Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode Fire Risk
Assessment pada PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi
Abstrak
Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Penilaian risiko merupakan
proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Proses identifikasi bahaya bisa dimulai berdasarkan kelompok. Fire Risk Assessment (FRA) adalah proses untuk
menggambarkan risiko yang terkait dengan kebakaran yang membahas skenario atau skenario-skenario kebakaran
perhatian, probabilitas mereka, dan potensi-potensi konsekuensinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui identifikasi bahaya dan penilaian risiko kebakaran dengan metode fire risk assessment pada PT Aneka
Gas Industri Tbk, Bekasi. Desain penelitian ini semi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Fokus penelitian
adalah fire risk assesment. Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga Agustus 2021. Pengambilan sampel sebagai
informan secara purposive sampling. Jumlah informan sebanyak 4 orang yaitu: informan 1 (SHE officer), informan
2 (Supervisor area ASP), informan 3 (Maintenance), informan 4 (Operator area filling). Data yang diambil melalui
wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan triangulasi. Identifikasi bahaya
kebakaran: Tersedia pelatihan untuk pekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya dan pelatihan tanggap darurat
kebakaran. Tersedia kebijakan terkait pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Terkait penggunaan bahan
baku mudah terbakar dalam proses produksi dan telah menerapkan penyimpanan bahan baku mudah terbakar
dengan baik dan terpisah. Perusahaan telah memiliki prosedur tetap berupa ceklis. Perusahaan menghasilkan
limbah penyimpanan, limbah tersebut disimpan terpisah. Penilaian risiko kebakaran: Menggunakan 3 metode
yaitu: a. FRA pada area air separation plant (ASP) terdapat 5 jenis kegiatan; b. FRA pada area filling station
terdapat 4 jenis kegiatan; dan c. Metode FRA pada area travo dan genset terdapat satu kegiatan.
Hazard Identification and Fire Risk Assessment with the Fire Risk Assessment Method
at PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi
Abstract
Hazard identification process is one part of risk management. Risk assessment is a process to determine the
priority of control over the level of risk of accidents or occupational diseases. Hazard identification process can
be started by group. Fire Risk Assessment (FRA) is a process for describing risks associated with fires discussing
the fire scenario or scenarios of concern, their probabilities, and potential consequences. The purpose of this study
was to determine "identification of hazards and assessment of fire risk with the method of fire risk assessment".
This research design is semi-qualitative with a case study approach. The focus of the research is fire risk
assessment. The research was conducted from May-August 2021. Purposive sampling as an informant was taken.
The number of informants is 4 people, namely: informant1 (SHE officer), informant 2 (Supervisor area ASP),
informant 3 (Maintenance), informant 4 (Filling area operator). Data taken through in-depth interviews,
observation and document review. Data analysis using triangulation. Fire hazard identification: There is training
available for workers according to their field of work and fire emergency response training. There are policies
related to fire prevention and control. Regarding the use of combustible raw materials in the production process
and has implemented the storage of combustible raw materials properly and separately. The company has a fixed
procedure in the form of a checklist. The company produces waste storage. The waste is stored separately. Fire
risk assessment: using 3 methods, namely a. Fire risk assessment (FRA) in the air separation plant (ASP) area,
there are 5 types of activities, b. Fire risk assessment (FRA) in the filling station area there are 4 types of activities
and c. the fire risk assessment (FRA) method in the travo and genset area there is one activity.
1
Alumni Prodi Kesmas STIKes Persada Husada Indonesia
2
Dosen Prodi Kesmas STIKes Persada Husada Indonesia
tinggi, maupun peralatan yang berbahaya baik analisis bahaya kebakaran. Penerapan FRA ini
secara fisik, mekanik maupun listrik (Dewi dapat mengacu kepada standar National Fire
Masri dkk, 2018). Protection Association (NFPA) dan juga
Penilaian resiko kebakaran adalah proses peraturan lokal seperti Permen PU No. 26 Tahun
yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap 2008. Perusahaan perlu memastikan tingkat
faktor-faktor yang menentukan bahaya keselamatan instalasi proses, peralatan dan
kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan fasilitas yang mereka operasikan. Kehadiran
terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi. bahaya kebakaran pada bangunan, peralatan dan
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk fasilitas dapat secara signifikan mempengaruhi
meminimalkan kemungkinan terjadinya keselamatan pekerja serta kelangsungan
kebakaran dengan mengidentifikasi potensi operasional dan kegiatan didalamnya. Tingkat
bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. keselamatan kebakaran, yang selanjutnya kita
Namun, tidak hanya memeriksa struktur sebut sebagai bahaya kebakaran atau risiko
bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata kebakaran, dapat dilakukan melalui fire risk
letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana assessment ini (Synergy Solusi, 2020). Tujuan
penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada identifikasi bahaya dan penilaian risiko
di dalam gedung? Bagaimana mereka akan kebakaran dengan metode fire risk assessment di
selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi tahun 2021.
yang harus diambil untuk meminimalisir
bahaya? Penilaian risiko kebakaran diperlukan Metode
karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Desain penelitian ini semi kualitatif
Safety) Order 2005. Di Indonesia penerapan dengan pendekatan studi kasus. Fokus penelitian
FRA ini dapat mengacu kepada standar National adalah fire risk assesment. Penelitian dilakukan
Fire Protection Association (NFPA) dan juga dari bulan Mei hingga Agustus 2021.
peraturan lokal seperti Permen PU No. 26 Tahun Pengambilan sampel sebagai informan secara
2008 (Synergy Solusi, 2020). purposive sampling. Jumlah informan sebanyak
Fire risk assessment (FRA) adalah proses 4 orang yaitu: Informan 1 (SHE officer),
untuk menggambarkan risiko yang terkait Informan 2 (Supervisor area ASP), Informan 3
dengan kebakaran yang membahas skenario atau (Maintenance), Informan 4 (Operator area
skenario-skenario kebakaran perhatian, filling). Data yang diambil melalui wawancara
probabilitas mereka, dan potensi-potensi mendalam, observasi dan telaah dokumen.
konsekuensinya. Dokumen-dokumen lain dapat Analisis data menggunakan triangulasi.
menggunakan istilah-istilah selain FRA,
misalnya analisis risiko kebakaran, bahaya Hasil Penelitian
kebakaran, analisis bahaya, dan penilaian A. Karakteristik Informan
karbon monoksida, kertas–kertas. Hal ini c. Hasil Antara dan Hasil Akhir
didukung dengan pernyataan informan An. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Seperti kutipan informan An yaitu: informan mengenai hasil antara dan hasil akhir
“Kalo di sini sih adanya gas aja kaya terhadap identifikasi bahaya kebakaran, ada
hidrogen, metan, protan, karbon beberapa pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
monoksida, itu bukan kita produksi tapi tersebut limbah bahan mudah terbakar, prosedur
itu bahan baku untuk produksi kita jadi di
penyimpanan limbah bahan mudah terbakar,
sini hanya penyimpanan dan pemakaian
saja, sama ya paling penggunaan kertas- waktu pemantauan penyimpanan limbah bahan
kertas”. mudah terbakar. Pernyataan tersebut dapat
dilihat jawaban informan berikut ini: Jawaban
b. Peralatan informan menunjukan bahwa identifikasi faktor
Berdasarkan hasil wawancara dengan hasil antara dan hasil akhir terhadap bahaya
informan mengenai peralatan terhadap kebakaran meliputi Limbah bahan mudah
identifikasi bahaya kebakaran, ada beberapa terbakar. Prosedur penyimpanan limbah mudah
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut terbakar, Waktu pemantauan penyimpanan
prosedur perawatan mesin produksi dan instalasi limbah bahan mudah terbakar. Untuk limbah
listrik, peralatan listrik, kegiatan kegiatan yang bahan mudah terbakar, mayoritas informan
menimbulkan panas dan percikan api, waktu menyatakan limbah B3 dan sampah sampah
kegiatan yang menimbulkan panas dan percikan kertas daun ranting dan lain lain. Hal ini
api. Pernyataan tersebut dapat dilihat jawaban didukung dengan pernyataan informan Ar.
informan berikut ini: Jawaban informan Seperti kutipan informan Ar yaitu:
menunjukan bahwa identifikasi faktor peralatan “Limbah mudah terbakar ya kaya limbah
terhadap bahaya kebakaran meliputi prosedur B3 paling, sama limbah kaya kertas–
perawatan mesin produksi dan instalasi listrik, kertas, daun, ranting, plastik dan lain–
Peralatan listrik, Kegiatan yang menimbulkan lain lah”
panas dan percikan api. Waktu kegiatan yang
menimbulkan panas dan percikan api. Untuk 3. FaktorAlam: Suhu Panas Cuaca
Prosedur perawatan mesin produksi dan instalasi Berdasarkan hasil wawancara dengan
listrik, mayoritas informan menyatakan informan mengenai suhu panas cuaca terhadap
Pengecekan visual, pengecekan secara berkala. identifikasi bahaya kebakaran, ada beberapa
Hal ini didukung dengan pernyataan informan pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut
Ar. Seperti kutipan informan Ar yaitu: upaya mengurangi panas ruangan berlebih, area
“Ya visual aja karena gak bisa dibuka, suhu panas ruangan berlebih, waktu pemantauan
paling log sheet aja liat berdasarkan log area panas ruangan berlebih. Pernyataan tersebut
sheet mingguan, ya paling kaya oli dapat dilihat jawaban informan berikut: Jawaban
kurang, ada stetoskop gitu paling ada
informan menunjukkan bahwa identifikasi
suara suara yang aneh aneh udah paling
maksimal ya gitu, ya paling ada program faktor suhu panas cuaca terhadap bahaya
pemeliharaan berkala misalnya berapa kebakaran meliputi; upaya mengurangi panas
tahun sekali dicek, kalo temperature ruangan berlebih, area suhu panas ruangan
panasnya kan kita bisa cek kalo ada berlebih, waktu pemantauan area panas. Untuk
penyimpangan, kalo gak ada ya kan bisa upaya mengurangi panas ruangan berlebih,
perawatan 3 tahun sekali untuk mayoritas informan menyatakan diberi AC dan
rewending motor”.
exhaust. Hal ini didukung dengan pernyataan
Dari hasil observasi didapatkan beberapa informan Ac. Seperti kutipan informan Ac yaitu:
dokumentasi tentang kegiatan yang “Dikasih pendingin seperti AC dan
exhaust”
menimbulkan panas dan percikan api di PT
Aneka Gas Industri Tbk.
Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia 34
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA
Area suhu panas ruangan berlebih di atas, memiliki potensi bahaya konsleting listrik dan
mayoritas informan menyatakan, ASP, ruang potensi risiko kebakaran dengan total nilai FRA
travo dan genset. Hal ini didukung dengan 15 kategori Tinggi. Penggunaan gas hidrogen
pernyataan informan Ar. seperti kutipan pada proses produksi memiliki potensi bahaya
informan Ar yaitu: ledakan dan potensi risiko kebakaran dengan
“Yang berpotensi suhu panas ruangan total nilai FRA 25 kategori Ekstrem. Area
berlebih yang jelas sih ASP ya, sama control panel/elektrik room memiliki potensi
ruang travo dan genset, karena kan di bahaya konsleting listrik dan potensi risiko
sana ada mesin mesin produksi sama
kebakaran dengan totalnilai FRA 20 kategori
panel listrik yang menimbulkan panas”.
ekstrem. Proses produksi oksigen pada tanki
C. Penilaian Risiko Kebakaran (Fire Risk Penyimpanan memiliki potensi bahaya sebagai
Assessment/FRA) oksidator dan potensi risiko kebakaran dengan
total nilai FRA 25 kategori Ekstrem.
1. Fire Risk Assessment Area Air
Separation Plant (ASP) 2. Fire Risk Assessment Area Filling
Berdasarkan hasil wawancara informan
Station
secara keseluruhan terdapat 5 jenis kegiatan
Berdasarkan hasil wawancara informan
yang berpotensi terjadinya kebakaran, kegiatan –
secara keseluruhan terdapat 4 jenis kegiatan
kegiatan tersebut yaitu: Penggunaan kertas pada
yang berpotensi terjadinya kebakaran, kegiatan-
proses kerja sebagai bahan baku mudah terbakar,
kegiatan tersebut yaitu: penggunaan kertas pada
gas hidrogen sebagai bahan baku mudah
proses kerja sebagai bahan baku mudah terbakar,
terbakar dan dapat berpotensi terjadinya
gas hidrogen, protan, metan, karbon monosida
ledakan, dan juga adanya sumber panas yang
sebagai bahan baku mudah terbakar dandapat
dihasilkan dari konsleting listrik, penggunaan
berpotensi terjadinya ledakan, dan adanya
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kabel
sumber panas yang dihasilkan dari konsleting
panas akibat daya listrik yang digunakan terlalu
listrik, penggunaan yang tidak terkontrol dapat
besar, dapat juga terjadi karena adanya area
menyebabkan kabel panas akibat daya listrik
control panel, selain itu ada pula sumber oksigen
yang digunakan terlalu besar, adanya dispenser
pada tanki penyimpanan yang dapat memicu
yang dapat menimbulkan overheat pada alat
kebakaran semakin besar. Hal ini didukung
thermostat. Hal ini didukung dengan pernyataan
dengan pernyataan informan M. Seperti kutipan
informan An. Seperti kutipan informan An yaitu:
informan M yaitu :
“Kalo di sini sih adanya gas saja kaya
”Di sini ada hidrogen, oli, produksi hidrogen, metan, protan, karbon
oksigen, kertas.” monoksida, itu bukan kita produksi tapi
itu bahan baku untuk produksi kita jadi
”Peralatan listrik yang digunakan sih
disini hanya penyimpanan dan pemakaian
paling kaya komputer gini untuk operator
saja, sama ya paling penggunaan kertas -
produksi, terus kontak listrik, mesin-
kertas”. Peralatan listrik paling ya pompa
mesin produksi, panel listrik, ada
kompresor aja,sama paling komputer gini
dispenser juga.”
untuk dikantornya, terus kontak listrik,
dispenser.”
Dari hasil penilaian risiko kebakaran pada
area Air Separation Plant (ASP) dapat 3. Fire Risk Assessment Area Travo dan
disimpulkan bahwa penggunaan kertas pada
Genset
proses kerja memiliki potensi bahaya mudah
Berdasarkan hasil wawancara informan
terbakar dan potensi risiko kebakaran dengan
secara keseluruhan terdapat satu kegiatan yang
total nilai FRA 10 kategori Tinggi. Penggunaan
berpotensi terjadinya kebakaran, kegiatan-
stop kontak listrik untuk komputer, laptop,
kegiatan tersebut yaitu adanya sumber panas
handphone, dan peralatan listrik lainnya
35 Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA
yang dihasilkan dari konsleting listrik, Pelatihan tersebut sudah ada dan telah diikuti
penggunaan yang tidak terkontrol dapat oleh para pekerja, namun untuk pelatihan
menyebabkan kabel panas akibat daya listrik tanggap darurat kebakaran hanya diikuti oleh
yang digunakan terlalu besar sehingga dapat para anggota tim ERT perusahaan. Jika terjadi
memicu timbulnya sumber api. Hal ini didukung kebakaran, tim sudah tau apa yang perlu
dengan pernyataan informan Ac. Seperti kutipan dilakukan. Untuk waktu kegiatan merokok para
informan Ac yaitu: pekerja sudah mengetahui waktu-waktu yang
“Yang berpotensi suhu panas ruangan diperbolehkan untuk merokok.
berlebih yang jelas sih ASP ya, sama
ruang travo dan genset, karena kan di b. Faktor Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
sana ada mesin mesin produksi sama Kebakaran
panel listrik yang menimbulkan panas”.
Pengurus atau pengusaha wajib
mencegah, mengurangi dan memadamkan
Pembahasan
kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
tempat kerja yaitu dengan upaya (Keputusan
Kerja No.186 mengenai Unit Penanggulangan
Menteri Tenaga Kerja No.186 mengenai Unit
Kebakaran Pasal 1 menyatakan, pengurus atau
Penanggulangan Kebakaran):
pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
1. Pengendalian setiap bentuk energi;
memadamkan kebakaran, latihan
2. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
penanggulangan kebakaran di tempat kerja,
kebakaran dan sarana evakuasi;
yaitu dengan beberapa upaya salah satunya
adalah dengan upaya pengendalian setiap bentuk 3. Pengendalian penyebaran asap, panas dan
energi. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam gas;
pengendalian setiap bentuk energi yaitu: 4. Pembentukan unit penanggulangan
1. Melakukan identifikasi semua sumber energi kebakaran di tempat kerja;
yang ada di tempat kerja/perusahaan baik 5. Penyelenggaraan latihan dan gladi
berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja penanggulangan kebakaran secara berkala;
dan lingakungan yang dapat menimbulkan 6. Memiliki buku rencana penanggulangan
timbulnya proses kebakaran (pemanasan, keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja
percikan api, nyala api atau ledakan) yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima
2. Melakukan penilaian dan pengendalian risiko puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat
bahaya kebakaran berdasarkan peraturan kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
perundangan atau standar teknis yang sedang dan berat.
berlaku.
3. Identifikasi bahaya kebakaran bertujuan Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
untuk mengetahui masalah yang terjadi atau wawancara dengan informan didapatkan hasil,
berpotensi menimbulkan kebakaran. PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi telah
Menurut Tarwaka (2012), identifikasi bahaya memiliki kebijakan terkait pencegahan dan
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penanggulangan kebakaran, hal ini tercantum
yang dapat menyebabkan kebakaran. dalam prosedur tanggap daruratkebakaran yang
dimiliki perusahaan. Perusahaan juga sudah
dilengakapi dengan fasilitas tanggap darurat
Identifikasi Bahaya
kebakaran seperti APAR, hydrant, smoke
Faktor Manusia
detector, alarm Peringatan tanda bahaya, dan
a. Faktor Pelatihan
lainnya dan telah dipasang di beberapa titik area
Berdasarkan hasil wawancara informan
kerja perusahaan. Fasilitas tanggap darurat yang
tentang pelatihan untuk pekerja sesuai bidang
dimiliki perusahaan rutin dilakukan perawatan
nya dan pelatihan tanggap darurat kebakaran.
dan pemeriksaan berkala yaitu 1 bulan sekali.
Mengenai unit penanggulangan kebakaran pada instalasi listrik dan kabel-kabelnya serta
perusahaan telah membentuk tim yang dikenal melakukan perbaikan bila ada kerusakan;
dengan Emergency Respons Team (ERT). 2. Menggunakan soket dan kabel tahan air
Namun pada perusahaan belum terdapat tenaga untuk tempat-tempat yang lembab serta
ahli K3 spesialis kebakaran. Serta para anggota gunakan lampu-lampu dan perangkat listrik
regu tim penanggulangan kebakaran yang ada di yang tahan ledakan (explosion proof) untuk
perusahaan belum mengikuti kursus teknik tempat-tempat dengan gas dan uap yang
penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, dan mudah terbakar;
tingkat dasar II. 3. Memberikan grounding atau isolasi ganda
pada semua peralatan listrik, khususnya
Faktor Proses Produksi peralatan tangan ringan listrik;
a. Faktor Bahan Baku 4. Melindungi bola lampu dengan penutup yang
Secara umum bahan baku pada proses cukup rapat dan transparan serta melindungi
produksi merupakan bahan bakar atau fuel bola lampu dari kemungkinan terjatuh.
dalam segi tiga api. Menurut Ramli (2010:7),
penempatan bahan baku yang mudah terbakar Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
seperti minyak, gas, atau kertas yang berdekatan wawancara informan didapatkan hasil mengenai
dengan sumber api atau panas berpotensi prosedur perawatan mesin produksi dan instalasi
menimbulkan kebakaran. Gas dan uap yang listrik PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi telah
membentuk campuran ledakan dengan udara melakukan perawatan rutin secara berkala
atau oksigen, biasa terjadi di industri. Beberapa dengan adanya ceklis thermoghraph, ceklis
gas tersebut diantaranya adalah hidrogen, maintenance ASP, dan ceklis vibrasi. Mengenai
asetilen, propan, karbon monoksida, metan, gas peralatan listrik yang digunakan perusahaan
alam, dan gas-gas hasil produksi. Dalam telah menggunakan beberapa peralatan seperti
penelitian ini berdasarkan hasil wawancara komputer, kontak listrik, dispenser, panel listrik,
informan tentang bahan baku mudah terbakar mesin produksi, mesin kompresor. Untuk panel
yang digunakan dalam proses produksi yaitu gas listrik perusahaan telah memberikan area khusus
hidrogen, metan, protan, karbon monoksida, dan tertutup. Mengenai kegiatan yang
etan, oli, kertas kertas. Dan terdapat juga unsur menimbulkan panas dan percikan api di
oksidator yaitu adanya penggunaan gas oksigen perusahaan terdapat proses pengelasan pada
pada proses produksi. Hampir setiap produksi setiap perbaikan mesin, proses pengelasan ini
perusahaan selalu menggunakan bahan – bahan dilakukan hanya ketika adanya permintaan
tersebut. Mengenai penyimpanan bahan baku perbaikan. Proses pengelasan dilakukan hanya di
mudah terbakar, menurut hasil wawancara area maintenance atau jika tidak memungkinkan
informan didapatkan hasil bahwa perusahaan dibawa ke area maintenance proses pengelasan
telah menerapkan penyimpanan bahan baku bisa dilakukan di area perbaikan tersebut namun
mudah terbakar dengan baik dan terpisah, dengan kondisi semua plant dan listrik
penyimpanan bahan baku mudah terbakar atau perusahaan dalam keadaan mati.
B3 diletakan terpisah pada gudang B3
perusahaan. c. Faktor Hasil Antara dan Hasil Akhir
Penyimpanan hasil antara, hasil produksi,
b. Faktor Perlatan atau limbah produksi yang mudah terbakar juga
Menurut B. Boedi Rijanto (2011:84), harus diperhatikan. Penyimpanan hasil produksi
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk juga sebaiknya di dalam wadah yang tidak
mencegah terjadinya kebakaran akibati instalasi mudah terbakar. Atau jika jumlahnya sangat
listrik diantaranya: banyak, simpan dalam ruangan yang tahan
1. Melakukan inspeksi dan tes secara berkala kebakaran, serta dilengkapi alat pemadam
total nilai FRA 14 kategori Tinggi. kebakaran menggunakan metode FRA pada
Penggunaan stop kontak listrik untuk area Air Separation Plant (ASP) terdapat 5
komputer, laptop, handphone memiliki jenis kegiatan yang memiliki risiko
potensi bahaya konsleting listrik dan potensi kebakaran. Hasil penilaian risiko kebakaran
risiko kebakaran dengan total nilai FRA15 menggunakan metode FRA pada area filling
kategori Tinggi. Penggunaan gas hidrogen, station terdapat 4 jenis kegiatan yang
metan, protan, karbon monooksida pada memiliki risiko kebakaran. Hasil penilaian
proses produksi memiliki potensi bahaya risiko kebakaran menggunakan metode FRA
ledakan dan potensi risiko kebakaran dengan pada area travo dan genset terdapat satu
total nilai FRA15 kategori Ekstrem. kegiatan yang memiliki risiko kebakaran.
c. Fire Risk Assessment Area Travo dan
Genset: Dalam penelitian ini berdasarkan Saran
hasil penilaian risiko kebakaran Diharapkan perusahaan dapat melakukan
menggunakan metode fire risk assessment simulasi kebakaran terkait tanggap darurat
(FRA) pada area travo dan genset terdapat kebakaran, hal ini sebagaimana yang telah
satu kegiatan yang memiliki risiko ditetapkan pada Keputusan Menteri Tenaga
kebakaran, kegiatan tersebut adalah Kerja No.186 tentang Unit Penanggulangan
Penggunaan travo memiliki potensi bahaya Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 Ayat 1.
konsleting listrik dan potensi risiko
kebakaran dengan total nilai FRA 25 kategori Daftar Pustaka
Ekstrem.
Agung Supriyadi, M.K.K.K. 2020. Pengertian
Kesimpulan dan Jenis Bahaya K3 Menurut Ahli K3.
https://katigaku.top/ Diakses 18 April
Berdasarkan hasil penelitian dan 2021.
pembahasan mengenai identifikasi bahaya dan
penilaian risiko kebakaran dengan metode fire Aprillia Sari Anggraeni, Moch. Luqman
risk assessment di PT Aneka Gas Industri Tbk Ashari, George Endri Kusuma. 2017.
Bekasi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Analisa Fire Risk Assessment dan
1. Identifikasi Bahaya Kebakaran: Tersedia Perancangan Proteksi Kebakaran Aktif
Pada Area Workshop Perusahaan Jasa
pelatihan untuk pekerja sesuai dengan bidang
Konstruksi Fabrikasi.18 April 2021.
pekerjaannya dan pelatihan tanggap darurat https://journal.ppns.ac.id/
kebakaran. Telah memiliki kebijakan terkait
pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Boedi Rijanto, B. (2011). Pedoman Pencegahan
Terkait bahan produksi perusahaan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Mitra
menggunakan bahan baku mudah terbakar Wacana Media.
dalam proses produksi dan telah menerapkan
Dewi Masri, Widodo Brontowiyono, Azham
penyimpanan bahan baku mudah terbakar Umar Abidin, (2018). Identifikasi Potensi
dengan baik dan terpisah. Perusahaan telah Bahaya, Analisis Risiko dan Teknik
memiliki prosedur perawatan mesin produksi Pengendalian Keselamatan dan
dan instalasi listrik yang disebut dengan Kesehatan Kerja di Home Industry C-
ceklis. Perusahaan menghasilkan limbah maxi Alloycasting
bahan mudah terbakar berupa limbah B3 dan https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/1
23456789/9834/08%20naskah%20publik
limbah domestik, penyimpanan limbah asi.pdf.pdf
tersebut disimpan terpisah pada TPS limbah
B3 dan TPS limbah domestik. Hebbie Ilma Adzim, S.ST. 2020. Pengertian
2. Penilaian Risiko Kebakaran (Fire Risk (Definisi) Risiko dan Penilaian (Matriks)
Assessment): Hasil penilaian risiko Risiko K3. 18 April 2021