MISI K3 NASIONAL
Untuk mencapai visi sebagaimana tersebut diatas, maka Misi K3 Nasional adalah:
3. Meningkatkan peran serta pengusaha, tenaga kerja, masyarakat untuk mewujudkan kemandirian
dalam pelaksanaan K3.
STRATEGI NASIONAL
Sesuai dengan visi, misi dan kebijakan K3 nasional, maka telah disusun rencana strategi dan program
kerja utama K3 yaitu:
5. Meningkatkan jejaring dan peran serta instansi, lembaga, personil dan pihak pihak terkait.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap kedua, maka
penekanan pembangunan ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di
segala bidang melalui upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan
kemampuan ilmu dan teknologi serta peningkatan daya saing perekonomian. Dalam bidang
ketenagakerjaan upaya peningkatan daya saing perekonomian diarahkan pada: Mendorong
terciptanya kesempatan kerja yang layak (decent work), yaitu lapangan kerja produktif dengan
perlindungan dan jaminan sosial yang memadai; dan Meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan
produktivitas. Pekerjaan yang layak dengan perlindungan yang memadai, salah satunya diupayakan
melalui penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Sejak diterbitkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, penerapan K3 di Indonesia
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat karena masih tingginya angka kecelakaan
kerja di Indonesia, dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data
Kementerian Tenaga Kerja tahun 2010 tercatat 98.711 kecelakaan kerja, sedangkan berdasarkan
data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Dari sebelumnya
114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020.
Sejak diterbitkannya UU No, 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, penerapan K3 di Indonesia
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat karena masih tingginya angka kecelakaan
kerja di Indonesia, dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data
Kementerian Tenaga Kerja tahun 2010 tercatat 98.711 kecelakaan kerja, sedangkan berdasarkan
data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Dari sebelumnya
114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020.
SMK3 adalah bagian dari sistem managemen Perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yg aman,
efisien dan produktif.
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi,
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. SMK3
disusun dengan adanya beberapa hal yang menjadi latar belakang.
yaitu:
3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih dominan bersifat parsial dan belum menyentuh aspek
manajemen
6. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh komunitas perlindungan
hak buruh internasional
7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan
9. Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue nasional baik secara politis maupun sosial
10. Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari
pendekatan moral
11. Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan, belum dirtempatkan
sebagai mitra usaha
12. Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi,
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
Sebagaimana tercantum dalam PP Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman
penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Meskipun di dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
namun Kewajiban ditetapkan dalam PP No. 50 berlaku bagi perusahaan:
2. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.