.

5
1.5 Dampak Aglomerasi
Sebuah proses aglomerasi merangsang pertumbuhan di atas kemajuan teknologi,
jika tidak, pertumbuhan akan lebih rendah daripada tingkat kemajuan
teknologi. Beberapa orang mengatakan bahwa aglomerasi atau konsentrasi yang
memungkinkan adanya peningkatan tingkat output akan menciptakan kekayaan, namun
di sisi lain kekuatan sentrifugal biaya transaksi bertolak belakang dengan kekuatan
sentripetal dari skala ekonomi. Adanya konsentrasi kegiatan ekonomi selain akan
memungkinkan terjadinya peningkatan nilai output juga akan menimbulkan peningkatan
biaya transaksi sehingga utilitasnya menjadi rendah. Inilah alasan mengapa dalam jangka
panjang aglomerasi belum tentu bernilai positif. Nilai aglomerasi dapat bernilai negatif
atau mungkin nol, tergantung pada nilai parameternya.

6
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu
kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi
(pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi
lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain. Indikator yang
digunakan macam-macam seperti biaya transport minimum, ketersediaan sumber daya
air, energi, listrik yang dapat menghemat biaya produksi. Dimensi wilayah dan aspek tata
ruang telah dimasukan sebagai variabel tambahan dalam perencanaan pembangunan.

2.2 Saran
Penulis sadar bahwa tulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan di
masa yang datang. Semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

Afrilianti dkk. 2017. Pola Lokasi Dan Struktur Ruang. Makalah.


https://planologyweb.wordpress.com/2017/10/27/207/. Diakses 21 Oktober 2020.

Damayanti, Liolyta. 2017. Analisis Dampak Aglomerasi Terhadap Ketimpangan Regional Pulau
Jawa. Diakses 21 Oktober 2020.

Pangarso, Agung. 2015. Identifikasi Kondisi Sosial-Ekonomi Kawasan Aglomerasi Industri Di


Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Dalam Perspektif Pengembangan Ekonomi Lokal:
Pembangunan Inklusif Menuju Ruang Dan Lahan Perkotaan Yang Berkeadilan. 228-238.
http://eprints.undip.ac.id/49796/1/4.10.Prosiding_Agung_Pangarso.pdf. Diakses 21 Oktober
2020.

Udin. 2015. Dampak Aglomerasi Industri Terhadap Persebaran Pemukiman Studi Kasus
Kecamatan Cilincing Jakarta Utara [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30211/1/UDIN-FITK.pdf. Diakses 21
Oktober 2020.

http://eprints.ums.ac.id/82196/4/BAB%20I.pdf. Diakses 21 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai