Anda di halaman 1dari 3

Nama : Riza Achmad Fauzi

NIM : 184308029
Prodi : Teknik Perkeretaapian 1B

Revitalisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di


Indonesia

Awal 2018 ini telah diwarnai sejumlah kasus kecelakaan kerja yang menonjol seperti
rubuhnya crane di Pancoran, Jakarta Selatan, dan longsor di Cikampek, Banten. Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat angka kecelakaan kerja di
Indonesia cenderung terus meningkat. Sebanyak 123 ribu kasus kecelakaan kerja tercatat
sepanjang 2017. "Sepanjang 2017, menurut statistik kami terjadi peningkatan kecelakaan
kerja sekira 20 persen dibandingkan 2016 secara nasional," kata Direktur Pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan Krishna Syarif di Nusa Dua, Badung, Bali.
"Harapan kami adalah karena kita lagi masa bulan K3 Nasional, kami imbau semua
pemberi kerja menggalakan kembali K3 supaya tujuan BPJS Ketenagakerjaan adalah angka
kecelakaan kerja menurun. Ini penting, kami bersama Kementerian Tenaga Kerja siap
menggalakan K3 dan siap memberikan sosialisasinya serta faktor resiko. Jadi K3 ini harus
kita galakkan lagi," ucap Krishna.1
Perlu diperhatikan kembali sistem manajemen K3 (SMK3) pada suatu perusahaan atau
industri, yang merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses,
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.2 Kecelakaan kerja di Indonesia masih terbilang tinggi mendeskripsikan bahwa
sistem manajemen K3 pada suatu perusahaan belum berjalan dengan maksimal.
Di dalam buku yang diterbitkan ILO (International Labour Organization), perusahaan
wajib berpedoman pada penerapan 4 prinsip dasar dalam pelaksanaan sistem manajemen K3,
yaitu: Plan, do, check, dan action.
Plan merupakan perencanaan sistem manajemen. Pondasi dasar dalam merencankan
sistem adalah komitmen terhadap pentingnya keselamatan dan kesehatan para pekerja.
Sehingga dibutuhkan organisasi K3yang bersifat netral dan memiliki posisi strategis dalam
1
Dikutip dari detik.com, (Selasa/ 06/02/2018)
2
Dikutip dari Buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja dari ILO
menentuan keputusan perusahaan, perusahaan menyediakan anggaran dan tenaga kerja yang
berkualitas serta sarana-sarana lain dibidang K3, dan menetapan personil yang bertanggung
jawab dan mempunyai kewenangan serta kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.
Wewenang dan kewajiban yang dibebenkan pada organisasi tersebut adalah mengidentifikasi
kondisi perusahaan, sumber bahan bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, dan
pengetahuan pekerja terhadap K3, serta tingkat efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
ada. Hasil identifikasi tersebut sebagai bahan untuk menentukan standar operasional prosedur
(SOP) dengan memerhatikan undang-undang yang berlaku.
Do merupakan implementasi sitem manajemen K3. Perusahaan yang telah
berkomitmen dan mengambil kebijakan bahwa pentingnya kesalamatan dan kesehatan
pekerja akan memerhatikan SOP dalam setiap pekerjaan yang dilakukan pekerja. Tidak
cukup itu saja, perusahaan perlu memerhatikan kompetensi pekerja dan sarana yang
berstandar, supaya perusahaan tepat menempatkan pekerja bekerja pada bidangnya dan
terjaminnya keamanan dalam bekerja. Perusahaan mengaktualisasi dengan melakukan
pendidikan dan pelatihan kompetensi kerja, prosedur menghadapi keadaan darurat atau
bencana, dan prosedur menghadapi insiden. Pada proses implementasi diperlukan peran aktif
pekerja untuk melaporkan semua kendala maupun potensi bahaya yang masih dirasakan
kepada organisasi K3.
Check merupakan kegiatan pemeriksaan atau pengukuran dan pemantauan jalannya
implementasi. Pada proses ini, perusahaan bersinergi dengan organisasi K3 harus memiliki
sistem untuk mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja sistem manajemen K3 dan
hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi
tindakan perbaikan. Melakukan inspeksi dan pengujian segala bidang pekerjaan yang
dilakukan di lapangan, mengaudit sistem manajemen K3 baik secara internal maupun
eksternal serta secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan sistem manajemen K3
merupakan bentuk nyata pada proses ini.
Action yaitu tindakan perbaikan atau tinjauan manajemen, setelah hasil pemeriksaan
dan evaluasi dilaporkan kepada manajemen. Proses ini merupakan bagian finalisasi pada
sistem manajemen K3 pada perusahaan.
Selain perusahaan, organisasi K3, dan pekerja yang perlu dilibatkan adalah peran
pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang sistem manajemen K3. Saat ini, undang-
undang yang digunakan untuk mengatur sistem manajemen K3 adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI No. 5 Tahun 1996. Pemerintah telah mewajibkan penerapan SMK3 di
perusahaan yang berdiri di Indonesia. Tapi, jika diperhatikan dari tahun penetapan peraturan
tersebut, undang-undang tersebut cukup usang. Pemerintah perlu melakukan pembaharuan
dan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi yang digunakan industri sekarang.
Apalagi revolusi industri gelombang ke empat, yang juga disebut industri 4.0, kini telah tiba.
Tidak hanya mengambil kebijakan, pemerintah memiliki kewajiban melakukan
pengawasan dalam sistem manajemen K3 yang ditugaskan kepada pengawas ketenagakerjaan
pusat/ provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, sesuai pasal 18 ayat
1. Data BPS tahun 2015 sampai 2017 saja, baru ada 1.221 perusahaan yang telah memiliki
sertifikat K3. Presentase yang kecil dari total 26 ribu industri sedang dan besar yang tersebar
di Indonesia. Peran pemerintah perlu ditingkatkan terutama dalam regulasi dan memberikan
perizinan pendirian perusahaan.
Perkembangan industri dunia yang pesat ditandai dengan revolusi industri mulai dari
1.0, 2.0, 3.0, hingga sekarang 4.0 meningkatkan kesadaran pentingnya keselamatan dan
kesehatan pekerja. Pengusaha-pengusaha sekarang mulai mengkalkulasi kerugian yang
ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. Sehingga menyadarkan pengusaha untuk meningkatkan
kualitas K3 dan sadar keberhasilan K3 bagian keberhasilan bisnisnya. Bisa dibayangkan,
kalkulasi ini dilakukan oleh pemerintah akan mengakibatkan kerugian produk domestik bruto
(PDB) negara. Apakah pemerintah belum tertarik untuk menggalakan K3 lagi?
Oleh sebab itu, di dunia industri membutuhkan sistem manajemen K3 sebagai sistem
untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi ; mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien
untuk mendorong produktivitas.3 Selain berdampak baik terhadap unsur-unsur yang terlibat di
dalam sistem manajemen K3, secara tidak langsung akan berdampak baik pula terhadap
perkembangan ekonomi suatu negara.

3
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Anda mungkin juga menyukai