Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Tentang

STATISTIK KECELAKAAN KERJA

DOSEN PENGAJAR: HELPRIDA SIHITE, SST,MKM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


ROMYANA SIREGAR (2013005)
ANGELINA SIMANJUNTAK ( 2013001)
DEPI LESTARI SIHOMBING ( 2013002)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KESEHATAN BARU


PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
DOLOK SANGGUL
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan
berkat-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah kami
ini dengan judul, “ Manajemen pengembangan dan perubahan Rumah Sakit”.

Makalah ini juga tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan arahan
dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak / Ibu :

1. Dr. Drs. Pantas H. Silaban, MBA, selaku Ketua Yayasan yang telah
menyediakan sarana dan prasarana di STIKes Kesehatan Baru.
2. Adelima CR Simamora, SST,S.Kep,Ns,M.Kes , selaku koordinator
pendidikanSTIKes Kesehatan Baru
3. Nova Sontry N Siregar, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIKes Kesehatan
Baru,
4. Helprida Sihite, SST, MKM, selaku Ka. Prodi S-1 Administrasi Rumah
Sakit, sekaligus dosen mata kuliah dasar keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Sukaria Nababan, SKM,MKM, selaku Sekretaris Prodi S-1 Administrasi
Rumah Sakit

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, baik dari teknik penulisan maupun bahasa. Dengan
segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik, saran dan masukan lain dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan


dan perkembangan profesi seorang Administrartor Rumah Sakit. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung
dengan hubungan kerja. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa
kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksakan pekerjaan. Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2
hal pokok, yaitu perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi
kerja yang tidak aman (unsafe condition). work in safety Environment
(WISE) yang menyatakan kecelakaan kerja terjadi 98% akibat unsafe act
dan dan sisanya akibat unsafe condition. Hal ini berarti perilaku pekerjaan
memegang peranan penting dalam terjadinya kecelakaan (Riyana, 2008).
Menurut catatan World Health Organization (WHO), 45%
penduduk dunia dan 58% penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun
tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja diatas,
sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia,
biologi, dan juga bekerja dalam bebankerja fisik dan ergonomi yang
melebihi kapasitasnya termasuk pula beban kerja psikologis. Berdasarkan
statistic dari International Labour Office, 120 juta kecelakaan kerja terjadi
setiap tahunnya di tempat kerja di seluruh dunia (Laksono, 2009).
Masalah kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi.
Pada 2010 tercatat kasus kecelakaan kerja sebanyak 65.000 kasus atau
menurun dibanding 2009 yang mencapai 96.314 kasus. Dari 96.314 kasus
kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia pada 2009, sebanyak 87.035
tenaga kerja sembuh total, 4.380 mengalami cacat fungsi, 2.713 cacat 2
sebagian, 42 cacat total, dan 2.144 meninggal dunia. Di Indonesia setiap
tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (Yulianti, 2012).
Hal ini menunjukkan pentingnya sebuah statistik dalam kecelakaan
kerja yaitu utuk mengetahui apakah kecelakaan kerja dalam waktu tertentu
mengalami kenaikan ataupun penurunan. Selain itu, statistik kecelakaan
kerja juga dapat menjadi suatu rujukan untuk melakukan peninjauan lebih
lanjut terhadap tempat kerja yang memiliki kecenderungan terjadinya
kecelakaan agar dapat ditangani lebih lanjut lagi sehingga para pekerja
dapat bekerja dengan dan nyaman.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun makalah
terkait “Statistik Kecelakaan Kerja” untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam disiplin ilku Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah :
1. Apa yang di maksud dengan Statistik Kecelakaan Kerja?
2. Apa manfaat dari Statistik Kecelakaan Kerja?
3. Apa yang di maksud dengan Frequensy Rate?
4. Apa yang di maksud dengan Severity Rate?
5. Apa yang di maksud dengan Incidence Rate?
6. Apa yang di maksud dengan Average Time-Lost Rate?
7. Apa yang di maksud dengan Safe-T Rate?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dari makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Statistik Kecelakaan
Kerja
2. Untuk mengetahui manfaat dari Statistik Kecelakaan Kerja
3. Untuk mengetahui dan memahami Frequensi Rate
4. Untuk mengetahui dan memahami Severity Rate
5. Untuk mengetahui dan memahami Incidence Rate
6. Untuk mengetahui dan memahami Average Time-Lost Rate
7. Untuk mengetahui dan memahami Safe-T Rate
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Statistik kecelakaan kerja


Secara sempit statistik dapat diartikan sebagai data. Namun, ada
banyak pengertian statistik menurut perspektif para ahli yang diantaranya
ialah :
1. Statistik merupakan sebuah pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan serta pembuatan keputusan
yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan analisa yang dilakukan.
(Sudjana, 2004)
2. Pada prinsipnya statistik diartikan sebagai kegiatan untuk
mengumpulkan data, meringkas/menyajikan data, menganalisa data
dengan metode tertentu, dan menginterpretasikan hasil analisis
tersebut. ( Singgih Santoso, 2002)
3. Statistik adalah keterangan berupa angka-angka yang memberikan
gambaran yang wajar dari seluruh ciri-ciri kegiatan dan keadaan
masyarakat Indonesia. (UU RI No. 7 tahun 1960)
Sedangkan pengertian kecelakaan kerja menurut beberapa ahli, yaitu :
1. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan manusia, merusak harta benda atau
kerugian proses. (Salam, 2011)
2. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta
benda. (Permenaker Nomor 3/Men/1998)
3. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan
penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cidera yang
nyata (WHO)
Jadi, dapat disimpulkan bahwasa Statistik Kecelakaan Kerja merupakan
suatu ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasikan dan mempresentasikan data yang
mencakup peristiwa yang merugikan pekerja serta merusak harta benda
ataupun proses pekerjaan.

2.2 Manfaat Statistik Kecelakaan Kerja


Manfaat statistik dalam penerapan K3 yaitu digunakan untuk
menilai “OHS Performance Programs”. Dengan menggunakan statistik dapat
memberikan masukan ke manajemen mengenai tingkat kecelakaan kerja serta
berbagai faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencegah
menurunnya kinerja K3. Konkritnya statistik dapat digunakan untuk :
1. Mengidentifikasi kecenderungan penyebab dari timbulnya kecelakaan
kerja
Hal ini dapat dilakukan berdasarkan data statistik yang dimiliki agar
kecenderungan timbulnya kecelakaan kerja pada wilayah tertentu dapat
segera diatasi
2. Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperuruk kinerja K3
Dengan adanya statistik kecelakaan kerja, kinerja dari K3 dapat
dimonitoring dengan baik yaitu untuk mengetahui apakah kinerja para
pekerja mengalami peningkatan (kurangnya terjadi kecelakaan) atau
angka kecelakaan yang semakin meroket di wilayah tersebut
3. Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang serupa
Statistik kecelakaan kerja juga ini dapat dijadikan sebagai pembanding
antara wilayah kerja yang satu dengan yang lainnya, agar tiap wilayah
kerja ataupun industri dapat mengetahui perkembangan/kelebihan serta
kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi
4. Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana K3
Statistik kecelakaan kerja dapat memberikan gambaran terkait dengan
kondisi tempat kerja berdasarkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kerja pada wilayah tersebut. Dengan adanya statistik ini pengalokasian
dana K3 dapat terkontrol dengan baik untuk memperbaiki wilayah-
wilayah yang rawan terjadi kecelakaan
5. Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan untuk
penyediaan sistem/tempat kerja yang aman
Ketika statistik kecelakaan kerja senantiasa dikontrol dan dipantau maka
hal ini dapat meminimalisisr kecelakaan kerja yang terjadi, sehingga
menyebabkan para pekerja menjadi aman dan nyaman dalam bekerja

2.3 jenis-jenis penerapan statistik dalam aspek K3


Berikut jenis jenis penerapan dalam aspek statistik Kesehatan dan
keselamatan Kerja :
1. Ratio Kekerapan Cidera ( Frequensy Rate)
Frequensy rate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah cidera yang
menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja. Ada data
penting yang harus ada untuk menghitung Frequensy rate, yaitu jumlah
jam kerja hilang akibat kecelakaan kerja (Lost Time Injury/LTI) dan
jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan (man hours).
Angka LTI diperoleh dari catatan lama mangkirnya tenaga kerja akibat
kecelakaan kerja. Sedang jumlah jam kerjaorang yang terpapar
diperoleh dari bagian absensi atau pembayaran gaji. Bila tidak
memungkinkan, angka ini dihitung dengan mengalikan jam kerja
normal tenaga kerja terpapar, hari kerja yang diterapkan dan jumlah
tenaga kerja keseluruhan yang beresiko
.

FR = Banyak kecelakaan x 1.000.000


Total jam kerja orang

CONTOH KASUS:

(-) Suatu perusahaan dengan karyawan 1000 tenaga kerja, yang


kegiatannya 50 minggu dengan 40 jam perminggu, mengalami 60
kecelakaan dalam setahun. Akibat kecelakaan tersebut tenaga kerja tidak
masuk kerja 5% dari seluruh waktu kerjanya. Berapa Frequensy ratenya?
Pembahasan :
Besarnya jam manusia hilang = 1000 X 50 X 40 = 2.000.000
Tidak masuk kerja 5% = 0,05 X 2.000.000 = 1.900.000

FR = 60 x 1.000.000 = 31,58
1.900.000
Interpretasi : Dalam setahun terjadi kira –kira 32 kecelakaan pada setiap
1.000.000 jam manusia.

2. Resiko Keparahan Cidera (Severity Rate)


Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk persejuta
jam kerja orang.

SR = Σ hilangnya hari kerja x 1.000.000


Total jam kerja orang

Contoh kasus :
Sebuah tempat kerja telah bekerja 400.000 jam orang, selama setahun
telah terjadi 10 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 210 hari kerja
hilang. Tentukan rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.
Pembahasan:

SR = 210 x 1.000.000 = 525


400.000
Interpretasi : Selama kurun waktu tersebut telah terjadi hilangnya waktu
kerja sebesar 525 hari per sejuta jam kerja orang

3. Rata-rata Hilangnya Waktu Kerja (Average Time Lost


Rate/ALTR)
Ukuran indikator ini sering disebut juga Duration Rate digunakan untuk
mengidikasikan tingkat keparahan suatu kecelakaan. Dengan pengunaan
ALTR yang dikombinasikan dengan Frequensy Rate akan lebih menjelaskan
hasil kinerja program K3. ALTR dihitung dengan membagi jumlah hari yang
hilang akibat kecelakaan dengan jumlah jam kerja yang hilang (LTI).
Rumus :
Average Time Lost Rate = Number of LTI x 1.000.000
Total person – hours worked
Atau
Contoh kasus :
Average Time Lost Rate = Number of day lost
Organisasi dengan tenaga kerja Number
500 orang, jumlah jam kerja yang telah
of LTI
dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang dan Lost Time Injury-nya (LTI)
sebesar 46. Misalkan dari laporan kecelakaan kerja selama 6 bulann diperoleh
informasi sbb:
10 kasus hilang waktu kerja dalam 3 hari sekali = 30
8 kasus hilang waktu kerja dalam 6 hari sekali = 48
12 kasus hilang waktu kerja dalam 14 hari sekali = 168
4 kasus hilang waktu kerja dalam 20 hari sekali = 80
10 kasus hilang waktu kerja dalam 28 hari sekali = 280
2 kasus hilang waktu kerja dalam 42 hari sekali = 84
Total keseluruhan = 690 hari kerja hilang
Pembahasan :
Rata-rata Hilangnya waktu kerja = 690 = 15
46

4. Incidence Rate
Incidence rate digunakan untuk menginformasikan kita mengenai
presentase jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
Rumus :

Incidence Rate = Jumlah kasus x 100


Jumlah tenaga kerja terpapar

contoh kasus :
1. Masih melanjutkan kasus di atas (nomor 1)
Incidence Rate = 46 x 100 = 9,2 %
500
5. Safe-T Score
Safe-T score adalah nilai indikator untuk menilai tingkat perbedaan antara
dua kelompok yang dibandingkan. Apakah perbedaan pada dua kelompok
tersebut bermakna atau tidak. Dalam statistik biasanya disebut sebagai t-test.
Perebedaan ini dinilai untuk membandingkan kinerja suatu kelompok dengan
kinerja sebelumnya. Hasil perbedaan ini dapat dijadikan apakah terjadi
perbedaan yang mencolok atau tidak.Selanjutnya dapat dipake untuk menilai
kinerja yang telah kita lakukan.
Rumus :

(FR Sekarang-FR Sebelum)


Safe-T Score = FR Sebelum
√_______________________
1.000.000 jam kerja orang sekarang

Score positif dari Safe-T Score mengindikasikan jeleknya record


kejadian,sebaliknya score negative menunjukan peningkatan record
terdahulu.
Interpretasi dari score ini selengkapnya sebagai berikut :
1. Safe-T Score diantara +2.00 dan -2.00, artinya tidak ada perbedaan atau
perbedaan tidak bermakna.
2. Safe-T Score lebih besar atau sama dengan +2.00 menunjukan
menurunnya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang salah.
3. Safe-T Score lebih kecil atau sama dengan -2.00 menunjukan
membaiknya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang baik dan
perlu dipertahankan.
Contoh kasus :
1. Lokasi A :
Tahun lalu
10 kasus kecelakaan
10.000 jam orang kerja
Frequensy Rate = 1.000
Tahun ini
15 Kasus kecelakaan
10.000 orang kerja
Frequensy Rate = 1.500
Lokasi B
Tahun lalu
1000 kasus kecelakaan
1000.000 jam orang kerja
Frequensy Rate = 1.000
Tahun ini
1.100 kasus kecelakaan
1000.000 jam orang kerja
Frequensy Rate = 1.000

Frequensy Rate Sekarang – Frequensy Rate


Sebelumnya
Safe-T Score = √Frequensy Rate Sebelumnya
1.000.000 juta jam kerja sekarang
 Lokasi A
Safe-T Score = (1.500 – 1.000)/akar dari (1.000/0.01) = 500/317 = Safe
T Score = +1.58
Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk 13
peningkatan yang tidak bermakna
Lokasi B
Safe-T Score = 1.100 – 1.000 / akar dari (1.000/0.01) = 100/317 = Safe-
T Score = +3.17
Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini, artinya ada
sesuatu yang salah dan perlu mendapat perhatian
2. Hitung Safe-T Score tahun 2010

Tahun Frekuensi Rate


2009 45,05
2010 22,36
Safe-T Score 2010 = [(FR 2010 - FR 2009)]
(FR 2009)
1.000.000
Safe-t Score = [(22,36 - 45,05)]
45,05
1.000.000
= - 5,036 x 10-7

Interpretasi : Safe-T Score pada tahun 2010 lebih kecil dari -2,00 hal ini
menunjukan membaiknya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang baik dan
perlu dipertahankan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung
dengan hubungan kerja. Hubungan kerja disini dapat berarti,
bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada
waktu melaksakan pekerjaan.
2. Statistik Kecelakaan Kerja merupakan suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasikan dan mempresentasikan data
yang mencakup peristiwa yang merugikan pekerja serta merusak
harta benda ataupun proses pekerjaan.
3. Manfaat statistik dalam penerapan K3 yaitu digunakan untuk
menilai “OHS Performance Programs”. Dengan menggunakan
statistik dapat memberikan masukan ke manajemen mengenai
tingkat kecelakaan kerja serta berbagai faktor yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk mencegah menurunnya kinerja K3.
4. Frequensy rate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah cidera
yang menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja.
5. Resiko Keparahan Cidera (Severity Rate) yaitu Indikator hilangnya
hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk persejuta jam kerja orang.
6. Rata-rata Hilangnya Waktu Kerja (Average Time Lost Rate/ALTR)
Ukuran indikator ini sering disebut juga Duration Rate digunakan
untuk mengidikasikan tingkat keparahan suatu kecelakaan
7. Incidence rate digunakan untuk menginformasikan kita mengenai
presentase jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
8. Safe-T score adalah nilai indikator untuk menilai tingkat perbedaan
antara dua kelompok yang dibandingkan.
3.2 Saran
Untuk mengurangi bertambahnya jumlah statistic kecelakaan kerja di
Indonesia, semua pekerja harus lebih berhati-hati dalam berkerja. Memang
kecelakaan kerja tidak dapat diduga kapan akan terjadi. Tetapi untuk
mengantisipasi hal tersebut kita sebagai pekerja harus menuruti setiap SOP yang
ada. Serta selalu berhati-hati dan menggunakan alat pelindung diri yang
dibutuhkan saat bekerja.

Anda mungkin juga menyukai