Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak kenikmatannya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah/Paper tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
pada salah satu perusahaan kontruksi yaitu PT. Bangun Indah Perkasa
Nusantara sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah/Paper ini kami
buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang meliputi nilai tugas dan nilai
kelompok.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah/paper ini, yang mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Rini Rahmawati, SE, MM sebagai
dosen pengajar mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah/paper ini, tidak lupa pula
kepada rekan- rekan yang telah ikut berpartisipasi sehingga makalah ini selesai
tepat pada waktunya.

Banjarmasin, Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
1.1

Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.2

Rumusan Masalah......................................................................................... 6

1.3

Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7


2.1

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ................................. 7

2.2

Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ....................... 8

2.3

Kecelakaan Kerja.......................................................................................... 9

2.4

Sebab-Sebab Kecelakaan ........................................................................... 10

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................... 12


3.1

Profil Perusahaan........................................................................................ 12

3.2

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Bangun Indah


Perkasa Nusantara ...................................................................................... 13

3.2.1

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 13

3.2.2

Komitmen K3 di PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara ................ 14

3.2.3

Pengukuran Safety Implementation Level (SIL) ............................... 17

3.2.4

Tanggung Jawab dan Harapan Yang Ingin Dicapai ....................... 17

3.2.5

Prosedur Bekerja Yang Berbahaya................................................... 20

3.2.6

Bekerja Pada Ketinggian.................................................................... 20

3.2.7

Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................. 21

3.2.8

Perancah (Scaffolding) dan House Keeping ...................................... 23

3.3

Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan Program Kerja Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) ................................................................................. 24

3.3.1

Visi dan Misi ........................................................................................ 24

3.3.2

Kebijakan dan Strategi ....................................................................... 25

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 28


4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 28
4.2 Saran................................................................................................................ 29
4.2.1 Bagi Perusahaan ...................................................................................... 29
4.2.2 Bagi Karyawan ........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada setiap aktivitas pekerjaan pasti selalu ada resiko kegagalan (risk of
failures). Saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya,
akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi

kecelakaan

kerja

harus

dicegah

atau

setidak-

tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di


dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen
pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan
marginal dalam perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan
kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi
pekerja dan perusahaan, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan
adalah Indonesia Sehat dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI,
2002).

Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen


berupa kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi baik
dan serasi. Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita
perorangan dan penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari ratarata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang
per tahun sebanyak 300.000 orang pertahun, diantaranya meninggal akibat sakit
atau kecelakaan kerja.
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja,
mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya
produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja,
suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja lingkungan kerja
yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang, kurang
bersih, mengakibatkan pekerja mudah stres.
Kondisi lingkungan fisik dapat terjadi misalnya suhu yang terlalu
panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan
yang terlalu panas dan terlalu dingin

menyebabkan ketidaknyamanan

seseorang dalam menjalankan pekerjaan. Panas bukan hanya dalam pengertian


temperatur udara, tetapi juga sirkulasi atau arus udara, munculnya stres kerja,
sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain.
Pada era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah
satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang
dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,
termasuk bangsa

Indonesia. Untuk mengantisipasi

hal

tersebut serta

mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia telah ditetapkan Visi


Indonesia Sehat yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Kelelahan kerja merupakan masalah yang sangat penting perlu
ditanggulangi

secara

baik.

Kelelahan

kerja

ditandai

oleh

adanya

penurunan kekuatan otot, rasa lelah yang merupakan gejala subjektif dan
penurunan kesiagaan (Grandjean, 1985).
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya.Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang

mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan
dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan
dalam perusahaan kontruksi (PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara)?
2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
3. Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT.
Bangun Indah Perkasa Nusantara?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara.
2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi

di perusahaan kontruksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Definisi Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi
yang wajib dipenuhi oleh perusahaan (Sumamur, 1988).
Sedangkan pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menurut
falsafah keselamatan kerja dapat diterangkan sebagai berikut: menjamin
keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dan manusia pada khususnya. Perumusan falsafah ini harus
dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja karena
didalamnya telah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, social-teknis dan
social ekonomis. Oleh sebab itu dibuat peraturan-peraturan mengenai berbagai
jenis keselamatan kerja sebagai berikut:
1. Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety)
2. Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety)
3. Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction safety)
4. Keselamatan kerja lalu lintas (traffic safety)
5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
6. Keselamatan kerja kereta api (railway safety)

7. Keselamatan kerja di rumah (home safety)


8. Keselamatan kerja di kantor (office safety)
2.2 Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat
penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian, konsep ini
berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab
perusahaan, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar
lingkungan kerja.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan
tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu
Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak
memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baik di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undangundang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk


tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga
K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan
mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.

2.3 Kecelakaan Kerja


Terjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupuncacat
berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagaifaktor
sebagai berikut (Bennet, 1985):
1. Golongan Fisik
a.

Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak


baiksementara maupu permanen.

b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia,

stroke,

dan

heat

cramps

tinggi suhunya). Sedangkan

(keadaan
suhu

panas

yang

badan

rendah

heat
yang
dapat

menyebabkan kekakuan dan peradangan.


c. Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkankelainan

pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah.


2. Golongan Kimia
a. Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan.

b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan.


c. Gas, sebagai contoh keracunan gas karbon monoksida, sulfur,

dansebagainya.
d. Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit.
e. Cairan beracun.

3. Golongan Biologis
a. Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi;
b. Penyakit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja,

misal penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan kulit.


4. Golongan Fisiologis
a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai denganmekanisme

tubuh manusia.
b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik.
c. Cara bekerja yang membosankan atau titik jenuh tinggi.

5. Golongan Psikologis
a.

Proses kerja yang rutin dan membosankan;

b. Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu


menekan atau sangat menuntut.
c.

Suasana kerja yang kurang aman.

2.4 Sebab-Sebab Kecelakaan


Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau
berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi

10

kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan


pabrik.
Diantara

kondisi

yang

kurang

aman

salah

satunya

adalah pencahayaan,ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout


yang berbahaya ditempatkandekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak
sebanding,

peralatan

yang

rusak, peralatan

pelindung

yang

tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.


Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan
seperti latihan

sebagai

kegagalan

menggunakan peralatan

keselamatan,

mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai


kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan
kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang
kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih,
menggunakan peralatan keselamatan.

11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan


Perusahaan yang menjadi objek dalam penulisan makalah kami adalah PT.
Bangun Indah Perkasa Nusantara. PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara yang
sebelumnya bernama CV. Bangun Indah Perkasa adalah sebuah perusahaan
swasta di Suarabaya, Jawa Timur yang merupakan perusahaan kontraktor
umum dan perdagangan yang membangun segala jenis bangunan, seperti:
pabrik, gudang, kantor, rumah, pondasi mesin, bangunan komersial, dll.
Meskipun dalam periode waktu yang relative singkat, PT. Bangun Indah
Perkasa Nusantara telah berpartisipasi dalam berbagai proyek, dan didukung
oleh tim kerja yang terdiri dari staf, dan buruh yang telah memperoleh
pengalaman lebih dari 12 tahun untuk mengelola masing-masing lingkup
pekerjaan ditambah kerjasama yang baik dengan banyak pemasok bahan yang
menyediakan bahan berkualitas, disamping konsep hubungan yang baik dengan
pihak pemilik (owner). Dibawah koordinasi yang baik dari staf, PT. Bangun
Indah Perkasa Nusantara telah berhasil mendirikan lebih dari 150 bangunan
(dalam skala kecil, sedang, dan besar). Perusahaan merasa bangga karena telah
menjadi bagian dan memperoleh kepercayaan dan dukungan dari pihak pemilik.
Tujuan perusahaan adalah untuk menekankan pada kepuasan dalam biaya,
kualitas, dan waktu kerja, dengan hubungan yang baik dengan semua pihak.

12

3.2 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Bangun Indah
Perkasa Nusantara
3.2.1

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Suatu perusahaan yang aman adalah perusahaan yang teratur dan
terpelihara dengan baik dan cepat menjadi terkenal sebagai tempat
naungan pekerja yang baik. Program keselamatan kerja yang baik
adalah program yang terpadu dengan pekerjaan sehari-hari (rutin),
sehingga sukar untuk dipisahkan satu sama lainnya. Pemahaman ini
dimaksudkan untuk memberi bimbingan pengetahuan dasar ke arah
pencegahan bahaya dan kecelakaan pada waktu kita bekerja, didukung
dengan adanya isu keselamatan dan kesehatan kerja dan lain lain.
Tujuan Keselamatan Kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil
karya & budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dan manusia pada khususnya, yang berhubungan dengan
peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan

13

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan
suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Tujuan SMK3 Permenaker, yaitu
meningkatkan kondisi kesehatan kerja dan mencegah terjadinya potensi
kecelakaan kerja karena kondisi K3 tidak saja menimbulkan kerugian
secara ekonomis tetapi juga kerugian non ekonomis seperti menjadi
buruknya citra perusahaan. Ada beberapa elemen dari SMK3 yang harus
dijalankan, antara lain: Policy, Planning, Implementation, Checking
And Corrective Action, Management Review

3.2.2

Komitmen K3 di PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara


Komitmen K3 PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara adalah suatu
upaya dalam menjaga dan memelihara kondisi kerja agar senantiasa
selamat dalam bekerja dan terhindar dari resiko kecelakaan kerja atau
terkena dampak penyakit akibat lingkungan kerja yang berpotensi
penyakit. Gugus tugas K3 yang akan dibentuk di PT. Bangun Indah
Perkasa Nusantara yang memiliki tugas, antara lain:
a. Melakukan

usaha-usaha

keselamatan kerja.

14

sistematis

untuk

meningkatkan

b. Menyelidiki dan melaporkan bila terjadi kecelakaan kerja.


c. Memperbaiki kondisi yang tidak aman dan tidak sehat.
d. Menyediakan peralatan perlindungan kerja bila diperlukan sesuai
ketentuan, misalnya helm, jacket, sarung tangan, dsb.
e. Memberitahu karyawan apabila ada bahan kimia berbahaya dan
sejenisnya (Untuk pengerjaan proyek-proyek pabrik kimia yang
sedang direnovasi,dll)
f. Menerima masukan dari para karyawan yang mengalami langsung
lingkungan kerja demi peningkatan kondisi K3.
g. Memahami perilaku K3 sikap yang senantiasa mengutamakan
keselamatan.
h. Memahami arti ergonomika yakni ilmu yang mempelajari
bagaimana manusia secara psikis dan fisik dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja.
Dalam komitmennya untuk melaksanakan kebijakan K3, PT.
Bangun Indah Perkasa Nusantara dapat membantu mengurangi angka
kecelakaan kerja di lingkungan kerja. Dengan sadar dan berkomitmen,
perusahaan kami akan melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan
kondisi kerja yang aman dan sehat. Dengan adanya komitmen
perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan peraturan K3 serta
dukungan oleh kualitas SDM perusahaan dalam pelaksanaannya, faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, misalnya tidak
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan penggunaan peralatan
yang tidak standar, sedang unsafe condition merupakan kondisi tempat

15

kerja yang tidak aman seperti terlalu gelap, panas, dan gangguangangguan faktor fisik lingkungan tempat kerja, dapat diminimalkan
bahkan dieliminasi. Komponen-komponen dalam penerapannya di
perusahaan meliputi:
a. Adanya komitmen perusahaan tentang K3
b. Adanya perencanaan tentang program-program K3
c. Operasi dan Implementasi K3
d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan K3 di
perusahaan
e. Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan K3 untuk
pelaksanaan berkesinambungan.
Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam penyusunan
SMK3 dibagi dalam 7 tahapan, antara lain:
a. Mengindentifikasi resiko dan bahaya.
b. Mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan yang berlaku.
c. Menentukan target dan pelaksana program.
d. Melancarkan program perencanaan untuk mencapai target dan objek
yang telah ditentukan.
e. Mengadakan perencanaan terhadap kejadian darurat.
f. Peninjauan ulang terhadap target dan para pelaksana system.
g. Penetapan kebijakan sebagai usaha untuk mencapai kemajuan yang
berkesinambungan.

16

3.2.3

Pengukuran Safety Implementation Level (SIL)


Pelaksanaan K3 di lapangan, diukur dengan Safety Implementation
Level (SIL) yang berisi tentang kriteria dan kriteria pengukuran yang
telah ditetapkan hingga nantinya ada penilaian atau audit terhadap
pelaksanaan kriteria-kriteria yang ada. Pengkajian ini dilakukan sebagai
usaha untuk lebih concern terhadap K3 dan tetap menjaga komitmen
Good Safety is Good Work.

3.2.4

Tanggung Jawab dan Harapan Yang Ingin Dicapai

K3 bukan hanya tanggung jawab dari kontraktor saja, melainkan


menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk pengguna jasa.
Penerapan K3 dalam sistem manajemen perusahaan memberikan
banyak keuntungan selain peningkatan produktifitas kerja dan tetap
terjaganya kesehatan, keselamatan kerja, penerapan K3 juga dapat
meningkatkan citra baik perusahaan yang dapat memperkuat posisi
bisnis perusahaan. Dengan komitmen penerapan K3, angka kecelakaan
kerja dapat ditekan sehingga dapat menekan biaya kompensasi akibat
kecelakaan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan akan
dijadikan sebagai culture yang harus dilaksanakan oleh seluruh
karyawan perusahaan, tidak hanya mereka yang bekerja di lapangan
saja, tetapi mereka juga yang bekerja di office. Kemudian dalam
mengimplementasikan suatu program K3 dari pihak manajemen harus

17

transparan, karena program K3 dibuat tidak hanya untuk divisi K3


sendiri, melainkan disosialisasikan untuk seluruh karyawan, dan
manajemen perlu mengevaluasi program tersebut yang telah dijalankan,
disini guna untuk mengkroscheck kembali apakah K3 itu sudah berjalan
dengan maksimal sesuai dengan standard K3 yang berlaku, dalam
mengurangi tingkat kecelakaan kerja, dan how to make of safe in
environmental work. Intinya pekerja dan manajemen haruslah samasama memperhatikan K3 karena memiliki dampak pada masing-masing
mereka. Peran manajemen puncak adalah paling utama, berupa
penyediaan fasilitas dan penjelasan atau sosialisasi K3 kepada semua
karyawan. Beberapa usaha yang dilakukan, misalnya:
a.

Promosi kesehatan di tempat kerja tempat kerja adalah ruangan atau


lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja untuk suatu keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja, semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yg merupakan bagian atau yg
berhubungan dg tempat kerja tsb. Tempat kerja meliputi darat, laut,
dalam tanah & air serta udara.

b.

Promosi kesehatan (health promotion) merupakan proses yang


memungkinkan orang meningkatkan kendali atas kesehatan dan
memperbaiki status kesehatan mereka.

c.

Promosi kesehatan di tempat kerja dalam artiannya adalah upaya


promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain
untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali

18

masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,


memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri
juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.

Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja:


a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup sehat.
f. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat.
Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja :
1. Bagi perusahaan :
a. Meningkatnya lingkungan tempat kerja yang sehat dan aman
serta nyaman.
b. Citra perusahaan positif.
c. Meningkatnya moral staf.
d. Menurunnya angka absensi.
e. Meningkatnya produktifitas.
f. Menurunnya biaya kesehatan atau biaya asuransi.
g. Pencegahan terhadap penyakit.
2. Bagi pekerja :
a. Lingkungan tempat kerja menjadi lebih sehat.
b. Meningkatnya percaya diri.
c. Menurunnya strees.
d. Meningkatnya semangat kerja.
e. Meningkatnya kemampuan.
f. Meningkatnya kesehatan.

19

3.2.5

Prosedur Bekerja Yang Berbahaya

Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja dan


sekelilingnya yang dapat melukai, baik secara fisik maupun mental.
Misalnya

adalah

ketinggian,

scaffolding,

pengelasan,

cutting,

grounding, dan lain-lain. Pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya


yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi. Berbagai metode untuk
melindungi pekerja atau pengendalian bahaya telah diciptakan. Ada tiga
jenis pengendalian yang kami lakukan untuk melindungi pekerja, antara
lain:

1. Pengendalian Teknik
2. Pengendalian Administratif
3. Peralatan Pelindung Pekerja
Kesemua tipe pengendalian ini kami gunakan, tetapi prioritas kami
berikan kepada pengendalian teknik, sebelum metoda pengendalian
yang lain diaplikasikan. Dan hal perlu diingat bahwa yang terbaik untuk
melindungi pekerja adalah Dengan Mengendalikan Bahaya Yang Ada,
Bukan Pekerjannya.

3.2.6

Bekerja Pada Ketinggian

Kategori bekerja pada ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang


memiliki ketinggian sama dengan atau lebih dari 180 cm dari
permukaan tanah. Menurut undang-undang keselamatan kerja, bekerja
di ketinggian ini memerlukan fix platform atau memakai alat pelindung
diri berupa full body harness. Selain itu, bila pekerjaan dilakukan pada
20

tempat yang memiliki ketinggian lebih dari lima meter, diperlukan


sebuah ijin khusus, yang mana ijin ini diperlukan untuk menganalisa
bahaya apa saja yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat pengaman
yang cocok untuk meminimalisir resiko yang akan dihadapi bila bekerja
pada ketingian tersebut.
Terjatuh saat bekerja di ketinggian hanyalah sebuah bahaya dari
berbagai

rangkaian

kejadian.

Bekerja

pada

ketinggian

dapat

menyebabkan pusing, dehidrasi yang pada akhirnya akan menyebabkan


kehilangan keseimbangan dan halusinasi. Dengan rangkaian kejadian
inilah yang menyebabkan seseorang yang bekerja pada ketinggian
terjatuh.
Dimana pekerjaan pada ketinggian memungkinkan menyebabkan
pekerja dalam bahaya, jatuh dari ketinggian, kami pun melakukan
langkah-langkah dalam pencegahannya, diantaranya:

1. Memperpertimbangkan apakah pekerjaan dapat dilakukan tanpa


menyebabkan pekerja dalam bahaya. Dengan mempertimbangkan
perubahan design atau rencana ketinggian untuk kontruksi.
2. Apabila cara diatas tidak dapat dipakai, kamipun menggunakan cara
dengan membuat system yang baik bagi pekerja kami demi
keselamatannya, Yakni dengan pemakaian alat pelindung diri/
Safety Tools / APD.

3.2.7

Alat Pelindung Diri (APD)


APD guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi di mana
APD harus dikenakan harus ditentukan dan direncanakan secara sesuai

21

dan dirancang meliputi training dan pengawasan untuk menjamin APD


dikenakan. Contoh dari alat pelindung diri, antara lain :
a. Helm keselamatan (safety helmet).
b. Sepatu (safety shoes).
c. Masker hidung.
d. Sabuk pengaman (safety belt).
e. Kacamata.
f. Dll.
Aturan keselamatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Seseorang yang bekerja pada/dengan peralatan yang mempunyai


bagian yang bergerak harus mempunyai prosedur yang secara
personal menjamin peralatan tersebut telah ditiadakan enerjinya,
diisolasi dan di lock out /tag out
b. Tidak seorangpun boleh menghentikan atau melakukan bypass suatu
proses interlock safety - baik secara mekanis maupun elektrikal.
c. Seseorang yang bekerja pada posisi dengan potensi terjatuh dari
ketinggian 1,8 meter atau lebih harus menggunakan peralatan
pelindung diri dari terjatuh.
d. Seseorang yang melakukan pengelasan, pemotongan atau brazing
lebih dari 6 meter dari bahan yang mudah terbakar harus
mendapatkan ijin hot work dan menerapkan persyaratan kerjanya.
e. Seseorang yang memasuki ruang tertutup/confined space harus
mendapatkan ijin masuk yang sesuai dan menerapkan persyaratan
kerjanya.
f. APD yang ditentukan harus selalu dipakai saat menjalankan proses
pekerjaan atau melakukan pekerjaan dengan sistem yang terbuka
(mis. Pembersihan sumbatan material, pekerjaan elektrikal, dll).
g. Pengunaan obat-obat terlarang benar-benar dilarang di lokasi kerja
manapun dan tidak diperbolehkan mengkonsumsi alkohol/obat legal
lainnya yang dapat mempengaruhi konsentrasi secara personal.

22

3.2.8

Perancah (Scaffolding) dan House Keeping


Ada beberapa elemen-elemen Perancah (Scaffolding), diantaranya:

a. Semua perancah didirikan, diubah atau dibongkar oleh ahli perancah


yang terlatih.
b. Peralatan pelindung jatuh (fall arrest) dipergunakan oleh ahli
perancah jika bekerja di atas 5 meter dengan sisi yang tidak
terlindung (untuk pekerja lain, batas ini biasanya hanya 1.8 meter).
c. Memastikan semua elemen scaffolding/perancah dalam keadaan
baik ( tidak rusak; tidak berkarat; dan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya ).
d. Sekeliling scaffolding/perancah diberi barricade, untuk melindungi
pekerja yang sedang naik ataupun turun.
e. Pastikan semua elemen scaffolding/perancah dipasang sebagaimana
mestinya.
Tergelincir, tersandung dan terjatuh adalah penyebab umum yang
lain dari cedera dalam kontruksi, hal ini dapat terjadi di/dari permukaan
yang tidak rata pada lokasi proyek atau adanya masalah dengan
housekeeping yang kurang baik di area kerja. Sebagaimana hasil dari
analisa kecelakaan, tergelincir, tersandung dan terjatuh menyebabkan
hampir 30% dari cidera. Kemungkinan tergelincir, tersandung dan
terjatuh dapat dikurangi melalui prosedur housekeeping sederhana yang
kami gunakan sebagai berikut:

1. Menjaga tempat kerja agar selalu tetap rapi.


2. Mempergunakan tempat pembuangan scrap dan sampah yang
tersedia.

23

3. Menata letak dan tata ruang yang rapi dapat menghindarkan


kemungkinan cidera.
4. Pekerjaan

tidak

dapat

dianggap

selesai

sampai

selesai

merapikannya.
5. Housekeeping yang baik mengarah pada keselamatan secara lebih
luas.
6. Menumpuk dan menata material pada posisi yang stabil dan kokoh.
7. Meletakkan alat dan peralatan lain untuk menghindari terjatuh atau
menjatuhi orang di bawahnya.
8. Memasang rambu-rambu dengan jelas di pagar atau penutup lubang
di lantai, atap atau tanah.
9. Merapikan dan bersihkan gang, jalan setapak, jalan dan tangga dari
penghalang.
10. Setiap pekerjaan penggalian di area kerja diberi tanda/dikelilingi
dengan handrail.
11. Menyediakan toeboard dan railing pada semua perancah dan
platform( Apabila diperlukan ).
12. Saat bekerja di ketinggian menyingkirkan semua material yang
dapat terlepas seperti baut, mur, peralatan/tools, kayu-kayu,dll jika
pekerjaan telah selesai.
13. Memastikan alat atau material disampaikan dari tangan ke tangan.

3.3 Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan Program Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
3.3.1

Visi dan Misi

Visi dari K3 ini adalah Terwujudnya budaya Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia pada umumnya, dan dilingkungan
kontruksi atau proyek pada khususnya. Sedangkan Misi dari K3 ini

24

adalah Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengandil


(stakeholders) bidang K3, Meningkatkan kemandirian dunia usaha
dalam menerapkan K3, dan Meningkatkan kompetensi dan daya saing
tenaga kerja di bidang K3.

3.3.2

Kebijakan dan Strategi

Adapun prinsip-prinsip panduan dalam K3 ini adalah sebagai berikut:


1. Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk
mendapatkan lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan
mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi
tersebut dengan berperilaku yang bertanggung jawab. K3 kami nilai
sebagai bisnis utama yang diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis.
Setiap cedera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat dihindari
dengan sistem kerja , peralatan , substansi, training dan supervisi
yang tepat.
2. Manajemen K3 yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain
lokasi sejak awal tahap konstruksi, komisioning dan perencanaan
secara keseluruhan dari suatu organisasi dan pemeliharaannya.
Semua

kegiatan

operasinal

kami

harus

secara

kontinyu

meningkatkan kinerja K3.

Peran dan tanggung jawab utama yaitu Setiap Manager di semua


jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan untuk orang-orang yang
ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya. Manager harus
menerapkan kebijakan dan sistem dalam area kontrol dan pengaruhnya.

25

Chief Executive officer (CEO) memikul tanggung jawab ini pada level
group, ia mendukung dengan tingkat kepedulian yang tinggi untuk
menjamin bahwa dalam tiap divisi dan unit bisnis manajemen memiliki
otoritas, keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
tanggung jawabnya. Group Executive/Vice President SDM dari
Perusahaan

bertanggung

jawab

untuk

mengkoordinasi

dan

mengevaluasi kembali secara keseluruhan kebijakan K3, memberikan


rekomendasikan mengenai hal tersebut kepada Komite Eksekutif.
Semua karyawan memiliki tanggung jawab untuk kesehatan &
keselamatan mereka sendiri dan teman lainnya yang berada dalam
lingkup/terpengaruh oleh tindakan mereka.

Adapun kebijakan-kebijakan dari K3 ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling


mendukung.
2. Pemberdayaan semua pihak, baik itu intern maupun ekstern, agar
mampu menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Kontraktor berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen
perusahaan.
5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja
yang berkelanjutan.
Adapun strategi-strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan komitmen antara kontraktor dan tenaga kerja di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
26

2. Meningkatkan peran dan fungsi semua sector dalam pelaksanaan


keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya
keselamatan dan kesehatan kerja dari kontraktor dan tenaga kerja.
4. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui manajemen
risiko dan manajemen perilaku yang berisiko.
5. Mengembangkan sistem penilaian keselamatan dan kesehatan kerja
(Audit SMK3) di dunia usaha.
6. Meningkatkan penerapan sistem informasi keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi.
7. Memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja sejak dini hingga berkelanjutan.
8. Meningkatkan integrasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam
semua bidang disiplin ilmu.

27

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada setiap aktivitas pekerjaan pasti selalu ada resiko kegagalan. Pada setiap
aktivitas pekerjaan pasti selalu ada resiko kegagalan yang akan mengakibatkan
efek kerugian (loss). Maka perlu dilakukan Keselamata dan Kesehatan Kerja
(K3) adalag pada hakekatnya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu
keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan
kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan, dan kesehatan tenaga
kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan
pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja, kebakaran, peledakan, atau pencemaran lingkungan kerja, dll.
PT. Bangun Indah Perkasa Nusantara adalah sebuah perusahaan swasta di
Surabaya, Jawa Timur yang merupakan perusahaan kontraktor umum dan
perdagangan yang membangun segala jenis bangunan, seperti: pabrik, gudang,
kantor, rumah, pondasi mesin, bangunan komersial, dll. Sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan dibagi menjadi 7 tahapan,
diantaranya:
1. Mengindentifikasi resiko dan bahaya
2. Mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan yang berlaku.
3. Menentukan target dan pelaksana program.
4. Melancarkan program perencanaan untuk mencapai target dan objek yang
tela ditentukan.

28

5. Mengadakan perencanaan terhadap kejadian darurat.


6. Peninjauan ulang terhadap target dan pelaksana system.
7. Penetapan kebijakan sebagai usaha untuk mencapai kemajuan yang
berkesinambungan.

Tujuan utama Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menjamin keadaan,


keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta
hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dan manusia pada khususnya, yang berhubungan dengan peralatan,
tempat kerja, dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. K3 bukan
hanya tanggung jawab dari kontraktor saja, melainkan menjadi tanggung jawab
semua pihak, termasuk pengguna jasa.

Prosedur pencegahan yang biasa dilakukan seperti melakukan training


terhadap pekerja, memberikan alat perlindungan diri yang berstandar, dan
melakukan Perancah (Scaffolding) dan House Keeping.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Perusahaan
Bagi pihak perusahaan untuk disarankan menekankanm seminimal
mungkin terjadinya kecelakaan kerja, dengan jalan antara lain
meningkatkan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
dengan baik dan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan sering diadakan
sosialisasi tentang manfaat dan arti pentingnya program keselamatan
dan kesehatan kerja (k3) bagi karyawan, seperti misalnya dengan
pemberitahuan bagaimana cara penggunaan peralatan, pemakaian alat

29

pelindung diri, cara mengoperasikan mesin dengan baik dan benar.


Selain itu, perusahaan harus meningkatkan program keselamatan dan
kesehatan kerja serta menerangkan prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan operasional.

4.2.2 Bagi Karyawan


Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan bekerja secara disiplin dan berhati-hati
serta mengikuti prosedur.

30

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan. (1992). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992. Jakarta.
PT.

Bangun
Indah
Perkasa
Nusantara.
(n.d.).
http://www.bangunindah.com/?p=page&action=view&pid=17. Retrieved
from http://www.bangunindah.com.

Undang-Undang No. 1 Tentang Keselamatan Kerja. (1970). Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai