Anda di halaman 1dari 3

VISI K3 NASIONAL

Terwujudnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia.

MISI K3 NASIONAL

Untuk mencapai visi sebagaimana tersebut diatas, maka Misi K3 Nasional adalah:

1. Meningkatkan penerapan SMK3

2. pelaksanaan pembinaan dan pengawasan K3

3. Meningkatkan peran serta pengusaha, tenaga kerja, masyarakat untuk mewujudkan kemandirian
dalam pelaksanaan K3.

STRATEGI NASIONAL

Sesuai dengan visi, misi dan kebijakan K3 nasional, maka telah disusun rencana strategi dan program
kerja utama K3 yaitu:

1. Menyusun dan meningkatkan kebijakan K3

2. Meningkatkan sumber daya manusia di bidang k3

3. Meningkatkan pembinaan penerapan SMK3

4. Meningkatkan sarana dan prasarana pengawasan K3

5. Meningkatkan jejaring dan peran serta instansi, lembaga, personil dan pihak pihak terkait.

KEBIJAKAN, PERATURAN PERUNDANGAN DALAM BIDANG HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap kedua, maka
penekanan pembangunan ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di
segala bidang melalui upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan
kemampuan ilmu dan teknologi serta peningkatan daya saing perekonomian. Dalam bidang
ketenagakerjaan upaya peningkatan daya saing perekonomian diarahkan pada: Mendorong
terciptanya kesempatan kerja yang layak (decent work), yaitu lapangan kerja produktif dengan
perlindungan dan jaminan sosial yang memadai; dan Meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan
produktivitas. Pekerjaan yang layak dengan perlindungan yang memadai, salah satunya diupayakan
melalui penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Sejak diterbitkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, penerapan K3 di Indonesia
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat karena masih tingginya angka kecelakaan
kerja di Indonesia, dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data
Kementerian Tenaga Kerja tahun 2010 tercatat 98.711 kecelakaan kerja, sedangkan berdasarkan
data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Dari sebelumnya
114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020.

Sejak diterbitkannya UU No, 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, penerapan K3 di Indonesia
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat karena masih tingginya angka kecelakaan
kerja di Indonesia, dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data
Kementerian Tenaga Kerja tahun 2010 tercatat 98.711 kecelakaan kerja, sedangkan berdasarkan
data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Dari sebelumnya
114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020.

SMK 3 ( Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja )

SMK3 adalah bagian dari sistem managemen Perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yg aman,
efisien dan produktif.

Adapun tujuan dan sasaran SMK3 adalah:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi,

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. SMK3
disusun dengan adanya beberapa hal yang menjadi latar belakang.

yaitu:

1. K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak

2. Kecelakaan kerja yang terjadi relative masih tinggi

3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih dominan bersifat parsial dan belum menyentuh aspek
manajemen

4. Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam hal K3

5. Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3

6. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh komunitas perlindungan
hak buruh internasional

7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan

8. Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program

9. Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue nasional baik secara politis maupun sosial

10. Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari
pendekatan moral

11. Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan, belum dirtempatkan
sebagai mitra usaha
12. Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


khususnya pada pasal 87 yaitu bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3. Pada pasal
tersebut menjalaskan bahwa "setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan dalam menerapkan SMK3 menggunakan
pedoman penerapan yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012.
Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3. Kebijakan nasional
tentang SMK3 tersebut tertuang dalam Lampiran 1. Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Kebijakan nasional yang tertuang dalam PP
tersebut menjadi pedoman bagi perusahaan dalam menerapkan SMK3. Penerapan SMK3 bertujuan
untuk:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi,

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Sebagaimana tercantum dalam PP Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman
penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Meskipun di dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
namun Kewajiban ditetapkan dalam PP No. 50 berlaku bagi perusahaan:

1. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang: atau

2. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai