Anda di halaman 1dari 11

Online ISSN: 2622-4666 Print ISSN: 2356-3281

Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (2021) : 30 - 40

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode Fire Risk
Assessment pada PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi

Regina Intan Pramesti 1 dan Agustina 2

Abstrak
Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Penilaian risiko merupakan
proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Proses identifikasi bahaya bisa dimulai berdasarkan kelompok. Fire Risk Assessment (FRA) adalah proses untuk
menggambarkan risiko yang terkait dengan kebakaran yang membahas skenario atau skenario-skenario kebakaran
perhatian, probabilitas mereka, dan potensi-potensi konsekuensinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui identifikasi bahaya dan penilaian risiko kebakaran dengan metode fire risk assessment pada PT Aneka
Gas Industri Tbk, Bekasi. Desain penelitian ini semi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Fokus penelitian
adalah fire risk assesment. Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga Agustus 2021. Pengambilan sampel sebagai
informan secara purposive sampling. Jumlah informan sebanyak 4 orang yaitu: informan 1 (SHE officer), informan
2 (Supervisor area ASP), informan 3 (Maintenance), informan 4 (Operator area filling). Data yang diambil melalui
wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan triangulasi. Identifikasi bahaya
kebakaran: Tersedia pelatihan untuk pekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya dan pelatihan tanggap darurat
kebakaran. Tersedia kebijakan terkait pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Terkait penggunaan bahan
baku mudah terbakar dalam proses produksi dan telah menerapkan penyimpanan bahan baku mudah terbakar
dengan baik dan terpisah. Perusahaan telah memiliki prosedur tetap berupa ceklis. Perusahaan menghasilkan
limbah penyimpanan, limbah tersebut disimpan terpisah. Penilaian risiko kebakaran: Menggunakan 3 metode
yaitu: a. FRA pada area air separation plant (ASP) terdapat 5 jenis kegiatan; b. FRA pada area filling station
terdapat 4 jenis kegiatan; dan c. Metode FRA pada area travo dan genset terdapat satu kegiatan.

Kata kunci: Identifikasi bahaya, Penilaian risiko kebakaran

Hazard Identification and Fire Risk Assessment with the Fire Risk Assessment Method
at PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi

Abstract
Hazard identification process is one part of risk management. Risk assessment is a process to determine the
priority of control over the level of risk of accidents or occupational diseases. Hazard identification process can
be started by group. Fire Risk Assessment (FRA) is a process for describing risks associated with fires discussing
the fire scenario or scenarios of concern, their probabilities, and potential consequences. The purpose of this study
was to determine "identification of hazards and assessment of fire risk with the method of fire risk assessment".
This research design is semi-qualitative with a case study approach. The focus of the research is fire risk
assessment. The research was conducted from May-August 2021. Purposive sampling as an informant was taken.
The number of informants is 4 people, namely: informant1 (SHE officer), informant 2 (Supervisor area ASP),
informant 3 (Maintenance), informant 4 (Filling area operator). Data taken through in-depth interviews,
observation and document review. Data analysis using triangulation. Fire hazard identification: There is training
available for workers according to their field of work and fire emergency response training. There are policies
related to fire prevention and control. Regarding the use of combustible raw materials in the production process
and has implemented the storage of combustible raw materials properly and separately. The company has a fixed
procedure in the form of a checklist. The company produces waste storage. The waste is stored separately. Fire
risk assessment: using 3 methods, namely a. Fire risk assessment (FRA) in the air separation plant (ASP) area,
there are 5 types of activities, b. Fire risk assessment (FRA) in the filling station area there are 4 types of activities
and c. the fire risk assessment (FRA) method in the travo and genset area there is one activity.

Keywords: Fire hazard identification, Fire risk assessment

1
Alumni Prodi Kesmas STIKes Persada Husada Indonesia
2
Dosen Prodi Kesmas STIKes Persada Husada Indonesia

Copyright © 2014-2021 STIKES Persada Husada Indonesia


http://jurnal.stikesphi.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

Pendahuluan sistem manajemen K3 yang berlaku seacara


Setiap tempat kerja selalu memiliki risiko global atau internasional adalah OHSAS 18001;
terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang 2007. Menurut OHSAS 18001, manajemen K3
terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko
serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat
Seluruh upaya pengendalian risiko tersebut mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan
bertujuan untuk terciptanya keselamatan kerja. atau gangguan terhadap perusahaan. Manajemen
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia risiko terbagi atas tiga bagian yaitu: Hazzard
No.1 Tahun 1970, keselamatan kerja adalah Identification, Risk Assesment And Risk Control
setiap tenaga kerja berhak mendapatkan (HIRARC). Metode ini merupakan bagian dari
perlindungan atas keselamatannya dalam manajemen risiko dan yang menentukan arah
melakukan pekerjaan kesejahteraan hidup dan penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010).
meningkatkan produksi serta produktivitas Data angka kecelakaan di Indonesia masih
nasional. Setiap perusahaan wajib untuk tinggi terjadi kecelakaan akibat kerja tahun
memberikan perlindungan keselamatan dan 2013-2017, pada tahun 2013 yaitu 97.144 orang
kesehatan baik secara fisik maupun mental (Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Kementerian
terhadap pekerja dan orang lain yang berada di Kesehatan, 2014). Sedangkan data kecelakaan
lingkungan (Suma’mur, 2009). Upaya kerja pada tahun 2014 yaitu 105.383 orang;
pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat tahun 2015 yaitu 110.285 orang; tahun 2016
direncanakan, dilakukan dan dipantau dengan yaitu 105.182 orang; 2017 yaitu 123.000 orang
melakukan studi karakteristik tentang (Data BPJS Ketenagakerjaan, 2018).
kecelakaan, agar upaya pencegahan dan Berdasarkan data angka kecelakaan kerja terjadi
penanggulangannya dapat dipilih melalui kenaikan angka kecelakaan kerja di Indonesia
pendekatan yang paling tepat. Analisis tentang dari tahun 2013 hingga 2017 yaitu sebesar
kecelakaan dan risikonya dilakukan atas dasar 25.856 orang. Dampak dari kecelakaan kerja
pengenalan atau identifikasi bahaya di tersebut tidak hanya dihadapi oleh korban
lingkungan kerja dan pengukuran bahaya di kecelakaan namun juga kepada pihak
tempat kerja. Secara garis besar ada empat faktor perusahaan akibat hilangnya hari kerja yang
utama yang mempengaruhi kecelakaan yaitu dapat menyebabkan kerugian finansial bagi
alat-alat mekanik, lingkungan dan kepada perusahaan, sehingga sistem manajemen K3
manusianya sendiri (Suma'mur, 2014). sangat diperlukan disetiap perusahaan misalnya
Proses identifikasi bahaya merupakan OHSAS 18001; 2007 yang berlaku secara
salah satu bagian dari manajemen risiko. internasional. Menurut (OHSAS 18001, 2007)
Penilaian risiko merupakan proses untuk manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk
menentukan prioritas pengendalian terhadap mengelola risiko yang ada dalam aktifitas
tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera
kerja. Proses identifikasi bahaya bisa dimulai pada manusia, kerusakan atau gangguan
berdasarkan kelompok, seperti: kegiatan, lokasi, terhadap bisnis perusahaan. Salah satu metode
aturan-aturan, dan fungsi atau proses produksi. untuk mewujudkan riset ini adalah dengan
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna metode HIRARC (Hazard Identification, Risk
mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja, Assessment, and Determining Control) yang
misalnya melalui inspeksi, informasi, mengenai didasarkan pada OHSAS 18001. Menurut
data kecelakaan kerja, penyakit dan absensi, penelitian yang dilakukan oleh (Febrilia, 2017),
laporan dari tim K3, P2K3, supervisor dan industri pengecoran adalah salah satu industri
keluhan pekerja, pengetahuan tentang industri, yang memiliki risiko kecelakaan tinggi karena
lembar data keselamatan bahan dan lain-lain. aktivitas didalamnya berhubungan dengan
(Supriyadi dan Ramdhan, 2017). Salah satu material logam yang panas, suhu ruangan yang

31 Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

tinggi, maupun peralatan yang berbahaya baik analisis bahaya kebakaran. Penerapan FRA ini
secara fisik, mekanik maupun listrik (Dewi dapat mengacu kepada standar National Fire
Masri dkk, 2018). Protection Association (NFPA) dan juga
Penilaian resiko kebakaran adalah proses peraturan lokal seperti Permen PU No. 26 Tahun
yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap 2008. Perusahaan perlu memastikan tingkat
faktor-faktor yang menentukan bahaya keselamatan instalasi proses, peralatan dan
kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan fasilitas yang mereka operasikan. Kehadiran
terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi. bahaya kebakaran pada bangunan, peralatan dan
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk fasilitas dapat secara signifikan mempengaruhi
meminimalkan kemungkinan terjadinya keselamatan pekerja serta kelangsungan
kebakaran dengan mengidentifikasi potensi operasional dan kegiatan didalamnya. Tingkat
bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. keselamatan kebakaran, yang selanjutnya kita
Namun, tidak hanya memeriksa struktur sebut sebagai bahaya kebakaran atau risiko
bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata kebakaran, dapat dilakukan melalui fire risk
letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana assessment ini (Synergy Solusi, 2020). Tujuan
penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada identifikasi bahaya dan penilaian risiko
di dalam gedung? Bagaimana mereka akan kebakaran dengan metode fire risk assessment di
selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi tahun 2021.
yang harus diambil untuk meminimalisir
bahaya? Penilaian risiko kebakaran diperlukan Metode
karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Desain penelitian ini semi kualitatif
Safety) Order 2005. Di Indonesia penerapan dengan pendekatan studi kasus. Fokus penelitian
FRA ini dapat mengacu kepada standar National adalah fire risk assesment. Penelitian dilakukan
Fire Protection Association (NFPA) dan juga dari bulan Mei hingga Agustus 2021.
peraturan lokal seperti Permen PU No. 26 Tahun Pengambilan sampel sebagai informan secara
2008 (Synergy Solusi, 2020). purposive sampling. Jumlah informan sebanyak
Fire risk assessment (FRA) adalah proses 4 orang yaitu: Informan 1 (SHE officer),
untuk menggambarkan risiko yang terkait Informan 2 (Supervisor area ASP), Informan 3
dengan kebakaran yang membahas skenario atau (Maintenance), Informan 4 (Operator area
skenario-skenario kebakaran perhatian, filling). Data yang diambil melalui wawancara
probabilitas mereka, dan potensi-potensi mendalam, observasi dan telaah dokumen.
konsekuensinya. Dokumen-dokumen lain dapat Analisis data menggunakan triangulasi.
menggunakan istilah-istilah selain FRA,
misalnya analisis risiko kebakaran, bahaya Hasil Penelitian
kebakaran, analisis bahaya, dan penilaian A. Karakteristik Informan

Matriks 1. Karakteristik Informan


No. Karakteristik Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
1 Nama Tn. Ac Tn. An Tn. M Tn. Ar
2 Umur 41 tahun 50 tahun 31 tahun 47 tahun
3 Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
4 Pendidikan terakhir PT PT PT SMA
5 Masa kerja 17 tahun 6 tahun 10 tahun 27 tahun
6 Jabatan SHE Officer Supervisor Filling Station Operator ASP Maintenance

Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia 32


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

Semua informan berjenis kelamin laki- pencegahan dan penanggulangan kebakaran,


laki dengan rentang usia 31-50 tahun. Tiga fasilitas tanggap darurat kebakaran, waktu
informan berpendidikan tinggi (Perguruan perawatan dan pemeriksaan fasilitas tanggap
Tinggi) dan satu informan berpendidikan SMA. darurat kebakaran, unit penanggulangan
Lama bekerja antara 6 sampai dengan 27 tahun. kebakaran, lokasi fasilitas tanggap darurat
kebakaran, area khusus merokok, waktu
B. Identifikasi Bahaya Kebakaran merokok. Untuk upaya pencegahan dan
1. Faktor Manusia penanggulangan kebakaran mayoritas informan
a. Faktor Pelatihan menyatakan sudah ada prosedur tanggap darurat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kebakaran, simulasi penggunaan fasilitas
informan mengenai identifikasi faktor pelatihan tanggap darurat kebakaran, pembentukan tim
terhadap bahaya kebakaran ada beberapa ERT. Hal ini didukung dengan pernyataan
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut informan M. seperti kutipan informan M yaitu:
pelatihan sesuai bidang pekerjaan, pelatihan “Sudah ada prosedurnya untuk tanggap
darurat kebakaran, kalo untuk tim
tanggap darurat kebakaran. Pernyataan tersebut
pemadamnya dari awal sudah diajarkan,
dapat dilihat jawaban informan pada jawaban pemakaian Apar, pemakaian hydrant, dan
berikut: Dari jawaban informan menunjukkan pemakaian selang untuk menanggulangi
bahwa faktor pelatihan terhadap bahaya kebakaran itu agar mudah dipadamkan,
kebakaran meliputi pelatihan sesuai bidang sisanya ada bagiannya masing–masing
pekerjaan, pelatihan tanggap darurat kebakaran, kaya saya tim evakuasiya harus
waktu merokok. Untuk pelatihan sesuai bidang menyelamatkan korban apabila terjadi
kebakaran menyelamatkan si ada sumber
pekerjaan mayoritas informan menyatakan telah
sumber itu gimana caranya bener-bener
mengakuti training saat awal masuk perusahaan, aman safety dari lapangan”.
dan briefing sebelum melakukan pekerjaan. Hal
ini didukung dengan pernyataan informan An. Dari hasil observasi didapatkan beberapa
Seperti kutipan informan An yaitu : dokumentasi tentang prosedur tanggap darurat
“Untuk pelatihan setiap mau kerja ya gak kebakaran di PT Aneka Gas Industri Tbk,
ada sih paling brefing aja, tapi kalo awal Bekasi.
masuk sini ya ada trainingnya dulu”.
2. Faktor Proses Produksi
b. Faktor Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran
a. Bahan Baku
Berdasarkan hasil wawancara dengan Berdasarkan hasil wawncara dengan
informan mengenai Faktor upaya pencegahan informan mengenai bahan baku terhadap
dan Penanggulangan kebakaran terhadap identifikasi bahaya kebakaran ada beberapa
identifikasi bahaya kebakaran, ada beberapa pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut bahan baku mudah terbakar, waktu penggunaan
upaya pencegahan dan penanggulangan bahan baku mudah terbakar, penyimpanan bahan
baku mudah terbakar. Pernyataan tersebut dapat
kebakaran pada perusahaan, fasilitas tanggap
darurat kebakaran, unit penanggulangan dilihat jawaban informan berikut ini: Hasil
kebakaran, waktu perawatan dan pemeriksaan wawancara menunjukkan bahwa identifikasi
fasilitas tanggap darurat kebakaran, denah lokasi faktor bahan baku terhadap bahaya kebakaran
meliputi bahan baku mudah terbakar, Waktu
fasilitas tanggap darurat kebakaran, area khusus
merokok, waktu merokok. Dari jawaban penggunaan bahan baku mudah terbakar,
informan menunjukkan identifikasi faktor upaya Penyimpanan bahan baku mudah terbakar.
pencegahan dan penanggulangan kebakaran Untuk bahan baku mudah terbakar, mayoritas
informan menyatakan Hidrogen, metan, protan,
terhadap bahaya kebakaran, meliputi upaya

33 Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

karbon monoksida, kertas–kertas. Hal ini c. Hasil Antara dan Hasil Akhir
didukung dengan pernyataan informan An. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Seperti kutipan informan An yaitu: informan mengenai hasil antara dan hasil akhir
“Kalo di sini sih adanya gas aja kaya terhadap identifikasi bahaya kebakaran, ada
hidrogen, metan, protan, karbon beberapa pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
monoksida, itu bukan kita produksi tapi tersebut limbah bahan mudah terbakar, prosedur
itu bahan baku untuk produksi kita jadi di
penyimpanan limbah bahan mudah terbakar,
sini hanya penyimpanan dan pemakaian
saja, sama ya paling penggunaan kertas- waktu pemantauan penyimpanan limbah bahan
kertas”. mudah terbakar. Pernyataan tersebut dapat
dilihat jawaban informan berikut ini: Jawaban
b. Peralatan informan menunjukan bahwa identifikasi faktor
Berdasarkan hasil wawancara dengan hasil antara dan hasil akhir terhadap bahaya
informan mengenai peralatan terhadap kebakaran meliputi Limbah bahan mudah
identifikasi bahaya kebakaran, ada beberapa terbakar. Prosedur penyimpanan limbah mudah
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut terbakar, Waktu pemantauan penyimpanan
prosedur perawatan mesin produksi dan instalasi limbah bahan mudah terbakar. Untuk limbah
listrik, peralatan listrik, kegiatan kegiatan yang bahan mudah terbakar, mayoritas informan
menimbulkan panas dan percikan api, waktu menyatakan limbah B3 dan sampah sampah
kegiatan yang menimbulkan panas dan percikan kertas daun ranting dan lain lain. Hal ini
api. Pernyataan tersebut dapat dilihat jawaban didukung dengan pernyataan informan Ar.
informan berikut ini: Jawaban informan Seperti kutipan informan Ar yaitu:
menunjukan bahwa identifikasi faktor peralatan “Limbah mudah terbakar ya kaya limbah
terhadap bahaya kebakaran meliputi prosedur B3 paling, sama limbah kaya kertas–
perawatan mesin produksi dan instalasi listrik, kertas, daun, ranting, plastik dan lain–
Peralatan listrik, Kegiatan yang menimbulkan lain lah”
panas dan percikan api. Waktu kegiatan yang
menimbulkan panas dan percikan api. Untuk 3. FaktorAlam: Suhu Panas Cuaca
Prosedur perawatan mesin produksi dan instalasi Berdasarkan hasil wawancara dengan
listrik, mayoritas informan menyatakan informan mengenai suhu panas cuaca terhadap
Pengecekan visual, pengecekan secara berkala. identifikasi bahaya kebakaran, ada beberapa
Hal ini didukung dengan pernyataan informan pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut
Ar. Seperti kutipan informan Ar yaitu: upaya mengurangi panas ruangan berlebih, area
“Ya visual aja karena gak bisa dibuka, suhu panas ruangan berlebih, waktu pemantauan
paling log sheet aja liat berdasarkan log area panas ruangan berlebih. Pernyataan tersebut
sheet mingguan, ya paling kaya oli dapat dilihat jawaban informan berikut: Jawaban
kurang, ada stetoskop gitu paling ada
informan menunjukkan bahwa identifikasi
suara suara yang aneh aneh udah paling
maksimal ya gitu, ya paling ada program faktor suhu panas cuaca terhadap bahaya
pemeliharaan berkala misalnya berapa kebakaran meliputi; upaya mengurangi panas
tahun sekali dicek, kalo temperature ruangan berlebih, area suhu panas ruangan
panasnya kan kita bisa cek kalo ada berlebih, waktu pemantauan area panas. Untuk
penyimpangan, kalo gak ada ya kan bisa upaya mengurangi panas ruangan berlebih,
perawatan 3 tahun sekali untuk mayoritas informan menyatakan diberi AC dan
rewending motor”.
exhaust. Hal ini didukung dengan pernyataan
Dari hasil observasi didapatkan beberapa informan Ac. Seperti kutipan informan Ac yaitu:
dokumentasi tentang kegiatan yang “Dikasih pendingin seperti AC dan
exhaust”
menimbulkan panas dan percikan api di PT
Aneka Gas Industri Tbk.
Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia 34
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

Area suhu panas ruangan berlebih di atas, memiliki potensi bahaya konsleting listrik dan
mayoritas informan menyatakan, ASP, ruang potensi risiko kebakaran dengan total nilai FRA
travo dan genset. Hal ini didukung dengan 15 kategori Tinggi. Penggunaan gas hidrogen
pernyataan informan Ar. seperti kutipan pada proses produksi memiliki potensi bahaya
informan Ar yaitu: ledakan dan potensi risiko kebakaran dengan
“Yang berpotensi suhu panas ruangan total nilai FRA 25 kategori Ekstrem. Area
berlebih yang jelas sih ASP ya, sama control panel/elektrik room memiliki potensi
ruang travo dan genset, karena kan di bahaya konsleting listrik dan potensi risiko
sana ada mesin mesin produksi sama
kebakaran dengan totalnilai FRA 20 kategori
panel listrik yang menimbulkan panas”.
ekstrem. Proses produksi oksigen pada tanki
C. Penilaian Risiko Kebakaran (Fire Risk Penyimpanan memiliki potensi bahaya sebagai
Assessment/FRA) oksidator dan potensi risiko kebakaran dengan
total nilai FRA 25 kategori Ekstrem.
1. Fire Risk Assessment Area Air
Separation Plant (ASP) 2. Fire Risk Assessment Area Filling
Berdasarkan hasil wawancara informan
Station
secara keseluruhan terdapat 5 jenis kegiatan
Berdasarkan hasil wawancara informan
yang berpotensi terjadinya kebakaran, kegiatan –
secara keseluruhan terdapat 4 jenis kegiatan
kegiatan tersebut yaitu: Penggunaan kertas pada
yang berpotensi terjadinya kebakaran, kegiatan-
proses kerja sebagai bahan baku mudah terbakar,
kegiatan tersebut yaitu: penggunaan kertas pada
gas hidrogen sebagai bahan baku mudah
proses kerja sebagai bahan baku mudah terbakar,
terbakar dan dapat berpotensi terjadinya
gas hidrogen, protan, metan, karbon monosida
ledakan, dan juga adanya sumber panas yang
sebagai bahan baku mudah terbakar dandapat
dihasilkan dari konsleting listrik, penggunaan
berpotensi terjadinya ledakan, dan adanya
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kabel
sumber panas yang dihasilkan dari konsleting
panas akibat daya listrik yang digunakan terlalu
listrik, penggunaan yang tidak terkontrol dapat
besar, dapat juga terjadi karena adanya area
menyebabkan kabel panas akibat daya listrik
control panel, selain itu ada pula sumber oksigen
yang digunakan terlalu besar, adanya dispenser
pada tanki penyimpanan yang dapat memicu
yang dapat menimbulkan overheat pada alat
kebakaran semakin besar. Hal ini didukung
thermostat. Hal ini didukung dengan pernyataan
dengan pernyataan informan M. Seperti kutipan
informan An. Seperti kutipan informan An yaitu:
informan M yaitu :
“Kalo di sini sih adanya gas saja kaya
”Di sini ada hidrogen, oli, produksi hidrogen, metan, protan, karbon
oksigen, kertas.” monoksida, itu bukan kita produksi tapi
itu bahan baku untuk produksi kita jadi
”Peralatan listrik yang digunakan sih
disini hanya penyimpanan dan pemakaian
paling kaya komputer gini untuk operator
saja, sama ya paling penggunaan kertas -
produksi, terus kontak listrik, mesin-
kertas”. Peralatan listrik paling ya pompa
mesin produksi, panel listrik, ada
kompresor aja,sama paling komputer gini
dispenser juga.”
untuk dikantornya, terus kontak listrik,
dispenser.”
Dari hasil penilaian risiko kebakaran pada
area Air Separation Plant (ASP) dapat 3. Fire Risk Assessment Area Travo dan
disimpulkan bahwa penggunaan kertas pada
Genset
proses kerja memiliki potensi bahaya mudah
Berdasarkan hasil wawancara informan
terbakar dan potensi risiko kebakaran dengan
secara keseluruhan terdapat satu kegiatan yang
total nilai FRA 10 kategori Tinggi. Penggunaan
berpotensi terjadinya kebakaran, kegiatan-
stop kontak listrik untuk komputer, laptop,
kegiatan tersebut yaitu adanya sumber panas
handphone, dan peralatan listrik lainnya
35 Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

yang dihasilkan dari konsleting listrik, Pelatihan tersebut sudah ada dan telah diikuti
penggunaan yang tidak terkontrol dapat oleh para pekerja, namun untuk pelatihan
menyebabkan kabel panas akibat daya listrik tanggap darurat kebakaran hanya diikuti oleh
yang digunakan terlalu besar sehingga dapat para anggota tim ERT perusahaan. Jika terjadi
memicu timbulnya sumber api. Hal ini didukung kebakaran, tim sudah tau apa yang perlu
dengan pernyataan informan Ac. Seperti kutipan dilakukan. Untuk waktu kegiatan merokok para
informan Ac yaitu: pekerja sudah mengetahui waktu-waktu yang
“Yang berpotensi suhu panas ruangan diperbolehkan untuk merokok.
berlebih yang jelas sih ASP ya, sama
ruang travo dan genset, karena kan di b. Faktor Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
sana ada mesin mesin produksi sama Kebakaran
panel listrik yang menimbulkan panas”.
Pengurus atau pengusaha wajib
mencegah, mengurangi dan memadamkan
Pembahasan
kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
tempat kerja yaitu dengan upaya (Keputusan
Kerja No.186 mengenai Unit Penanggulangan
Menteri Tenaga Kerja No.186 mengenai Unit
Kebakaran Pasal 1 menyatakan, pengurus atau
Penanggulangan Kebakaran):
pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
1. Pengendalian setiap bentuk energi;
memadamkan kebakaran, latihan
2. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
penanggulangan kebakaran di tempat kerja,
kebakaran dan sarana evakuasi;
yaitu dengan beberapa upaya salah satunya
adalah dengan upaya pengendalian setiap bentuk 3. Pengendalian penyebaran asap, panas dan
energi. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam gas;
pengendalian setiap bentuk energi yaitu: 4. Pembentukan unit penanggulangan
1. Melakukan identifikasi semua sumber energi kebakaran di tempat kerja;
yang ada di tempat kerja/perusahaan baik 5. Penyelenggaraan latihan dan gladi
berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja penanggulangan kebakaran secara berkala;
dan lingakungan yang dapat menimbulkan 6. Memiliki buku rencana penanggulangan
timbulnya proses kebakaran (pemanasan, keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja
percikan api, nyala api atau ledakan) yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima
2. Melakukan penilaian dan pengendalian risiko puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat
bahaya kebakaran berdasarkan peraturan kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
perundangan atau standar teknis yang sedang dan berat.
berlaku.
3. Identifikasi bahaya kebakaran bertujuan Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
untuk mengetahui masalah yang terjadi atau wawancara dengan informan didapatkan hasil,
berpotensi menimbulkan kebakaran. PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi telah
Menurut Tarwaka (2012), identifikasi bahaya memiliki kebijakan terkait pencegahan dan
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penanggulangan kebakaran, hal ini tercantum
yang dapat menyebabkan kebakaran. dalam prosedur tanggap daruratkebakaran yang
dimiliki perusahaan. Perusahaan juga sudah
dilengakapi dengan fasilitas tanggap darurat
Identifikasi Bahaya
kebakaran seperti APAR, hydrant, smoke
Faktor Manusia
detector, alarm Peringatan tanda bahaya, dan
a. Faktor Pelatihan
lainnya dan telah dipasang di beberapa titik area
Berdasarkan hasil wawancara informan
kerja perusahaan. Fasilitas tanggap darurat yang
tentang pelatihan untuk pekerja sesuai bidang
dimiliki perusahaan rutin dilakukan perawatan
nya dan pelatihan tanggap darurat kebakaran.
dan pemeriksaan berkala yaitu 1 bulan sekali.

Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia 36


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

Mengenai unit penanggulangan kebakaran pada instalasi listrik dan kabel-kabelnya serta
perusahaan telah membentuk tim yang dikenal melakukan perbaikan bila ada kerusakan;
dengan Emergency Respons Team (ERT). 2. Menggunakan soket dan kabel tahan air
Namun pada perusahaan belum terdapat tenaga untuk tempat-tempat yang lembab serta
ahli K3 spesialis kebakaran. Serta para anggota gunakan lampu-lampu dan perangkat listrik
regu tim penanggulangan kebakaran yang ada di yang tahan ledakan (explosion proof) untuk
perusahaan belum mengikuti kursus teknik tempat-tempat dengan gas dan uap yang
penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, dan mudah terbakar;
tingkat dasar II. 3. Memberikan grounding atau isolasi ganda
pada semua peralatan listrik, khususnya
Faktor Proses Produksi peralatan tangan ringan listrik;
a. Faktor Bahan Baku 4. Melindungi bola lampu dengan penutup yang
Secara umum bahan baku pada proses cukup rapat dan transparan serta melindungi
produksi merupakan bahan bakar atau fuel bola lampu dari kemungkinan terjatuh.
dalam segi tiga api. Menurut Ramli (2010:7),
penempatan bahan baku yang mudah terbakar Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
seperti minyak, gas, atau kertas yang berdekatan wawancara informan didapatkan hasil mengenai
dengan sumber api atau panas berpotensi prosedur perawatan mesin produksi dan instalasi
menimbulkan kebakaran. Gas dan uap yang listrik PT Aneka Gas Industri Tbk, Bekasi telah
membentuk campuran ledakan dengan udara melakukan perawatan rutin secara berkala
atau oksigen, biasa terjadi di industri. Beberapa dengan adanya ceklis thermoghraph, ceklis
gas tersebut diantaranya adalah hidrogen, maintenance ASP, dan ceklis vibrasi. Mengenai
asetilen, propan, karbon monoksida, metan, gas peralatan listrik yang digunakan perusahaan
alam, dan gas-gas hasil produksi. Dalam telah menggunakan beberapa peralatan seperti
penelitian ini berdasarkan hasil wawancara komputer, kontak listrik, dispenser, panel listrik,
informan tentang bahan baku mudah terbakar mesin produksi, mesin kompresor. Untuk panel
yang digunakan dalam proses produksi yaitu gas listrik perusahaan telah memberikan area khusus
hidrogen, metan, protan, karbon monoksida, dan tertutup. Mengenai kegiatan yang
etan, oli, kertas kertas. Dan terdapat juga unsur menimbulkan panas dan percikan api di
oksidator yaitu adanya penggunaan gas oksigen perusahaan terdapat proses pengelasan pada
pada proses produksi. Hampir setiap produksi setiap perbaikan mesin, proses pengelasan ini
perusahaan selalu menggunakan bahan – bahan dilakukan hanya ketika adanya permintaan
tersebut. Mengenai penyimpanan bahan baku perbaikan. Proses pengelasan dilakukan hanya di
mudah terbakar, menurut hasil wawancara area maintenance atau jika tidak memungkinkan
informan didapatkan hasil bahwa perusahaan dibawa ke area maintenance proses pengelasan
telah menerapkan penyimpanan bahan baku bisa dilakukan di area perbaikan tersebut namun
mudah terbakar dengan baik dan terpisah, dengan kondisi semua plant dan listrik
penyimpanan bahan baku mudah terbakar atau perusahaan dalam keadaan mati.
B3 diletakan terpisah pada gudang B3
perusahaan. c. Faktor Hasil Antara dan Hasil Akhir
Penyimpanan hasil antara, hasil produksi,
b. Faktor Perlatan atau limbah produksi yang mudah terbakar juga
Menurut B. Boedi Rijanto (2011:84), harus diperhatikan. Penyimpanan hasil produksi
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk juga sebaiknya di dalam wadah yang tidak
mencegah terjadinya kebakaran akibati instalasi mudah terbakar. Atau jika jumlahnya sangat
listrik diantaranya: banyak, simpan dalam ruangan yang tahan
1. Melakukan inspeksi dan tes secara berkala kebakaran, serta dilengkapi alat pemadam

37 Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

kebakaran dan pintu kebakaran (Rijanto, dimana didalamnya terdapat mesin–mesin


2011:88). Dalam penelitian ini berdasarkan hasil produksi dan instalasi listrik. Area tersebut
wawancara informan didapatkan hasil bahwa selalu dilakukan pemantauan pada suhu panas
limbah bahan mudah terbakar yang dihasilkan ruangan berlebih dengan uji lingkungan kurang
perusahaan yaitu berupa limbah B3 dan limbah lebih 2 sampai 3 kali dalam setahun.
Domestik, penyimpanan limbah tersebut di
simpan terpisah pada TPS Limbah B3 dan TPS Penilaian Risiko Kebakaran (Fire Risk
Limbah Domestik. TPS Limbah B3 dibagi Assessment)
menjadi 3 bagian yaitu cairan mudah terbakar, a. Fire Risk Assessment Area Air Separation
padatan, dan peralatan listrik, sedangakan TPS Plant (ASP): Dalam penelitian ini
limbah Domestik dibagi menjadi 2 yaitu organik berdasarkan hasil penilaian risiko kebakaran
dan anorganik. Penyimpanan limbah B3 dan menggunakan metode fire risk assessment
Domestik selalu dilakukan pemantauan rutin, (FRA) pada area air separation plant (ASP)
untuk limbah B3 cairan mudah terbakar dipantau teerdapat 5 jenis kegiatan yang memiliki
selama 90 hari sesuai dengan izin yang berlaku, risiko kebakaran, kegiatan tersebut adalah
dan limbah B3 lainnya dipantau setiap saat Penggunaan kertas pada proses kerja
melakukaan transaksi limbah masuk. Sedangkan memiliki potensi bahaya mudah terbakar dan
limbah domestik dipantau langsung setiap hari potensi risikokebakaran dengan total nilai
oleh petugas kebersihan. FRA 10 kategori Tinggi. Penggunaan stop
kontak listrik untuk komputer, laptop,
FaktorAlam: Faktor Suhu Panas Cuaca handphone dan peralatan listrik lainnya
Suhu yang tinggi mempunyai tendensi memiliki potensi bahaya konsleting listrik
akan terjadi penyalaan spontan. Penyalaan dan potensi risiko kebakaran dengan total
spontan biasanya terjadi bila ada penumpukan nilai FRA 15 kategori Tinggi. Penggunaan
bahan dalam jumlah yang besar dengan gas hidrogen pada proses produksi memiliki
permukaan cukup luas untuk terjadinya proses potensi bahaya ledakan dan potensi risiko
oksidasi serta kurangnya sirkulasi udara untuk kebakaran dengan total nilai FRA 25 kategori
menghilangkan panas. Pada suhu biasa, Ekstrem. Area control panel/electric room
beberapa bahan yang mudah terbakar memiliki potensi bahaya konsleting listrik
beroksidasi dengan pelan dan dapat mencapai dan potensi risiko kebakaran dengan total
titik nyalanya. nilai FRA 20 kategori Ekstrem. Proses
Bahan-bahan ini diantaranya adalah arang produksi oksigen pada tanki penyimpanan
kayu, batubara, minyak sayur, minyak hewani, memiliki potensi bahaya sebagai oksidator
lemak dan beberapa serbuk logam. Beberapa dan potensi risiko kebakaran dengan total
produk tanaman seperti serbuk kayu, jerami atau nilai FRA 25 kategori Ekstrem.
rumput kering dan beberapa produk pabrik b. Fire Risk Assessment Area Filling Station:
seperti serat goni juga dapat menyala spontan. Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
Pengamanan terbaik terhadap penyalaan tersebut penilaian risiko kebakaran menggunakan
adalah dengan sirkulasi udara atau ventilasi yang metode fire risk assessment (FRA) pada area
baik sehingga udara panas dapat keluar (Rijanto, filling station terdapat 4 jenis kegiatan yang
2011:87). Dalam penelitian ini berdasarkan hasil memiliki risiko kebakaran, kegiatan tersebut
wawancara informan didapatkan hasil upaya adalah Penggunaan kertas pada proses kerja
mengurangi suhu panas ruangan berlebih adalah memiliki potensi bahaya mudah terbakar dan
dengan diberikannya Air Conditioning (AC) dan potensi risiko kebakaran dengan total nilai
exhaust. Pada perusahaan terdapat area yang FRA 10 kategori Tinggi. Penggunaan
berpotensi menimbulkan suhu panas berlebih dispenser memiliki potensi bahaya konsleting
yaitu pada area Air Separation Plant (ASP) listrik dan potensi risiko kebakaran dengan

Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia 38


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

total nilai FRA 14 kategori Tinggi. kebakaran menggunakan metode FRA pada
Penggunaan stop kontak listrik untuk area Air Separation Plant (ASP) terdapat 5
komputer, laptop, handphone memiliki jenis kegiatan yang memiliki risiko
potensi bahaya konsleting listrik dan potensi kebakaran. Hasil penilaian risiko kebakaran
risiko kebakaran dengan total nilai FRA15 menggunakan metode FRA pada area filling
kategori Tinggi. Penggunaan gas hidrogen, station terdapat 4 jenis kegiatan yang
metan, protan, karbon monooksida pada memiliki risiko kebakaran. Hasil penilaian
proses produksi memiliki potensi bahaya risiko kebakaran menggunakan metode FRA
ledakan dan potensi risiko kebakaran dengan pada area travo dan genset terdapat satu
total nilai FRA15 kategori Ekstrem. kegiatan yang memiliki risiko kebakaran.
c. Fire Risk Assessment Area Travo dan
Genset: Dalam penelitian ini berdasarkan Saran
hasil penilaian risiko kebakaran Diharapkan perusahaan dapat melakukan
menggunakan metode fire risk assessment simulasi kebakaran terkait tanggap darurat
(FRA) pada area travo dan genset terdapat kebakaran, hal ini sebagaimana yang telah
satu kegiatan yang memiliki risiko ditetapkan pada Keputusan Menteri Tenaga
kebakaran, kegiatan tersebut adalah Kerja No.186 tentang Unit Penanggulangan
Penggunaan travo memiliki potensi bahaya Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 Ayat 1.
konsleting listrik dan potensi risiko
kebakaran dengan total nilai FRA 25 kategori Daftar Pustaka
Ekstrem.
Agung Supriyadi, M.K.K.K. 2020. Pengertian
Kesimpulan dan Jenis Bahaya K3 Menurut Ahli K3.
https://katigaku.top/ Diakses 18 April
Berdasarkan hasil penelitian dan 2021.
pembahasan mengenai identifikasi bahaya dan
penilaian risiko kebakaran dengan metode fire Aprillia Sari Anggraeni, Moch. Luqman
risk assessment di PT Aneka Gas Industri Tbk Ashari, George Endri Kusuma. 2017.
Bekasi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Analisa Fire Risk Assessment dan
1. Identifikasi Bahaya Kebakaran: Tersedia Perancangan Proteksi Kebakaran Aktif
Pada Area Workshop Perusahaan Jasa
pelatihan untuk pekerja sesuai dengan bidang
Konstruksi Fabrikasi.18 April 2021.
pekerjaannya dan pelatihan tanggap darurat https://journal.ppns.ac.id/
kebakaran. Telah memiliki kebijakan terkait
pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Boedi Rijanto, B. (2011). Pedoman Pencegahan
Terkait bahan produksi perusahaan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Mitra
menggunakan bahan baku mudah terbakar Wacana Media.
dalam proses produksi dan telah menerapkan
Dewi Masri, Widodo Brontowiyono, Azham
penyimpanan bahan baku mudah terbakar Umar Abidin, (2018). Identifikasi Potensi
dengan baik dan terpisah. Perusahaan telah Bahaya, Analisis Risiko dan Teknik
memiliki prosedur perawatan mesin produksi Pengendalian Keselamatan dan
dan instalasi listrik yang disebut dengan Kesehatan Kerja di Home Industry C-
ceklis. Perusahaan menghasilkan limbah maxi Alloycasting
bahan mudah terbakar berupa limbah B3 dan https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/1
23456789/9834/08%20naskah%20publik
limbah domestik, penyimpanan limbah asi.pdf.pdf
tersebut disimpan terpisah pada TPS limbah
B3 dan TPS limbah domestik. Hebbie Ilma Adzim, S.ST. 2020. Pengertian
2. Penilaian Risiko Kebakaran (Fire Risk (Definisi) Risiko dan Penilaian (Matriks)
Assessment): Hasil penilaian risiko Risiko K3. 18 April 2021

39 Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia


Jurnal Persada Husada Indonesia Vol. 8 No. 29 (April 2021)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Kebakaran dengan Metode FRA

https://sistemmanajemenkeselamatanker Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan


ja.blogspot.com/ Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
Sagung Seto
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Kep.186/Men/1999 Tentang Unit Supriyadi, Fauzi Ramdan, (2017). Identifikasi
Penanggulangan Kebakaran Bahaya Dan Penilaian Risiko Pada Divisi
Boiler Menggunakan Metode Hazard
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Identification Risk Assessment And Risk
Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Control (HIRARC), Journal of Industrial
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. Hygiene and Occupational Health Vol. 1,
No. 2, April 2017
Konsultan ISO. 2019. ISO 45001 dan Risk
Assessment. 18 April 2021 Synergy Solusi, 2020. Mengapa perlu
https://changekonsultan.com/ melakukan penilaian risiko kebakaran?
https://synergysolusi.com/indonesia/berit
National Fire Protection Association 551. 2007. a-k3/mengapa-perlu-melakukan-
Guide For The Evaluation Of Fire Risk penilaian-risiko-kebakaran#
Assessments. 13 April 2021
Synergy Solusi, 2020. Fire Risk Assessment.
Romaya Nurin Nisak. 2016. Gambaran https://synergysolusi.com/layanan/advanc
Manajemen Risiko Kebakaran di PT. Asia e-safety-consulting-layanan/fire-risk-
Pacific Fibers, Tbk. Kaliwungu, assessment-2
Kabupaten Kendal (Studi Kasus pada
Bagian Spinning IV sebagai Upaya Wikipedia. 2020. Titik Nyala. 18 April
Pencegahan Kejadian Kebakaran).13 2021. https://id.wikipedia.org/
Maret 2021. https://lib.unnes.ac.id/

Copyright © 2021 STIKES Persada Husada Indonesia 40

Anda mungkin juga menyukai