8 Tahun
2010 padapekerja bagian workshop di PT KRAKATAU STEEL
TAHUN 2022
Oleh:
Dandi Irfandi
(031811021)
Pembimbing :
Lulus Suci Hendrawati, S.Kom., M.Si
ii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Safety Helmet................................................................................................................ 1
2.2 Pelindung Tangan ............................................................................................................ 2
2.3 Kacamata pengaman ....................................................................................................... 3
2.4 Face shield ...................................................................................................................... 3
2.5 Pelindung Telinga ........................................................................................................ 4
2.6 Pelindung Pernafasan ................................................................................................................ 5
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Jenis Kelamin Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda.
Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan
terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda
pula. Kasus wanita lebih banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57). Secara
anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan
sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja,
diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan
penyesuaian kebijakan yang khusus. Masa kerja, Masa kerja adalah sesuatu kurun
waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat
mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif
pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin
berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi
pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul
kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang
bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menjadi tiga
yaitu: 1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa
Kerja lama : < 10 tahun (MA. Tulus, 1992:121). Kejadian kecelakaan dapat
mengakibatkan kerugian baik dari aspek pekerja berupa kondisi luka ringan, berat
sampai kematian, sedangkan dari aspek perusahaan dapat terjadi penghentian
aktivitas kerja yang bisa menyebabkan kerugian secara financial.
Angka kecelakaan kerja diindonesia meningkat antara lain disebabkan
karena masih rendahnya tingkat kesadaran pengusaha dan pekerja terhadap
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Data kecelakaan kerja di Indonesia
menurut BPJAMSOSTEK (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan) memperlihatkan bahwa sepanjang Januari hingga September
2021, terdapat 82.000 kasus kecelakaan kerja dan 179 kasus penyakit akibat
kerja(2). Masih banyaknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi merupakan salah
satu alasan perusahaan wajib menerapkan perilaku keselamatan para pekerja
termasuk kebijakan tentang kewajiban penggunaan APD pada saat bekerja dan
selama berada di area kerja.
Salah satu industri yang masih memiliki angka kecelakaan tinggi adalah
industri baja, dimana area kerja industri baja memiliki tingkah bahaya dan risiko
tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja. PT. Krakatau Steel merupakan salah
satu perusahaan yang bergerak dibidang industri baja dengan hasil produksinya
2
berupa termasuk air bersih, tenaga listrik, baja, rekayasa industri, kawasan
industri, pelabuhan, jasa bidang teknologi informasi, dan jasa medis. PT.
Krakatau Steel berada dikawasan industri Cilegon yang memiliki lahan seluas 220
hektare dan jumlah pekerja 7.710. Industri baja PT. Krakatau Steel memiliki
beberapa sektor kerja, salah s
atunya adalah bagian workshop. Bagian workshop merupakan bagian yang
bertanggung jawab untuk proses pemotongan baja, pengelasan baja dan lain-
lainnya. Proses kerja di bagian workshop memiliki bahaya dan risiko seperti jari
terpotong, iritasi mata, tertimpa material baja dan area kerja yang panas. Dari
bahaya dan risiko dari bagian workshop ini, pekerja diwajibkan menggunakan
beberapa APD diantaranya safety helmet, safety shoes, safety glove, kacamata,
rompi keselamatan. Di area pekerja di bagian workshop terdapat bahaya kerja
seperti terdapatnya aktivitas pengelasan yang menyebabkan percikan api, alat
pemotong baja, tumpukkan baja, sehingga penggunaan APD pada saat bekerja
menjadi sesuatu hal yang sangat penting.
Dari uraian tentang proses kerja dan bahaya kerja di bagian workshop
PT. Krakatau Steel serta perilaku penggunaan APD pada pekerja maka penelitian
ini berfokus pada analisis kesesuaian penggunaan APD dengan permenkertrans
no. 8 tahun 2010 pada pekerja bagian workshop di PT. Krakatau Steel.
3
4) Bagaimana gambaran perawatan APD di bagian workshop di PT.
Krakatau Steel Tahun 2022.
5) Bagaimana gambaran evaluasi penggunaan APD di bagian workshop di
PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
1.3 Tujuan Penelitian
4
penggunaan APD menurut Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 pada
pekerja Workshop di PT. Krakatau Steel serta dapat menerapkan yang
didapat dalam lingkungan kerja.
5
mengenai kesesuaian penggunaan APD berdasarkan Standar Permenakertrans No.
08 Tahun 2010 dan penerapan penggunaan APD di PT. Krakatau Steel.
6
BAB II
LANDASAN TEORI & KERANGKA TEORI
2.1 Kecelakaan Kerja
2.1.1 Definisi
Pengertian Kecelakaan Kerja
1. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).
2. OHSAS (18001:2007) Kecelakaan kerja menurut OHSAS (Occupational
Health and Safety Assessement Series) adalah kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera atau kesakitan, dan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2007). b. Pengertian
kecelakaan kerja menurut para ahli 1) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan
dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja di
tempat kerja (Ervianto, 2005). 1
3. Menurut Suma’mur (1981) dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja yang dimaksud adalah kecelakaan yang terjadi karena
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
4. Menurut Rachman (1990) dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat
menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Berdasarkan
definisi-definisi kecelakaan kerja diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecelakaan adalah kejadian di tempat kerja yang tidak disengaja dan
menyebabkan kerugian baik fisik, harta benda atau bahkan kematian.
2.1.2 Penyebab Kecelakaan Kerja
1
Poltekkes studi, Bab III, 2019, Jakarta : PT. Kencana Laskar
7
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan
dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.2
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori
tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa
kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas
dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan
saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja
tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang
memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab
kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi
berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada
akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena
kesalahan manusia.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama
adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain
faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang
merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari suatu
kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja
adalah sebagai berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja
dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya
pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia mengikuti
pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja
agar tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini
penyebab kecelakaan adalah faktor manusia.
2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Republik
2
Ridley J, Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja, Edisi ke-3, Jakarta:
Erlangga;2007, h. 113-20
8
Indonesia nomor KEP 84/BW/1998 adalah: Pertama, terbentuk (pada
umumnya menunjukan kontak atau persinggungan dengan benda tajam atau
benda keras yang mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk, dan lain - lain).
Kedua, terpukul (pada umumnya karena yang jatuh, meluncur, melayang,
bergerak, dan lain- lain). Ketiga, jatuh dari ketinggian yang sama, jatuh dari
ketinggian yang berbeda. Kelima, tergelincir. Keenam, terpapar (pada
umumnya berhubungan dengan temperatur, tekanan udara, getaran, radiasi,
suara, cahaya, dan lain- lain). Ketujuh, penghisapan, penyerapan menunjukan
proses masuknya bahan atau zat berbahaya kedalam tubuh, baik melalui
pernafasan ataupun kulit dan yang pada umumnya berakibat sesak nafas,
keracunan, mati lemas, dan lain - lain). Terakhir, tersentuh aliran listrik.3
2.1.4 Akibat Kecelakaan Kerja
1. Kerugian bagi instansi
Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit, biaya pengobatan,
penguburan jika sampai korban meninggal dunia hilangnya waktu kerja
korban dan rekan – rekan yang menolong sehingga menghambat
kelancaran program mencari pengganti atau melatih tenaga baru
mengganti atau memperbaiki mesin yang rusak kemunduran mental pada
pekerja.
2. Kerugian bagi korban
Kerugian bagi korban jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan cacat
atau meninggaldunia, berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga.
3. Kerugian bagian masyarakat dan negara
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya
produksi yang mengakibatkan di naikkannya harga produksi perusahaan
tersebut dan merupakan pengaruh bagi harga pasaran.4
2.1.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja
Menurut ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bidang industri :
1. Peraturan Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi. Peraturan
di industri meliputi kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi,
3
Oni Mayendra, Analisis Penyebab Kecelakaan, FKM UI, Jakarta: 2009
4
Okti FP, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: FKM Universitas Indonesia;2008
9
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan
industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan
kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun
tidak resmi, misalnya jika dikaitkan dengan dunia industricontohnya
konstruksi yang aman dari jenis peralatan industri tertentu seperti
penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan yang aman dan sehat,
ataupun tentang alat pengaman perorangan.
3. Pengawasan Pengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada benar-
benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang menjadi sasaran
maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat tercapai. Terutama
pengawasan terhadap para pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja.
4. Pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakteristik serta
perilaku seseorang. Pendidikan juga berpengaruh terhadap angka
kecelakaan kerja. Pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi
maka dalam bekerja lebih teliti dan berhati-hati karna ilmu yang didapat
lebih dari pekerja yang pendidikan rendah.Maka dari itu perlu adanya
seleksi dan pelatihan guna mengurangi hal-hal yang menyebabkan
kerugian.
5. Pelatihan atau training Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa pemberian
instruksi praktis bagi para pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal
keselamatan kerja. Perlunya pemberian pelatihan karena pekerja baru
cenderung belum mengetahui hal-hal yang ada di perusahaan yang baru
ditempatinya. Pemberian pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja diharapkan sebelum terjun ke dunia kerja sudah memiliki bekal
terlebih dahulu tentang bagaimana cara dan sikap kerja yang yang aman
dan selamat, sehingga ketika terjun ke dunia kerja mereka mampu
menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka.
2.2 Alat Pelindungan Diri (APD)
2.2.1 Definisi
Menurut Permenaker No. 08/VIII/2010, Alat pelindung diri (APD)
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya
ditempat kerja.
10
Berdasarkan pasal 14 ayat c UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma - cuma
terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja, apabila
kewajiban tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang -
undang. Berdasarkan pasal 12 huruf b tenaga kerja diwajibkan memakai APD
yang telah disediakan. Dalam menyediakan APD prioritas pertama perusahaan
adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan. Ketersediaan APD harus
sesuai dengan bahaya yang ada diperusahaan, terbuat dari material yang tahan
terhadap bahaya tersebut, nyaman dipakai Upaya keselamatan dan Kesehatan
kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja untuk mencapai
produktivitas kerja yang optimal. Pengedalian secara teknologis terhadap
potensi bahaya atau penyakit akibat kerja merupakan pengendalian yang
efektif dalam usaha pencegahan kecelakaan akibat kerja dan penyakit kerja.
Namun Karena berbagai hambatan upaya tersebut belum dapat dilakukan
secara optimal.
Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah tubuh dari bahaya
pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit
akibat kerja. Sehingga pengunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya
Alat pelindung diri (APD) akan memberikan perlindungan yang cukup bila
alat pelindung tersebut dipilih secara tepat dan selalu dipakai oleh pekerja
yang bersangkutan. Perusahaan wajib menyediakan semua alat pelindung diri
yang di wajibkan dan pekerja wajib pula untuk selalu memakainya.5
5
McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta: EGC;2007.h.615.
11
2.2.2 Jenis-jenis alat Pelindung Diri
Sumber :
https://pusatsafety.com/
12
persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah bebannya
bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan
yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas,
terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan
sebagainya. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika
bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya
yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin adalah
berbahaya. Sangat banyak jenis-jenis alat pelindung tangan antara lain
adalah :
• Sarung tangan dari kain terpal (canvas), sarung tangan ini digunakan
untuk melindungi tangan agar tidak melepuh karena gesekan.6
• Sarung tangan dari kulit sapi atau kulit kuda digunakan untuk
keperluan mengelas. Sarung tangan ini akan melindungi tangan dari
percikan bunga api las. Disamping sarung tangan kulit, tenaga kerja
Ias sering (umumnya) diberi jaket kulit untuk melindungi tubuhnya
dari percikan bunga api.
• Sarung tangan panjang (sampai siku) yang terbuat dari kulit untuk
melindungi tangan dari lembaran-lembaran logam atau baja yang
tajam dan runcing.
• Sarung tangan untuk pekerjaan listrik Sarung tangan jenis ini untuk
melindungi tenaga kerja dari bahaya tersengat arus listrik, terutama
bagi tenaga kerja yang beketja dengan kabel yang bermuatan listrik.
6
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
13
Umumnya sarung tangan ini dibuat dari karet dan harus memenuhi
standar yang berlaku. Sarung tangan ini ada beberapa jenis yang
penggunaannya disesuaikan dengan voltage arus yang ditangani, arus
bolak balik atau arus searah. 6) Sarung tangan anti getaran Umumnya
jenis pekerjaan seperti penebangan pohon di hutan-hutan akan
digunakan alat gergaji yang menimbulkan getaran, pekerjaan di
pertambangan (deep mining) banyak menggunakan mesin bor batu-
batuan yang menimbulkan getaran, juga pekenaan di lingkungan
konstruksi banyak menggunakan berbagai alat yang bergetar. Tenaga
kerja yang bekerja dengan menggunakan alat-alat yang menimbulkan
getaran harus memakai sarung tangan anti getaran. Sarung tangan anti
getaran ini di dalamnya dilapisi dengan spons (banyak lubang-lubang
udara) atau dibuatkan kantong-kantong udara (dengan menggunakan
pipa-pipa karet).
• Sarung tangan yang terbuat dari karat sintetik, terbuat dari karat alam
atau plastik. Setiap bahan untuk membuat sarung tangan seperti itu
memiliki sifat sifat khusus terutama daya tahannya terhadap bahan
kimia. Sebagai contoh, sarung tangan dari karat alam tidak cocok
untuk pekerjaan yang berhubungan dengan minyak dan lemak sedang
vinyl chlorida tidak sesuai untuk pelarut pelarut organik.7
Sumber : https://pusatsafety.com/
14
menggunakan kacamata khusus atau topeng pengaman, tidak cukup
dengan kacamata biasa. Alat-alat tersebut ”harus” dikenakan oleh
pekerja jika kondisi kerja memang berpotensi bahaya (mandatory
action). Pelindung mata ada beberapa macam yaitu :
• Cover Goggles Umumnya dibuat dari bahan yang ringan seperti vinyl
yang keras atau bahan karet yang lunak. Lensa dibuat dari plastik
bening yang cukup lebar, sehingga dapat memberikan pandangan
yang cukup luas. Bingkai kaca dibuat berlubang-lubang, tujuannya
agar keringat dapat diuapkan keluar dan tidak mengakibatkan
gangguan pada mata (keringat tidak menetes masuk mata). Kegunaan
cover goggles untuk melindungi mata dari benda-benda melayang,
debu dan dapat digunakan bersama-sama dengan kacamata pengaman.
15
Gambar 2.3 Kacamata pengaman
Sumber :
https://pusatsafety.com/
• Topeng muka (face shield) Topeng muka umumnya dibuat dari plastik
bening dan dilengkapi dengan tali pengikat kepala. Kegunaannya
sebagai pelindung muka yang dapat melindungi mata dari benturan-
benturan benda-benda yang melayang. Di dalam industri, topeng
muka diperlukan sebagai tambahan kacamata pengaman bila tenaga
kerja menangani bahan-bahan kimia atau asam atau pekerjaan
menuang logam cair. Ada juga topeng muka yang digabung sekaligus
dengan topi pengaman.8
Sumber : https://pusatsafety.com/
8
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
16
api las pada pekerjaan mengelas.
Sumber : https://pusatsafety.com/
17
Lamanya menggunakan alat tersebut. Pemakaian selain
menutup mulut dan hidung, ada juga mencakup wajah dan
kepala. Pemakaian masker dan respirator hendaklah
memperhatikan apa yang sebaiknya digunakan, dengan
memperhatikan jenis bahaya yang dihadapi dan berapa banyak
kontak dengan bahan berbahaya tersebut. Berdasarkan jenis
masker dibagi menjadi 2 yaitu masker debu dan masker
karbon : 1) Masker Debu Melindungi dan debu phylon, buffing,
grinding, serutan kayu dan debu lain yang tidak terlalu beracun.
Masker debu tidak dapat melindungi dari uap kimia, asap
cerobong dan asap dari pengelasan. 2) Masker karbon
Melindungi dari bahan kimia yang daya toxicnya rendah yang
memiliki absorben dari karbon aktif, masker karbon harus
disertifikasi oleh badan sertifikasi. Respirator adalah alat
pelindung diri yang digunakan di bagian kepala, tepatnya di
bagian wajah. Bagian yang dilindungi oleh respirator sekurang
kurangnya adalah hidung dan mulut.9
Sumber : https://pusatsafety.com/
9
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
18
2.2.3 Pemakaian APD
Peraturan jenis alat pelindung diri yang digunakan harus dipatuhi oleh tenaga
kerja sesuai dengan pontensi bahaya yang dihadapi serta sesuai dengan bagian
tubuh yang perlu dilindungi. Sebagimana yang tercantum dalam undang -
undang No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 12 sub b
menyebutkan bahwa dengan peraturan perundangan - undangan daftar
kewajiban dan pada pasal 14 menyebutkan bahwa pengusaha wajib
memberikan secara cuma - cuma sesuai alat pelindung diri yang diwajib bagi
setiap memberikan pada tenaga kerja yang dibawah kepemimpinannya dan
menyiapkan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, di
sertai petunjuk yang diperlukan.
10
Reny Yanyang, Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Memberikan Perlindungan
Bagi Tenaga Kerja Di Ruang Cetak Pt. Air Mancur Palur, Universitas Sebelas Maret: Surakarta, 2010
19
2.3 Kerangka Teori
Permenaker No.08
Tahun 2010
Kesesuaian APD
terhadap
Permenaker No.08
Tahun 2010
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
perbandingan adalah prosedur statistik guna menguji perbedaan diantara dua
kelompok data (variabel) atau lebih. Uji ini bergantung pada jenis data (nominal,
ordinal, interval/rasio) dan kelompok sampel yang diuji. Komparasi antara dua
sampel yang saling lepas (independen) yaitu sampel-sampel tersebut satu sama
lain terpisah secara tegas dimana anggota sampel yang satu tidak menjadi
anggota sampel lainnya. Arikunto Suharsini (1998:236) mengatakan bahwa
dalam penelitian komparasi dapat menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, prosedur kerja, ide-ide,
kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Dapat
juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan
orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap
ide-ide. Penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua
atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang
diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi
atau perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur.
Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan diantar
11
variabelvariabel yang diteliti. Pada penelitian deskriptif komparatif ini
menggunakan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain adalah wawancara dan observasi. Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah melakukan pengamatan secara langsung pada pekerja PT.
Krakatau Steel saat bekerja. Pengisian ini checklist dilakukan ketika observasi.
11
Bungin, Burhan, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
22
workshop PT. Krakatau Steel dan lembar checklist tentang penggunaan
APD di bagian workshop PT. Krakatau Steel.
23
penggunaan APD di Workshop, apakah di Workshop PT. Krakatau Steel sudah
menerapkan penggunaan APD di Workshop, dan Kesesuaian Penggunaan APD di
Workshop berdasarkan Permenakertrans No. 08 Tahun 2010.
24
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, 1991. Bahaya Las Terhadap Kesehatan. Balai Hyperkes dan
Keselamatan Kerja Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Alat
Pelindung Diri.
Yanyang Reny. Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Memberikan
Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di Ruang Cetak PT. Air Mancur Palur, Universitas
Sebelas Maret: Surakarta. 2010.
Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3.
Jakarta: Erlangga;2007. h. 113-20.
Irianto, Agus. 2004. Konsep Dasar dan Aplikasi Statistik Penelitian. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
25
Tarwaka, Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat
Kerja, 1st ed. Surakarta: Harapan Press, 2012.
26
LAMPIRAN
cutting?
3. Menurut bapa apakah APD
yangdigunakan bapa sudah lengkap
selama bekerja di PT tersebut?
4. Apakah kondisi APD diperusahaan
baik dan tepat dan sesuai pekerjaan
danresiko?
5. APD apa saja yang digunakan di unit
pekerja cutting?
6. Apakah bapa tahu akibat jikat
tidak menggunakan APD di bagian
cutting?
7. Apakah diperusahaan sudah menerapkan
kebijakan dalam penggunaan APD?
8. Apakah APD yang digunakan
saat bekerja cutting tidak merepotkan
dan tidak mengganggu pekerja cutting?
9. Apakah bapa tahu pentingnya
untuk selalu menggunakan APD selama
bekerja ?
10. Apakah menurut bapa perusahaan
selalumenyediakan dan mengawasi
penggunaan APD pada pekerja cutting?
27
11 Apakah diperusahaan sudah diterapkan
pelatihan penggunaan APD?
12. Apakah penggunaan APD untuk
pekerja sudah benar dilakukan?
PENERAPAN
No ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1. APD tersedia ditempat kerja sesuai
dengan resiko yang dihadapi
2. APD tersedia sesuai dengan kebutuhan
kerja
3. APD yang tersedia telah mencakupi
jumlahnya untuk semua pekerja
4. Tersedia tempat penyimpanan APD yang
baik dan benar
5. Jenis APD yang tersedia :
a. Alat pelindung kepala
Pelatihan
28
8. Terdapat pengarahan dalam
penggunaan APD
9. Terdapat penjelasan cara penggunaan
APD yang tepat
Kebijakan
Pengawasan
29
tidakmengganggu kerja
30
31