Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PERTOLONGAN PERTAMA


PENILAIAN PENDERITA

Oleh :
MAULANA JA’FAR SHIDIQ (0522040080)
DOSEN PENGAMPU :
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S,ST., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2022
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
1.3 TUJUAN .................................................................................................................2
BAB 2 ................................................................................................................. 3
DASAR TEORI .................................................................................................. 3
2.1 KECELAKAAN KERJA ...............................................................................................3
2.2 PERTOLONGAN PERTAMA .....................................................................................4
2.3 PENILAIAN KEADAAN .............................................................................................5
2.4 PENILAIAN DINI .....................................................................................................6
2.5 PEMERIKSAAN FISIK ...............................................................................................8
2.6 RIWAYAT PENDERITA........................................................................................... 10
2.7 EVALUASI ULANG KONDISI KORBAN .................................................................... 10
2.8 PELAPORAN ......................................................................................................... 11
BAB 3 ............................................................................................................... 12
METODE PERCOBAAN ................................................................................ 12
3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN ........................................................................... 12
3.2 LANGKAH PERCOBAAN ........................................................................................ 12
3.2.1 PENILAIAN KEADAAN .................................................................................... 12
3.2.2 PENILAIAN DINI............................................................................................. 12
3.2.3 Pemeriksaan fisik .......................................................................................... 14
3.2.4 Riwayat penderita......................................................................................... 18
3.2.5 PEMERIKSAAN BERKALA ............................................................................... 19
3.2.6 PELAPORAN .................................................................................................. 19
3.3 DIAGRAM ALIR PERCOBAAN ................................................................................ 20
BAB 4 ............................................................................................................... 21
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ....................................................... 21

ii
4.1 HASIL PRAKTIKUM ............................................................................................... 21
4.1.1 STUDI KASUS................................................................................................. 21
4.1.2 TAHAP PENILAIAN KEADAAN......................................................................... 21
4.1.3 PENILAIAN DINI............................................................................................. 21
4.1.4 PEMERIKSAAN FISIK ...................................................................................... 21
4.1.5 PEMERIKSAAN RIWAYAT PENDERITA ............................................................ 22
4.1.6 PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUTAN .................................................... 22
4.1.7 PELAPORAN .................................................................................................. 22
BAB 5 ............................................................................................................... 23
KESIMPULAN ................................................................................................ 23
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering
terjadi di perusahaan dan menyebabkan keparahan tingkat luka pada fisik
pekerja. Perkembangan industri yang sangat pesat menyebabkan
meningkatnya peralatan mesin serta bahan-bahan kimia dalam proses
produksi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa
dengan kualitas baik agar dapat bersaing di pasaran. Kemajuan industri dan
ilmu pengetahuan dapat menyebabkan meningkatnya sumber bahaya dan
potensi bahaya bagi pekerja di suatu perusahaan, serta penyakit akibat kerja
di tempat kerja. Indonesia merupakan negara yang membutuhkan banyak
perhatian. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan (BPJS), pada tahun 2018 terjadi 157.313 kecelakaan kerja
di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat kecelakaan kerja yang
tinggi. Menurut data Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan
(Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah, angka kecelakaan kerja cenderung
fluktuatif. Pada tahun 2016 terjadi 3.665 kecelakaan kerja. Hal ini menurun
menjadi 3.083 kasus pada tahun 2017, kemudian menurun sebesar 48%
menjadi 1.468 kasus pada tahun 2018.
Berdasarkan data kecelakaan, kami berharap dengan mendorong
semua pihak untuk peduli, kami dapat mengurangi angka kecelakaan kerja.
Seluruh anggota suatu tempat kerja, mulai dari pekerja hingga manajemen,
harus bahu-membahu mensosialisasikan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Ada beberapa cara untuk mengurangi angka kecelakaan
kerja, seperti memahami faktor-faktor penyebabnya. Menurut (Elisa, 2017)
dijelaskan bahwa kecelakaan kerja yang sering terjadi disebabkan oleh
faktor lingkungan tempat kerja, rambu keselamatan, pekerja dan praktik
kerja. Menurut artikel jurnal oleh Shirali, Noroozi dan Malehi (2018),
keparahan cedera yang dialami individu setelah kecelakaan kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, penyebab kecelakaan, dan
tingkat pendidikan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara melakukan pertolongan pertama dalam kecelakaan?
2. Bagaimana cara melakukan evaluasi penderita dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan?
3. Bagaimana cara melakukan evaluasi terhadap tanda vital dan
pemeriksaan fisik penderita?

1.3 TUJUAN
1. Mampu menerapkan teori pada pertolongan pertama dalam kecelakaan.
2. Mampu mengevaluasi pasien dalam keadaan darurat kecelakaan.
3. Kemampuan untuk menilai tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik pasien

2
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 KECELAKAAN KERJA


Pengertian Kecelakaan Kerja
1) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta
benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor:
03/Men/1998).
2) OHSAS (18001:2007) Kecelakaan kerja menurut OHSAS
(Occupational Health and Safety Assessement Series) adalah kejadian yang
berhubungan dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera atau kesakitan, dan
kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2007).
3) Teori Heinrich/ Teori Domino 13 Menurut buku Industrial Safety
dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan kerja adalah “Kejadian tak terkontrol atau
tak direncanakan yang disebabkan oleh faktor manusia, situasi atau
lingkungan yang membuat terganggunya proses kerja dengan atau tanpa
berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti kerja.”
Menurut Teori Domino (1969) dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan terdiri atas
lima faktor yang saling berhubungan yaitu kondisi kerja, kelalaian manusia,
tindakan tidak aman, kecelakaan, dan cedera. Teori Domino ini jika
dijelaskan seperti kartu yang disusun tegak jika satu kartu jatuh, maka kartu
ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.
Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya,
jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun
yang menyebabkan robohnya bangunan lain. Menurut Heinrich dalam teori
Domino ini kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan
menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor
penyebab kecelakaan.

3
4) Multiple Factor Theories Dalam jurnal (Winarsunu, 2008) faktor-
faktor yang berkontribusi mencakup 4M, yaitu man, machine, media, dan
management. Faktor man atau manusia meliputi usia, gender, kemampuan,
keterampilan, pelatihan yang pernah diikuti, kekuatan, motivasi, keadaan
emosi, dan lain-lain. Faktor media meliputi lingkungan kerja misalnya suhu,
kebisingan, getaran, gedung, jalan, ruang kerja, dan sebagainya. Faktor
machine atau mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber energi, cara
kerja, tipe gerakan, dan bahan mesin itu sendiri. Sedangkan faktor
management adalah konteks dimana ketiga faktor berada dan dijalankan,
meliputi gaya manajemen, struktur organisasi, komunikasi, kebijakan dan
prosedur-prosedur lain yang dijalankan di organisasi 14 Dari kedua teori
kecelakaan kerja tersebut dapat disimbulkan bahwa yang menjadi faktor
penyebab kecelakaan kerja yaitu faktor manusia dan lingkungan.

2.2 PERTOLONGAN PERTAMA


Pertolongan Pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada
orang atau kecelakaan yang memerlukan perawatan medis dasar. Menurut
Susilowati (2015), pertolongan pertama adalah orang pertama yang
memberikan pertolongan atau pertolongan kepada mereka yang terkena
kecelakaan. Pengertian P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah
pemberian pertolongan yang dilakukan secara cepat dan tepat sebelum
korban dibawa ke rujukan, sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah
pemberian pertolongan segera kepada pasien yang sakit atau
cedera/kecelakaan yang memerlukan tindakan medis dasar, yaitu tindakan
pengobatan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang dapat
dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih untuk memberikan
pertolongan pertama.
Menurut Sudijandoko (2000), Cedera dapat ditandai dengan nyeri,
bengkak, kram, memar, kaku, dan berkurangnya kekuatan pada area yang
cedera. Saat memberikan pertolongan pertama dalam kecelakaan, tindakan
penilaian merupakan urutan langkah yang harus dilakukan.

4
Tindakan penilaian korban terdiri dari:
1. Penilaian keadaan.
2. Penilaian dini.
3. Pemeriksaan fisik.
4. Riwayat penderita.
5. Pemeriksaan berkala.
6. Pelaporan.

2.3 PENILAIAN KEADAAN


Penilaian keadaan dilakukan untuk menentukan adanya faktor
pendukung atau penghambat dalam melakukan tindakan pertolongan
nantinya. Dalam fase ini penolong terlebih dulu harus memastikan situasi
aman untuk “penolong, orang sekitar/lingkungan dan korban” dengan jalan:

1) Bagaimana kondisi saat itu


Apa yang terjadi, mekanisme kejadian, berapa jumlah korban,
amankah lingkungan, perencanaan pertolongan, sesuatu yang bisa
dimanfaatkan (improfisasi)
2) Kemungkinan apa yang akan terjadi
Bahaya susulan apa yang akan terjadi dari kejadian tersebut
3) Bagaimana mengatasinya
Rencanakan dan lakukan langkah-langkah untuk mengamankan
keadaan atau bahaya yang akan timbul (safety plan)

Saat dilokasi kejadian, penolong harus:


1. Memastikan keselamatan diri, orang sekitar dan penderita (korban)
2. Penolong memperkenalkan diri
3. Menentukan keadaan umum dan mulai melakukan penilaian dini
4. Mengenali dan mengatasi gangguan yang mengancam jiwa
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan
6. Minta bantuan

5
2.4 PENILAIAN DINI
Langkah pertama dalam penilaian awal adalah menentukan jenis
kasus. Ini bisa menjadi tugas yang sulit dalam beberapa kasus - seperti yang
melibatkan trauma atau masalah medis. Keadaan traumatis adalah keadaan
yang disebabkan oleh suatu kekuatan yang mempunyai tanda-tanda yang
nyata, tampak atau taktil, seperti luka bakar, memar, patah tulang, dan lain-
lain. Kasus medis adalah kasus yang dialami oleh seseorang tanpa riwayat
keterpaksaan, seperti sesak napas, sinkop, dan lain-lain (PMI, 2008).
Selanjutnya dilakukan penilaian respon atau kesadaran. Respon
penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat
ringannya gangguan yang terjadi dalam otak. Ada 4 tingkatan respon yang
dapat disingkat dengan ASNT atau AVPU, yaitu:
1. Respon Awas/Alert (penderita sadar sepenuhnya)
2. Respon Suara/Voice (penderita hanya menjawab jika mendengar
suara)
3. Respon Nyeri/Pain (penderita hanya bereaksi jika ada rangsang
nyeri yang diberikan penolong)
4. Tidak respon/Un-respon (penderita tidak bereaksi terhadap
rangsang apapun

6
Setelah dilakukan penilaian respon, selanjutnya melakukan teknik
CAB, yaitu:
1. Circulation (peredaran darah) Jika korban sadar, cara yang
digunakan adalah dengan meraba nadi pergelangan tangan (radial).
Sedangkan bagi korban yang tidak sadar, nadi yang diperiksa adalah di
bagian leher (carotis).

Gambar 2.1
Sumber: https://id.wikihow.com/Memeriksa-Denyut-Nadi
2. Airway (jalan nafas) Memastikan jalan nafas korban terbuka
dengan baik. Jika tidak ada dugaan cedera kepala/leher/tulang belakang,
gunakan teknik angkat dagu tekan dahi (head tilt-chin lift). Jika ada dugaan
cedera kepala/leher/tulang belakang, gunakan teknik Jaw Thrust Manuever.

Gambar 2.2
Sumber: https://elearning.surabaya.go.id/upload/materi/1/AIR_WAY.pdf

7
3. Breathing (nafas) Setelah jalan nafas berjalan dengan baik,
dilakukan pemeriksaan pernafasan dengan teknik LDR (Lihat, Dengar,
Rasakan) adanya pernafasan pada korba selama 5-10 detik.

Gambar 2.3
Sumber: https://elearning.surabaya.go.id/upload/materi/1/AIR_WAY.pdf

2.5 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan menyeluruh terhadap
tubuh pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dalam buku Patient
Assessment (2005), empat teknik dasar yang digunakan selama
pemeriksaan fisik: inspeksi (penglihatan), palpasi (sentuhan), perkusi
(ketukan), dan auskultasi (pendengaran). Tanda-tanda yang perlu
ditemukan penolong dapat disingkat dengan PLNB (Perubahan bentuk,
Luka terbuka, Nyeri, dan Bengkak), yaitu:
1. Adanya perubahan bentuk pada bagian tubuh korban
2. Adanya luka terbuka pada tubuh korban
3. Perasaan nyeri saat bagian tubuh korban diraba atau ditekan
4. Adanya bengkak pada tubuh korban

8
Tanda-tanda vital pada manusia yang menunjukkan adanya
kehidupan dapat dilihat pada:
1. Denyut nadi
Nadi adalah gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung.
Denyut nadi normal manusia adalah:

 Bayi : 120 – 150 kali/menit


 Anak-anak : 80 – 150 kali/menit
 Dewasa : 60 – 90 kali/menit

2. Frekuensi pernafasan
Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali
mengeluarkan nafas (satu kali gerakan naik dan turun). Frekuensi
pernafasan normal manusia adalah:

 Bayi : 25 – 50 kali/menit
 Anak-anak : 15 – 30 kali/menit
 Dewasa : 12 – 20 kali/menit

3. Tekanan darah
Menurut Aryani (2009), ukuran manset pada pengukuran tekanan darah
dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah. Ukuran manset
yang direkomendasikan untuk pengukuran darah harus sesuai dengan
ukuran lengan orang yang akan diperiksa. Tekanan darah normal pada
manusia adalah:
Sistolik : 100 – 140 mmHg
Diastolik : 60 – 90 mmHg 4.
4. Suhu tubuh
Suhu tubuh normal manusia adalah 37°C 5.
5. Kulit
Kulit lembab, jika diraba terasa hangat dan warnanya kemerah-merahan

9
2.6 RIWAYAT PENDERITA
Wawancara sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi penderita.
Hal ini bias dilakukan kepada penderita langsung (bila sadar) atau
saksi/keluarga (bila penderita tidak sadar). Untuk memudahkan wawancara
kita mengenal akronim : KOMPAK
· K : Keluhan utama (gejala dan tanda)
· O : Obat-obatan yang diminum
· M : Makanan/minuman yang terakhir
· P : Penyakit yang diderita
· A : Alergi yang dialami (dimiliki)
· K : Kejadian yang dialami

2.7 EVALUASI ULANG KONDISI KORBAN


Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan diatas bukan berarti
tugas penolong selesai, namun harus dilakukan pemeriksaan ulang
(lanjutan) sampai mendapatkan pertolongan medis. Pemeriksaan ini bisa
juga mencari hal-hal yang terlewatkan.
Secara umum pemeriksaan berkala, harus dinilai kembali :
a. Keadaan respon
b. Nilai kembali ABC
c. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan periksa ulang dari
ujung kepala sampai ujung kaki
d. Periksa secara seksama bila ada hal-hal yang belum diperiksa
e. Nilai kembali penatalaksanaan
f. Pertahankan komunikasi dengan penderita

10
2.8 PELAPORAN
Setelah selesai menangani korban, maka perlu dilaporkan secara
singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya
dicantumkan:
1. Umur dan jenis kelamin penderita
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting

11
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1, Tensimeter
2. Jam atau Stopwatch
3. Stetoskop
4. Alat tulis
5. Senter kecil

3.2 LANGKAH PERCOBAAN


3.2.1 PENILAIAN KEADAAN
Pada tahap ini penolong harus melakukan pengamatan lokasi
kejadian. Sebagai panduan jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Bagaimana Kondisi saat ini ?
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?
3. Bagaimana mengatasinya ?

3.2.2 PENILAIAN DINI


Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan
yang mengancam nyawa penderita dengan tepat , cepat , dan sederhana.
Langkah - langkah penilaian dini :
1. Kesan umum
Pada langkah ini, penolong harus mengidentifikasi terlebih dahulu
kasus apa yang dihadapi, apakah kasus trauma atau medis.

Kasus Trauma Kasus Medis


Alasan :

12
2. Memeriksa respon

Pada langkah ini untuk mengetahui berat atau ringannya gangguan


pada otak penderita. Ada empat tingkatan respon, yaitu :

A = Awas N = Nyeri
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :

3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airway),


pernafasan (breathing) -> CAB

CIRCULATION

Pada langkah ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja


dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran darah
adalah :

a. Penderita respon baik Periksa nadi radial (pergelangan tangan),


brakial (bagian dalam lengan) dan karotis (leher) untuk melihat
ada/tidaknya kerja jantung.
b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita respon
baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR.

AIRWAY

a. Penderita dengan respon baik.

Pastikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya suara


atau gangguan bicara.

b. Penderita dengan tidak respon


Cara :
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang
belakang dan tulang leher)

13
BREATHING
Cara melihat ada / tidaknya nafas :
 Dilihat naik turunnya dada penderita
 Didengar ada/tidaknyahembusan dan tarikan nafas
 Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas
Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung
paru (RJP)/CPR.

3.2.3 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan
penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung
kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan penglihatan (inspeksi) ,
perabaan (palpasi) , dan pendengaran (auskultasi). Pada penderita trauma
harus dicari :
i. Perubahan bentuk (P)

ii. Luka Terbuka (L)

iii. Nyeri Tekan (N)

iv. Bengkak (B)

A. Kepala

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Hidung dan Telinga

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

14
 Mulut

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Mata

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

B. Leher

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

C. Dada
P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

15
D. Perut

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

E. Punggung

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

F. Panggul

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

G. Extermitas atas dan Bawah


 Tangan

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

16
 Kaki

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

H. Pengukuran tanda vital


 Denyut nadi :.............................................. kali/menit
 Frekuensi nafas :.............................................. kali/menit
 Suhu badan : ..................... 0C
 Tekanan Darah
Sistolik : ..........................................mmHg
Diastolik : ..........................................mmHg

Cara mengukur tekanan darah:


1. Mengencangkan klep pada tensimeter

2. Melilitkan manset sampai menutupi setengah lengan atas arteri brakialis

3. Memompa dengan cepat sampai arteri tidak teraba, kemuadian


tambakan 30 mmHg

4. Mengurangi tekanan manset dengan cara membuka klep secara


perlahan-lahan dan jangan terlalu cepat

5. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya. Itu merupakan


angka sistolik.

6. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya. Itu merupakan


angka sistolik

7. Terus kurangi tekanan manset sampai tidak terdengar denyutan. Ini


merupakan nilai diastolik.

8. Mencatat nilai sistolik dan nilai diastolik dalam mmHg.

9. Paling efektif penderita diukur dalam keadaan telentang. Apabila tidak


memungkinkan, mencatat posisi penderita pada saat diukur.

17
Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena:
a. Bising

b. Bagian telinga stetoskop tidak terpasang dengan baik

c. Manset tidak terpasang dengan baik

d. Nilai sistolik belum pada nilai maksimal

e. Ukuran manset tidak sesuai

f. Bagian balon terlalu besar atau terlalu kecil

g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat

3.2.4 Riwayat penderita


Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus
dilakukan wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian,
mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat
dilakukan dengan penderita, keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu
ditanyakan dalam wawancara adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda)
Gejala adalah hal-hal yang hanya dirasakan oleh penderita. Tanda
adalah hal-hal yang dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar
maupun diraba. Saat tanya jawab hindari jawaban “ya” dan “tidak”. Jadi
gunakan pertanyaan terbuka.
2. Obat-obatan yang diminum
Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu
pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum
atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi
kasus medis.

3. Makanan/minuman terakhir

Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama


keracunan racun melalui saluran cerna.

18
4. Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita mungkin berhubungan dengan


keadaan yang dialami penderita pada saat ini.
5. Alergi yang dialami
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada penderita ini adalah suatu
bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau
keluarga sudah mengetahuinya.
6. Kejadian
Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang
kita hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.

3.2.5 PEMERIKSAAN BERKALA


Penilai dari penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa
tugas seseorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan
secara berkala dengan mengulang memeriksa dari awal atau mencari hal
yang terlewati.
3.2.6 PELAPORAN
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secara
singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya
dicantumkan :
1. Umur dan jenis kelamin penderita
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting

19
3.3 DIAGRAM ALIR PERCOBAAN

Tiba di tempat

Penilaian keadaan

Penilaian dini

Trauma Medis

Cek kesadaran
(A-S-N-T)

Cek (C-A-B)

Tanda vital Pemeriksaan fisik P-L-N-B

Riwayat penderita
(K O M P A K)

Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan fisik

20
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PRAKTIKUM
4.1.1 STUDI KASUS
Pada suatu hari pukul 19.30, seorang anak bernama Mirza telah
selesai mengikuti pembelajaran di kampus dan akan pulang ke kost nya.
Namun, pada saat di perjalanan,Mirza mengalami ngantuk berat. Pada
akhirnya Mirza mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas
jalan.Kepala Mirza terbentur oleh pembatas jalan dan mengakibatkan
Mirza pingsan.

4.1.2 TAHAP PENILAIAN KEADAAN


Pada tahap ini menentukan apakah ada faktor pendukung atau
hambatan dalam melakukan pertolongan pada korban. Pada saat terjadi
kecelakaan korban dikelilingi banyak orang yang melihat keadaan korban.
Untuk mencegah terjadinya bahaya lain saya menyarankan untuk
memindahkan korban ke pinggir jalan untuk keselamatan korban dan
menghindari bahaya lain yang mungkin muncul. Setelah itu saya
memperkenalkan diri saya kepada korban dan orang sekitar sebagai
penolong serta meminta bantuan dengan menelpon ambulans.
4.1.3 PENILAIAN DINI

1. Kesan : korban termasuk pada jenis kasus trauma karena pada


umum korban terdapat tanda-tanda jelas seperti terdapat luka pada
tangan, kaki, dan kepala
.
2. 2. Respon : Nyeri, karena saat korban dicubit, korban merespon dengan
menggerakkan sedikit tangannya.
3. Pemeriksaan : Memeriksa Circulation dengan memeriksa nadi korban,
CAB memeriksa keadaan Airway korban, dan pemeriksaan
Breathing korban yaitu dengan cara mendekatkan pipi pada
hidung korban dan melihat naik turun pada dada korban.

4.1.4 PEMERIKSAAN FISIK


Pada tahap ini melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba seluruh
tubuh korban dari kepala hingga kaki untuk mencari tahu apakah terdapat luka
tersembunyi seperti adanya Perubahan bentuk (P), Luka terbuka (L), Nyeri (N),
dan Bengkak (B). Selain itu, melakukan pemeriksaan tanda vital seperti denyut
nadi 88 kali/menit, pernafasan 16 kali/menit, tekanan darah 120/90, dan suhu
tubuh 35℃.

21
4.1.5 PEMERIKSAAN RIWAYAT PENDERITA
1. Keluhan : Korban merasakan pusing yang sangat berat dan merasa
(K) penglihatan sedikit mengabur walau sesaat.
2. Obat (O) : Korban meminum obat paracetamol
3. Makanan : Terakhir sebelum kejadian, memakan nasi goreng
(M)
4. Penyakit : Sakit kepala dan demam
(P)
5. Alergi (A) : Tidak memiliki alergi khusus.
6. Kejadian : Mirza mengantuk setelah meminum obat paracetamol
(K)

4.1.6 PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUTAN


Pemeriksaan ulang dilakukan setiap 5-10 menit sekali untuk memeriksa
tanda-tanda vital serta memastikan tidak ada yang terlewatkan dalam
melakukan penilaian penderita.
4.1.7 PELAPORAN
Penanganan yang dilakukan penolong adalah memeriksa CAB dan
tanda-tanda vital. Setelah bantuan datang saya melaporkan keadaan korban
kepada petugas medis atau polisi untuk mendapatkan perawatan yang
selanjutnya.
.

22
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Dalam melakukan penilaian keadaan pada pasien dilakukan tindakan


penilaian sesuai dengan urutan langkah dalam memberikan pertolongan pertama
pada kecelakaan yaitu :
1. Penilaian keadaan
2. Penilaian dini yang terdiri dari kesan umum, pemeriksaan respon dan
pemeriksaan ABC (airway, breathing and circulation)
3. Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan PLNB (perubahan bentuk,
luka terbuka, nyeri, bengkak) pada seluruh bagian tubuh dan
pemeriksaan tanda vital manusia.
4. Riwayat penderita terdiri dari KOMPAK (keluhan utama, obat yang
diminum, makanan/minuman yang terakhir imakan/diminum,
penyakit yang diderita, alergi, kejadian).
5. Pemeriksaan berkala atau lanjut
6. Pelaporan

23
DAFTAR PUSTAKA
 Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet
Praktikum Penilaian Penderita. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.

 http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/226/11/BAB%20II.pdf

 http://repository.unissula.ac.id/17976/5/Bab%201.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai