Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENERAPAN HAZARD IDENTIFICATION RISK


ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC) SEBAGAI
PENGENDALIAN POTENSI KECELAKAAN KERJA DI
BAGIAN PRODUKSI BODY BUS PT. X MAGELANG

Annisa Devi Primasari, Hanifa Maher Denny, Ekawati


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: deviannisa14@gmail.com

Abstract : Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) is


a tool or a method to identify, assess or measure and control hazards based
activities work in every workplace. PT. X Magelang doesn’t have HIRARC
method so that the company is also hasn’t apply SMK3. The aim of this research
was to describe the identified of potential hazards, the risk assessment and
control (HIRARC). The study utilized qualitative approach using interview and
field observation. The subjects of this research were five informants and the
production of the body bus, while triangulation informants are the manager of
body bus area and the staff of SHE.
The finding of this research was able to identify some potential hazards such as
minor injuries, scratches, slips and trips, falls, burns, back/neck, RSI (Repetitive
Strain Injury), cuts, hearing loss, toppling incidents, inhalations. While the
potential of risks belonged to extreme 9,2% high 44,6% medium 21,5% and low
24,6%.

Keywords: HIRARC, risk control.

PENDAHULUAN sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka


Latar Belakang kematian dikarenakan kecelakaan dan
Data dari International Labour penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2
Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja juta kasus setiap tahun.Sedangkan, di
di dunia meninggal setiap 15 detik karena Amerika Serikat menurut National Safety
kecelakaan kerja dan 160 pekerja Council rata-rata terjadi lebih dari 10.000
mengalami sakit akibat kerja. Tahun kasus kecelakaan fatal dan lebih dari

284
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

2.000.000 kasus terjadi setiap tahun sewaktu-waktu dapat menimbulkan


dengan kerugian mencapai lebih dari 65 kecelakaan.
1
milyar USD. Berdasarkan survei awal di PT. X
Badan BPJS Ketenagakerjaan Magelang didapatkan data kecelakaan
mendata selama 2014 jumlah peserta kerja dalam kurun waktu tiga tahun
yang mengalami kecelakaan kerja terakhir yang berpedoman pada Berita
sebanyak 129.911 orang. Data tersebut Acara Kejadian (BAK) Kecelakaan Kerja.
menunjukkan 69,59% kecelakaan terjadi Tahun 2012 telah terjadi 117 kecelakaan
di dalam perusahaan saat pekerja kerja. Jumlah tersebut sempat turun pada
bertugas, 10,26% di luar perusahaan dan tahun 2013, yaitu 110 kecelakaan kerja.
sebanyak 20,15% pekerja mengalami Namun, sepanjang tahun 2014 jumlah
2
kecelakaan lalu lintas. kecelakaan kerja meningkat kembali
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi 193. Dapat dilihat dari data
(K3) adalah keselamatan yang berkaitan tersebut kecelakaan kerja mengalami
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan peningkatan jumlah dan area kerja yang
dan proses pengelolaannya, landasan paling tinggi mengalami kecelakaan kerja
kerja dan lingkungannya serta cara-cara adalah di divisi karoseri bagian produksi
melakukan pekerjaan.3 body bus.
Kecelakaan kerja adalah suatu Hasil wawancara dengan pekerja
kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan bagian Safety Health Environment (SHE)
sering kali tidak terduga semula yang PT. X Magelang belum mempunyai
dapat menimbulkan kerugian baik waktu, metode HIRARC sehingga perusahaan
harta benda atau properti maupun korban tersebut juga belum menerapkan SMK3.
jiwa yang terjadi di dalam suatu proses HIRARC sebagai metode manajemen
kerja industri atau yang berkaitan risiko merupakan salah satu persyaratan
dengannya.4 yang harus ada dalam menerapkan SMK3
PT. X Magelang merupakan berdasarkan OHSAS 18001:2007 klausul
perusahaan yang bergerak di bidang 4.3.1 mengharuskan organisasi atau
perakitan bus dan stamping yang perusahaan yang akan menerapkan
berlokasi di Magelang provinsi Jawa SMK3 melakukan manajemen risiko pada
Tengah. Seperti halnya perusahaan pada perusahaannya.
umumnya, sebagai perusahaan perakitan Salah satu metode manajemen risiko
bus dan stamping tentu menghadapi yaitu dengan menyusun HIRARC.
adanya risiko bahaya di tempat kerja yang Padahal, area kerja divisi karoseri bagian
produksi body bus yang tertinggi angka
285
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kecelakaan kerja dalam kegiatan Uji validitas data dalam penelitian ini
produksinyamemiliki risiko tinggi terhadap dilakukan dengan menggunakan metode
potensi kecelakaan, kebakaran dan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
pencemaran lingkungan. Maka perlu Metode triangulasi sumber dilakukan
dibuat HIRARC untuk mengetahui potensi dengan cara mengecek data yang telah
bahaya, kemudian menilai risiko yang diperoleh melalui beberapa sumber.
ada, sehingga nantinya dapat dilakukan Sedangkan uji validitas dengan metode
pengendalian. triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda, yaitu
dengan menggunakan dokumen-dokumen
METODE PENELITIAN dan observasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Uji reliabilitas data dalam penelitian ini
penelitian ini adalah penelitian yang adalah pengecekan kesesuaian informasi
bersifat kualitatif. dilakukan dengan melakukan verifikasi
Pengambilan sampel dalam penelitian informasi yang diperoleh dari informan
ini menggunakan purposive sampling. dengan hasil observasi peneliti.
Informan utama dalam penelitian ini
adalah pekerja divisi karoseri bagian HASIL DAN PEMBAHASAN
produksi body bus PT. X Magelang. Karakteristik Informan
Informan triangulasi dalam penelitian ini Penelitian ini terdiri dari lima informan
yaitu pekerja bagian Safety Health and utama (IU), yang berjenis kelamin laki-laki.
Enviroment (SHE) dan pengawas divisi Informan pertama berusia 42 tahun,
karoseri bagian produksi body bus. informan kedua berusia 25 tahun,
Pengumpulan data penelitian dilakukan informan ketiga berusia 26 tahun,
dengan cara pengukuran kebisingan informan keempat berusia 22 tahun, dan
dengan observasi lingkungan kerj dan informan utama kelima berusia 32 tahun.
proses kerja, wawancara mendalam Pendidikan terakhir informan utama yaitu
(indepth interview) kepada informan SMA.
utama dan dokumentasi. Pengumpulan Dalam penelitian ini terdapat tiga
fakta dari fenomena atau peristiwa- informan triangulasi yang berjenis kelamin
peristiwa yang bersifat khusus kemudian laki-laki. Informan triangulasi pertama
masuk pada kesimpulan yang bersifat berusia 40 tahun dan informan triangulasi
umum. kedua berusia 24 tahun. Pendidikan
terakhir dari kedua informan triangulasi
286
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

yaitu S1. Informan triangulasi pertama proses perakitan bentuk bus sudah mulai
dalam penelitian ini merupakan manajer di terlihat. Proses perakitan biasanya melalui
bagian produksi body bus, sedangkan beberapa tahapan: tahapan persiapan alat
informan triangulasi kedua adalah pekerja dan bahan, perakitan rangka bus bagian
Safety Health and Environment (SHE). kemudi, perakitan rangka bus bagian
lambung kanan dan kiri, perakitan rangka
Kondisi Lingkungan Kerja dan Proses bus bagian depan dan pintu depan,
Kerja Bagian Produksi Body Bus PT. X perakitan rangka bus bagian atap,
Magelang perakitan rangka bus bagian bagasi dan
PT. X sudah terdapat bagian Safety, pemasangan air dump spoiler. Proses
Health and Environment atau biasa perakitan body bus ini dilakukan di bagian
disebut dengan SHE dan sudah divisi karoseri tepatnya bagian produksi
mempunyai P2K3 (Panitia Pembina body bus.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang Berdasarkan proses kerja yang
anggotanya terdiri dari perwakilan masing- banyak dilakukan di bagian produksi body
masing bagian unit kerja. Setiap hari bus banyak proses yang berisiko tinggi
perusahaan ini mengadakan briefing pagi terhadap potensi kecelakaan, kebakaran
yang di pimpin oleh pengawas di setiap dan pencemaran lingkungan yang
unitnya. Briefing pagi tersebut membahas berujung pada penyakit akibat kerja. Tidak
tentang laporan-laporan produksi maupun hanya itu alat dan bahan yang digunakan
pekerjaan, rencana yang akan dilakukan pun bermacam-macam, misalnya mesin
dan membahas tentang keselamatan las, mesin gerinda dan plat yang apabila
kerja yang wajib dipatuhi dan penggunaannya tidak sesuai dengan
dilaksanakan oleh semua pekerja. keselamatan kerja dapat menimbulkan
Alat pelindung diri (APD) telah kecelakaan kerja. Mesin-mesin yang
disediakan perusahaan ini dalam sedang beroperasi di area kerja ini juga
mencegah maupun mengurangi risiko mengakibatkan kebisingan bagi
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat pekerjanya. Padahal, pekerja di area ini
kerja yaitu berupa pakaian kerja panjang, memiliki waktu kerja 8 jam per hari dalam
hand cover, apron, sarung tangan, sepatu 5 hari kerja.
safety, helm safety, masker, earplug dan
kacamata. Identifikasi Risiko Bahaya Bagian
Proses produksi body bus yang paling Produksi Body Bus PT. X Magelang
penting yaitu perakitan, jika proses Proses kerja di bagian produksi body
perakitan baik maka bus akan kokoh, dari bus banyak menggunakan mesin yang
287
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berisiko bahaya bagi tubuh, antara lain potensi bahaya terhadap pekerja juga
mata, paru-paru, dan kulit. Terdapat juga terbagi menjadi lima tingkat, antara lain
risiko bahaya antara lain tergores, Catastrophic (5), Major (4), Moderate (3),
terpotong, terbakar, tersengat listrik, Minor (2), dan Insignificant (1).
terjatuh, tersandung, gangguan Selanjutnya, hasil penilaian probability
pendengaran, gangguan pernapasan dan dan penilaian severity dikalikan sehingga
iritasi mata. mendapat hasil penilaian risiko yang
Mengetahui risiko bahaya yang ada, terbagi menjadi empat tingkat antara lain
berdasarkan data rekap kecelakaan kerja Low, Medium, High, dan Extreme.
di area ini kecelakaan kerja yang sering Sehingga, hasil penelitian tentang
terjadi adalah tergores plat akibat pekerja penilaian risiko bahaya di PT. X bagian
kurang hati-hati, lalai dan atau tidak produksi body terdapat empat kategori
menggunakan APD dengan benar. tingkat risiko kecelakaan kerja antara lain
Pekerja pernah mengalami gangguan Low 24,6%, Medium 21,5%, High 44,6%,
kesehatan akibat bekerja, seperti pusing dan Extreme 9,2% di PT. X bagian
dan demam. produksi body bus.

Penilaian Risiko Bahaya Bagian Pengendalian Potensi Kecelakaan


Produksi Body Bus PT. X Magelang Kerja yang Telah diterapkan Bagian
Untuk melakukan penilaian risiko Produksi Body Bus PT. X Magelang
dilakukan dahulu identifikasi potensi 1. Pengendalian Rekayasa Teknik
bahaya yang diperoleh dari hasil Pengendalian rekayasa teknik
observasi meliputi lingkungan kerja, merupakan pengendalian yang
proses kerja, alat, dan bahan yang merubah struktur objek kerja untuk
digunakan pekerja saat melakukan mencegah seseorang terpapar kepada
pekerjaan. Lingkungan kerja, proses kerja, potensi bahaya.5 Dalam pengendalian
alat, dan bahan merupakan potensi potensi bahaya tersengat listrik, kabel
bahaya yang dapat menimbulkan listrikdan instalasi listrik sudah
kecelakaan kerja,. Kemudian melakukan diberikan pengaman. Kabel listrik
penilaian probability yaitu kemungkinan sudah diberikan protector dan
frekuensi terjadinya potensi bahaya dipasang rapi, sehingga aman dari
terbagi menjadi lima tingkat antara lain gigitan binatang seperti tikus dan
Rare (1), Unlikely (2), Posibble (3), Likely aman apabila terkena air, dan tidak
(4), dan Almost certain (5). Penilaian mengganggu pekerja dalam berjalan
severity yaitu keparahan dampak dari ataupun melakukan pekerjaan.
288
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kemudian instalasi listrik juga sudah memakai APD), dan pengaturan jam
mempunyai Miniatur Circuit Braker kerja yaitu 8 jam kerja sehari untuk 5
(MCB), Sedangkan untuk hari kerja dalam 1 minggu
pengendalian potensi bahaya iklim denganpengaturan waktu istirahat 1
kerja panas sudah terdapat ventilasi jam per hari.
udara di dinding dan atap. Ventilasi 3. Pengendalian Alat Pelindung Diri
dibutuhkan untuk keperluan oksigen (APD)
bagi metabolisme tubuh, menghalau Bagian produksi body bus PT. X
polusi udara sebagai hasil proses Magelang sudah menyediakan APD
metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan bagi seluruh pekerjanya. . Sehingga
kegiatan-kegiatan di dalam sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun
6
bangunan. 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Pengendalian Administrasi dalam BAB III Mengenai Syarat-Syarat
Pengendalian administrasi Keselamatan Kerja yaitu pada Pasal 3
dilakukan dengan menyediakan suatu Ayat 1 Point F yang berbunyi :
sistem kerja yang dapat mengurangi “Memberi alat-alat perlindungan diri
kemungkinan seseorang terpapar pada pekerja”.7 Pelindung kepala topi,
potensi bahaya.5 PT. X Magelang pelindung mata dan muka antara lain
telah melakukan beberapa kacamata las dan kacamata gerinda,
pengendalian administrasi antara lain pelindung telinga earplug, pelindung
pelatihan keselamatan kerja. Pelatihan pernapasan masker kain, pelindung
sesuai jenis pekerjaan oleh masing- tangan antara lain sarung tangan dan
masing pengawas area kerja (bagian hand cover, pelindung kaki sepatu
produksi body bus PT. X Magelang biasa, dan pakaian pelindung apron.
pekerja diwajibkan untuk diberikan Masker kain sebagai pengendalian
pelatihan teknik mengelas dan potensi iritasi pernapasan dilakukan
mnggerinda secara aman), pelatihan pergantian dengan masker kain yang
tanggap darurat kebakaran satu tahun baru 2 hari sekali atau sesuai
sekali (pelatihan penggunaan APAR kebutuhan pekerja. Masker ini wajib
dan pelatihan simulasi kebakaran), diberikan kepada pekerja oleh
penerapan prosedur kerjadi setiap pengawas untuk melindungi
area kerja dengan cara pengawas pernapasan pekerja dari partikel debu,
memberikan briefing setiap pagi asap las, dan debu hasil gerinda.
sebelum mulai bekerja (5R, sikap kerja Namun, masker kain ini belum sesuai
aman sesuai SOP, dan kewajiban karena partikel-partikel tersebut masih
289
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bisa menembus masker sehingga dengan mudah karena air minum


masih berpotensi bahaya terdapat di kantor pengawas.
menimbulkan iritasi pernapasan.
4. Fasilitas Pendukung Rekomendasi Pengendalian Potensi
Dalam upaya pengendalian Bahaya Bagian Body Bus PT. X
potensi bahaya keadaan darurat Magelang
seperti kebakaran di bagian produksi Berdasarkan hasil penelitian yang
body bus PT. X Magelang sudah telah dilakukan meliputi observasi,
menyediakan Alat Pemadam Api wawancara mendalam, dan dokumentasi
Ringan (APAR). Namun berdasarkan didapatkan rekomendasi pengendalian
hasil observasi penempatan APAR potensi kecelakaan kerja yang dapat
masih ditempatkan di lantai dan tidak diterapkan di bagian produksi body bus
dilengkapi dengan pemberian tanda PT. X Magelang. Rekomendasi
pemasangan. Hal ini belum sesuai pengendalian ini telah disetujui oleh pihak
dengan Peraturan Menteri Tenaga SHE dan manajer bagian produksi body
Kerja dan Transmigrasi Nomor bus PT. X Magelang, diantaranya :
Per.04/Men/1980 Tentang Syarat- a. Pemeliharaan dan penataan alat dan
Syarat Pemasangan dan bahan (housekeeping).
Pemeliharaan Alat Pemadam Api b. Memperjelas batas area kerja dan
Ringan Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi : batas untuk pejalan kaki.
“Setiap satu atau kelompok alat c. Mewajibkan pekerja bekerja sesuai
pemadam api ringan harus sikap kerja aman.
ditempatkan pada posisi yang mudah d. Mendesain tempat kerja yang
dilihat dengan jelas, mudah dicapai ergonomis.
dan diambil serta dilengkapi dengan e. Memberikan pelatihan peregangan
pemberian tanda pemasangan”.8 kepada pekerja.
Selain itu perusahaan juga sudah f. Pelatihan teknik mengelas dan
menyediakan air minum kepada menggerinda dengan aman.
pekerja dalam upaya pengendalian g. Pemeriksaan kesehatan secara
iklim kerja panas. Selama 8 jam kerja berkala khususnya pemeriksaan
pekerja diperbolehkan mengambil air kesehatan telinga dan pernapasan.
minum sesuai kebutuhan masing- h. Mewajibkan pekerja memakai APD
masing pekerja untuk pengganti cairan sesuai pekerjaan.
yang hilang. Namun, penyediaan air i. Pemasangan safety sign tentang
minum ini pekerja belum menjangkau dampak paparan debu hasil gerinda
290
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan paparan asap hasil las bagi pengukuran kebisingan didapatkan


pernapasan, dampak bahaya paparan hasil 85,2 dBA, iklim kerja di bagian
gram dan radiasi sinar las bagi mata, produksi body bus nilai ISBB rata-rata
dampak bahaya paparan bising bagi sebesar 24,68 (0C), ada pekerjaan
kesehatan, peringatan awas tergores, manual berpotensi bahaya
peringatan awas terjepit mesin menimbulkan keluhan otot dan tentang
uncoiler, dan peringatan awas hasil observasi dan indepth interview
tegangan listrik. lingkungan pekerjaan tidak
j. Memberikan penjelasan mengenai mempengaruhi kondisi psikologi
dampak bahaya terkena paparan pekerja. Berdasarkan proses kerja
wash bensin bagi kesehatan terutama masih banyak proses yang berisiko
kulit. tinggi terhadap potensi kecelakaan,
k. Memberikan penjelasan aturan pakai kebakaran dan pencemaran lingkungan
wash bensin yang aman. yang berujung pada penyakit akibat
l. Pengecekan secara teratur arus listrik kerja.
sebelum menggunakan mesin. 2. Bagian produksi body bus PT. X
m. Penyediaan safety shoes dan safety Magelang berpotensi bahaya antara
helmet. lain tersandung alat dan bahan yang
n. Penyediaan air minum yang lebih kurang rapi, terbentur, terjatuh,
dapat dijangkau pekerja dan tanpa terpukul, iklim kerja panas, keluhan
meninggalkan pekerjaannya. otot, terbakar dari percikan api las,
o. Pengecekan APAR secara berkala. iritasi pernapasan (terhirup debu, asap
p. Penyediaan alat pemadaman api hasil mengelas, menggerinda), iritasi
hydrant. kulit terkena bahan kimia wash bensin,
q. Pemasangan fire alarm system agar tergores (mesin gerinda dan plat),
pekerja mengetahui apabila terjadi gangguan pendengaran akibat
keadaan darurat berupa kebakaran. kebisingan, jari terpotong mesin
r. Pembentukan Tim Penanggulangan gerinda , jari terjepit mesin uncoiller,
Keadaan Darurat Kebakaran. iritasi mata (terkena gram, radiasi sinar
las), tertimpa (pipa, material,
KESIMPULAN penyangga bagasi), tersengat listrik,
1. PT.X Magelang sudah mempunyai dan kebakaran
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan 3. Tingkat penilaian risiko bahaya yang
dan Kesehatan Kerja). Kondisi terdapat di bagian produksi body bus
lingkungan kerja diantaranya, hasil PT. X Magelang terdapat 4 tingkatan
291
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

diantaranya Low 24,6%, Medium Hazard and Operability dan Fault


21,5%, High 44,6%, dan Extreme 9,2% Tree Analysis (Studi Kasus Di PT
4. Bagian produksi body bus PT. X X). REKA INTEGRA, 2(2).2014.
Magelang telah melakukan beberapa 5. Syukri S. Teknik Manajemen
pengendalian antara lain pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
rekayasa teknik, pengendalian Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia,
administrasi, pengendalian APD, dan 1997.
menyediakan fasilitas pendukung. 6. Talarosha, Basaria. Menciptakan
5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kenyamanan Thermal Dalam
dilakukan meliputi observasi, Bangunan. Sumatera Utara: USU,
wawancara mendalam, dan 2013.
dokumentasi didapatkan rekomendasi 7. Undang-Undang No. 1. Keselamatan
pengendalian yang dapat diterapkan di Kerja. Jakarta: 1970.
bagian produksi body bus PT. X 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Magelang sesuai dengan 17 potensi Transmigrasi No. 04. Syarat-Syarat
bahaya yang ada. Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan. Jakarta: 1980.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syukri S. Teknik Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia,
1997.
2. Angka Kecelakaan Kerja 2014 Masih
Tinggi. [Online] Liputan6.com, 2014.
http://photo.liputan6.com/ekonomi/20
14-bpjs-mendata-angka-kecelakaan-
kerja-masih-tinggi-2158074. [Diakses
23 Maret 2015]
3. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV
Haji Masagung. 1989.
4. Pitasari, G. P., Wahyuning, C. S., &
Desrianty, A. Analisis Kecelakaan
Kerja Untuk Meminimisasi Potensi
Bahaya Menggunakan Metode

292

Anda mungkin juga menyukai