Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KECELAKAAN KERJA DAN PENGENDALIANNYA”

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Andi Asma Ningsih (70200121111)

Maghfirah Insan Sakinah (70200121079)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa saya curahkan kepada Rasulullah SAW,
Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan
sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.
Dalam proses pendalaman materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini,
tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, dan pengetahuan, untuk itu tak
lupa kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini, khususnya Ibu Dr. Fatmawaty Mallapiang, SKM.,
M.Kes selaku dosen mata kuliah dasar kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kecelakaan Kerja dan
Pengendaliannya”.
Demikian dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, untuk itu kami meminta saran dan kritik yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Gowa, 01 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7

A. Pengertian Kecelakaan Kerja .................................................................... 7

B. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .......................................................... 8

C. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja ............................................................ 9

D. Dampak Kecelakaan Kerja ..................................................................... 11

E. Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja ................................. 12

F. Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja ................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 19

A. Kesimpulan ............................................................................................. 19

B. Saran........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia industri di Indonesia saat ini terlihat semakin pesat. Setiap
industri diharuskan selalu memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan agar dapat
memenuhi permintaan setiap konsumen. Semakin tinggi produktivitas maka akan
mengakibatkan semakin besar juga bahaya atau risiko kerja yang akan ditimbulkan.
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja tersebut dapat berasal
dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal
dari luar proses kerja (Agus, 2015).

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2015, diperkirakan


secara global ada 60.000 kecelakaan kerja fatal per tahunnya. Sekitar 1 dari 6
kecelakaan fatal yang dilaporkan, terjadi pada sektor konstruksi. Berdasarkan data
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) di Amerika menunjukkan
bahwa jumlah kematian total dalam sektor konstruksi pada tahun 2014 sebesar 874
jiwa. Dari jumlah kematian tersebut 349 jiwa (39,9%) di sebabkan karena jatuh dari
ketinggian, 74 jiwa (8,5%) karena listrik, 73 jiwa (8,4%) kejatuhan benda dan 12
jiwa (1,4%) karena kecelakaan lain (United States Department of Labor, 2014).

Di Indonesia sendiri, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Ketenagakerjaan tahun 2015, menyatakan bahwa setiap 100.000 kasus kecelakaan
terhadap tenaga kerja di Indonesia, 30% diantaranya terjadi di sektor konstruksi.
Kementrian Ketenagakerjaan tahun 2014 menjelaskan bahwa jumlah kecelakaan
kerja yang dialami pekerja konstruksi relatif tinggi yaitu 31,9% dari total
kecelakaan dengan jenis kasus kecelakaan tertinggi yaitu jatuh dari ketinggian 26%,
terbentur 12% dan tertimpa 9% (Safitri & Widowati, 2017).

Suma`mur (2009), berpendapat risiko kecelakaan dapat terjadi utamanya


disebabkan dari tindakan tidak aman maupun kondisi tidak aman. Kondisi tidak
aman merupakan kondisi fisik (peralatan, mesin, sifat dan cara kerja) yang dapat
langsung mengakibatkan kecelakaan. Tindakan tidak aman merupakan perbuatan
dari manusia (kurang pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman,
ketelitian) yang dapat langsung mengakibatkan kecelakaan.

Tindakan tidak aman itu (unsafe action) dapat membahayakan pekerja itu sendiri
maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak memakai APD, tidak mengikuti prosedur
kerja, tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati,
dimana dari setiap 300 tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan
yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Sholihah, 2013).

Untuk itu, upaya pencegahan bahaya yang berpotensi mengakibatan risiko


terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, maka diterapkan pencegahan secara
komperehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kecelakaan kerja

2. Apa yang menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja

3. Apa teori penyebab kecelakaan kerja

4. Apa dampak yang diakibatkan kecelakaan kerja

5. Apa jenis cidera yang diakibtkan kecelakaan kerja

6. Apa pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan untuk kecelakaan


kerja

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kecelakaan kerja

2. Untuk mengetahui faktor penyebab kecelakaan kerja


3. Untuk mengetahui teori penyebab kecelakaan kerja

4. Untuk mengetahui dampak akibat kecelakaan kerja

5. Untuk mengetahui jenis cidera yang diakibtkan kecelakaan kerja

6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja merupakan insiden yang dapat menyebabkan cedera, dan juga
bisa terjadi kematian. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terjadi
secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab
kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan
korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih
lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali
(Suma’mur, 2013).

Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
• OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan
sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian
kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
• Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang
berpontensi menyebabkan merusak lingkungan.Selain itu, kecelakaan kerja
atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan
tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan,
orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat
lainnya (Heinrich et al., 1980).
• Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak
direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera,
kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya
• Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan
industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur
dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
• Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak
terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
• Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang
mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat mengakibatkan
luka pada pada seseorang (Hinze, 1997).
• Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau
mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian
lainya (Rowislon dalam Endroyo, 2007).

Menurut kelompok kami, kecelakaan kerja merupakan suatu insiden yang tidak
diinginkan yang dapat menyebabkan cidera. Kecelakaan kerja dapat dihindari
dengan melakukan upaya preventif karena kecelakaan kerja itu ada penyebabnya
jadi sebab tersebut harus diteliti dan ditemukan agar kecelakaan tidak terulang
kembali.

B. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor


yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan
oleh 4 faktor penyebab utama (Husni, 2003) yaitu :

a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan,ketrampilan, dan sikap.


b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya
karena metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak
sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak
aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak
dapat diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau
diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh
karena itu kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta
perlengkapan produksi sesuai dengan standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 %dan kondisi
yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:

a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap


b. Keletihan
c. Gangguan psikologis

Menurut kelompok kami, kurangnya ilmu dan ketidakpedulian pekerja dengan


K3 yang menjadi penyebab kecelakaan kerja itu terjadi. Manusia merupakan factor
terbesar dalam kecelakaan kerja.

C. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

a. Teori Domino

Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari
manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak
berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak
aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan
bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang
dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman
akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan
karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan
(ancestry) dan lingkungannya (environment).

Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan
kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich
menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga
kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah:

• Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang


berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
• Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
• Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
• Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

b. Teori Bird & Loftus

Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian
agar tidak terjadi kecelakaan.

c. Teori Swiss Cheese

Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen


yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat
dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan
demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang
gagal.

Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadiDirect Cause dan Latent


Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan
yang menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi.
Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab langsung
terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab langsung
tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni
“Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas
sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

Menurut kelompok kami, kecelakaan disebabkan oleh perbuatan atau


tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri, dan sisanya disebabkakn okarena
kondisi yang tidak aman. Apabila tterdapat suatu kesalahan manusia, maka akan
tercipta tidakan dan kondisi yang tidak aman.

D. Dampak Kecelakaan Kerja

Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det Norske


Veritas (DNV, 1996), terlihat bahwa jenis kerugian akibat terjadinya kecelakaan
kerja meliputi manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan kualitas.

Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian. Kerugian-kerugian tersebut terdiri


atas:

1. Kerusakan, merupakan kerugian yang berdampak pada peralatan atau mesin


yang digunaka dalam kerja atau pada hasil produksi.
2. Kekacauan organisasi, merupakan kerugian yang berdampak karena adanya
keterlambatan proses, pengantian alat atau tenaga kerja baru.
3. Keluhan dan kesedihan, merupakan kerugian non material yang diderita oleh
tenaga kerja namu lebih cenderung pada kerugian yang bersifat psikis.
4. Kelainan dan cacat, merupaka kerugian yang diderita tenaga kerja secara fisik,
bisa berupa sakit yang terobati atau yang lebih fatal adalah kelainan dan cacat.
5. Kematian, merupakan kerugian yang menduduki posisi puncak terhadap fisik
dan psikis tenaga kerja

Jadi, menurut kelompok kami untuk menghindari berbagai kerugian tersebut,


perusahaan maupun pekerja wajib untuk mengikuti prosedur K3 dipahami dengan
benar dan menghindari unsafe action maupun hal-hal yang dapat menyebabkan
kerugian.

E. Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan
membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan.
Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik
kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai
oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1 .
Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

• Cidera fatal (fatality) Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau
penyakit akibat kerja
• Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) adalah
suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau
kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat
kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari
kerja.
• Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) adalah
semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja
karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga
termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode
sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja
alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut
terjadi.
• Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restrictedduty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau
yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan
lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
• Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury) Kecelakaan kerja
ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang
ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk
memberikan pertolongan pada kecelakaan.
• Cidera ringan (first aid injury) Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja
yang ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan
setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.
• Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident) Adalah
suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.

Jadi, menurut kelompok kami dengan menggunakan statistik kita dapat


menghitung tingkat kecelakaan kerja yang terjadi. Sehingga dapat menemukan
berbagai faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencegah atau
menurunkan terjadinya kecelakaan kerja.

F. Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yakni sebagai
berikut:

1. Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan


mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan/pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan
industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK,
dan pemeliharaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi, misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan
jenis peralaan industri tertentu, praktik keselamatan, atau peralatan
perlindugan diri.
3. Pengawasan, tentang dipatuhinya ketentun perundangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat
perlindungan diri.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek fisiologis dan
patologis faktor lingkungan, teknologis, dan keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola kejiwaan yang
meyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis kecelakaan yang terjadi,
dalam pekerjaan apa dan sebab-sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut tentang pendidikan keselamatan dalam
kurikulum teknik sekolah perniagaan atau kursus pertukangan.
9. Pengarahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain
untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
10. Asuransi, yaitu insentif financial untuk mningkatkan pencegahan
kecelakaan kerja, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar
oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
11. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukura utama
efektif tidaknya peneraapan keselamatan kerja. Pada perusahaan kecelakaan
terjadi, sedangkan pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung
pada tingkat kesadaran atau keselamatan kerja oleh semua pihak yang
bersangkutan.

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan untuk kecelakaan kerja:


1. Pemasangan Rambu-Rambu K3

Rambu-rambu K3 yang dipasang pada lokasi pekerjaan menginformasikan


kepada setiap petugas di lapangan untuk memperhatikan dan mematuhi
rambu-rambu tersebut karena di lokasi tersebut terdapat potensi
bahaya/kecelakaan kerja. Rambu-rambu K3 tersebut terpasang pada lokasi
yang memiliki potensi bahaya dan kecelakaan kerja, sedangkan pada
alat/mesin telah dipasang rambu-rambu K3 oleh pabrik pembuatnya sesuai
dengan potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada komponen tersebut. Alat
kerja misalnya mesin gegaji kayu, mesin genset dan sebagainya

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Jenis APD yang harus dipakai selama melakukan pekerjaan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung Untuk dapat melakukan pemeriksaan dan
penggunaan APD dengan benar, maka setiap petugas perawatan dan
pemeliharaan bangunan gedung diwajibkan untuk memahami jenis dan
fungsi dari APD yang sering digunakan di lapangan.

1) Pelindung tubuh (Protective overall) Pelindung tubuh adalah baju kerja


yang dipakai selama melakukan tugas pekerjaan dengan ukuran yang pas
dengan postur tubuh setiap tenaga kerja sesuai jenis pekerjaannya
2) Pelindung kepala (Safety helmet) Pelindung kepala adalah topi (helm)
yang dipakai untuk melindungi kepala selama melakukan pekerjaan,
untuk mencegah cidera di kepala yang disebabkan oleh:
• Benturan kepala dengan benda atau objek yang jatuh atau terlempar
• Gerakan personil yang membentur kepala dengan objek yang diam di
atasnya
• Kontak dengan listrik

3) Pelindung tangan (Safety gloves)

• Kaca mata pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari percikan


logam cair, percikan bahan kimia dan pekerjaan berdebu
• Mata dapat luka karena radiasi atau terkena debu yang berterbangan

4) Pelindung tangan (Safety gloves)

• Sarung tangan dapat melindungi tangan dari peralatan atau benda tajam
lainnya yang dipegang pada saat bekerja. Sarung tangan dapat
melindungi tangan dari zat kimia atau bahan beracun

5) Pelindung pernafasan (Dust mask)

• Debu yang halus akan berbahaya bila masuk pernapasan yang tidak
terlindungi.
• Beberapa pekerjaan seperti kegiatan mengolah bahan bangunan atau
pengoperasian alat-alat berat pada penanganan agregat dapat
menimbulkan debu yang berbahaya.
• Pelindung pernafasan atau masker dapat mencegah masuknya debu dan
partikel halus lainnya masuk ke dalam lubang pernafasan (hidung)

6) Pelindung telinga (Ear protection)

• Pelindung telinga harus dipakai apabila bekerja pada lingkungan kerja


dengan tingkat kebisingan yang tinggi karena dapat merusak
pendengaran secara permanen.
• Ambang batas tingkat kebisingan dibawah 85 dBA.
• Jenis pelidung telinga yang umum adalah earplug dan earmuf.

7) Pelindung kaki (Safety shoes)

• Sepatu keselamatan (Safety shoes) dipakai untuk menghindari


kecelakaan yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau
kayu, terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar pada
waktu mengelas.
• Beberapa jenis sepatu keselamatan dapat dipilih sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dihadapi.

3. Pemeriksaan Alat Pengaman Kerja (APK)


Jenis dan fungsi APK yang dipakai selama pelaksanaan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung Jenis alat pengaman kerja (APK) yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi kerja antara lain:

1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR); Untuk menanggulangi bahaya


kebakaran di lokasi pekerjaan, maka harus disediakan APAR (Alat
Pemadam Api Ringan), yaitu jenis alat pemadam api yang mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api saat awal terjadi
kebakaran dan beratnya tidak melebihi 16 kg
2) Rambu-rambu kerja;

a) Safety Cone

• Pengaman kerja untuk memberi batas daerah kerja sehingga yang tidak
berkepentingan tidak dapat melewati rambu tersebut.
• Tersedia dalam beberapa jenis ukuran, yang penggunaannya tergantung
pada kondisi tempat kerja
3) Label peringatan label “YANG TIDAK BERKEPENTINGAN
DILARANG MASUK” mengandung arti bahwa adanya orang lain di
dalam ruang atau tempat kerja akan mengganggu petugas yang sedang
bekerja di tempat kerja tersebut.
4) Obat P3K. Obat yang tersedia dalam kotak P3K terbatas pada obat yang
diperlukan dalam kondisi mendesak untuk pertolongan pertama,
misalnya obat luka dan pembalutnya.

4. Penggunaan Alat Pengaman Kerja (APK)

a. Pengidentifikasian kesesuaian APK dengan jenis dan kondisi kerja


Setiap akan memulai pekerjaan baru, perlu langkah indentifikasi
ketersediaan APK yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan,
sehingga bila terdeteksi ada kekurangan harus dapat dilengkapi sebelum
pekerjaan dimulai.
b. Penggunaan APK sesuai dengan prosedur Penggunaan APK harus sesuai
dengan fungsinya yaitu mengamankan jalannya pekerjaan di lapangan.
Penggunaan APK jangan berlebihan, dipasang secukupnya sesuai
dengan kebutuhan operasional di lapangan.
1) Siapkan APK sesuai dengan rencana penggunaannya;
2) Atur petugas yang harus memasang dan bertanggung jawab atas
penanganan APK;
3) Lakukan koordinasi dengan petugas lain yang melaksanakan kegiatan
pada lokasi yang sama untuk efisiensi penggunaan APK.

c. Pemantauan penggunaan dan atau penempatan APK di tempat kerja


Penggunaan APK secara berkala harus dipantau penempatannya
sehingga tercapai tujuan dari penggunaannya yaitu untuk pengamanan
pekerjaan pada setiap lokasi di lapangan.

1) Periksa kesesuaian penempatan APK dengan kegiatan yang berada di


lokasi tersebut;
2) Bila terdapat ketidak sesuaian (misalnya jumlahnya atau jenisnya)
lakukan pengaturan kembali dengan berkoordinasi dengan petugas/
penanggung jawab kegiatan di pekerjaan.

Jadi, menurut kelompok kami, tentu saja ketika bekerja kita berharap
semua berjalan dengan baik dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Namun kejadian kecelakaan itu sangat mungkin terjadi dalam dunia
kerja.Jadi,untuk pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja yang paling
utama adalah mengikuti prosedur tempat kerja.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kecelakaan kerja merupakan insiden yang dapat menyebabkan cedera, dan


juga bisa terjadi kematian. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak
terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu
serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan
kecelakaan serupa tidak berulang kembali.
2. Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya
dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama yaitu factor manusia, factor
material, factor sumber bahaya dan faktoryang dihadapi.
3. Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan
yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau
kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan
terjadinya kecelakaan kerja menurut H.W. Heinrich yang dikenal
sebagai teori Domino Heinrich.
4. Kecelakaan kerja mengakibatkan dampak seperti kerugian yang meliputi
manusia/pekerja, property, proses, lingkungan, dan kualitas.
5. Jenis cidera yang diakibatkan karena kecelakaan kerja, yaitu cidera fatal,
cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja, cidera yang menyebabkan
kehilangan hari kerja, tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja
terbatas, cidera dirawat di rumah sakit, cidera ringan, dan kecelakaan yang
tidak menimbulkan cidera.
6. Perlunya mengendalikan bahaya dan risiko kecelakaan kerja dengan cara
mencegahnya. Pengendalian bahaya dan risiko kecelakaan kerja tersebut
hanya dapat dilaksanakan bila semua orang yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut telah diberi informasi untuk memahami adanya potensi kecelakaan
kerja di lingkungan kerjanya.

B. Saran

Hubungan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) telah diketahui dari hasil


pembahasan sebelumnya bahwa hubungan Keselamatan kesehatan kerja (K3)
memiliki hubungan yang baik dalam upaya meningkatkan produktivitas kerjanya,
oleh karena itu dengan melakukan segala perbaikan dalam setiap indikator program
keselamatan kesehatan kerja dapat terus meningkatkan produktivitas karyawan
serta apabila program keselamatan kesehatan kerja karyawan terus ditingkatkan,
maka hal ini akan sejalan dengan produktivitas karyawan yang terus meningkat
dengan menurunnya angka izin karena penyakit akibat kerja, Lost time injury dan
kerugian harta benda akibat kecelakaan kerja dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, N. S. (2020). Analisis Efektivitas Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja Pada


Pekerja Proyek Konstruksi Menggunakan Metode Finedan Fault Tree Analysis.

I, S. M. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat. Jurnal care.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja-Lingkungan. (2016). Diklat Pemeliharaan dan


Perawatan Rusunawa.

Nugroho, N. (2016). Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Pengoprasian CC (Container


Crane) Di PT X Surabaya. Journal of Occupational Safety and Health.

Putri, S. (2018). PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Jurnal


Endurance.

Saloni Waruwu, F. Y. (2016). ANALISIS FAKTOR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(K3) YANG SIGNIFIKAN MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK
PEMBANGUNAN APARTEMENT STUDENT CASTLE.

Santoso, T. (2021). Upaya Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja Dengan Metode Job
Safety Analysis Pada Pekerjaan Pembuatan Produk Tahu Di Desa Ploso, Kab.
Jombang, Jawa Timur. Jurnal Valtech.

UNY, T. K. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai