Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan K3 merupakan upaya untuk memenuhi hak-hak dasar,

perlindungan tenaga kerja/pekerja, yang telah diatur melalui Peraturan Pemerintah

N0. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(Selyanti et al., 2013). Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan

kontribusi penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua

negara di dunia. Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya

merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya.

Menurut data yang dikeluarkan International Labour Organization (ILO),

Tahun 2018, 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan

penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan

kecelakaan kerja. Setiap tahun, sekitar 1000 kali kejadian kecelakaan kerja non-

fatal dibandingkan dengan kecelakaan kerja fatal. Kecelakaan non-fatal

diperkirakan dialami sekitar 374 juta pekerja setiap tahunnya, dan banyak dari

kecelakaan ini memiliki konsekuensi yang serius terhadap kapasitas penghasilan

para pekerja (International Labour Organization (ILO), 2018).

Berdasarkan data Kementrian Ketenagakerjaan RI (2021), Di Indonesia.

angka kecelakaan kerja dalam beberapa tahun terakhir belum menunjukkan

penurunan secara berkelanjutan. Data kecelakaan kerja pada triwulan I tahun 2018

meningkat
sekitar 5.318 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal sebanyak 8

pekerja, sebanyak 52 pekerja mengalami cacat dan 1.361 pekerja lainnya sembuh

setelah menjalani perawatan media akibat kecelakaan kerja yang dialaminya

(Ridasta, 2020). Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan, pada Januari hingga Oktober 2020, terdapat 177.000 kasus

kecelakaan kerja yang terjadi. Pada tahun 2019 terdapat 114.000 kasus kecelakaan

kerja.

Data kecelakaan kerja di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2015

tercatat 7.191 kasus, sedangkan pada tahun 2016 terjadi 8102 kasus dan pada

tahun 2017 tercatat 5.231 kasus kecelakaan akibat kerja (Santoso, 2018). Menurut

data BPJS Ketenagakerjaan Kota Kendari, kasus kecelakaan kerja pada tahun

2015 tercatat sebanyak 45 kasus, tahun 2016 sebanyak 48 kasus, tahun 2017

sebanyak 142 kasus, tahun 2018 sebanyak 178 kasus, tahun 2019 sebanyak 347

kasus, dan tahun 2020 sebanyak 213 kasus. Kasus kecelakaan kerja terus

mengalami kenaikan setiap tahunnya mengenai kasus kecelakaan di Kendari

(BPJS Ketenagakerjaan Kendari, 2020).

Sesuai dengan adanya Undang undang No.13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, terutama pada pasal 86, yang menyebutkan bahwa setiap

pekerja/buruh mempunyai hak atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, moral dan

kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama. Serta pasal 87, menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib

menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan dan Surat Keputusan Bersama


(SKB) Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum,

No.Kep.174./Men/1986; No:104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada

Tempat Kegiatan Konstruksi, dimana pada butir dari salah satu pasalnya

menyebutkan bahwa pada intinya suatu perusahaan harus memiliki komitmen

dalam membangun Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3). Penerapan SMK3 sangat penting di terapkan diperusahaan untuk

mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/buruh serta

menciptakan tempat kerja aman, nyaman dan efisien untuk mendorong

produktifitas (PP No 50 Tahun 2012).

PT. Citra Prasasti Konsorindo didirikan di Bekasi pada tanggal 05-mei-1994

yang bergerak dalam Bidang Jasa Pelaksanaan Kontruksi (Kontraktor) yang pada

saat itu mengambil Sub Bidang Kelas Menengah dengan beberapa Spesialisasi

Pekerjaan. Namun seiring Bergulirnya Reformasi dimana pada Tahun

perkembangan Dunia Ekonomi yang semakin besar PT. Citra Prasasti Konsorindo

juga mulai melaksanakan Pekerjaan-pekerjaan Swasta dimana pada saat itu

Kabupaten Bekasi menjadi Wilayah Industri terbesar se-Asia dan mulailah PT.

Citra Prasasti Konsorindo mengambil Peran aktif ikut membangun Perusahaan di

Kawasan – kawasan Industri (PT Citra Prasasti Konsorindo, 2020).

Proyek pembangunan Rumah Sakit Jantung Kota Kendari merupakan salah

satu bangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Cipta


Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang dengan melibatkan kontraktor PT. Citra

Prasasti Konsorindo dengan luas lahan eksisting sebesar ±3,5 HA, sebanyak 17

lantai + top floor dan dalam pelaksanaanya dilakukan secara bertahap, tahap

pertama pada tahun anggaran 2019 dengan capaian pembangunan sampai dengan

lantai 4 dari total 17 lantai. Tahap kedua pada tahun anggaran 2021 sampai

dengan 2022. Pelaksanaan pembangunan direncanakan selama 18 bulan berakhir

di tahun 2022 (Zona Sultra, 2021).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012

tentang Penerpan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa

“Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala

kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.SMK3

merupakan sistem yang seluruh manajemennya yang terdiri dari perencanaan,

implementasi, prosedur, SDM yang dibutuhkan untuk mengembangkan penerapan

demi pencapaian dan pemeliharaan yang berkaitan dengan K3 dalam rangka untuk

mengendalikan risiko yang memiliki keterkaitan dengan segala kegiatan demi

terciptanya lingkungan kerja yang nyaman, efektif, serta efisien (Ilham Ibnu

Ahmadi, 2021).

Proyek pembangunan rumah sakit jantung menerapkan prinsip SMK3 seperti

Penetapan Kebijakan K3, Perencaaan K3, Pelaksanaan Rencana K3, Pemantauan

dan Evaluasi K3, Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3. Penetapan

kebijakan K3 di proyek pembangunan rumah sakit jantung di mulai dari

peninjauan awal kondisi K3 yang harus menyertakan komitmen di tingkatan


pimpinan serta tekad melaksanakan kebijakan. Perencanaan K3 dalam proyek

pembangunan rumah sakit jantung menerapkan skala prioritas yang urutan

pekerjaan berdasarkan tingkat resiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat

resiko tinggi di prioritaskan dalam perencanaan dan dalam upaya pengendalian

dalam perencanaan ini di lakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui

pengendalian teknis, administratif, dan pengunaan alat pelindung diri.

Pelaksanaan rencana K3 yang didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3,

serta sarana dan prasarana. Di bidang sumber daya manusia, proyek pembangunan

rumah sakit jantung memilki sumber daya yang kompeten dan tersertifikasi sesuai

peraturan dan perundangan. Sementara itu, penyediaan sarana dan prasarana

melibatkan organisasi/unit K3, anggaran, prosedur kerja, informasi, pelaporan,

dokumentasi, dan instruksi kerja. Dalam kegiatannya, pelaksanaan dilakukan

dengan meliputi tindakan pengendalian risiko kecelakaan, perancangan dan

rekayasa, prosedur dan instruksi kerja, penyerahan sebagian pelaksanaan

pekerjaan, pembelian/pengadaan barang dan jasa, serta produk akhir. Kegiatan-

kegiatan tersebut dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian

pengendalian risiko. Di samping itu ada lagi dua kegiatan lainnya, yaitu upaya

menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana proyek, serta rencana dan

pemulihan keadaan darurat dilakukan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan

analisis kecelakaan. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 dalam proyek

pembangunan rumah sakit jantung kendari dilakukan dengan pemeriksaan,

pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3. Kemudian hasil pemantauan

dilaporkan kepada pemilik perusahaan agar digunakan untuk melakukan tindakan


pengendalian. Semua pelaksanaan pemantauan dilakukan berdasarkan peraturan

yang berlaku. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 dalam proyek

pembangunan rumah sakit jantung kendari dilakukan secara berulang dan berskala

dengan pengadaan rapat tinjauan oleh pihak manajemen. Hasil yang diharapkan

adalah solusi untuk mengatasi temuan yang memiliki konsekuensi tertentu dalam

praktik K3, berupa perbaikan diikuti dengan peningkatan kerja.

Berdasarkan observasi awal yang di lakukan, diperoleh informasi dari Safety

Health Environment (HSE) bahwa PT. Citra prasasti konsorindo proyek

pembangunan rumah sakit jantung kendari telah melaksanakan dan menerapkan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sejak awal mulai

berdirinya perusahaan yaitu sejak tahun 2019. Namun dalam penerapannya masih

ditemui beberapa kendala sehingga dampak dari SMK3 yang telah dilaksanakan

belum begitu maksimal, sehingga setiap tahunnya masih terjadi kecelakaan kerja

baik ringan maupun fatal.Adapun data-data kecelakaan ringan seperti tergores,

tersandung benda, terluka, terjatuh dan lain-lain pernah terjadi namun data-data

kecelakaan kerja ringan ini tidak terdokumentasi dengan baik di PT Citra prasasti

konsorindo. Berdasarkan data klinik, pada daftar pemakaian obat-obatan pada

periode Mei 2021-Oktober 2021 adalah rivanol 21 kali, alkohol 4 kali, kain kapas

13 kali, hansaplast 22 kali, betadine 9 kali, dan perban kecil 9 kali, Meskipun

jarang terdapat kecelakaan fatal tapi terdapat kecelakaan maupun insiden di

tempat kerja.

Selain itu ditemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan

ketidakpatuhan pekerja terhadap prosedur K3 antara lain beberapa para pekerja


melakukan tindakan yang tidak aman seperti masih banyaknya pekerja yang tidak

menggunakan APD yang telah ditentukan, tidak menggunakan body harness saat

bekerja di ketinggian, tidak menggunakan sarung tangan saat mengunakan

peralatan/mesin kerja serta bercanda berlebihan saat bekerja dan kurangnya

supervisi dan sanksi dari pihak perusahaan terhadap pekerja yang melanggar

aturan, khususnya K3. Adapun sarana seperti pemasangan Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) masih tidak sesuai dengan ketentuan prosedur K3. Dengan

berdasarkan fenomena tersebut menunjukkan SMK3 belum optimal di

implementasikan pada proyek pembangunan rumah sakit jantung kendari. Oleh

karena itu, Peneliti tertarik mengambil judul mengenai Gambaran Penerapan

Sistem Management Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Citra

Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari

Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Penerapan Sistem

Management Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Citra Prasasti

Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Penerapan

Sistem Management Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Citra

Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung


Kendari.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui gambaran Penetapan Kebijakan Kesehatan Dan

Keselamatan (K3) PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek

Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari.

b. Untuk mengetahui gambaran perencanaan kesehatan dan keselamatan

kerja di PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah

Sakit Jantung Kendari.

c. Untuk mengetahui gambaran Pelaksanaan Rencana Kesehatan Dan

Keselamatan kerja di PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek

Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari.

d. Untuk mengetahui gambaran Pemantauan Dan Evaluasi Kinerja kesehatan

dan keselamatan kerja PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek

Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari.

e. Untuk mengetahui gambaran Peninjauan Dan Peningkatan Kinerja SMK3

PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit

Jantung Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini akan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai


Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3)PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit

Jantung Kendari.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja serta dapat dijadikan sumber

informasi atau sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada Gambaran Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Citra Prasasti

Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari dan untuk

segi pembahasan, peneliti hanya membahas penetapan kebijakan K3, perencanaan

K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan

dan peningkatan kinerja SMK3 terhadap Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada

Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari.

1.6 Organisasi atau Sistematika

Penelitian ini berjudul “Gambaran Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Citra Prasasti Konsorindo Pada

Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari” ditulis oleh Muh. Aan

Wahyu Saputra dibawah bimbingan Bapak Dr. Syawal K. Saptaputra, S.KM.,

M.Sc sebagai bimbingan I dan Bapak Putu Eka Meiyana E.,S.KM, M.P.H.

sebagai Pembimbing II.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya

a. Penelitian yang dilakukan oleh Agitha Y. Olii , Paul A. T. Kawatu , Rahayu


H. Akili dengan judul Gambaran Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan (SMK3) Dalam Proyek Pembangunan Gedung
Universitas Sam Ratulangi Manado Oleh PT Adhi Karya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran

penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu

kebijakan dan komtmen perusahaan, pelaksanaan dan disiplin K3, komunikasi dan

pelatihan K3, inspeksi dan penyelidikan kecelekaan kerja dan evaluasi, dalam

proyek Pembangunan Gedung Universitas Sam Ratulangi Manado oleh PT Adhi

Karya. Dari hasil penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar responden

menilai pelaksanaan dan disiplin perusahaan terhadap pelaksanaan K3 sudah baik

Hal ini disebabkan bahwa adanaya peraturan tentang K3 di perusahaan, ada

prosedur standar atau SOP terhadap penerapan SMK3, jika ada pelanggaran akan

diberikan sanksi, memadainya jumlah APD, kualitas yang sesuai standar yang ada

pada Alat Pelindung Diri (APD), adanya pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

berkala, mesin atau peralatan yang aman digunakan dikarenakan perusahaan

melakukan pemeliharaan, perusahaan selalu menjaga kondisi tempat kerja tetap

aman demi keselamatan dan kesehatan karyawan aman dikarenakan perusahaan

selalu menjaga kondisi


tempat kerja, kondisi tempat kerja tetap sehat demi keselamatan dan kesehatan

karyawan perusahaan menjaga kondisi tempat kerja, prosedur K3 yang mudah

diterapkan dengan konsisten, adanya sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3.

Dalam kebijakan dan disiplin perusahaan, peneliti menanyakan tentang adanya

peraturan dan SOP K3, adanya sanksi, kualitas dan jumlah APD, ada

pemeriksaan kesehatan, pemeliharaan mesin, menjaga kondisi tempat krja agar

aman dan nyaman. Berdasarkan hasil analisis bahwa sebanyak 96,3% menjawab

bahwa kebijakan dan disiplin perusahaan sudah baik. Dari kuesioner yang

dibagikan, masih ada responden yang menjawab prosedur pelaksanaan K3 tidak

mudah diterapkan dengan konsisten. Peneliti menganalisis bahwa pekerja yang

menjawab tidak dikarenakan pekerja masih baru yang belum mengetahui prosedur

dan bagaimana penerapan K3 (Olii et al., 2018).

b. Penelitian yang dilakukan oleh Ilham Ibnu Ahmadi dengan judul Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di RSUD
Kolaka Timur Tahun 2020.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif

menggunakan metode penelititan deskriptif. Pengumpulan data meliputi:

wawancara secara mendalam dan observasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Kolaka Timur

(RSUD) Kolaka Timur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penetapan

kebijakan K3RS sudah ada namun belum memiliki struktur organisasi K3 di

rumah sakit, sarana dan prasarana

belum memadai. Perencanaan K3RS telah dilaksanakan namun belum maksimal.


Pelaksanaan rencana K3RS belum sepenuhnya terlaksakan dikarenakan

keterbatasan sumber daya manusia. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS

dilaksanakan K3 rumah sakit bersama pihak ke-3 ini dikarenakan sumber daya

manusia yang belum memadai dan peralatan dan metode pengujiannya yang

belum ada di rumah sakit. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS

dilaksanakan sudah terlaksana namun masih banyak yang masih belum terpenuhi.

Namun demikian ketika peninjauan dilakukan dan apa bila didapatkan temuan

dilapangan mereka diskusi dan melaporkan kepada manajemen rumah sakit

(Ilham Ibnu Ahmadi, 2021).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Silvi Tristya Pratiwi dengan judul Gambaran
Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Di PT Pelindo Iv (Persero) Cabang Kendari Tahun 2020.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.

Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan telaah dokumen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan SMK3 di PT.

Pelindo IV (Persero) Cabang Kendari tahun 2020. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa Penetapan kebijakan terlaksana dengan adanya keputusan

Direksi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV tentang Pedoman Pelaksanaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia IV dan dilakukannya sosialisasi. Perencanaan K3, yaitu pemeliharan

alat pemadam kebakaran, penyediaan alat pelindung diri, melakukan pemetaan

area berisiko, dan kegiatan simulasi bencana serta yang bertanggung jawab tim

P2K3.

Pelaksanaan perencanaan K3 terlaksana dengan adanya pihak mendukung, yaitu


tim P2K3, sarana dan prasarana, serta pelatihan yang diikuti di kantor pusat.

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan setiap minggu sedangkan

pemantauan oleh pihak eksternal dan internal setiap enam bulan serta adanya

pemantauan kesehatan pada pekerja yang bekerja di potensi bahaya

tinggi.Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 didapatkan bahwa penerapan

K3 sangat efektif dan berpengaruh terhadap produktivitas kinerja serta belum ada

pengkajian kecelakaan karena belum pernah terjadi kecelakaan yang fatal.

Mengenai penerapan SMK3 di PT Pelindo IV (Persero) Cabang Kendari dapat

dikatakan belum terlaksana secara menyeluruh (Pratiwi et al., 2021).

d. Penelitian yang dilakukan oleh Laela Fitriana, Anik Setyo Wahyuningsih


dengan judul Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (SMK3) Di PT. Ahmadaris.

Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Menggunakan penelitian

deskriptif karena adanya penerapan metode kualitatif dan data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasar Peraturan Pemerintah

Nomor 50 Tahun 2012 di PT Ahmadaris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 di

PT Ahmadaris dengan jumlah kriteria yang tercapai adalah 39 kriteria dari

total 64 kriteria penerapan tingkat awal. Simpulan dari penelitian ini pencapaian

penerapan SMK3 PT Ahmadaris sebesar 60,9% dan termasuk kategori

perusahaan dengan tingkat penilaian penerapan baik (Fitriani & Anik Setyo
Wahyuningsih, 2017).

e. Penelitian yang dilakukan oleh Aprillinardi Mahdi Putra Prasetya dengan


judul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(SMK3) PT. Indopherin Jaya.

Penelitian dilakukan secara observasional, dan pengambilan data

dilakukan secara Survey terhadap informan perusahaan.Penelitian ini bertujuan

untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan SMK3 yang sudah dilaksanakan oleh

PT. Indopherin Jaya dengan menggunakan standar PP NO. 50 Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan yaitu: PT. Indopherin Jaya telah

memiliki kebijakan dan komitmen terhadap K3 yang telah disahkan oleh

pimpinan perusahaan. Perencanaan K3 selalu dibuat berdasarkan identifikasi

bahaya, penilaian risiko K3. Pelaksanaan rencana K3 PT. Indopherin Jaya sudah

berjalan baik. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah dilakukan sesuai PP No.

50 Tahun 2012. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 sudah dilakukan

secara rutin dan sesuai ketentuan PP No. 50 Tahun 2012. Penilaian pencapaian

implementasi ada beberapa elemen yang belum diterapkan dengan lengkap yaitu:

strategi pendokumentasian, pengendalian dokumen, pengumpulan dan

penggunaan data serta standar pemantauan (Prasetya, 2020).

2.2 Tinjauan Teori Dan Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan

seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam

hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting
dari perlindungan tenaga kerja (Suma’mur, 1992). keselamatan kerja adalah

situasi dimana pekerja merasa aman dan nyaman dengan lingkungan kerja dan

berpengaruh kepada produktivitas dan kualitas bekerja. Rasa nyaman muncul

dalam diri buruh atau karyawan, apakah buruh merasa nyaman dengan alat

pelindung diri untuk keselamatan kerja, alat-alat yang digunakan, tata letak ruang

kerja dan beban kerja yang diperoleh saat bekerja (Kartikasari & Swasto, 2017).

Keselamatan kerja merupakan upaya-upaya dengan tujuan dalam

memastikan kesempurnaan tenaga kerja, keutuhan dan keadaan (dalam segi rohani

ataupun jasmani) disertai peralatan kerja serta hasil karyanya di tempat kerja

(Manurung et al., 2021).

Keselamatan kerja adalah kondisi karyawan yang aman, terhindar dari

penderitaan, kerusakan atau yang membuat kerugian karyawan di tempat kerja.

keselamatan kerja suatu bentuk perlindungan yang diberikan kepada karyawan

yang mengarah pada kondisi fisik maupun mental dan berkaitan dengan upaya

untuk mencegah kecelakaan kerja yang disebabkan berbagai faktor bahaya, yang

berasal dari lingkungan kerja atau tindakan pekerja itu sendiri (Siska Khairani,

2022).

Kesehatan kerja merupakan suatu usaha yang diterapkan sebuah aturan-

aturan untuk menjaga kondisi karyawan/tenaga kerja dari kejadian atau keadaan

yang dapat merugikan kesehatan buruh/karyawan, baik keadaan yang sehat baik

fiisik ataupun sosial sehingga akan didapat kemungkinan bekerja lebih optimal
dan produktif (Kartikasari & Swasto, 2017).

Kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan produktivitas

yang optimal tanpa membahayakan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya. Upaya Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja,

beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat

tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar

diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Hendrawan, 2020).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah

segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

(PP No. 50 Tahun 2012). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu

aspek perlindungan ketenagakerjaan. K3 merupakan hak dasar dari setiap tenaga

kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai pada keselamatan dan

kesehatan kerja. Persyaratan K3 terkait dengan masalah tenaga kerja dan hak asasi

manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek dalam

perlindungan ketenaga kerjaan. Dalam jangka panjang masyarakat industri

diharapkan memiliki budaya K3 yang cirinya adalah menerapkan ketentuan dan

standar K3 secara konsisten, maka potensi teknologi dapat dimanfaatkan dengan

aman dan efisien (Pratiwi et al., 2021).

2.2.2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menjamin

kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya

dan budayanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan kerja

adalah sebagai berikut:

a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.

b. Mencegah dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu

bekerja.

c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja

d. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan.

e. Merehabilitasi pekerjaan yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien

(Buntarto, 2015).

2.3 Tinjauan Tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3)

2.3.1 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya

disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No. 50

Tahun 2012).

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) merupakan

bagian dari suatu sistem manajemen yang terdiri dari suatu organisasi,

perencanaan sistem, penentuan tanggung jawab pelaksanaan, langkah prosedur

proses dan penentuan sumber daya. Sumber daya sendiri sangat dibutuhkan bagi

pengembangan SMK3, penerapan SMK3, pencapaian SMK3, hingga pengkajian

pemeliharan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (Cilegon et al., 2019).

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu

elemen utama dari sistem manajemen umum perusahaan dan implementasinya

harus dilakukan dengan integrasi dengan sistem manajemen lain yang relevan

untuk organisasi, seperti kualitas, lingkungan atau tanggung jawab sosial (Pratiwi

et al., 2021).

2.3.2 Tujuan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Tujuan dan sasaran sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

adalah menciptakan sistem kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja.

Unsur yang terlibat dalam sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

yaitu tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, selanjutnya

dapat terbentuk tempat kerja yang aman bagi pekerja dan hasil yang efisien

(Cilegon et al., 2019).

Tujuan dari penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, yaitu :

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan penyakit akibat kerja dengan

melibatkan Unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat

buruh; serta

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong

produktivitas (PP No. 50 Tahun 2012).

2.3.3 Manfaat Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Manfaat dari penerapan SMK3 ini dapat meningkatkan efektifitas

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur

dan terintegrasi, dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja, dapat menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien,

untuk mendorong produktifitas (Lestari, 2018).

2.3.4 Pentingnya Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (SMK3)

Pentingnya Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) diterapkan adalah:

1. Perlindungan Karyawan, tujuan inti penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah memberikan perlindungan kepada pekerja

2. Memperlihatkan keputusan pada peraturan dan undang-undang Perusahaan, telah

menunjukkan itikad baiknya dalam memenuhi peraturan perundang-undangan

sehingga dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi

keternagakerjaan

3. Mengurangi Biaya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akabat kecelakaan,

sehingga dapat mengurangi biaya seperti premi asuransi

4. Membuat sistem manajemen yang efektif

5. Adanya prosedur yang terdokementasi, maka segala aktifitas dan kegiatan yang

terjadi akan terorganisasir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur

6. Meningkatkan kepercayaan dan keputusan pelanggan

7. Dengan adanya pengakuan penetapan Sitem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3), citra organisasi terhadap kinerjanya akan

semakin meningkat dan tentu ini akan berdampak kepada peningkatan

kepercayaan pelanggan (Syafriman Rivai, 2021).

2.3.5 Audit Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen

terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil
kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di

perusahaan (PP No 50 Tahun 2012).

Pelaksanaan audit SMK3 bertujuan untuk membuktikan tingkat

pencapaian penerapan dan pengembangan dan kinerja K3 di sebuah perusahaan

sesuai dengan SMK3 dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.

Sederhananya, audit SMK3 dilakukan untuk mengukur efektivitas dari

pelaksanaan suatu sistem untuk jangka panjang. Hal yang perlu diperhatikan

dalam audit adalah:

a. Sistematika dan independen

b. Frekuensi audit berkala

c. Kemampuan dan keahlian petugasnya

d. Metodologi yang digunakan Berdasarkan hasil audit sebelumnya dan sumber

bahaya yang ada

e. Hasilnya dijadikan bahan tinjauan manajemen dan tindakan perbaikan (PT Safety

Sign Indonesia, 2019).

2.3.6 Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3

1. Penetapan kebijakan K3

a. Penetapan kebijakan K3 dilaksanakan oleh pengusaha.

b. Dalam menyusun kebijakan pengusaha paling sedikit harus:

1) Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:

a) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko,


b) perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor, lain yang lebih

baik,

c) peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan,

d) kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan

dengan keselamatan dan

e) penilaian efisiensi dan efektivitas sumber

daya yang disediakan.

2) Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus, dan

3) Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat

buruh.

c. Kebijakan K3 paling sedikit memuat:

1) Visi;

2) Tujuan perusahaan;

3) Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan

4) Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara

menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan

kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di

perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

2. Perencanaan K3

a. Perencanaan dilakukan untuk menghasilkan rencana K3.


b. Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada

kebijakan K3 yang telah ditetapkan.

c. Dalam menyusun rencana K3 pengusaha harus mempertimbangkan

1) Hasil penelaahan awal,

2) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko,

3) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya dan

4) Sumber daya yang dimiliki.

d. Pengusaha dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli K3, Panitia

Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan.

e. Rencana K3 paling sedikit memuat:

1) Tujuan dan sasaran,

2) Skala prioritas,

3) Upaya pengendalian bahaya,

4) Penetapan sumber daya,

5) Jangka waktu pelaksanaan,

6) Indikator pencapaian, dan

7) Sistem pertanggungjawaban.

3. Pelaksanaan rencana K3

a. Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha berdasarkan rencana K3

Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia

di bidang K3, prasarana, dan sarana.


b. Sumber daya manusia harus memiliki:

1) Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat, dan

2) Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi

dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.

c. Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:

1) Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;

2) Anggaran yang memadai,

3) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian, dan

4) Instruksi kerja.

d. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam

pemenuhan persyaratan K3.

e. Kegiatan paling sedikit meliputi:

1) Tindakan pengendalian,

2) Perancangan (design) dan rekayasa,

3) Prosedur dan instruksi kerja,

4) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan,

5) Pembelian/pengadaan barang dan jasa,

6) Produk akhir,

7) Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan

dan bencana industri, dan

8) Rencana dan pemulihan keadaan darurat.


f. Kegiatan dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian, dan

pengendalian risiko.

g. Kegiatan dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan analisa

kecelakaan.

h. Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan harus:

1) Menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan

kewenangan di bidang K3,

2) Melibatkan seluruh pekerja/buruh,

3) Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain

selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait,

4) Membuat prosedur informasi,

5) Membuat prosedur pelaporan, dan

6) Mendokumentasikan seluruh kegiatan.

i. Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan.

j. Prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa informasi K3

dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar

perusahaan.

k. Prosedur pelaporan terdiri atas pelaporan:


1) Terjadinya kecelakaan di tempat kerja,

2) Ketidaksesuaian terhadap peraturan

perundang-undangan dan/atau standar,

3) kinerja K3,

4) Identifikasi sumber bahaya, dan

5) Yang di wajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

l. Pendokumentasian paling sedikit dilakukan terhadap:

1) Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3,

2) Indikator kinerja K3,

3) Izin kerja,

4) Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko,

5) Kegiatan pelatihan K3,

6) Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan,

7) Catatan pemantauan data,

8) Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut,

9) Identifikasi produk termasuk komposisinya

10) Informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan

11) Audit dan peninjauan ulang SMK3.

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

a. Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.

b. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui pemeriksaan, pengujian,


pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang

kompeten.

c. Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan pemantauan

dan evaluasi kinerja K3 dapat menggunakan jasa pihak lain.

d. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan kepada pengusaha.

e. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 digunakan untuk melakukan tindakan

perbaikan.

f. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar.

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

a. Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, pengusaha

wajib melakukan peninjauan.

b. Peninjauan dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,

dan evaluasi.

c. Hasil peninjauan digunakan untuk melakukan

perbaikan dan peningkatan kinerja.

d. Perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dalam hal:

1) Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan,

2) Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar,

3) Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan,

4) Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan,


5) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, termasuk epidemiologi,

6) Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja,

7) Adanya pelaporan; dan/atau

8) Adanya masukan dari pekerja/buruh (PP No 50 Tahun 2012)

2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pengarah

2.4.1 Kerangka Teori

Penerapan kesehatan dan keselamatan melalui SMK3 telah berkembang di

berbagai negara baik melalui pedoman maupun standar. Menurut Peraturan


Kerugian:
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manusia
Manajemen kesehatan
Harta benda/proper
dan keselamatan kerja bahwa, Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 diti
Prosesproduk si
perusahaannya. Kewajiban sebagaimana dimaksud berlaku bagi perusahaan yang

mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai

tingkat potensi bahaya tinggi yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang

merugikan jiwaDilakukan
manusia,Perbaikan SMK3 proses produksiTidak
terganggunya dan Dilakukan
pencemaran
Perbaikan SMK3
lingkungan kerja. Kerangka teori diambil dari PP No. 50 Tahun 2012 tentang

Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kerangka teori

diambil dari PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Sistem Management Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja(SMK3)

PERATURAN PEMERINTAH
RI NO.
50 TAHUN 2012

Sesuai dengan PP RI NO. 50 Tidak Sesuai dengan PP RI NO. 50 TAHUN 2012


TAHUN 2012
Terjadi Kecelakaan
Penetapan Kebijakan Kerja

Perencanaan k3

Pelaksanaan rencana
k3

Pemantauan dan
Evaluasi kinerja K3
Identifikasi dan Kerugian Akibat
Evaluasi Kecelakaan

Peninjauan dan
Peningkatan Kinerja
Kerugian Akibat
SMK3
Kecelakaan Kerja

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (PP NO 50 TAHUN, 2012), (Syartini, 2010)

2.4.2 Kerangka Konsep

Definisi konsep dalam penelitian ini mengacu pada PP No. 50 Tahun 2012

tentang Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3). Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen).

PERENCANAAN K3
PENETAPAN
KEBIJAKAN

SMK3

PEMANTAUAN DAN
PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA K3
RENCANA K3
PENINJAUAN DAN
KINERJA SMK3

Keterangan :

: Variabel terikat

: Variabel bebas

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

Fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan suatu proses penyelidikan

pemahaman berdasarkan pada tradisi metodologis terpisah yang mengeksplorasi

masalah sosial atau manusia. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif artinya data

yang telah dihimpun berbentuk kata atau gambar. Pendekatan fenomenologi

merupakan pendekatan dengan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus

kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpertasi dunia (Pratiwi

et al., 2021).

Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting seperti:

mengajukan pertanyaan, menyusun prosedur, mengumpulkan data yang spesifik


dari para informan atau partisipan. Menganalisis data secara induktif, mereduksi,

memverifikasi, dan menafsirkan atau menangkap makna dari konteks masalah

yang diteliti (Nugrahani, 2014).

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

tujuan untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang Gambaran

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT.

Citra Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung

Kendari.

31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Citra Prasasti Konsorindo pada proyek

Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari. Penelitian ini dilakukan pada Bulan

Januari 2022 sampai selesai.

3.3 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti

Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai salah satu instrument. Dimana

peneliti melakukan kerja lapangan secara langsung dan bersama beraktivitas

dengan orang orang yang diteliti untuk mengumpulkan data. Kehadiran peneliti

sangat berpengaruh dalam penelitian ini karena sebagai pengamatan penuh.


metode Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dapat

digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang berasal dari

masalah-masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini

melibatkan upaya-upaya penting seperti: mengajukan pertanyaan, menyusun

prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para informan atau partisipan.

Menganalisis data secara induktif, mereduksi, memverifikasi, dan menafsirkan

atau menangkap makna dari konteks masalah yang diteliti. Penelitian kualitatif ini

menerapkan cara pandang yang bergaya induktif, berfokus pada makna individual,

dan menerjemahkan pada kompleksitas suatu persoalan (John, 2010).

3.4 Informan Penelitian

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive sampling, yaitu memilih informan-informan yang mengetahui

permasalahan dengan jelas mengenai penerapan sistem manajemen kesehatan

dan keselamatan

kerja di perusahaan, dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang baik,

bersedia dan mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar yang

diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian yaitu permasalahan tentang

penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Citra

Prasasti Konsorindo Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan

biasa yang diantaranya, yaitu:


a. Informan kunci berjumlah 1 (satu) orang, yaitu HSE Officer

b. Informan biasa berjumlah 4 (empat) orang, yaitu 2 Anggota P2K3 dan 2

Pekerja.

3.5 Sumber Data

3.5.1. Data primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan teknik observasi dan

wawancara terhadap objek, yaitu pekerja yang masuk dalam kesehatan dan

keselamatan kerja di PT. Citra Prasasti Konsorindo pada proyek Pembangunan

Rumah Sakit Jantung Kendari dengan menggunakan lembar observasi yang telah

disiapkan sebelumnya. Sumber data primer yaitu merupakan data yang diperoleh

peneliti secara langsung dari informan kunci dan informan biasa. Data sekunder

yang diambil berupa tanggapan setiap informan mengenai penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Citra Prasasti Konsorindo

Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung Kendari.

3.5.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

atau dari sumber yang sudah ada seperti data kecelakaan kerja melalui media

perantara yaitu internet, jurnal, dan data BPJS Ketenagakerjaan. Dalam penelitian

ini data sekunder diambil dari dokumen yang sudah ada seperti data profil PT.

Citra Prasasti Konsorindo pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Jantung

Kendari.
3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan

menggunakan data Primer. Data tersebut kemudian dikumpulkan dengan

menggunakan beberapa teknik atau metode, sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti memperoleh informasi secara lisan dari seseorang yang

merupakan sasaran penelitian (informan). Wawancara ini dilakukan secara

langsung oleh peneliti yang mengacu pada pedoman wawancara yang telah

disusun terlebih dahulu sebelumnya untuk memperoleh informasi yang

sebenarnya, aktual dan akurat.Pedoman wawancara yang telah disusun sifatnya

tidak kaku, maksudnya bahwa pedoman tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut

sesuai dengan situasi dan informasi yang diperoleh oleh peneliti saat melakukan

wawancara. Alat bantu lain yang digunakan yaitu alat perekam suara berupa

smartphone untuk merekam isi wawancara agar tidak ada informasi yang

terlewatkan.

b. Observasi

Pengamatan/observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

Pengamatan/observasi terlibat dimana peneliti sebagai instrument penelitian

langsung untuk melihat Observasi di PT. Citra Prasasti Konsorindo Kota Kendari
tahun 2021.

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

mendokumentasikan setiap kegiatan yang ada dilakukan ketika penelitian dengan

menggunakan catatan rekaman suara, rekaman video, dan gambar.Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat

dipercaya.Telaah dokumen di PT. Citra Prasasti Konsorindo Kota Kendari tahun

2021.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisa data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan, yaitu (Rijali, 2018) :

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama

penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana

terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi,

dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Peneliti mereduksi

data dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting tentang fokus penelitian yang akan diteliti dalam hal ini mengenai
penerapan sistem manajemn kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Citra Prasasti

KonsorindoKota Kendari tahun 2021. Diharapkan data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif

berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk ini

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan

mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi,

apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.

c. Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus

selama berada di lapangan.Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif

mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola (dalam catatan teori),

penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,

dan proposisi.Kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap

terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan.Mula-mula belum jelas,

namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.

Dalam penelitian ini penarikan kesimpulannya berupa deskripsi atau gambaran


suatu objek tentang bagaimana penerapan sistem manajemen kesehatan dan

keselamatan kerja di PT. Citra Prasasti Konsorindo Kendari.

3.8 Pencegahan Validitas Temuan/Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif istilah yang sering digunakan pengcekan validitas

temuan/kesimpulan adalah kredibilitas menurut Moeolong (2005) didalam

(Djaelani, 2013):

a. Perpanjangan pengamatan: peneliti akan kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun

yang baru guna membentuk hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin

baik dan kehadiran peneliti tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang

mengganggu jalannya pengidentifikasi tentang penerapan sistem manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Citra Prasasti Konsorindo Kendari.

b. Meningkatkan ketekunan: peneliti akan melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau

tidak.

c. Triagulasi: yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triagulasi yaitu

pertama, triagulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber misalnya
pemimpin, bawahan dan kerabat. Kedua, triagulasi teknik yaitu untuk menguji

kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik berbeda misalnya melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Ketiga, triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan

teknik wawancara pada pagi hari, siang hari, dan sore hari biasanya akan berbeda.

d. Analisis kasus negatif: yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data yang berbeda

atau bahkan bertentengan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi

data yang berbeda atau bertentangan yang ditemukan, maka data tersebut sudah

dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan referensi: yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu

didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia

atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto.

f. Mengadakan member check, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh

pemberi data, maka data tersebut dapat dikatakan valid, sehingga semakin

kredibilitas data tersebut.

Anda mungkin juga menyukai