Anda di halaman 1dari 60

ANALISA RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DENGAN PENDEKATAN HAZARD AND OPERABILITY STUDY


(HAZOP)
(Studi Pada Pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM,
Anak Dan TKT di Kabupaten Tegal)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Penyelesaian Studi


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Sipil

Oleh :

BANI ADAM MUDIN

NPM. 6516500026

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2020

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang

mengakibatkan semakin majunya pembangunan di Indonesia, dan sejalan dengan

semakin meningkatnya persaingan dalam dunia industri. Berbagai perusahaan

hingga institusi saling berupaya dalam meningkatkan kualitas dan mutu

kinerjanya untuk dapat bertahan dalam persaingan. Kondisi ini yang kemudian

mendorong perusahaan untuk menyesuaikan standar operasional yang mereka

miliki agar tercapai mutu sasaran yang diinginkan dengan memenuhi permintaan

pasar secara luas. Sebagai aset berharga yang dimiliki perusahaan, tenaga kerja

menjadi faktor utama yang dapat mendukung peningkatan perusahaan. Perusahaan

memerlukan dukungan dari tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan suasana

kerja yang aman, nyaman dan serasi.

Menyadari hal itu maka pemerintah melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja dengan mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan

Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Disebutkan

bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya

dalam melakukan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Dalam manajemen SDM

konsep keselamatan dan kesehatan kerja selalu disatukan dan dibahas secara

bersamaan, meskipun pada praktiknya keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan dua hal yang berbeda.


2

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 12 tahun 2015, keselamatan dan

kesehatan kerja atau biasa disebut sebagai K3 adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Secara keilmuan,

Tarwaka (2014) menjabarkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai

ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan

terhadap munculanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap

pekerjaan yang dilakukan.

Menurut Hamali (2016) keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi

perhatian di kalangan pemerintahan dan pelaku bisnis sejak lama. Faktor

keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan

dan pada gilirannya terhadap kinerja perusahaan. Fasilitas keselamatan kerja yang

tersedia di perusahaan akan membuat semakin sedikit kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja. Namun dalam usaha pencapaian program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan atau industri, terdapat berbagai keadaan dan

masalah yang dapat menjadi hambatan terlaksananya program K3. Masalah

tersebut meliputi berbagai aspek hingga terkait pengelolaan program yang

dijalankan. Dengan tidak berjalannya program K3 di perusahaan maka hal

tersebut akan menimbulkan dampak negatif berupa meningkatnya kejadian

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebutkan,

di Indonesia sampai dengan tahun 2018 tercatat kecelakaan kerja yang

mengakibatkan meninggal dunia sebanyak tidak kurang dari enam pekerja setiap
3

harinya, hingga tingkat kecelakaan mencapai 157.313 kejadian. Angka tersebut

tergolong tinggi dibandingkan Eropa, di Negara Eropa per hari meninggal

sebanyak dua orang yang disebabkan oleh kecelakaan kerja.

Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO)

mencatat, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia. Di

Indonesia sendiri terdapat kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para

buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% diantaranya terjadi di sektor

konstruksi, sedang ada sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja.

Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan sebanyak 123.041

kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018 mencapai 173.105 kasus

(bpjsketenagakerjaan.go.id). Data tersebut menunjukkan kasus kecelakaan kerja

maupun penyakit akibat kerja yang terjadi di Indonesia terus meningkat dengan

jumlah yang terbilang tinggi.

Kecelakaan kerja sendiri terjadi disebabkan oleh berbagai faktor baik

ditimbulkan karena ketidaksengajaan ataupun tidak. Dalam Modul tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja (2009) bahwa, potensi bahaya

keselamatan dan kesehatan kerja dapat di mana dan kepada siapa saja. Resiko bisa

berakibat fatal atau hanya kecelakaan kecil, tergantung pada tingkat peluang

bahaya yang ada. Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau

keadaan yang memiliki potensi merugikan manusia karena mengandung bahaya

yang dapat menimbulkan kecelakaan ataupun mengganggu keselamatan dan

kesehatan seseorang. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi

biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


4

Bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam terminologi digolongkan

menjadi dua yaitu bahaya keselamatan kerja (safety hazard) yang merupakan jenis

bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat menyebabkan

luka hingga kematian, serta kerusakan alat perusahaan; dan bahaya kesehatan

kerja (health hazard) yaitu jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan yang

menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Guna menurunkan

angka kecelakaan kerja perlu diadakan program pencegahan kecelakaan kerja

yaitu dengan melaksanakan manajemen risiko untuk mengetahui bahaya serta

potensi risiko yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan

pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya tersebut.

Menurut Restuputri dan Sari (2015) untuk mengurangi ataupun

menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja,

maka diperlukan suatu manajemen risiko kegiatannya meliputi identifikasi

bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, serta

pemantauan dan evaluasi. Dalam proses identifikasi dan melakukan analisis

potensi bahaya dapat menggunakan metode Hazard and Operability Study

(HAZOP).

Hazard and Operability Studies (HAZOP) pertama kali dikembangkan

oleh ICI tahun 1960an oleh Dr. H.G Lawley pada sebuah perusahaan kimia di

Inggris. HAZOP pada saat itu lebih dikenal dengan teknik “Critical Examination”.

Karena itu pula, HAZOP lebih sering diimplementasikan pada industri kimia

(Huda, 2017). Namun seiring dengan makin dibutuhkannya teknik-teknik analisis

hazard dengan unit proses yang semakin kompeks dan meningkatkan risiko,
5

beberapa industri lain misalnya industri makanan, farmasi, dan pertambangan

(termasuk pengeboran minyak dan gas lepas pantai) juga mulai banyak

menerapkan HAZOP. HAZOP kemudian telah diterima secara luas di dunia dan

digunakan sebagai system dan bentuk penilaian dari sebuah perancangan atau

proses yang telah ada atau operasi dengan maksud untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi masalah-masalah yang mewakili resiko-resiko perorangan atau

peralatan atau mencegah operasi yang efisien.

HAZOPS merupakan usaha untuk mengidentifikasi bahaya dari suatu

unit proses bila menyimpang dari seharusnya. HAZOPS merupakan suatu teknik

yang sangat sistematis, teliti, dan lengkap. HAZOPS awalnya dikembangkan

untuk industri proses, namun dapat juga digunakan untuk jenis industri atau

aktivitas lainnya. Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang

menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010). Teknik HAZOP

awalnya dikembangkan untuk menganalisis sistem proses kimia, tetapi kemudian

telah diperluas dengan jenis lain dari sistem dan juga untuk operasi yang

kompleks seperti operasi boiler dan untuk merekam deviasi dan konsekuensi.

Pada penelitian Retnowati (2017) dengan judul Analisa Risiko K3

dengan Pendekatan Hazard and Operability Study (HAZOP) di CV. SS, terdapat

5 sumber bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi di area proses produksi

paving. 5 sumber bahaya tersebut adalah conveyor bahan, sikap pekerja, proses

loading dan unloading, mixer semen dan mesin press. Dari kelima sumber hazard

tersebut, conveyor memiliki tingkat risiko paling tinggi. Penelitian lain oleh

Ningsih dan Hati (2019) terkait analisis risiko K3 dengan HAZOP di PT. Cladek
6

BI Metal Manufacturing, terdapat potensi bahaya dengan rata-rata bahaya resiko

sedang. JSA dapat menurunkan resiko kecelakaan kerja, potensi kecelakaan kerja

jarang terjadi, dapat mengendalikan resiko dimasa yang akan datang, pemantauan

dan evaluasi baik.

Penelitian ini dilakukan sendiri di proyek Pembangunan Gedung

Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak dan TKT yang berada di Kabupaten

Tegal. Tegal merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki

pelayanan kesehatan terbaik di daerahnya, adapun 2 rumah sakit terbesar milik

pemerintah kabupaten tegal yaitu RS. Soeselo dan RSUD Kardinah. RS Soeselo

kini terus melakukan pembangunan untuk memaksimalkan dalam menangani

pasien, salah satunya yaitu pembangunan gedung pengembangan layanan geriatri

RM, Anak dan TKT.

Gedung pengembangan layanan geriatri RM, Anak dan TKT merupakan

salah satu proyek pembangunan yang direncakan untuk menjadi poli rekam medik

di RSUD DR Soeselo Kabupaten Tegal. Pembangunan proyek ini telah mencapai

45 persen pada minggu ke 15 pekan lalu dan terus di kebut supaya proyek tersebut

cepat terselesaikan tepat waktu.

Dengan sasaran tersebut, Gedung pengembangan layanan geriatri RM,

Anak dan TKT menjadi proyek pembangunan berskala besar dengan risiko

bahaya yang besar pula seperti proyek kontruksi lainnya. Guna meminimalisasi

potensi bahaya yang ada maka diperlukan identifikasi dan analisis risiko sebagai

salah satu langkah dalam manajemen risiko.


7

Tindakan analisis risiko diperlukan untuk menurunkan angka kecelakaan

kerja dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Analisis risiko dilaksanakan

dengan mengidentifikasi risiko untuk mengetahui sumber bahaya yang ada, dan

penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terdapat di setiap stasiun

kerja, yaitu dengan menggunakan Hazard Operation Study (HAZOP). HAZOP

merupakan teknik analisa untuk menemukan potensi bahaya dan suatu penilaian

yang terstruktur dan sistematis terhadap proses produksi atau operasi melalui

identifikasi dan evaluasi masalah yang mungkin berisiko pada karyawan atau

peralatan kerja, sehingga potensi terjadinya kecelakaan kerja dapat diminimalkan.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait analisis risiko bahaya dengan HAZOP dalam pembangunan

Gedung di salah satu rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Tegal. Maka

penelitian ini diberi judul “Analisa Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) Dengan Pendekatan Hazard And Operability Study (HAZOP) (Studi

Pada Pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak

Dan TKT di Kabupaten Tegal)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Apa saja sumber bahaya yang ada pada Pembangunan Gedung

Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak dan TKT RSUD SOESELO di

Kabupaten Tegal?
8

2. Bagaimana risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada

Pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak Dan

TKT RSUD SOESELO di Kabupaten Tegal?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sumber bahaya yang ada pada Pembangunan Gedung

Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak Dan TKT RSUD SOESELO

di Kabupaten Tegal.

2. Untuk menganalisis risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada

Pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak Dan

TKT RSUD SOESELO di Kabupaten Tegal dengan pendekatan HAZOP.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-

pihak terkait sebagai berikut:

1. Bagi Pekerja dan Kontraktor

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pekerja maupun pihak

perusahaan kontraktor pembangnan dalam mengenali dan menaggulangi

potensi bahaya yang dapat ditemukan pada proses pembangunan, serta

agar dapat menghindari risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai gambaran informasi dan bahan masukan kepada Pemerintah

Daerah dalam mencipta kebijakan guna mendukung dan mengawasi setiap


9

proses pembangunan, dengan memahami sumber bahaya dan tingkat risiko

yang ada di dalamnya.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam memahami

potensi bahaya dan proses mengidentifikasian terhadap bahaya dalam

upaya pencegahan kecelakaan kerja.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai tambahan informasi dan referensi bahan penelitian bagi kalangan

akademis, masyarakat, dan peneliti lainnya dalam topik serupa terkait

bidang keilmuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam upaya

pencegahan kecelakaan kerja.


10
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan

distribusi, baik barang maupun jasa. Menurut Buntarto (2015)

keselamatan kerja adalah keadaan terhindar dari bahaya selama

melakukan pekerjaan dan keselamatan yang berhubungan dengan

mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan

kerja serta prosedur atau tata cara kerja.

Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi

di bidang ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran beserta

prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental dengan

usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-

gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja (Triwibowo dan Pusphandani, 2013).

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 12 tahun 2015,

keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Sedangkan menurut Anoraga (2005), keselamatan dan kesehatan kerja


12

adalah usaha mencegah kecelakaan kerja dan memberikan perasaan

yang aman bagi para karyawan dengan memperhatikan aspek

lingkungan, mesin dan alat, dan manusianya sendiri.

Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), kesehatan dan

keselamatan kerja merupakan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang

berdampak atau dapat berdampak, pada kesehatan dan keselamatan

karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personil

kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).

Dalam manajemen SDM konsep keselamatan dan kesehatan

kerja selalu disatukan dan dibahas secara bersamaan, meskipun pada

praktiknya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan dua hal yang

berbeda. Menurut Rivai dan Sagala (2009), Keselamatan dan

Kesehatan Kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal

dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja

yang disediakan oleh perusahaan.

b. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Suatu pekerjaan atau aktifitas selalu memiliki resiko kegagalan

dengan tingkat resiko yang berbeda-beda di setiap pekerjaan. Salah

satu resiko pekerjaan adalah kecelakaan kerja yang mengakibatkan

kerugian terhadap manusia maupun perusahaan baik secara finansial

maupun non finansial. Untuk itu Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) diperlukan sebagai manajemen terpadu kepada semua orang

yang berada di lingkungan pekerjaan untuk menghindari dan


13

mengurangi resiko kecelakaan kerja. Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,

dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun

lokasi proyek (Ramli, 2010).

Menurut Mangkunegara yang dikutip dalam Widodo (2008)

tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah:

1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis

2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya seselektif mungkin

3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan gizi pegawai

5) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi

kerja

6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja

7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

c. Faktor yang Mempengaruhi K3

Menurut Sedarmayanti (2011), Faktor yang mempengaruhi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1) Kebersihan
14

Kebersihan merupakan syarat utama bagi pegawai agar

tetap sehat,dan pelaksanaannya tidak memerluakan banyak

biaya. Untuk menjaga kesehatan, semua ruangan hendaknya

tetap dalam keadaan bersih. Penumpukan abu dan kotoran tidak

boleh terjadi dan karenanya semua ruang kerja, gang dan tangga

harus dibersihkan tiap hari. Perlu disediakan tempat sampah

dalam jumlah yang cukup, bersihdan bebas hama, tidak bocor

dan dapat dibersihkan dengan mudah.

2) Air Minum dan Kesehatan

Air minum yang bersih dari sumber yang sehat secara

teratur hendaknya diperiksa dan harus disediakan secara cuma-

cuma dekat tempat kerja.

3) Urusan Rumah Tangga

Kerapihan dalam ruang kerja membantu pencapaian

produktivitas dan mengurangi kemungkinan kecelakaan. Jika

jalan sempit dan tidak bebas dari tumpukan bahan dan hambatan

lain, maka waktu akan terbuang untuk menggeser hambatan

tersebut sewaktu bahan dibawa ke dan dari tempat kerja atau

mesin.

4) Ventilasi, Pemanas dan Pendingin

Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk kesehatan dan rasa

keserasian para pegawai, oleh karenanya merupakan faktor yang

mempengaruhi efisiensi kerja. Pengaruh udara panas dan


15

akibatnya dapat menyebabkan banyak waktu hilang karena

pegawai tiap kali harus pergi ke luar akibat “keadaan kerja yang

tidak tertahan”.

5) Tempat Kerja, Ruang Kerja dan Tempat Duduk

Dalam keadaan tertentu kepadatan tempat kerja dapat

berakibat buruk bagi kesehatan pegawai, tetapi pada umumnya

kepadatan termaksud menyangkut masalah efisiensi kerja.

Bekerja dengan berdiri terus-menerus merupakan salah satu

sebab merasa letih yang pada umumnya dapat dihindari.

6) Pencegahan Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan harus diusahakan dengan

meniadakan penyebabnya, apakah sebab itu merupakan sebab

teknis atau sebab yang datang dari manusia. Upaya ke arah itu

terlampau beraneka ragam untuk dibahas, yakni mencakup

upaya memenuhi peraturan dan standar teknis, antara lain

meliputi pengawasan dan pemeliharaan tingkat tinggi.

7) Pencegahan Kebakaran

Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di

daerah beriklim panas dan kering serta lingkungan industri

tertentu. Pencegahan kebakaran merupakan salah satu masalah

untuk semua yang bersangkutan dan perlu dilaksanakan dengan

cepat menurut peraturan pencegahan kebakaran, seperti larangan

merokok di tempat yang mudah timbul kebakaran dan lain-lain.


16

8) Gizi

Pembahasan lingkungan kerja tidak dapat lepas tanpa

menyinggung tentang masalah jumlah dan nilai gizi makanan

para pegawai. Dalam keadaaan yang demikian tidak dapat

diharapkan bahwa pegawai akan sanggup menghasilkan

keluaran yang memerlukan energy berat, yang biasanya dapat

dihasilkan oleh pegawai yang sehat, cukup makan, lepas dari

kesulitan akibat iklim yangharus dihadapi.

9) Penerangan/Cahaya, Warna dan Suara Bising di Tempat Kerja

Pemanfaatan penerangan/cahaya dan warna di tempat kerja

dengan setepat-tepatnya mempunyai arti penting dalam

menunjang keselamatan dan kesehatan kerja. Kebisingan di

tempat kerja merupakan faktor yang perlu dicegah atau

dihilangkan karena dapat mengakibatkan kerusakan.

2. Risiko dan Bahaya

a. Pengertian Risiko

Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), resiko merupakan

kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau

paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat

disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Sedangkan menurut

AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang

akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum

sebab akibat.
17

Menurut International Labour Organization atau ILO (2009:

3) resiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang

berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Ramli (2010:28)

menyebutkan bahwa resiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah

resiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam

aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material

dan lingkunga kerja.

Berdasarkan AS/NZS 4360:2004, risiko diukur berdasarkan

nilai probability dan consequences. Konsekuensi atau dampak hanya

akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau exposure antara manusia

dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi.

Risiko merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan

dirugikan atau mengalami gangguan kesehatan jika terkena bahaya.

Dalam hal ini juga termasuk properti atau kehilangan peralatan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

risiko merupakan kemungkinan terjadinya konsekuensi dari suatu

kejadian berbahaya dengan berbagai tingkat keparahan dan kerusakan

dan probalilitas atau peluang terjadinya bahaya.

b. Jenis-Jenis Risiko

Menurut Charette dalam Wardhana (2015:5), resiko dapat

dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Resiko yang sudah diketahui


18

Adalah resiko yang dapat diungkapkan setelah dilakukan evaluasi

secara hati-hati terhadap rencana proyek, bisnis dan lingkungan

teknik dimana proyek sedang dikembangkan, serta sumber

informasi reliable laniya, seperti:

a) Tanggal penyampaian yang tidak realitsis

b) Kurangnya persyaratan-persyaratan yang terdokumentasi

c) Kurangnya ruang lingkup

d) Lingkungan pengembang yang buruk

2) Resiko yang diramalkan

Disekstrapolasi dari pengalaman proyek sebelumnya, misalnya:

a) Pergantian staf

b) Komunikasi yang buruk dengan para pelanggan

c) Mengurangi usaha staf bila permintaan pemeliharaan sedang

berlangsung dilayani.

3) Resiko yang tidak diketahui

Resiko ini dapat benar-benar terjadi, tetapi sangat sulit untuk

diidentifikasi sebelumnya.

Sedangkan menurut Ramli (2010) risiko dalam organisasi

sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis

kegiatannya antara lain:

1) Risiko keuangan (financial risk)

Ada berbagai resiko financial seperti piutang macet, perubahan

suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.


19

2) Risiko pasar (market risk)

Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya

dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat

3) Risiko alam (natural risk)

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan

dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan

kekuatannya.

4) Risiko operasional

Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan

dengan pengelolaan perusahaan, diantaranya ketenagakerjaan dan

teknologi.

5) Risiko K3

Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya

yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek

manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja.

6) Risiko keamanan (security risk)

Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan

usaha atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset

perusahaan, data informasi, data keuangan, formula produk.

7) Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan

lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi.


20

c. Manajemen Risiko

Menurut Ramli (2010), manajemen resiko adalah suatu upaya

mengelola resiko keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah

terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,

terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Dalam

menerapkan suatu manajemen resiko secara tepat, diperlukan

beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu

(Wardhana, 2015):

1) Identifikasi bahaya

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan mengidentifikasi

bentuk-bentuk resiko yang akan terjadi dengan cara melihat potensi

resiko yang sudah dan akan terjadi. Menurut Ramli (2010) Jenis-

jenis bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak

pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan

luka (injury), cacat hingga kematian serta kerusakan properti.

(1) Bahaya Mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis

atau benda bergerak.

(2) Bahaya Elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari

energi listrik.

(3) Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang

berasal dari bahan kimia.


21

b) Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai

dampak terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.

(1) Bahaya Fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran,

radiasi, suhu ekstrim danpencahayaan.

(2) Bahaya Kimia, mengandung berbagai potensi bahaya

sesuai dengan sifat dan kandungannya.

(3) Bahaya Biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan

makhluk hidup seperti virus, jamur, dan sebagainya.

(4) Bahaya Ergonomik, antara lain yaitu manual handling,

postur janggal, dan repetitive movement.

(5) Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat,

hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman

2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk bahaya

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan diharapkan mampu

menjelaskan secara detail bentuk-bentuk resiko yang telah di

identifikasi sebelumnya, seperti ciri-ciri resiko dan faktor-faktor

timbulnya resiko tersebut.

3) Menempatkan ukuran dari suatu bahaya

Pada tahap ini pihak manajemen sudah bisa menentukan ukuran

atau skala yang terpakai termasuk metodologi yang digunakan

dalam penelitian.

4) Menempatkan alternatif-alternatif
22

Pada tahap ini manajemen sudah melakukan pengolahan data yang

kemudian dijabarkan dan dikemukakan sebagai alternatif.

3. Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998

tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, Kecelakaan

adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diduga semula yang

dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Sedangkan

tempat kerja merupakan ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat

sumber bahaya. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi di tempat

kerja pada saat melakukan suatu pekerjaan.

Terdapat beberapa model teori kecelakaan kerja yang menjelaskan

tentang bagaimana suatu kecelakaan kerja dapat terjadi serta faktor-faktor

yang menyebabkannya, salah satunya adalah teori ILCI Loss Causation.

Teori ILCI Loss Causation model Bird & German (1992) tentang berbagai

penyebab dan akibat dari suatu kecelakaan. Teori tersebut menjelaskan

tentang penyebab terjadinya accident atau risiko (total risk). Penyebab

terjadinya risiko tersebut dapat berasal dari unsafe act, unsafe condition,

job factor dan personal factor. Sedangkan akibat atau konsekuensi dari

accident dapat berupa risiko terhadap manusia, lingkungan dan keuangan.

Berikut adalah gambar atau model teori ILCI loss causation:


23

Gambar 2.1 ILCI Loss Causation Model

(Sumber: Heinrich & Petersen, 1980)

4. Hazard and Operability Study (HAZOPS)

a. Pengertian Hazard and Operability

Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), hazard atau bahaya

merupakan sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai

manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya. Menurut

Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau

tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada

manusia, kerusakan atau gangguan lainya.

Menurut Karthika (2013), A hazard and operability study

(HAZOP) adalah pemeriksaan terstruktur dan sistematis yang

direncanakan atau proses atau operasi yang ada untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah yang mungkin mewakili

resiko untuk personil atau peralatan, atau mencegah efisien operasi.

HAZOP adalah teknik kualitatif berdasarkan guiedewords dan

dilakukan oleh multi-disiplin (Tim HAZOP) selama serangkaian

pertemuan.
24

Hazard and Operability Study atau biasa disebut HAZOP

merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa bahaya

(hazard) pada suatu sistem. Sistem ini menggunakan teknik kualitatif

untuk mengidentifikasi potensi bahaya dengan menggunakan guide

word. HAZOP digunakan untuk menjelaskan setiap bagian dari proses

untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan dari desain yang

telah dibuat dan apa penyebab dan akibatnya. Skematik ini

diselesaikan dengan guidewords yang sesuai (Prakoso, 2016). Metode

ini digunakan sebagai upaya pencegahan sehingga proses yang

berlangsung dalam suatu sistem dapat berjalan lancar dan aman.

Menurut Juniani (2008), tujuan penggunaan HAZOP adalah untuk

meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara

sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat

mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.

Prosedur HAZOP juga dapat diaplikasikan untuk seluruh rangkaian

operasi terfokus pada kesalahan manusia dan kegagalan sistem.

b. Prosedur HAZOPS

Secara garis besar hazop dijalankan dengan mengikuti

prosedur berikut ini (IEC- 61882, 2001):

1) Pengumpulan gambaran selengkap-lengkapnya setiap proses yang

ada dalam sebuah plant

2) Pembagian sistem menjadi beberapa subsistem yang lebih kecil.

Tidak ada ketentuan/ prosedur khusus untuk pembagian sistem ini.


25

3) Penginvestigasian adanya kemungkinan penyimpangan pada

subsistem menggunakan kata kunci atau guide words untuk

mempermudah proses analisis.

4) Pengidentifikasian kemungkinan penyebab dari penyimpangan -

penyimpangan yang terjadi.

5) Melakukan penilaian terhadap setiap konsekuensi atau efek negatif

yang ditimbulkan dari setiap penyimpangan. Ukuran besar kecilnya

efek negatif ditentukan berdasarkan keamanan dan keefisienan

kondisi operasional plant dalam keadaan normal.

6) Penentuan tindakan proteksi yang sesuai untuk tiap penyimpangan

yang terjadi di tiap elemen. Penekanan sistematika pertanyaan pada

prosedur hazop nampak pada penggunaan dua kelompok (tingkat)

kata kunci, yaitu:

a) Kata kunci primer (primary keywords)

Kata-kata yang bertitik tolak pada tujuan perancangan/

berhubungan dengan kondisi/ parameter sebuah proses.

Contohnya: aliran (flow), tekanan (pressure), suhu

(temperature), kekentalan (viscosity), korosi (corrosion),

pengikisan (erosion), ketinggian (level), kepadatan (density).

pelepasan/ pembebasan (relief), pencampuran (composition),

penambahan (addition), reaksi (reaction).

b) Kata kunci sekunder (secondary keywords)


26

Kata kunci sekunder pada saat digabungkan dengan sebuah

kata kunci primer akan menunjukkan kemungkinan

penyimpangan yang bisa terjadi. Contohnya, tidak ada (no),

berlebihan (more), kurang (less), berlawanan (reverse), sama

dengan (as well as).

Berdasarkan Safety & Risk Management Service dalam

Health and Safety Executive (2004), berikut daftar kata kunci

(guide word) yang dikembangkan oleh ICI yang digunakan

pada studi HAZOP dan diaplikasikan pada parameter proses:

Tabel 2.1 Guide Word dalam studi HAZOP

No Guide Word Keterangan


1 No Negotion of the design inten
2 Less Quantitative Decrease
3 More Quantitative Decrease
4 Part of Quantitative Decrease
5 As Well As Quantitative Decrease
6 Reverse Logical Opposite
Sumber: Health and Safety Executive (2004
27

Tabel 2.2 Parameter Analisis HAZOP

Process
No Parameter Deviasi Deviation
Parameter
1 Flow (rate) No flow Time Too Long
Low flow Too Short
High flow Too Late
Reverse flow Too Soon
2 Flow (quantity) Too much pH High pH
Too little Low pH
3 Pressure High Viscosity High
pressure viscosity
Low pressure Low
viscosity
4 Temperature High Heat High heat
temperature value value
Low Low heat
temperature value
5 Level High level Phases Extra phase
Low level Phase
missing
6 Mixing Too much Location Additional
mixing source
Not enough Additional
mixing destination
Loss of Wrong
agitation source
Reverse Wrong
mixing destination
7 Composition Component Reaction No reaction
missing Too little
High reaction
concretation Too much
Low reaction
concentration Reaction to
slow
Reaction to
fast
Sumber: Health and Safety Executive (2004)

c. Analisa HAZOP

Analisa kualitatif terhadap resiko dengan HAZOP dapat

dilakukan dengan menggunakan beberapa level sebagai parameter


28

yang menjadi standar dalam menentukan nilai dan tingkatan bahaya

setiap komponen. Parameter yang digunakan diantaranya likelihood,

consequence, dan risk matrix. Likelihood (L) merupakan peluang

risiko terjadinya bahaya pada komponen.

Tabel 2.3 Level Likelihood

Level Deskripsi Keterangan


A Almost certain Terjadi hampir setiap keadaan
Kemungkinan dapat terjadi hampir
B Likely
pada setiap keadaan
Kemungkinan besar dapat terjadi
C Possible
suatu waktu
Kemungkinan terjadi pada suatu
D Unlike
waktu
Kemungkinan bisa terjadi pada suatu
E Rare
waktu
Sumber: AS/NZS 4360:2004

Untuk parameter Consequence (C) menunjukkan tingkat

bahaya dampak yang diakibatkan karena adanya risiko penyimpangan

dari keadaan yang diinginkan atau operasi yang diluar kendali.

Tinjauan yang dilakukan berdasarkan dampak serta pengaruhnya

terhadap aktifitas pabrik dan produksi.


29

Tabel 2.4 Level Consequence

Level Deskripsi Contoh Consequence


1 Insignificant Tidak mengakibatkan cedera
2 Minor Perawatan / pertolongan pertama perlu
di lakukan dan dapat di atasi di tempat
kejadian
3 Moderat Memerluakan perawatan medis, dapat
dia atasi di tempat kejadian resiko
dengan bantuan dari pihak lain
4 Major Menyebabkan cidera yang cukup luas,
hilang kemampuan produksi, dapat di
atasi di luar area kejadian
5 Catashropic Dapat menyebabkan kematian, toxic /
racun yang harus di atasi di luar area
kejadian
Sumber: AS/NZS 4360:2004

Selanjutnya kombinasi dari level consequence dan likelihood

akan menghasilkan matriks resiko (risk matrix). Parameter risk

ranking merupakan hasil kali likelihood dan consequence kriteria

bahaya. Risk Matrix digunakan untuk menghitung skor resiko atau

tingkat resiko dari potensi bahaya.


30

Tabel 2.5 Matriks Risiko

1 2 3 4 5
 
Insignificant Minor Moderat Major Cataspopic
5 Almost Certain M (5) H (10) E (15) E (20) E (25)
4 Likely M (4) H (8) H (12) E (16) E (20)
3 Possible L (3) M (6) H (9) H (12) E (15)
2 Unlikely L (2) M (4) M (6) H (8) H (10)
1 Rare L (1) L (2) L (3) M (4) M (5)
Sumber: AS/NZS 4360:2004

Keterangan :

 E : Extreme Risk , perlu tindakan penagulangan segera

 H : High Risk , perlu perhatian dari senior management

 M : Moderate/Medium Risk , level management yang

bertanggung jawab harus di spesifikasikan dengan jelas

 L : Low Risk , diatasi dengan menggunakan prosedur

rendah

Warna pada risk matrix berfungsi untuk membedakan skor

resiko atau tingkat resiko. Warna merah menunjukkan tingkat resiko

yang ekstrim, warna kuning untuk tingkat resiko tinggi, warna hijau

untuk tingkat resiko sedang, dan warna biru muda untuk tingkat resiko

rendah.

B. Penelitian Terdahulu
31

Pertama penelitian oleh Retnowati (2017) yang berjudul “Analisa Risiko K3

Dengan Pendekatan Hazard And Operability Study (HAZOP)” menggunakan

metode kualitatif dengan teknik analisis data HAZOP. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa terdapat 5 sumber bahaya kecelakaan kerja yang dapat

terjadi diarea proses produksi paving, 5 sumber bahaya tersebut adalah conveyor

bahan, sikap pekerja, proses loading dan unloading, mixer semen dan mesin

press. Dimana dari kelima sumber hazard tersebut, conveyor bahan memiliki

tingkat risiko paling tinggi sehingga memperoleh prioritas untuk dilakukan

perbaikan terlebih dahulu. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan

pembuatan visual display yang berisi peringatan untuk tidak memasukkan tangan

ke area conveyor bahan.

Kedua penelitian oleh Rahayuningsih (2018) yang berjudul “Identifikasi

Penerapan Dan Pemahaman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dengan Metode

Hazard And Operability Study (HAZOP) Pada UMKM Eka Jaya”, menggunakan

kualitatif dengan metode HAZOP. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: a)

Risiko yang masuk kategori rendah meliputi : tidak memakai alat pelindung diri

saat pengadukan bumbu dengan krecek; b) Risiko yang masuk kategori sedang

meliputi : jika suhu proses penggorengan tinggi maka pekerja cepat merasa lelah;

c) Risiko yang masuk kategori tinggi meliputi: terpeleset saat di bak perendaman,

kelalaian saat pengoperasian mesin pengaduk karena v-belt tanpa tutup; d)

Rekomendasi terhadap desain adalah menyediakan ruang terbuka untuk pekerja

bagian penggorengan.
32

Ketiga penelitian oleh Mindhayani (2020) yang berjudul “Analisis Risiko

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Metode Hazop Dan Pendekatan

Ergonomi (Studi Kasus: UD. Barokah Bantul)”, dengan metode deskriptif

kualitatif dengan pendekatan HAZOP dan ergonomik. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa: a) Hasil analisis potensi bahaya menggunakan metode

HAZOP diketahui bahwa sumber bahaya yang dapat atau berpotensi

menimbulkan kecelakaan kerja adalah sikap pekerja, kondisi lingkungan kerja

fisik, lantai licin karena adanya tumpahan tepung terigu dan adonan bahan

pembuatan kerupuk; b) Hasil analisis menggunakan konsep ergonomi dengan

menggunakan kuisioner NBM dan QEC diketahui bahwa terdapat resiko

ergonomi yang dalam pekerjaan proses pembuatan kerupuk. Resiko yang dialami

berupa gangguan muskuloskeletal dan kelelahan yang muncul pada bagian

punggung, pinggang, lengan, pergelangan tangan, betis dan pergelangan kaki.

Keempat penelitian oleh Ningsih & Hati (2019) yang berjudul “Analisis

Resiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Menggunakan Metode

Hazard And Operability Study (HAZOP) Pada Bagian Hydrotest Manual di PT.

Cladtek Bi Metal Manfacturing”, menggunakan metode deskriptif kualitatif

dengan teknik HAZOP dan pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan

wawancara. Hasil penelitian menunjukkan PT. Cladtek pada bagian Hydrotest

Manual terdapat potensi bahaya dengan rata-rata bahaya resiko sedang, JSA dapat

menurunkan resiko kecelakaan kerja, potensi kecelakaan kerja jarang terjadi,

dapat mengendalikan resiko dimasa yang akan datang, pemantauan dan evaluasi

baik.
33

Kelima penelitian oleh Anwar., et al (2019) yang berjudul “Analisis

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dengan Metode Hazard And Operability

Study (HAZOP)”, menggunakan kualitatif dengan analisis pendekatan HAZOP.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Potensi bahaya kecelakaan kerja yang

dapat terjadi pada area Workshop PT. PDAM Tirta Kencana Samarinda berasal

dari sumber bahaya yang telah digolongkan menjadi 12 sumber, Risiko bahaya

yang ditimbulkan pada area Workshop PT. PDAM Tirta Kencana Samarinda

meliputi risiko ekstrim, risiko tinggi, risiko sedang, dan Rekomendasi yang

diberikan kepada perusahaan, berdasarkan sumber risiko bahaya yang ada,

meliputi risiko ekstrem dan risiko tinggi. Untuk memperbaiki risiko ekstrem,

perlu dibuat prosedur operasional baku untuk keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) dan memperhatikan penggunaan APD. Untuk memperbaiki risiko tinggi,

perlu dilakukan perbaikan sesuai kondisi yang dihadapi.

Keenam penelitian oleh Anthony (2019) yang berjudul “Analisis Risiko

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Menggunakan Metode HAZOP’s Di Area Gas

Cleaning System di PT. RK”, menggunakan metode Hazard & Operability Study

(HAZOPs) dalam menganalisa risiko. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

terdapat 10 (sepuluh) komponen (parameter) pada area gas cleaning system dan

didapatkan 11 (sebelas) risiko penyimpangan yang bisa terjadi. Nilai risiko

dengan perincian untuk level risiko extreme sebanyak 1 (satu) penyimpangan atau

sebesar 9%, level risiko high risk sebanyak 2 (dua) penyimpangan atau sebesar

18%, level risiko moderate sebanyak 6 (enam) penyimpangan atau sebesar 55%

dan level risiko low risk sebanyak 2 (dua) penyimpangan atau sebesar 18%. Pada
34

nilai extreme risk didapatkan pada komponen lower discharge valve of dust bin 1

dan 2 dengan deviation part of functionability.

Ketujuh penelitian oleh Nugroho (2015) yang berjudul “Analisa Dan Upaya

Pengendalian Kecelakaan Pada Bagian Produksi Kaleng PT. XY Sidoarjo Dengan

Pendekatan Hazop”, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif dengan analisis metode HAZOP. Hasil penelitiannya ditemukan bahwa

Terdapat 4 jenis kecelakaan kerja yang terjadi pada bagian produksi kaleng

PT.XY yaitu Tergores, Terjepit, Tertusuk, dan Tertimpa. Frekuensi kecelakaan

pada tahun 2015, 2016, 2017 secara berturut-turut adalah 13, 18, 18. Tingkat

risiko yang ada di PT. XY berdasarkan kriteria tingkat kekerapan (likelihood) dan

tingkat keparahan (concequences) dikategorikan menjadi 2 yakni tinggi dan

sedang. Upaya pengendalian kecelakaan kerja yang disebabkan oleh sumber

bahaya berupa sikap pekerja di PT. XY.

Kedelapan penelitian oleh Restuputri (2015) yang berjudul “Analisis

Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metode Hazard And Operability Study

(HAZOP)”, menggunakan penelitian deskriptif dengan metode Hazard and

Operability Study (HAZOP). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Potensi

bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada area proses pembuatan pengaman

kaca (safety glass) berasal dari sumber bahaya yang telah digolongkan menjadi 9

sumber. Risiko bahaya yang ditimbulkan pada area proses pembuatan kaca

pengaman (safety glass) meliputi resiko ekstrim, risiko tinggi, risiko sedang, dan

risiko renda.
35

Kesembilan penelitian oleh Khamid (2018) yang berjudul “Analisa Risiko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kecelakaan Kerja Serta

Lingkungan dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study

(HAZOP) pada Proses Scrapping Kapal di Bangkalan Madura”, menggunakan

wawancara dan kuesioner dengan analisis resiko metode Hazard and Operability

Studi (HAZOP). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko terekstrim

diperoleh oleh pembersihan sisa bahan bakar/oli dengan menggunakan sabun

dengan nilai 19,32. Tindakan pencegahan meliputi Memperhatikan faktor-faktor

keselamatan pada waktu perencanaan, pembangunan sistem keamanan, sistem

keselamatan bagi pekerja ataupun lingkungan, hingga pengawasan atau

pengecekan setiap pekerjaan, menyelidiki kerusakan yang terjadi pada kecelakaan

dan memelihara kalender kejadian.

Kesepuluh penelitian oleh Pujiono (2013) yang berjudul “Analisis Potensi

Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan Metode Hazard And Operability

Study (HAZOP) Melalui Perangkingan OHS Risk Assessment And Control (Studi

Kasus: Area PM-1 PT. Ekamas Fortuna)”, merupakan penelitian deskriptif

dengan pendekatan HAZOP melalui perangkingan OHS Risk Assessment and

Control. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penilaian level risiko, terdapat 3

sumber hazard yang tergolong "Ekstrim", 4 sumber hazard yang tergolong "Risiko

Tinggi", 6 sumber hazard yang tergolong "Risiko Sedang", dan 2 sumber hazard

yang tergolong "Risiko Rendah". Penelitian ini menghasilkan rekomendasi

perbaikan berupa pembuatan Standard Operating Procedure (SOP), jadwal

pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), jadwal pelaksanaan safety talk,
36

worksheet penggunaan APD, lembar kontrol penggunaan APD, checklist hand

rail, dan checklist lantai plat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif, dengan

pendekatan mix method (campuran) yakni dengan pendekatan deskriptif

kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang

ada di lapangan dengan menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi.

Prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif sendiri menggunakan

bentuk jawaban-jawaban atau kata-kata tertulis dari perilaku orang-orang disekitar

yang diamati.

Peneliti melakukan penelitian dengan studi diskriptif karena sesuai dengan

sifat masalah serta tujuan yang ingin memperoleh dan bukan menguji hipotesis,

tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran nyata tentang risiko keselamatan dan

kesehatan kerja pada pembangunan gedung pengembangan layanan geriatri RM,

Anak dan TKT di Kabupaten Tegal. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
37

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik,

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015:8).

Sedang menurut Moleong (2014: 6) penelitian kualitatif bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian

kulitatif memiliki prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau

lisan dari berbagai sikap orang-orang atau dijadikan sebagai objek penelitian

yang dapat diamati, sedangkan analisis datanya menggunakan analisis data secara

induktif, dengan pengumpulan datanya lebih banyak berhubungan dengan

informan secara langsung dan peneliti sebagai instrumen kunci. Data penelitian

kualitatif tidak hanya berupa kondisi perilaku yang diteliti, tetapi juga kondisi dan

situasi lingkungan sekitarnya. Peneliti juga merupakan alat utama dalam

mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti harus terjun ke lapangan

melakukan observasi di lapangan.

Pendekatan deskriptif kuantiatif pada penelitian ini menggunakan metode

HAZOP. HAZOP digunakan untuk menghitung frekuensi kejadian tiap kelompok

bahaya, tingkat keparahan akibat kejadian, dan tingkat resiko. Pendekatan

deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan ulasan atau interpretasi terhadap


38

data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber, sehingga hasil

penelitian menjadi lebih jelas dan bermakna.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat data penelitian diperoleh dan

dilakukan sesuai dengan topik permasalahan yang ada di tempat tersebut.

Penelitian ini dilakukan di RSUD DR SOESELO yaitu tepatnya di Jl. Dr Soetomo

No. 63 Slawi Kulon Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Juli 2021 sampai dengan bulan Februari 2022.
39

TIME SCHEDULE PENYUSUNAN SKRIPSI


TAHUN AKADEMIK 2021-2022

No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Melakukan studi
pendahuluan
2 Mengumpulkan
referensi
3 Penyusunan usulan
penelitian
4 Pendaftaran seminar
usulan
5 Seminar usulan
penelitian
6 Melakukan persiapan

7 Pelaksanaan
penelitian
8 Pengumpulan data

9 Laporan hasil

10 Sidang akhir skripsi


40

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015:80). Populasi

dalam penelitian ini adalah keseluruhan pekerja di proyek pembangunan Gedung

Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak dan TKT Kabupaten Tegal. Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2015:81). Selanjutnya untuk menentukan sampel atau informan dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling dan snowball sampling yaitu

dipilih dengan cara selektif dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan fokus

penelitian dan digulirkan ke yang lain sampai mencapai titik jenuh.

Kedua teknik Purposive sampling dan snowball sampling ini berjalan

seiring, artinya bahwa tujuan mendapatkan informan sesuai dengan tujuan

penelitian ini, maka informan yang didapatkan dipilih secara selektif dengan

pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Informasi

awal melalui purposive sampling, peneliti menemui salah satu kepala bagian

proyek pembangunan untuk memohon ijin melakukan penelitian. Selanjutnya

peneliti ke lapangan melakukan observasi dan pengamatan terhadap proses

kegiatan yang dilakukan oleh para pekerja. Dengan wawancara secara langsung

untuk menggali informasi, sebagaimana teknik snowball digulirkan kepada

informan yang lain sampai mencapai titik jenuh.

Snowball sampling merupakan suatu teknik pengambilan sumber data atau

informasi yang memiliki jumlah awal sedikit, namun semakin lama akan lebih
41

banyak. Hal ini dilakukan karena sumber data yang jumlahnya sedikit itu belum

mampu memberikan informasi yang memuaskan, maka peneliti mencari informan

lain yang dapat dijadikan sumber informasi yang akurat dan memadai.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability

sampling bersifat snowball sampling yaitu tenaga kerja yang bekerja disetiap

stasiun kerja.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang dimaksud penelitian ini adalah subyek dari mana data

dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan oleh informan

mengenai fokus penelitian selama berada di lokasi penelitian. Sumber data

primer ini merupakan unit analisis utama yang digunakan dalam kegiatan

analisis data. Dalam hal ini sumber data primer diperoleh peneliti selama

proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan

observasi terkait fokus penelitian. Adapun yang menjadi sumber data primer

dalam penelitian ini adalah data dari informan penelitian dan hasil

pengamatan pada proses kerja secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data tertulis yang digunakan sebagai

informasi pendukung dalam analisis primer. Sumber data sekunder berfungsi

sebagai penunjang data primer. Dalam hal ini misalnya peneliti memperoleh
42

melalui dokumen-dokumen tertulis maupun online serta jurnal dan literature

terkait mengenai manajemen risiko, metode HAZOP serta proses kerja dalam

pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak dan TKT

di RSUD DR. SOESELO Kabupaten Tegal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian yang berfokus pada

implementasi program pemerintah ini ialah wawancara, observasi dan

dokumentasi.

1. Observasi

Sugiyono (2015: 226) mengemukakan bahwa Observasi yaitu

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek atau

subjek penelitian. Obsevasi dalam penelitian kualitatif penting untuk

memperoleh informasi kegiatan, perilaku, objek, peristiwa atau kejadian

secara obyektif. Kegiatan observasi peneliti lakukan untuk memberikan dan

menyampaikan gambaran penyajian data yang realistis mengenai pelaksanaan

pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak dan TKT

di RSUD DR. SOESELO Kabupaten Tegal.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi

partisipatif dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada para

informan terkait fokus penelitian. Pedoman observasi dipegang untuk

memantau serta menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam mengumpulkan

data. Selain itu, diadakan observasi agar mendapatkan kelengkapan data

terkait konteks tuturan yang tidak dapat dijangkau oleh alat perekam saat
43

observasi berlangsung. Teknik ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui

pelaksanaan dari proyek pembangunan Gedung Pengembangan Layanan

Geriatri RM, Anak dan TKT di RSUD DR. SOESELO Kabupaten Tegal.

Sebagai upaya dalam pencegahan kecelakaan kerja.

2. Wawancara

Wawancara dalam pendekatan kualitatif bersifat mendalam, dan

dilakukan untuk keperluan konfirmasi terkait data yang masih belum jelas.

Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk memperjelas dan

mempertegas ketika terjadi kesenjangan antara temuan peneliti dilapangan

dengan keterangan yang diperoleh dari hasil percakapan peneliti dengan

objek peneliti. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur secara mendalam, dimana peneliti menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan data.

Wawancara dilakukan dengan daftar pertanyaan-pertanyaan open

ended questions dan digunakan untuk menjadi penghubung informan dengan

memberi ruang untuk memperluas topik tertentu. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut dirancang untuk memaksimalkan deskripsi informan menceritakan

pengalaman mereka saat melakukan segala kegiatan berkaitan dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di pembangunan Gedung

Pengembangan Layanan Geriatri RM, Anak dan TKT di RSUD DR.

SOESELO Kabupaten Tegal. Peneliti menambahkan beberapa pertanyaan

tambahan selain yang tercantum pada daftar pertanyaan wawancara, yang


44

masih berhubungan dengan jawaban masing-masing informan. Jika jawaban

informan terlalu sulit untuk dimengerti, peneliti mencari klarifikasi melalui

pertanyaan lain yang mencerminkan penjelasan kembali ke informan, untuk

memperoleh akurasi. Semua informan ditanyakan pertanyaan yang sama

sesuai dengan daftar pertanyaan wawancara.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2015: 240) menyebutkan bahwa dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu, dimana hasil penelitian akan lebih

kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh data-data yang akurat.

Dokumentasi dilakukan pada saat observasi berlangsung, dan berfungsi

sebagai data pendukung untuk menguatkan hasil laporan observasi.

Perekaman yang dilakukan juga berfungsi untuk mencegah kelalaian peneliti

dalam mencatat kejadian yang ada dilapangan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data. Menurut Arikunto (2016: 149) instrument penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Instrumen yang digunakan oleh

peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang.

Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang

adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.


45

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dan

pokok dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data. Peneliti sebagai

instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami

serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2014:

168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada

akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Untuk membantu peneliti sebagai

instrumen pokok, maka peneliti membuat instrumen penunjang. Instrumen

penunjang dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara dan pedoman

observasi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam proses penelitian,

karena analisis data merupakan tahapan untuk memecahan permasalahan yang ada

dan untuk mencapai tujuan akhir dari penelitian dengan cara membuat kesimpulan

yang dapat diceritakan atau dijelaskan kepada orang lain. Terdapat 2 jenis analisis

data pada penelitian ini yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk mengolah data dari

wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis kualitatif yang digunakan

adalah model analisis interaktif yang mengadopsi dari Miles and Huberman.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model analisis Miles and

Huberman dalam Sugiyono (2015:33). Dalam buku mereka terdapat empat


46

alur atau tahapan kegiatan analisa data yang dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 3.1. Komponen Analisis Data Miles dan Huberman

a. Pengumpulan Data (Collecting Data)

Proses pengumpulan data dari lapangan dengan menggunakan

instrumen penelitian seperti observasi, wawancara dan dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasai terjun langsung ke

lapangan dan melakukan wawancara kepada informan berkaitan dengan

fokus permasalahan yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada

pembangunan pariwisata. Pengumpulan data didukung dengan

pedoman observasi, pedoman wawancara dan alat dokumentasi lain

seperti perekam suara.

b. Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data merupakan pengganti reduksi data pada teori

Miles and Huberman. Reduksi data merupakan pengambilan data yang

merujuk dalam proses memilih, penyederhanaan, membuat asbtrak atau


47

menstranformasikan data dalam mendekati hasil catatan yang ada

dilapangan yang sesuai dengan data tertulis atau dokumentasi-

dokumentasi yang ada. Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya

cukup banyak sehingga perlu adanya pencatatan secara teliti dan rinci.

Mereduksi data merupakan kegiatan dalam pengumpulan data yang

tertulis dan mefokuskan sesuai dengan tema penelitian. Kondensasi

dilakukan dengan menyaring hasil pengumpulan data baik dari

wawancara maupun dokumentasi. Peneliti membuang hasil observasi

dan wawancara dari informan yang dianggap keluar dari topik dan tidak

sesuai dengan topik permasalahan.

c. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan suatu kegiatan untuk melakukan

pengumpulan data informasi yang membahas tentang hubungan dan

kegiatan selama penelitian. Sugiyono menyatakan, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

teks yang bersifat naratif. Pada langkah ini peneliti membandingkan

hasil temuan penelitian yang yang telah dikelompokkan berdasarkan

tema-tema yang sesuai dengan fokus penelitian dan selanjutnya

dihubungkan dengan teori. Hasil dari display ini akan diketahui apakah

hasil temuan tersebut sesuai dengan teori yang ada dan apakah terdapat

temuan baru yang berada di luar teori.

d. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)


48

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan data

penelitian yang pertama dilakukan dengan pengumpulan data,

melakukan analisis kualitatif dengan mencari arti yang berbeda-beda,

melakukan pencatatan dalam mengatur sebab akibat dan melakukan

kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian. Kesimpulan-kesimpulan

final tidak adanya pengumpulan data terakhir maka tergantung pada

besarnya kumpulan dalam melakukan catatan yang ada dilapangan,

memberikan kode, melakukan penyimpanan dan melakukan pencarian

kembali dalam penelitian yang sudah dilakukan. Penarikan kesimpulan

dilakukan guna menjawab rumusan masalah yang telah di tulis pada bab

pertama. Penarikan kesimpulan merupakan hasil akhir dari proses

penelitian.

2. Analisis Data Kuantitatif

Penelitian ini menggunakan metode hazard and operability. Teknik

HAZOP dipilih karena HAZOP merupakan metode kualitatif yang mudah

dipelajari, teliti, sistematis, logis, dan menuntut untuk memperoleh hasil

yang teliti. Teknik analisis dengan metode hazard and operability yang

mengadopsi dari Lllyod. Data yang diperoleh berasal dari metode observasi

yang diakukan untuk menemukan sumber bahaya yang ada pada tempat

yang diteliti. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan pengumpulan

dan pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui urutan proses yang ada pada proses produksi


49

b. Mengidentifikasi adanya potensi bahaya pada area kerja dengan

mengamati adanya segala penyimpangan yang terjadi sehingga mampu

menyebabkan kecelakaan kerja dilakukan dengan cara observasi

lapangan secara langsung.

c. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet dengan urutan

sebagai berikut:

1) mengklasifikasikan potensi bahaya yang ditemukan (sumber

potensi bahaya dan frekuensi temuan potensi bahaya).

2) mendeskripsikan deviation atau penyimpangan yang terjadi selama

proses operasi.

3) mendeskripsikan penyebab terjadinya (cause).

4) mendeskripsikan yang dapat ditimbulkan dari penyimpangan

tersebut (consequences).

5) menentukan action atau tindakan sementara yang dapat dilakukan.

6) menilai risiko (risk asessment) yang timbul dengan mendefinisikan

kriteria likelihood dan consequences, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Likelihood

Level Deskripsi Keterangan


A Almost certain Terjadi hampir setiap keadaan
Kemungkinan dapat terjadi hampir
B Likely
pada setiap keadaan
Kemungkinan besar dapat terjadi suatu
C Possible
waktu
50

D Unlike Kemungkinan terjadi pada suatu waktu


Kemungkinan bisa terjadi pada suatu
E Rare
waktu
Sumber: AS/NZS 4360:2004

Untuk parameter Consequence (C) menunjukkan tingkat

bahaya dampak yang diakibatkan karena adanya risiko penyimpangan

dari keadaan yang diinginkan atau operasi yang diluar kendali.

Tinjauan yang dilakukan berdasarkan dampak serta pengaruhnya

terhadap aktifitas pabrik dan produksi.

Tabel 3.2 Kriteria Consequence

Level Deskripsi Contoh Consequence


1 Insignificant Tidak mengakibatkan cedera
2 Minor Perawatan / pertolongan pertama perlu
di lakukan dan dapat di atasi di tempat
kejadian
3 Moderat Memerluakan perawatan medis, dapat
dia atasi di tempat kejadian resiko
dengan bantuan dari pihak lain
4 Major Menyebabkan cidera yang cukup luas,
hilang kemampuan produksi, dapat di
atasi di luar area kejadian
5 Catashropic Dapat menyebabkan kematian, toxic /
racun yang harus di atasi di luar area
kejadian
Sumber: AS/NZS 4360:2004
51

Data skala likelihood dan severity yang dikumpulkan dari

kuesioner dianalisis menggunakan Importance Index (IMPI) yang

terdiri dari Likelihood Index dan Severity Index (Long et.al., 2008).

Detail dari rumus adalah sebagai berikut :

Importance Index (IMP.I) = L.I x S.I (Pers. II.1)

Frequency Index (FI) menghasilkan Indeks frekuensi dari

faktorfaktor risiko yang mempengaruhi kinerja kontraktor. Rumus

Likelihood Index (L.I.) :

Severity Index menghasilkan indeks dampak tingkat keparahan

dari faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kinerja kontraktor.


52

Dimana:

a = konstanta penilaian (0 s/d 4)

ni = probabilitas responden

i = 0,1,2,3,4, …n

N = total jumlah responden

Klasifikasi ranking dari skala penilaian pada keparahan (Davis dan

Cosenza,1988) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Klasifikasi keparahan (Severity Index)

No Kelas Nilai

0 Extremely Ineffective 0% < S.I ≤ 20%

1 Ineffective 20% < S.I ≤ 40%

2 Moderately Effective 40% < S.I ≤ 60%

3 Very Effective 60% < S.I ≤ 80%

4 Extremely Effective 80% < S.I ≤ 100%

(sumber: Davis dan Cosenza,1988)

d. Melakukan perangkingan dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi

menggunakan worksheet HAZOP dengan memperhitungkan likelihood

dan consequences, kemudian menggunakan risk matrix untuk

mengetahui prioritas potensi bahaya yang harus diberi prioritas untuk

diperbaiki, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Tabel 2.5 Matriks Risiko


  1 2 3 4 5
53

Insignificant Minor Moderat Major Cataspopic


5 Almost Certain M (5) H (10) E (15) E (20) E (25)
4 Likely M (4) H (8) H (12) E (16) E (20)
3 Possible L (3) M (6) H (9) H (12) E (15)
2 Unlikely L (2) M (4) M (6) H (8) H (10)
1 Rare L (1) L (2) L (3) M (4) M (5)
Sumber: AS/NZS 4360:2004

Keterangan :

 E : Extreme Risk , perlu tindakan penagulangan segera

 H : High Risk , perlu perhatian dari senior management

 M : Moderate/Medium Risk , level management yang

bertanggung jawab harus di spesifikasikan dengan jelas

 L : Low Risk , diatasi dengan menggunakan prosedur rendah

e. Analisis dan pembahasan, dengan menjabarkan sumber-sumber dan

akar penyebab dari permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja

maupun gangguan proses itu terjadi.

f. Penelitian ini dilakukan berfokus pada identifikasi dan analisis risiko

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam pembangunan gedung

pengembangan layanan geriatri RM, Anak dan TKT RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Hal yang ingin dicapai adalah nilai tingkat risiko dari

area kerja yang telah diidentifikasi dan dianalisa risikonya. Penilaian

risiko dilakukan berdasarkan tahapan manajemen risiko dengan

pendekatan HAZOP sesuai dengan standar AS/NZS 4360:2004 tentang

Risk Management. Kemudian ditentukan konsekuensi dan tingkat

kemungkinan sebagai dasar penghitungan nilai risiko berdasarkan tabel

penilaian risiko semikuantitatif. Berdasarkan teori ILCI, penyebab


54

terjadinya risiko dapat berasal dari unsafe act, unsafe condition, job

factor dan personal factor. Sedangkan akibat atau konsekuensi dari

accident dapat berupa risiko terhadap manusia, lingkungan dan

keuangan. Selanjutnya akan diperoleh sumber bahaya dan tingkat risiko

dalam pembangunan gedung pengembangan layanan geriatri RM, Anak

dan TKT di Kabupaten Tegal. Rekomendasi dan rancangan perbaikan,

dilakukan dengan perancangan perbaikan proses yang didapati pada

titik-titik tertentu yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan kerja

pada pembangunan Gedung Pengembangan Layanan Geriatri RM,

Anak dan TKT di Kabupaten Tegal untuk mengurangi bahkan

menghilangkan bahaya tersebut. Penutup, untuk menemukan jawaban

dari semua permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

berdasarkan dengan hasil pengambilan kesimpulan. Berikut kerangka

pikir penelitian dalam bentuk diagram alur:


55

Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


- Observasi - Studi Literatur
- Wawancara - Dokumentasi

Reduksi Data
Identifikasi Risiko

Anasilis Data
Risiko HAZOP

Likelihood Consequence
 Management Factor  Accident
 Personal factor  Human
 Job factor  Environment
56

Selesai
57

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji. 2005. Psikologi Kerja, Jakarta: PT. Rineka Cipta


.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Australian/New Zealand Standard. 2004. AS/NZS 4360:2004 “Risk Mangement”.

Bird and Germain. 1992. Practical Loss Control Leadership, United States of
America: International Loss Control Institute.

Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Untuk Industri.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Hamali, A.Y. S.S., M. M (2016). Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia.


Cetakan pertama. Penerbit: CAPS (Center for Academic Publishing
Service), Yogyakarta. Hal: 162-181. ISBN : (10) 602- 9324-77-2.

Health and Safety Executive. 2004. Manual Handling Operations Regulations


1992 (As amanded) Guidance on Regulation. s.l.: HSE Books, 2004.

Heinrich, H. W. & Petersen, Dan. 1980. Industrial Accident Prevention. New.


York : McGraw-Hill Book Company.

IEC-61882. 2001. Hazard And Operability Studies (Hazop Studies) – Application


Guide. Geneva: International Electrotechnical Commission.

International Labour Organization. 2009. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di


Tempat Kerja. Jakarta: ILO Cataloguing in Publication Data.

Juniani, I. Anda, dkk. 2003. Implementasi Metode Hazop Dalam Proses


Identifikasi Bahaya Dan Analisis Resiko Pada Feedwater System Di Unit
Pembangkitan Paiton, PT. PJB. Jurnal. Surabaya: Teknik K3 ITS.

Karthika, S. 2013. Accident Prevention by Using Hazop Study and Work Permit
System in Boiler. International Journal of Advanced Engineering
Research and Studies. Vol. 2, No. 2, Hal: 125-129. e- ISSN: 2249-8974.

Mindhayani, I. 2020. Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan


Metode Hazop Dan Pendekatan Ergonomi (Studi Kasus: UD. Barokah
Bantul). Jurnal SIMETRIS, 11(1), April 2020, Hal: 31-38.
58

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Ningsih, S.C.D., dan Hati, S.W. 2019. Analisis Resiko Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Dengan Menggunakan Metode Hazard And
Operability Study (HAZOP) Pada Bagian Hydrotest Manual Di PT.
Cladtek Bi Metal Manufacturing. Journal of Business Administration,
3(1), Maret 2019, Hal: 29-39.

OHSAS 18001. 2007. Pengertian (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


Diakses melalui https://nuruddinmh.files.wordpress.com/2013/08/ohsas-
18001-2007-dual-language.pdf. Pada tanggal 20 Juli 2020, pukul 12.00
WIB.

Prakoso, A. Bagus. 2016. Hazard And Operability Study (HAZOP) Dan Safety
Integrity Level (SIL) Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) Pada
Fuel Gas Superheat Burner Unit Ammonia PT. Petrokimia Gresik. Tugas
Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Rahayuningsih, S. 2018. Identifikasi Penerapan Dan Pemahaman Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja Dengan Metode Hazard And Operability Study
(HAZOP) Pada UMKM Eka Jaya. JATI UNIK, 2(1), Hal: 24-32.

Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Resiko Dalam Perspektif K3.


Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Restuputri, D.P., dan Sari, Dyan R.P. 2015. Analisis Kecelakaan Kerja dengan
Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP). Jurnal
Ilmiah Teknik Industri. Vol. 14, No. 1, Juni 2015 Hal: 24-35. ISSN 1412-
6869.

Retnowati, D. 2017. Analisa Risiko K3 Dengan Pendekatan Hazard And


Operability Study (HAZOP). Teknika: Engineering and Sains Journal,
1(1), Juni 2017, Hal: 41-46.

Rivai, Veithzal, Sagala, Ella Jawani. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar
Maju.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
59

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi


K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Triwibowo, C dan Pusphandani, M.E. 2013. Kesehatan Lingkungan dan


K3.Yogyakarta : Nuha Medika.

Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Wardhana, R. T. 2015. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan


Metode Hazard. Tugas Akhir Skripsi. Jember: FT Universitas Jember.

Widodo, Siswowardojo. 2003. Norma Perlindungan Ketenaga Kerjaan,


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai