PENDAHULUAN
menjadi prioritas utama dalam sebuah perusahaan. Pada sektor industri yang
berkembang semakin pesat, terdapat banyak sumber potensi yang dapat memicu
berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda maupun lingkungan.
Apabila terjadi kebakaran terutama pada sektor industri akan banyak pihak yang
dari perusahaan. Dukungan itu berupa sarana dan prasarana yang dapat mencegah
terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang aman
dan sehat.
dan prasarana juga harus mendapat dukungan dari para pelaksananya. Faktor
manusia sangat penting dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
memiliki kesadaran dalam keselamatan dan kesehatan kerja, faktor manusia inilah
1
2
Salah satu sektor yang harus menerapkan K3 dengan baik adalah sektor Jasa
konstruksi karena sektor ini memiliki kegiatan dengan tingkat resiko kecelakaan
kerja yang paling tinggi. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat
hingga 2010, kecelakaan kerja masih didominasi oleh bidang jasa konstruksi
Tabel 1.1
Data Kecelakaan Kerja di Indonesia Tahun 2015 – 2016
Perusahaan yang Penghargaan Meninggal
Tahun Kasus
Menerapkan SMK3 Zero Accident Dunia
2015 1.040 / 221.006 956 / 221.006 110.285 530
2016 1.762 / 254.161 1.140 / 254.161 101.367 2.382
Sumber: www.news.prokal.co, 2017
dilihat kasus kecelakaan kerja tahun 2015 yaitu 110.285 kasus dengan pekerja
meninggal dunia 530 orang dan tahun 2016 yaitu 101.367 kasus dengan pekerja
meninggal dunia 2.382 orang. Hal ini terjadi peningkatan korban kecelakaan kerja
dari tahun 2015 hingga 2016 walaupun kasus kecelakaan kerja mengalami
penurunan. Pernyataan ini pun di dukung oleh Menteri Tenaga Kerja dan
belakang mulai dari tahun 2014 hingga 2016 mengalami grafik yang naik turun atau
berfluktuatif. Hal ini menunjukkan kondisi kecelakaan kerja di wilayah Jawa Barat
3
3 (tiga) tahun kebelakang menunjukkan sebuah kondisi atau keadaan yang tidak
stabil atau tidak tetap dan selalu berubah-ubah. Adapun rinciannya yaitu:
Tabel 1.2
Data Kecelakaan Kerja Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 - 2016
Jumlah
Total Akibat Kecelakaan Kerja Jumlah
Tahun Kasus
Kasus Korban
KK PAK S STMB Cct MD
2014 2.610 0 2.610 826 1.054 54 33 1.967
2015 1.656 9 1.665 1.028 366 18 18 1.430
2016 1.851 1 1.852 1.446 460 29 20 1.955
KK = Kecelakaan Kerja; PAK = Penyakit Akibat Kerja; S = Sembuh;
STMB = Sementara Tidak Mampu Kerja; Cct = Cacat Fungsi/Sebagian/Total;
MD = Meninggal Dunia
Sumber: Diolah kembali dari data Disnakertrans Prov. Jawa Barat
Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat dilihat jumlah kasus kecelakaan akibat
kerja untuk wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2014 – 2016 yang paling tinggi pada
2014 yaitu 2.610 kasus kecelakaan kerja (tahun 2015 = 1.665; tahun 2016 = 1.852.
Jumlah korban akibat kecelakaan kerja untuk wilayah Provinsi Jawa Barat yang
paling tinggi pada 2014 yaitu 1.967 korban (tahun 2015 = 1.430 korban; tahun 2016
= 1.955 korban).
pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan
akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja
tidak hanya memberikan kenyamanan bagi pekerja tetapi juga bagi perusahaan
Kerja (SMK3). Sistem ini merupakan bagian dari organisasi yang erat kaitannya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga
lingkungan kerja yang sehat, aman dan produktif, sebenarnya telah diisyaratkan
dalam pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan yang layak
(SMK3) menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/1996 adalah menciptakan
suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
5
mengurangi kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta terciptanya tempat
kesehatan kerja maka dapat diketahui sampai sejauh mana upaya pencegahan
kecelakaan yang telah dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan, sebagai
penting dan belum mendapat perhatian yang serius oleh perusahaan dan karyawan
dalam menjalankan proses produksinya. Hal ini terjadi karena safety awareness
lain adalah masih kurangnya kesadaran dari sebagian besar masyarakat perusahaan,
baik pengusaha maupun tenaga kerja akan arti penting K3 merupakan hambatan
Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, organisasi
asset organisasi yang sangat penting, karena itu keberadaannya dalam organisasi
tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Manusia selalu berperan aktif dan
pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud
karyawan tersebut memiliki kinerja yang baik. Kinerja pegawai adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
2013:67). Kinerja pegawai merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
setiap instansi, tidak terkecuali bagi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit
Tabel 1.3
Pengukuran Pencapaian Kontrak Sasaran Kinerja Pegawai
Rentang Nilai
Hasil Penilaian Pencapaian Kinerja Simbol
Pencapaian Kinerja
401 – 500 Pencapaian Luar Biasa (Outstanding) OS
301 – 400 Melampaui Harapan (Exceed Requirements) ER
201 – 300 Memenuhi Persyaratan (Meet Requirements) MR
101 – 200 Perlu Pengembangan (Need Improvement) NI
0 – 100 Pencapaian Minimum (Marginal) MG
Sumber: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
kinerja pegawai dapat dilihat bahwa range nilai 0 – 100 berada di kategori MG yang
7
Tabel 1.4
Pengukuran Kompetensi Individu
Rentang Nilai
Hasil Penilaian Kompetensi Individu Simbol
Kompetensi Individu
401 – 500 Kompetensi Sangat Istimewa KOM-1
301 – 400 Kompetensi Istimewa KOM-2
201 – 300 Kompetensi Rata – Rata KOM-3
0 – 200 Kompetensi Kurang Ditampilkan KOM-4
Sumber: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
bahwa range nilai 0 – 200 berada di kategori KOM-4 yang berarti kompetensi
kurang ditampilkan, sedangkan nilai 401 – 500 berada di kategori KOM-1 yang
Tabel 1.5
Penetapan Kriteria Talenta
Hasil Hasil Penilaian Sasaran Kinerja Individu
Penilaian
MG NI MR ER OS
Kompetensi
(0 – 100) (101 – 200) (201 – 300) (301 – 400) (401 – 500)
Individu
KOM-1 SPO LBS
KOM-2 SOP
KPO POT OPT
KOM-3 PPE
KOM-4 SPP PPS
LBS = Luar Biasa; SOP = Sangat Optimal; SPO = Sangat Potensial;
OPT = Optimal; POT = Potensial; KPO = Kandidat Potensial;
PPS = Perlu Penyesuaian; PPE = Perlu Perhatian; SPP = Sangat Perlu Perhatian
Sumber: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
8
Berdasarkan tabel 1.5 tentang penetapan kriteria talenta dapat dilihat bahwa
kategori SPP yang berarti Sangat Perlu Perhatian, sedangkan gabungan nilai OS
Tabel 1.6
Laporan Hasil Penetapan Kriteria Talenta Pegawai
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
Tahun 2015 Tahun 2016
Jumlah Jumlah
Kriteria Persentase Kriteria Persentase
Pegawai Pegawai
Talenta (%) Talenta (%)
(orang) (orang)
LBS - - LBS 2 3,85
SOP - - SOP - -
SPO 10 19,23 SPO 12 23,08
OPT 32 61,54 OPT 10 19,23
POT 10 19,23 POT 28 53,84
KPO - - KPO - -
PPS - - PPS - -
PPE - - PPE - -
SPP - - SPP - -
Jumlah Jumlah
52 100 52 100
Pegawai Pegawai
Sumber: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
Berdasarkan tabel 1.6 dapat diketahui bahwa hasil kriteria talenta pegawai
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak menunjukkan hasil
yang bervariasi dalam dua tahun terakhir. Namun dari hasil kriteria talenta tersebut
ada penurunan indeks pegawai untuk kategori kriteria talenta OPT (Optimal) pada
tahun 2015 terdapat 32 orang pegawai yang mampu mencapai kriteria OPT
9
(Optimal), tetapi pada tahun 2016 hanya ada 10 orang pegawai yang mampu
faktor utama bagi seluruh pegawai. Berikut merupakan data mengenai kinerja
Tabel 1.7
Penilaian Kinerja Unit Pembangkit Jasa Pembangkit Kamojang
Tahun 2015-2016
Tahun 2015 Tahun 2016
No. Indikator Kinerja Kunci
Target Realisasi Target Realisasi
I Perspektif Pelanggan *** *** *** ***
II Efektifitas Produk dan Proses *** *** *** ***
Pengelolaan K3, Lingkungan dan COMDEV 4.25 4.26
III Fokus Tenaga Kerja *** *** *** ***
IV Keuangan dan Pasar *** *** *** ***
tahun 2015 terdapat pada indikator kinerja kunci kepemimpinan, tata kelola dan
lingkungan dan CSR. Pada tahun 2015 kinerja pengelolaan K3, lingkungan dan CSR
tidak memenuhi target sebesar 4,10 dengan pencapaian realisasi sebesar 4,07. Pada
lingkungan dan COMDEV. Pada tahun 2016 kinerja pengelolaan K3, lingkungan
dan COMDEV dapat memenuhi target sebesar 4,25 dengan pencapaian realisasi
4,26. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam kinerja pengelolaan
mengendalikan potensi bahaya dalam pekerjaan, khususnya ijin kerja panas yaitu
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak. Perusahaan ini
merupakan anak perusahaan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bergerak
listriknya, PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
untuk PLTP Gunung Salak adalah uap panas bumi yang dipasok Pertamina dimana
uap dari sumur produksi lapangan panas bumi Gunung Salak dialirkan melalui
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) PT. Indonesia Power
UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak menjelaskan bahwa salah satu potensi
bahaya terbesar yang terdapat di perusahaan ini yaitu potensi bahaya kebakaran,
terlebih setelah bahan bakar yang digunakan menjadi gas alam. Sumber bahaya
kebakaran di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak dapat
berasal dari dalam instalasi mesin pembangkit, trafo, tangki BBM yang berisi
11
solar/High Speed Diesel (HSD OIL), tangki Main Oil Tank (MOT) serta instalasi
pipa gas.
Sumber bahaya yang ada pada PLTP Gunung Salak tersebut berada pada
zona 0 (sangat berbahaya). Sedangkan sumber bahaya yang berasal dari luar
yang berada pada zona 1 (berbahaya). Menurut data Departemen K3L, tidak
tahun 2008, hal ini dibuktikan dengan sertifikat nihil kecelakaan kerja untuk
pencapaian 78.430 jam kerja, dengan rata-rata jumlah pekerja 61 pada triwulan II
tahun 2017. Hal ini pun didukung dengan penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan Kerja (SMK3) tahun 2012 hingga sekarang, penerapan SMK3 ini sudah
Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak mencapai Zero Accident, namun
sering muncul terkait penerapan ijin kerja panas yaitu merokok di lingkungan
perusahaan, pemakaian alat pelindung diri yang tidak lengkap, terdapat sebagian
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang rusak bahkan kadaluarsa, sebagian
peralatan K3 yang belum memenuhi standar serta masih belum berjalan maksimal
12
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkunga (K3L) serta Pelaksana Kimia dan
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak dengan
merupakan faktor penting dalam pencapaian visi dan misi perusahaan, terutama
Analisis SWOT di bawah ini yang menggambarkan kondisi SMK3 dan kinerja
pegawai di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak.
Kekuatan: Kelemahan:
Internal 1. Kebijakan tertulis mengenai SMK3 (menetapkan, 1. Safety awareness sebagian
mendokumentasikan, mengimplementasikan, memelihara karyawan rendah
dan mengkomunikasikan) 2. Kurangnya ahli K3 (ahli K3
2. SDM yang berkualitas (ahli K3, koordinator K3, spesialis uap dan bejana tekan,
management representatif, manajemen lini) spesialis pesawat angkat dan
3. Penghargaan nihil kecelakaan kerja (zero accident) sejak angkut, spesialis instalasi listrik
2008 s/d sekarang, sertifikat ISO 9001:2015, ISO dan lift, spesialis penanggulangan
14001:2015, OHSAS 18001:2007, SMK3 kebakaran, spesialis konstruksi
4. Tersedia kotak P3K bangunan, spesialis mekanik)
5. Tersedia alat evakuasi dan alat transportasi 3. Alat Pemadam Api Ringan
6. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) (APAR) 30% kondisi rusak
7. Program budaya keselamatan (safety culture) yang bahkan kadaluarsa
terencana dan berkesinambungan (pembinaan, pelatihan, 4. Tidak tersedia ruang P3K / klinik
kampanye K3, dan prosedur kerja aman) 5. Isi kotak P3K tidak memenuhi
8. Promosi K3 menggunakan berbagai media (media standar
elektronik dan media latar ruang)
Eksternal
Peluang:
1. UMK Kab. Sukabumi lebih tinggi dibanding UMR Regional Jawa
Barat
2. Penggunaan teknologi yang mempertimbangkan aspek manusia,
material dan lingkungan kerja SO WO
3. Peraturan perundang-undangan yang mengatur SMK3 sesuai dengan
PP No. 50 Tahun 2012 yang mewajibkan perusahaan menerapkan
SMK3
Ancaman:
1. Ancaman kebakaran (kawasan hutan, gas alam)
2. Kawasan perusahaan terletak di gunung berapi aktif
3. Ancaman gempa bumi
4. Ancaman hewan buas (babi hutan, macan dll)
ST WT
5. Jauhnya jarak perusahaan dengan rumah sakit
6. Ancaman penyakit kerja (kebisingan, asap, gas beracun dll)
Sumber: Hasil Olah Data Primer dan Sekunder PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
Gambar 1.1
Diagram Analisis SWOT
13
14
Posisi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan
berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara
kinerja karyawan maka peneliti memilih lokasi di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang Unit PLTP Gunung Salak, Sukabumi. Alasan peneliti hanya memilih
satu lokasi untuk penelitian yaitu agar penelitiannya spesifik pada program Sistem
Kamojang Unit PLTP Gunung Salak sudah sesuai atau belum dengan standar yang
Dalam sub-sub bab berikut akan dipaparkan mengenai fokus penelitian serta
rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis, pemaparan tersebut sebagai
berikut:
15
2. Lokus penelitian:
Dalam penelitian ini yang menjadi lokus penelitian adalah PT. Indonesia Power
3. Pendekatan penelitian:
16
menggambarkan fenomena, keadaan, fakta dan kondisi yang terjadi pada saat
penelitian berlangsung, dalam hal ini yang terjadi di PT. Indonesia Power UPJP
4. Sifat penelitian:
Single case study adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan
Pada penelitian ini, peneliti memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang
dirumuskan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini,
(SMK3) di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak.
17
Kerja (SMK3) di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung
Salak.
kinerja pegawai di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung
Salak.
18
Manfaat kajian ini terbagi ke dalam dua jenis yaitu mencakup manfaat
praktis dan manfaat teoritis. Adapun penjelasan dari kedua jenis manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
penelitian yang terkait dengan manajemen SDM, baik dalam hal konteks teori
pendekatan maupun kesamaan dalam hal objek studi kasus, dan selain itu
2. Manfaat Praktis
bagi pihak yang terkait dalam penelitian yang berlangsung, terutama bagi PT.
laporan penelitian, karena pada bab ini diungkapkan pemikiran atau teori-teori yang
melandasi dan mendukung dilakukannya penelitian. Teori yang disajikan pada bab
kajian pustaka ini menjelaskan hubungan antara beberapa konsep yang digunakan
yang mampu menjawab rumusan masalah yang ada dalam judul penelitian, yaitu
Kamojang Unit PLTP Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat”. Penulis membahas
mengenai teori yang akan berkaitan dengan topik penelitian, terdiri dari:
3. Applied Theory yaitu berupa teori mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
19
20
Dari definisi di atas dapat diketahui konsep kunci dari manajemen adalah
bukan berarti pasif sementara yang orang lain yang digerakkan bersikap aktif, tetapi
karyawan baru dapat dilaksanakan apabila ada kerjasama untuk mengarahkan dan
mengelola berbagai sumber daya yang ada dalam organisasi dalam rangka
memperhatikan kebutuhan dari pada sumber daya manusia tersebut agar sumber
daya manusia tersebut mampu mengeluarkan prestasi kerja terbaik dalam mencapai
masalah pada ruang lingkup tenaga kerja baik karyawan, pegawai, buruh, manajer,
dan lainnya untuk dapat menunjang aktivitas perusahaan demi mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah
departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau
Human Resource Department bahkan ada yang menyebutnya HCD atau Human
Capital Division.
tenaga kerja manusia yang semakin banyak dan peranan manajemen dalam
faktor tenaga kerja manusia yang ada dalam perusahaan tersebut. Tetapi bukan
berarti faktor produksi yang ada dalam perusahaan saling menunjang dan berkaitan
manajemen sumber daya manusia atau manajemen personalia sebagai bagian dari
manajemen umum yang memfokuskan diri pada unsur manusia dengan segala
permasalahannya.
22
para ahli:
pengawasan terhadap berbagai fungsi pelaksanaan usaha selain itu juga sebagai
salah satu bidang dari manajemen umum yang mengatur manusia, dan diterima
tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari manajemen
sumber daya manusia ini hanyalah masalah yang berhubungan tenaga kerja
manusia saja. Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut
Sebagai ilmu terapan dari ilmu manajemen, maka Manajemen Sumber Daya
dengan penerapan di bidang Sumber Daya Manusia. Fungsi POAC sendiri dalam
suatu organisasi adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisien suatu organisasi
dalam pencapaian tujuannya. Berikut adalah pemaparan singkat tentang tiap bagian
dari POAC.
1. Fungsi Manajerial
a. Planning (Perencanaan)
kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
24
b. Organizing (Pengorganisasian)
efektif.
c. Actuating (Pengarahan)
d. Controlling (Pengendalian)
2. Fungsi Operasional
b. Pengembangan (Development)
c. Kompensasi (Compensation)
(direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang terhadap karyawan
kompensasi adalah adil dan layak, adil diartikan sesuai dengan prestasi
d. Pengintegrasian (Integration)
26
bertolak belakang.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
konsistensi.
f. Kedisiplinan (Discipline)
manusia yang penting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin
g. Pemberhentian (Separation)
sebab-sebab lainnya.
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur
tenaga kerja dengan memakai fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi manajerial dan
operasional.
1. Untuk menentukan kualitas karyawan yang akan mengisi semua jabatan dalam
perusahaan.
2. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini ataupun masa depan.
1. Tujuan Organisasional
2. Tujuan Fungsional
3. Tujuan Sosial
28
terhadap organisasi.
4. Tujuan Personal
organisasi.
penting. Karena sasarannya tidak lagi terbatas pada menjamin kepatuhan para
dari kecelakaan atau bebas dari kondisi sakit, luka atau bebas dari kerugian. Kedua,
fungsional karena berkaitan dengan luka, sakit, kerusakan harta dan kerugian
Bila dicermati lebih dalam, definisi di atas dapat dipilah-pilah dalam beberapa
1. Promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik,
pekerjaan mereka.
3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan atas risiko yang timbul dari faktor-
kesehatan atau keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak
“Kesehatan merujuk pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi secara
umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit, cedera, serta
masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia
normal pada umumnya.
No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting
31
Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja
juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program
tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang
bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut
berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
Jadi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja
dengan mematuhi / taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi,
2006).
mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera.
sebagai berikut:
33
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, sosial dan
psikologi.
seefektif mungkin.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
adalah:
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
bebas.
keselamatan kerja yang juga mejadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah:
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
barang.
penyimpanan barang.
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
1. Pengurangan Absentisme
secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja
dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera
cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula
mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan
4. Peningkatan Produktivitas
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV. Sahabat
produktivitas kerja.
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan
1. Perlindungan karyawan
perusahaan.
3. Mengurangi biaya
kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu
terhadap kinerjanya akan semakin meningkat, dan tentu ini akan meningkatkan
kepercayaan pelanggan.
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
bebas.
38
akibat kerja, memelihara, meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,
bekerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang efektif terdiri dari lima hal, sebagai berikut:
Inti dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah komitmen
keselamatan kerja adalah adanya kerjasama terus menerus dari para pekerja,
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Dukungan yang sering terhadap
perlunya perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap
Inspeksi tempat kerja sebaiknya dilakukan secara berkala oleh komite K3 atau
koodinator K3. Sama halnya ketika terjadi kecelakaan kerja, penyelidikan juga
5. Evaluasi
melakukan audit secara periodik. Hal ini ditujukan untuk menganalisis serta
SMK3,
menerapkan SMK3,
terwujud.
beberapa kendala atau hambatan dalam penerapan SMK3 pada suatu perusahaan
1. Sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.
manajemen tersebut.
4. Audit tool yang digunakan tidak sesuai serta kemampuan auditor yang tidak
memadai.
SMK3,
K3,
10. Adanya upaya pembinaan mengenai SMK3 baik dari asosiasi profesi ataupun
adalah sesuatu yang tidak direncanakan atau tidak diduga semula dan tidak
diinginkan. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan dapat menimpa
Jakarta pada tahun 1989 menyatakan bahwa kecalakaan kerja adalah suatu
peristiwa atau kejadian yang berakibat sakit / cedera fisik bagi pekerja atau
Kerja pasal 1 ayat 6, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui.
menyatakan bahwa:
Menurut Rika Ampuh Hadiguna (2009) dikutip dari Ibrahim Jati Kusuma
dan Ismi Darmastuti (2010) menyatakan bahwa kecelakan kerja sebagai berikut:
terjadinya kecelakaan. Secara garis besar, penyebab kecelakaan kerja ada dua faktor
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu kondisi yang tidak aman dari:
b. Lingkungan kerja
43
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
Kecelakaan dapat terjadi oleh beberapa faktor yang kompleks yang saling
yang umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh 3 golongan penyebab antara lain:
1. Manusia
bersumber pada manusia. Kecelakaan dapat terjadi sebagai akibat emosi tenaga
masa kerja, dan status kerja) atau bahkan disengaja guna memperoleh
a. Kekurangan pengetahuan
2. Lingkungan
b. Lingkungan kimia, meliputi gas, uap, debu, kabut, fume, awan, asap,
sesuai dengan mekanisme tubuh manusia, sikap kerja dan cara kerja.
suasana kerja yang kurang aman, nyaman, dan hubungan kerja di antara
tumbuhan.
3. Manajemen
Keberadaan manusia dan perangkat keras maupun lunak tidak akan terjadi
begitu saja dalam suatu perusahaan tetapi ada sistem yang mengatur yaitu
a. Kebijakan manajemen
b. Organisasi
c. Pembinaan
ketidakseimbangan pada dua unsur yang lain, yaitu manusia dan lingkungan.
3. Pejabat yang tidak berkompeten dan sistem pembinaan yang tidak terkoordinir
secara baik
a. Terjatuh
2. Menurut penyebab:
a. Mesin
c. Peralatan lain
e. Lingkungan kerja
c. Luka bakar
d. Keracunan
e. Pengaruh cuaca
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
47
menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tidakan tidak aman dan
kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang
dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling terkait mulai dari
kecelakaan. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan para ahli, beberapa
1. Pendekatan Energi
mesin, memasang peredam pada mesin atau mengganti dengan mesin yang
baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat dilakukan jika
2. Pendekatan Manusia
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman.
e. Audit K3
f. Komunikasi K3
3. Pendekatan Teknis
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
peralatan kerja.
pengaman mesin, sistem inter lock, sistem alarm, sistem instrumentasi dan
lainnya.
4. Pendekatan Administratif
a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
5. Pendekatan Manajemen
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per.
01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total. Cacat
sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga
kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan cacat total adalah keadaan tenaga kerja
berikut:
Menurut Malthis dan Jackson (2002) yang dikutip dari Ibrahim Jati Kusuma
dan Ismi Darmastuti (2010) menyatakan mengenai penyakit kerja sebagai berikut:
Menurut Schuler dan Jackson (1999) yang dikutip dari Ibrahim Jati Kusuma
dan Ismi Darmastuti (2010) menjelaskan mengenai penyakit kerja sebagai berikut:
Jadi penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit
akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.
Menurut Bennet Silalahi (1995) yang dikutip dari Ibrahim Jati Kusuma dan
Ismi Darmastuti (2010) perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita
1. Penyakit umum
Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan hal
ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus
perusahaan perlu melakukan tinjau awal sebagai base line assessment untuk
apa saja risiko K3 yang dihadapi, kekuatan dan kelemahan perusahaan, visi dan
misi perusahaan, serta sasaran umum K3 yang ingin dicapai. Tinjau awal dapat
kajian dokumen yang ada. Berdasarkan hasil tinjau awal tersebut, dapat dimulai
terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) pada perusahaan, maka
Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja
partisipasi dan kerja sama semua pihak. Setiap pekerja diberi arahan dan pemikiran
53
yang akan membantunya mencapai sasaran dan hasil, setiap kebijakan mengandung
sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus dipatuhi setiap kategori
memuat visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad untuk melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja. Oleh karena itu,
kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yang diharapkan mampu
yang diinginkan dapat berhasil dengan baik. Namun demikian, suatu kebijakan
hendaknya jangan hanya bagus dan indah di atas kertas tetapi tidak ada
implementasi atau tindak lanjutnya sehingga akan sia-sia belaka. Tanpa adanya
kebijakan yang dilandasi dengan komitmen yang kuat, apapun yang direncanakan
tidak akan berhasil dengan baik. Kebijakan K3 harus mudah dimengerti, dipahami
2. Dokumentasikan kebijakan K3
3. Implementasikan kebijakan K3
54
4. Pelihara kebijakan K3
5. Komunikasikan kebijakan K3
Tanpa sumber daya manusia yang memadai, program K3 tidak akan berjalan
dengan baik dan efektif. Karena itu, OHSAS 18001 mensyaratkan manajemen
rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan / atau pengurus perusahaan atau
tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
dan dikomunikasikan.
kepentingan mereka dalam hal ini, melalui pencegahan, pendidikan dan apabila
seperti hubungan industrial, upah, kondisi kerja, keselamatan dan kesehatan kerja
serta permasalahan yang terkait dengan ketenagakerjaan dan jaminan sosial (ILO,
2011).
1. Ahli K3
Jenis objek K3 yang harus diawasi dan dilakukan pengawasan serta pengujian
sangat beragam dengan tingkat potensi bahaya yang semakin tinggi. Berikut
2005:
tugas-tugas mereka yang sesuai dengan jumlah, jenis, ukuran dan situasi
tempat kerja, jumlah pekerja yang dipekerjakan, serta jumlah dan kompleksitas
2. Koordinator K3
Bertanggung jawab kepada direktur dan sebagai pemegang komando jika ketua
tidak ada dengan membawahi Koordinator Subsi. Tugas yang dilakukan oleh
perusahaan.
training pengenalan dan pemahaman klausul ISO 9001 dan training audit
internal.
mutu
4. Manajemen Lini
57
Wakil unit-unit kerja yang ada dalam perusahaan dan telah memahami
permasalahan K3. Manajer lini adalah orang yang paling bertanggung jawab
atas para karyawan. Bukan saja atas nasib mereka, tetapi juga bertanggung
dengan P3K di tempat kerja, adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara
cepat dan tepat kepada pekerja / buruh / dan / atau orang lain yang berada di tempat
kerja, yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja (Permenakertrans No. Per
darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter
lebih parah, mempertahankan daya tahan korban dan mencarikan pertolongan yang
lebih lanjut.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Permenakertrans No. Per 15/
Men/2008 meliputi:
1. Ruang P3K
Permenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 8 ayat (1) huruf a dalam hal:
58
bahaya tinggi
pasien dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta
c) Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup
d) Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat.
vii. Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti: tandu dan / atau kursi
roda
x. Tempat sampah
Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih
b. Isi kotak P3K tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan
b. Arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan
digunakan
c. Disesuaikan dengan jumlah pekerja / buruh, jenis dan jumlah kotak P3K
d. Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih
pekerja / buruh
Alat evakuasi dan alat transportasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat
a. Tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau
rujukan
pengangkutan korban
4. Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan / atau peralatan khusus di
c. Pelatihan
f. Pembinaan
g. Inspeksi
proteksi diri ada berbagai bentuk dan jenis yang digolongkan menurut bagian
tubuh yang dilindungi, untuk itu jenis alat proteksi diri dibagi menurut
e. Pakaian pelindung
h. P3K
standar yang harus dipenuhi. Pemenuhan standar ini bukanlah hanya suatu
18001:2007 adalah salah satu standar yang telah dipenuhi oleh PT. Indonesia Power
oleh kepedulian atau perilaku aman dalam bekerja. Kepedulian mengenai aspek
62
budaya atau kultur (safety culture) dalam perusahaan. K3 harus menjadi nilai-nilai
(value) yang dianut dan menjadi landasan dalam pengembangan bisnis (Ramli,
2010).
4. Audit K3
5. Komunikasi K3
2.1.8.6 Promosi K3
yang sehat. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Tenaga kerja disini mencakup antara
lain buruh atau karyawan, petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non formal,
2.1.8.7 Perencanaan
d. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
risiko harus:
berikut:
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Pengendalian teknik
manajemen K3 organisasi.
persyaratan lain yang relevan kepada orang yang bekerja di dalam kendali
sasaran K3 yang terdokumentasi, pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan
cidera dan sakit penyakit, memenuhi peraturan perundangan yang relevan dan
berkelanjutan.
memasukkan:
2.1.8.8 Penerapan
dengan:
kinerja perorangan.
a. Komunikasi
organisasi.
ii. Komunikasi dengan para kontraktor dan tamu lainnya ke tempat kerja.
penetapan pengendalian
dan tujuan K3
69
4. Dokumentasi
standar OHSAS
risiko K3 efektif.
5. Pengendalian operasional
2.1.8.9 Pemeriksaan
3. Pengendalian catatan
4. Audit internal
Faktor lingkungan eksternal adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan
terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat) pada penerapan K3, maka
disebut bahwa, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
seseorang bekerja pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang berkaitan
keselamatan kerja dan membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.
jalannya perusahaan. Tenaga kerja juga merupakan salah satu unsur yang dapat
yang tidak terampil, sembrono dan lalai merupakan risiko yang serius bagi
keselamatan.
2.1.9.2 Bencana
Bencana adalah suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam atau
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
1. Bencana Alam
Yaitu bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti gempa bumi,
letusan gunung api, meteor, pemanasan global, banjir, topan dan tsunami.
termasuk di Indonesia.
Bencana buatan manusia (man made disaster) atau sering juga disebut bencana
non alam yaitu bencana yang diakibatkan atau terjadi karena campur tangan
manusia. Campur tangan ini dapat berupa langsung atau tidak langsung. Buatan
73
3. Bencana Sosial
Bencana sosial diakibatkan oleh peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan
teror. Bencana sosial sudah menjadi fenomena di berbagai kawasan dan terjadi
2.1.9.3 Ekonomi
pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum, baik UM
(upah minimim) berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten kota yang sering
sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota UMS (Upah Minimum Sektoral).
2.1.9.4 Teknologi
kompleksnya peralatan yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang
74
mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila
produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga dapat menjadi ancaman bagi
kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam proses produksi. Tenaga kerja
dalam penguasaan teknologi juga harus dapat memahami dampak negatif dari
pencegahan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja pada diri tenaga kerja
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pada peraturan ini setiap
tempat kerja yang memiliki tenaga kerja untuk menerapkan SMK3. Berdasarkan
organisasi. Berhasil atau gagalnya suatu tujuan sebagian besar ditentukan oleh
kinerja dari setiap pegawai dalam organisasi tersebut. Menurut Kamus Besar
“Kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Selain itu, menurut Bambang Guritno dan Waridin dalam Heny Sidanti
kinerja pegawai adalah hasil kerja dari seorang pegawai baik secara kualitas
munculnya masalah atau gangguan pada kinerja sumber daya manusia misalnya
(motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith David dalam Anwar Prabu
meliputi:
menjadi baik,
11. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk memperbaiki
13. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan atasan melalui diskusi tentang
persyaratan hukum.
sebagai berikut:
1. Kualitas Kerja
2. Kuantitas Kerja
79
waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan
perusahaan.
3. Tanggung Jawab
4. Kerjasama
vertikal dan horizontal baik di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil
5. Inisiatif
Inisiatif dari dalam diri anggota perusahaan untuk melakukan pekerjaan serta
mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu perintah dari atasan atau
pegawai.
terdahulu yang relevan dengan topik penelitian guna mendukung penelitian ini dan
penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian yaitu tentang Sistem
diambil dari berbagai sumber yang terdapat pada jurnal nasional maupun jurnal
penelitian ini, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui posisi penelitian ini dari
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti /
Hasil Persamaan Perbedaan
Judul Jurnal
Arie Kurniawan: Diperoleh gambaran - Menganalisis Hanya
secara umum bahwa program- menggambarkan
Pelaksanaan pelaksanaan program program program Keselamatan
Program perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan keselamatan dan dan Kesehatan (K3) di perusahaan
Kesehatan Kerja kesehatan kerja pada Kerja (K3) dan tidak mengkaitkan
(K3) PT. PT. Nuansacipta Coal - Objek terhadap
Nuansacipta Coal Investment sudah penelitian yang pengoptimalan kinerja
Investment (NCI) dapat berjalan secara berada di pegawai
di Kelurahan maksimal sesuai perusahaan
Bantuas Kecamatan dengan peraturan sektor
Palaran Kota standart operational pertambangan
Samarinda procedure
81
kondisi fisik karyawan, jadi program keselamatan dan kesehatan kerja perlu
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak dalam
target nihil kecelakaan kerja atau zero accident, sehingga kinerja karyawan dapat
Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan unit lainnya yaitu unit Kamojang dan
Darajat.
sebagai input agar capaian target nihil kecelakaan kerja atau zero accident dapat
(OHSAS 18001). Hal ini diperkuat oleh (Nur Muhammad Azizur Rahman, 2015).
perlu melakukan tinjau awal sebagai base line assessment untuk mengetahui
kondisi K3 dalam perusahaan. Dalam tinjau awal ini dipertimbangkan apa saja
risiko K3 yang dihadapi, kekuatan dan kelemahan perusahaan, visi dan misi
perusahaan, serta sasaran umum K3 yang ingin dicapai. Agar dapat mengetahui
lingkungan internal dan eksternal. Dari hasil analisis SWOT mengenai kondisi
penerapan SMK3 dan kinerja pegawai, terdapat temuan yang menjadi hambatan
SMK3 dan kinerja pegawai. Faktor lingkungan internal adalah data yang diperlukan
fasilitas P3K, standar jumlah kecelakaan kerja, budaya keselamatan, promosi K3,
eksternal adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang berpengaruh
ekonomi, teknologi dan kebijakan pemerintah. Tinjau awal dapat dilakukan melalui
observasi, daftar periksa, wawancara, inspeksi lapangan atau kajian dokumen yang
ada. Berdasarkan hasil tinjau awal tersebut, dapat dimulai mengembangkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), hal tersebut diperkuat oleh
2. Kebijakan K3
Seluruh data ini akan dimasukkan dalam draft manual SMK3 sesuai dengan
elemen dan klausul yang terdapat dalam Permenaker 05/MEN/1996. Prinsip dasar
tersebut adalah:
1. Komitmen
Pada poin ini yang menjadi perlu diperhatikan adalah 3 hal yaitu
Yang perlu diperhatikan pada poin ini adalah pentingnya komitmen untuk
menerapkan SMK3 ditempat kerja dari seluruh pihak yang ada ditempat
85
kerja, terutama dari pihak pengurus dan tenaga kerja. Dan pihak-pihak lain
b. Tinjauan awal
dengan cara-cara:
05/1996.
penerapan yang dilakukan oleh tempat kerja lain yang lebih baik.
disediakan.
c. Kebijakan K3
Kebijakan ini harus melawati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil
harus bersifar dinamis artinya sering ditinjau ulang agar sesuai dengan
2. Perencanaan
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ini adalah identifikasi sumber
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta hasil tinjauan awal terhadap
K3. Dalam perencanaan ini secara lebih rinci terbagi menjadi beberapa hal,
diantaranya:
c. Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3 yang harus dapat diukur,
kebijakan K3.
3. Implementasi
4. Pengukuran/evaluasi
Untuk menjaga tingkat kepercayaan terhadap data yang akan diperoleh maka
beberapa proses harus dilakukan seperti kalibrasi alat, pengujian peralatan dan
contoh piranti lunak dan perangkat kerja. Ada tiga kegiatan yang diperkenalkan
Pada bagian ini, harus ditetapkan dan dijaga konsistensi dari prosedur
b. Audit SMK3
ditempat kerja. Hal yang perlu diperhatikan dalam audit ini adalah:
Merupakan hasil temuan dari audit dan harus disetujui oleh pihak
di atas tersebut merupakan bagian dari proses penelitian yang dilakukan. Hal
tersebut diperkuat oleh (Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi, 2012)
Hasil dari penelitian ini tercapaianya nihil kecelakaan kerja atau zero
accident dimana menjadi output dari penelitian ini. Tujuan dari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja
yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-
pekerja bebas, dan sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan
perlu menetapkan tujuan dan sasaran yang harus dicapai. Tujuan dan sasaran yang
ditetapkan salah satunya adalah tidak adanya kecelakaan kerja (Zero Accident). Hal
ini diperkuat oleh (Febyana Pangkey dan Grace Y. Malingkas, D.O.R Walangitan,
2012).
pemeliharaan karyawan yang baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini
dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan sehingga dengan adanya program
optimalisasi kinerja karyawan dalam penelitian ini merupakan outcome dari hasil
penelitian. Hal ini diperkuat oleh (Nanda Simanjuntak dan Seno Andri, 2016).
Penerapan
Gap
Input
Kekuatan dan Kelemahan
1. Kebijakan
2. Sumber Daya Manusia Peluang dan Ancaman
3. Fasilitas P3K
1. Tenaga Kerja
4. Standar Jumlah Kecelakaan
2. Bencana
Kerja
3. Ekonomi
5. Budaya Keselamatan
4. Teknologi
6. Promosi K3
5. Kebijakan Pemerintah
7. Perencanaan
8. Penerapan
9. Pemeriksaan
10. Tinjauan Manajemen
Rancangan SMK3
1.Komitmen
a. Kepemimpinan
2. Perencanaan 3. Implementasi
dan komitmen
b.Tinjauan Awal
c. Kebijakan K3
Process
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
91
2.4 Proposisi
1. Penerapan SMK3 di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung
2. Kondisi SMK3 dan kinerja pegawai di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
Unit PLTP Gunung Salak berada pada posisi strategi ST yaitu menggunakan
ancaman eksternal.
(SMK3) di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak
METODE PENELITIAN
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
secara induktif, dan mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori
92
93
outcome;
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2010:4) pun
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
mendeskripsikan apa-apa saja yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini
Tabel 3.1
Operasionalisasi Parameter
Rumusan
No. Parameter Indikator Ukuran Sumber Data Informan
Masalah
1. Penerapan Sistem Kebijakan 1. Menetapkan kebijakan K3 Melaksanakan semua persyaratan Primer Supervisor
Manajemen 2. Dokumentasikan kebijakan K3 kebijakan (menetapkan, Sekunder Kimia, K3 dan
Keselamatan dan 3. Mengimplementasikan mendokumetasikan, memelihara Lingkungan
Kesehatan Kerja 4. Memelihara dan mengkomunikasikan
(SMK3) 5. Mengkomunikasikan
Sumber Daya 1. SDM K3 Tersedia semua SDM K3 Primer Supervisor
Manusia 2. Ahli K3 Memiliki semua ahli K3 Sekunder Kimia, K3 dan
berdasarkan jenis objek Lingkungan
3. Management Representatif Telah mengikuti semua training
(OHSAS 18001:2007, ISO 9001
dan training audit internal)
P3K 1. Fasilitas P3K Tersedia semua fasilitas P3K Primer
(ruang P3K, kotak P3K, alat Sekunder
95
5. Pengendalian operasional
6. Kesiapsiagaan dan tanggap
darurat
Pemeriksaan 1. Pemantauan dan pengukuran Melakukan semua elemen Primer Pelaksanaan
kinerja pemeriksaan (1,2,3,4,5,6) Sekunder Senior K3 dan
2. Penyelidikan insiden Lingkungan
3. Ketidaksesuaian
4. Tindakan perbaikan dan
pencegahan
5. Pengendalian catatan
6. Audit internal
Tinjauan 1. Evaluasi kebijakan K3 Melakukan semua evaluasi Primer Supervisor
Manajemen 2. Evaluasi tujuan, sasaran dan (1,2,3,4) Sekunder Kimia, K3 dan
kinerja K3 Lingkungan
3. Evaluasi hasil temuan audit
K3
4. Evaluasi efektivitas penerapan
K3
2. Kinerja Pegawai Kuantitas Kerja 1. Volume kerja Volume kerja yang dihasilkan di Primer Manajer Unit
atas kondisi normal Sekunder dan Pegawai
98
penelitian. Objek penelitian adalah hal atau variabel yang menjadi titik perhatian
sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan objek yang paling
pendahuluan.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh pegawai
di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak, sedangkan
objek penelitian kualitatif ini yaitu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Pada penelitian kualitatif ini, peneliti berperan aktif dan secara langsung
dalam proses penelitian untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan
102
peneliti sebagai key instrument atau instrumen kunci yang mengumpulkan data
penelitian ini adalah alat perekam suara pada saat wawancara, serta notes untuk
mencatat segala keperluan data yang didapatkan secara spontan pada saat
Sumber data penelitian merupakan subjek dari mana data diperoleh. Jenis
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data
kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka, melainkan diuraikan dalam
a. Data Primer
Data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-
gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni
subjek penelitian atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti
atau data yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikunto, 2010:22).
103
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data
primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh
penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal
dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan, SMS, foto dan lain-lain
(Arikunto, 2010:22).
1. Data rekap kecelakaan kerja, Alat Pelindung Diri (APD) dan data yang
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
untuk mendapatkan data baik secara primer untuk penerapan Sistem Manajemen
1. Teknik Wawancara
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah
3. Teknik Dokumentasi
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
kualitatif.
105
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain. Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep
yang diberikan Miles and Huberman. Miles and Huberman mengungkapkan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
1. Reduksi Data
Data yang didapatkan oleh peneliti baik primer maupun sekunder dirangkum
setelah diurai dan di analisis, agar terfokus pada hal-hal pokok yang penting
terkait dengan key activities, tujuan strategis dan indikator alat ukur penerapan
2. Penyajian Data
Penyajian data penelitian ini penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
1. Perencanaan / Pra-lapangan
Pada tahap ini, peneliti mengajukan usulan penelitian termasuk judul dan
strategis SDM dalam PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP
karyawannya.
2. Pelaksanaan
langsung dari pihak-pihak yang terkait dengan subjek penelitian, termasuk hal-
3. Analisis Data
108
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang telah
divisi K3.
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan pengamatan
b. Meningkatkan ketekunan
dan urutan peristiwa akan dapat direkam dan dideskripsikan secara akurat
penelitian.
c. Triangulasi
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang
rekaman wawancara serta scan data kecelakaan kerja, Alat Pelindung Diri
(APD) dan data yang terkait dengan SMK3, serta rekap data penilaian
111