Oleh :
Mona Rizki Meldiana
014201805028
Dalam hal ini, sumber daya manusia yang beroperasi secara efisien dan efektif
memerlukan kesehatan dan keselamatan fisik dan kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja juga dipengaruhi oleh motivasi kerja. Motivasi adalah daya
penggerak yang menimbulkan keinginan untuk bekerja dan keinginan untuk
bekerja sama, bekerja secara efektif dan mengintegrasikan segala upaya untuk
mencapai kepuasan (Pandu Adi Cakranegara, 2019). Kurangnya pelatihan dan
motivasi mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan dan juga dapat
mempengaruhi kinerja mereka. Pelatihan secara konseptual adalah proses
pembelajaran yang menggunakan keterampilan dan metode tertentu dan dapat
dikatakan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan bekerja bagi individu atau kelompok. (I Gst. Ngr. Ag. Indra Kesuma,
2018).
Dari data di atas, kita dapat melihat mortalitas ini karena peningkatan kecelakaan
di tempat kerja. Tingkat kecelakaan di tempat kerja pada tahun 2018 didasarkan
pada data yang disediakan oleh otoritas regulasi (BPJ), berdasarkan data yang
disediakan oleh Jamsost Sosial (BPJ). Pada 2018, 173.105 sebagai insiden
pekerjaan RP (JKK) ditemukan kecelakaan sebesar $ 1,2 miliar. Pada 2018,
jumlah item yang diambil pada 2018 meningkat sebesar 29% pada 2017. Jumlah
ini telah bertahan dari peristiwa sejak tahun 2001.
Jumlah kecelakaan kerja menurun lagi hanya pada tahun 2016. Jumlah kecelakaan
industri saat ini sebanding dengan jumlah kematian akibat kecelakaan industri.
Analisis akurat jumlah kecelakaan kerja dan kematian akibat kerja berdasarkan
data BPJS ketenagakerjaan dapat dilihat pada grafik di atas.
2019 114.000
2020 177.000
1.2 Tabel data kasus kecelakaan kerja periode 2018 Di Kab. Bekasi
Sumber : Radarbekasi.id
Sebanyak 147 ribu kasus kecelakaan kerja terjadi sepanjang tahun 2018. Hal
tersebut disampaikan Asisten Deputi Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan
Jawa Barat Dia menjelaskan, dari 147 ribu kasus kecelakaan kerja periode 2018
lalu, sebanyak 4.678 atau 3,18 persen di antaranya mengalami cacat dan 2.575
atau 1,75 persen lainnya meninggal dunia. Pemberian helm kepada para peserta
BPJS Ketenagakerjaan ini dilakukan untuk meminimalisir adanya korban
kecelakaan peserta BPJS Ketenagakerjaan. Acara kali ini kita lakukan sebagai
bentuk nyata guna menekan semaksimal mungkin angka kecelakaan kerja yang
terjadi bagi pekerja karena menurut data kami, kecelakaan kerja di luar tempat
kerja atau jalan raya menduduki tempat tertinggi kedua setelah di dalam lokasi
kerja atau 24 persen, sementara jumlah kematian yang terjadi akibat kecelakaan
ini mencapai angka 57 persen.
Tabel 1.3
Penilaian Kinerja Karyawan
Di Kab. Bekasi
Tahun Penghasilan PDRB
2017 443,1
2018 438,1
2019 431,5
2020 407,1
Pada tahun 2017 tenaga kerja kab Bekasi berperan menghasilkan PDRB setara
443,1 juta rupiah dari sektor industri manufaktur. Pada tahun 2018 tenaga kerja
kab Bekasi berperan menghasilkan PDRB setara 438,1 juta rupiah dari sektor
industri manufaktur. Pada tahun 2019 tenaga kerja kab Bekasi berperan
menghasilkan PDRB setara 431,5 juta rupiah dari sektor industri manufaktur.
Pada tahun 2020 tenaga kerja kab Bekasi berperan menghasilkan PDRB setara
407,1 juta rupiah dari sektor industri manufaktur.
Kinerja karyawan berhubungan dengan motivasi kerja di perusahaan. Dalam hal
ini, hubungan kerja merupakan prestasi kerja yang diciptakan oleh karyawan.
Motivasi kerja dan peran keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan langsung
dengan kinerja karyawan di dalam perusahaan, dan perusahaan menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, menyangkut
kesehatan dan keselamatan kerja serta motivasi bekerja bagi perusahaan. Para
peneliti ingin menyelidiki lebih lanjut apakah variabel motivasi, kesehatan dan
keselamatan kerja dapat berkontribusi atau mempengaruhi kinerja karyawan.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis membahas secara singkat pokok-pokok penulisan dalam
menentukan pilihan judul, dan membahas secara singkat latar belakang masalah,
masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan sistematika penulisan artikel ini.
Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi, yang memberikan kesimpulan dan
hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan dan menjadi bahan masukan bagi
manajemen.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Organisasi adalah faktor pendorong bagi organisasi dan tenaga kerja
sangat penting sebagai tenaga kerja. Oleh karena itu, karyawan merupakan
aset penting perusahaan dan ada banyak hal untuk meningkatkan kinerja.
Turang (2017: 74) berpendapat bahwa kinerja adalah kuantitas atau kualitas
pekerjaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam suatu
organisasi yang melakukan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan standar
yang digunakan dalam organisasi, prosedur operasi standar, serta standar dan
kebijakan yang ditetapkan. . . Perusahaan. Pencapaian kinerja yang baik juga
tidak terlepas dari kualitas pegawai yang baik. Wirawan (2017:5) Kinerja
adalah hasil kinerja suatu indikator untuk suatu pekerjaan atau jabatan selama
periode waktu tertentu. Irham (2017:2) berpendapat bahwa terlepas dari
apakah organisasi itu mencari keuntungan atau tidak, kinerja atau prestasi
selama periode waktu adalah hasil dari organisasi. Pelaksanaan suatu kegiatan
atau program kebijakan untuk mencapai tujuan, sasaran, visi dan misi
organisasi yang dituangkan dalam rencana strategis organisasi. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kinerja
Dan secara teoritis, tujuan evaluasi digolongkan menjadi apa itu evaluasi
dan pengembangan. Menurut alabi Imam (1396:191). Apa itu peringkat:
a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
b. Perbaikan kinerja
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan
d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pencatatan,
pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja.
e. Untuk kepentingan penelitian karyawan
f. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain karyawan
2.1.5 Indikator Kinerja
Wibowo (2016: 86-88) mengemukakan bahwa indikator kinerja
meliputi tujuan, standar, umpan balik, alat atau sarana, kapabilitas, motif, dan
peluang.
a. Tujuan
Tujuan adalah situasi spesifik yang ingin dicapai oleh individu atau
organisasi secara aktif. Tujuannya adalah untuk mencapai situasi yang lebih
baik di masa depan. Oleh karena itu, tujuan mencerminkan arah di mana rasa
haus itu terjadi. Berdasarkan ini, hasil yang dihasilkan untuk mencapai
tujuan.
b. Standar
Kriteria membantu menentukan apakah Anda dapat mencapai tujuan
yang diinginkan atau tidak. Tanpa standar, Anda tidak akan pernah tahu
kapan tujuan Anda akan tercapai.
c. Umpan balik
Umpan balik adalah masukan yang digunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Umpan balik dapat
digunakan untuk melakukan tinjauan kinerja, yang dapat meningkatkan
kinerja.
d. Alat atau sarana
Alat atau perlengkapan adalah sumber daya yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang berhasil. Alat atau perlengkapan merupakan faktor
yang berguna untuk mencapai tujuan. Tanpa sarana atau sarana, beberapa
tugas tidak dapat diselesaikan dan tujuan tidak dapat dicapai sebagaimana
mestinya.
e. Kompetensi
Kemampuan adalah persyaratan kinerja yang penting. Kompetensi adalah
kemampuan untuk berhasil melakukan tugas yang diberikan kepada Anda.
Kompetensi memungkinkan Anda untuk melakukan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pekerjaan yang Anda butuhkan untuk mencapai tujuan
Anda.
f. Motif
Motivasi adalah alat atau insentif yang memotivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Manajemen mendorong motivasi karyawan dengan
insentif keuangan, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan, tantangan
dan menetapkan standar yang wajar, meminta umpan balik, memberikan
kebebasan bekerja, termasuk jam kerja, dan Menyediakan sumber daya yang
diperlukan dan menghilangkan tindakan untuk insentif palsu.
g. Peluang
b. Tujan Pelatihan
Karena tujuan pelatihan harus jelas dan terukur, maka
tujuan pelatihan adalah untuk membantu peserta mencapai
kinerja maksimal dan meningkatkan pemahaman mereka
tentang etos kerja yang digunakan, ini tentang meningkatkan
keterampilan kerja Anda.
c. Materi
Materi pelatihan dapat berupa manajemen, penulisan
skenario, psikologi bisnis, komunikasi bisnis, disiplin dan etika
bisnis, kepemimpinan bisnis dan pelaporan bisnis.
d. Metode Yang Digunakan
Teknik partisipatif seperti diskusi kelompok, pertemuan,
simulasi, permainan peran (demonstrasi) dan permainan, latihan
kelas, tes, kerja tim dan kunjungan studi (studi banding)
digunakan sebagai metode pelatihan.
e. Kualifikasi Peserta
Fokus pelatihan adalah pada karyawan tetap, karyawan
yang direkomendasikan oleh pimpinan, dll dan karyawan yang
memenuhi persyaratan.
f. Kualifikasi Pelatih
Pelatih yang digunakan untuk membuat materi pelatihan
harus memiliki kualifikasi yang diperlukan, seperti pengalaman
dengan materi pelatihan, motivasi dan kemampuan
menggunakan metode partisipatif.
g. Waktu (Banyaknya Sesi).
Jumlah sesi pelatihan meliputi 67 sesi dan 3 sesi
pelatihan awal dan akhir. Jadi jumlah sesi latihan sama dengan
70 sesi atau 52,2 jam. Semakin banyak manajer terlatih yang
Anda miliki, semakin besar kemungkinan Anda untuk
meningkatkan keterampilan dan kompetensi karyawan Anda.
2.3.6 Evaluasi Program Pelatihan
Menurut Rivai dan Sagala (2017:233) untuk memvalidasi program,
manajer SDM mengharuskan kegiatan pelatihan dievaluasi secara sistematis,
termasuk manajer atau pelatih dari sektor korporasi.
Kriteria efektif yang digunakan dalam mengevaluasi kegiatan pelatihan
adalah yang berorientasi pada hasil (deliverable) dan manajer serta pelatih harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Reaksi dari peserta pelatihan terhadap proses dan isi kegiatan
pelatihan
b. Pengetahuan atau proses belajar yang diperoleh
melalui pengalaman pelatihan
c. Hasil atau perbaikan yang dapat diukur secara
individu maupun organisasi, seperti makin
rendahnya turnover (berhenti kerja) makin sedikit
kecelakaan, makin efisiennya penggunaan waktu
dan biaya serta makin produktifnya karyawan dan
lain-lain.
Persamaan dan
No Peneliti Judul Hasil Perbedaan
1. Nur Rahma Pengaruh Pelatihan Kerja Persamaannya
Andayani Pelatihan berpengaruh adalah
(2016) Kerja Positif dan Sama – sama
Jurnal dan Motivasi Motivasi Kerja, memiliki pelatihan
Akuntans, Kerja Terhadap Kinerja yang tepat dengan
Ekonomi Terhadap Karyawan. Hal ini karyawan yang akan
dan Kinerja berarti dengan memiliki Kinerja
menjadi faktor kinerja pegawai. (Uniarsie dan Swatno 2017: 159). Kerangka
Motivasi
Kinerja
(X1)
Karyawan
(Y)
Pelatihan
(X2)
K3 (X2)
X1 : Motivasi
X2 : Pelatihan
Y : Kinerja Karyawan
2.7 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017:93), hipotesis adalah jawaban sementara dari
rumusan suatu proyek penelitian. Sebuah hipotesis dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis untuk perumusan pertanyaan penelitian daripada jawaban
empiris.
Tabel 2.2
Defenisi dan Konsep Operasional Variabel Penelitian
Ardana, Komang dkk. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.
Suwatno & Priansa, D. (2011). Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung: Alfabeta
Jelita Caroline Inaray, dkk (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Amanah Finance Di Manado.
Nur Rahmah Andayani. (2016). Pengaruh Pelatihan Kerja Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Pt. Pci Elektronik International
(Studi Pada Karyawan Pt Pci Elektronik International).