Anda di halaman 1dari 17

Volume 3 Nomor 1, Juli 2022, Hal 29-45

ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN


METODE HAZOP DI PT. ASA

SAFETY RISK ANALYSIS USING HAZOP METHOD AT PT. ASA

Cyrilla Oktaviananda*, Rahel Margareta

Program Studi D3 Teknik Kimia, Politeknik Katolik Mangunwijaya Semarang


*Corresponding author: cyrillaoktaviananda.28@gmail.com

ABSTRAK
Keberlanjutan bisnis suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian
baik pengusaha maupun tenaga kerja. Untuk mewujudkan tujuan ini salah satu aspek yang perlu
menjadi perhatian manajemen perusahaan adalah kesehatan dan keselamatan kerja. Metode
Hazard and Operability Study (HAZOP) merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk
menganalisis risiko kecelakaan kerja. PT. ASA sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan kulit yang memiliki lebih dari 200 tenaga kerja wajib menerapkan prinsip-prinsip
kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mewujudkan perusahaan dengan zero accident, analisis
risiko kecelakaan kerja adalah kegiatan yang harus dilakukan. Analisis risiko kecelakaan kerja
dilakukan terhadap bidang kesehatan kerja, kelembagaan dan keahlian, K3 kebakaran, lingkungan
kerja, dan K3 bahan kimia berbahaya. Hasil penelitian berdasarkan metode HAZOP didapatkan
hasil bahwa bidang lingkungn kerja serta kelembagaan dan keahlian memiliki level risiko tinggi.
Rekomendasi yang diberikan untuk meminimalkan risiko ini adalah dengan menyelenggarakan
pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) secara konsisten kepada tenaga kerja. Untuk
bidang kelembagaan dan keahlian direkomendasikan untuk mengikutsertakan operator forklift
dalam pelatihan agar memiliki Surat Izin Operasi (SIO) yang diakui.
Kata kunci: Analisis Risiko, HAZOP, K3, Kecelakaan Kerja
29
ABSTRACT
The business continuity of a company is one of the things that is of concern to both
employers and workers. To realize this goal, one aspect that needs to be considered by the
company's management is occupational health and safety. The Hazard and Operability study
method is one of the tools that can be used to analyze the risk of work accidents. PT. ASA as a
company engaged in leather processing which has more than 200 workers is required to apply the
principles of occupational health and safety. To realize a company with zero accidents, work
accident risk analysis is an activity that must be carried out. Work accident risk analysis is carried
out in the fields of occupational health, institutions and expertise, K3 fire, work environment, and
K3 hazardous chemicals. The results of the research based on the HAZOP method showed that the
field of work environment as well as institutions and expertise had a high level of risk. The
recommendation given to minimize this risk is to conduct training on the use of Personal Protective
Equipment consistently for workers. In terms of institutional and expertise, it is recommended to
include forklift operators in training in order to have a recognized Operating License.
Keywords: HAZOP, Risk Analysis, Safety, Work Accident

PENDAHULUAN
PT. ASA merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang pengolahan kulit yaitu
mengolah kulit mentah sampai menjadi kulit yang nantinya siap diolah kembali menjadi barang
setengah jadi dan barang jadi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1994, tepatnya tanggal 26 Juli
1994. Perusahaan ini didirikan oleh 3 orang yaitu Bapak Subiyono, Bapak Diyono Hening Sasmito
dan Ibu Defalikh Tantowiyah. Perusahaan ini terletak di Dusun Banyakan, Desa Sitimulyo,
Kecamatan Piyungan, Bantul, Yogyakarta dengan jumlah karyawan sebanyak 216 karyawan yang
terdiri dari 36 perempuan dan 180 laki –laki.
Pengusaha dalam memperhatikan kelangsungan bisnisnya wajib memperhatikan aspek
kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan keselamatan kerja bukan dimaksutkan hanya untuk
kepentingan tenaga kerja melainkan juga untuk kepentingan pengusaha. Bisnis perusahaan dapat
terus berjalan tidak lepas dari aspek sumber daya manusia yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja yang
sehat dan produktif adalah aset perusahaan yang penting. Disisi lain, komitmen perusahaan untuk
selalu menerapkan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja akan menumbuhkan rasa aman
dan nyaman bagi tenaga kerja terutama bagi pekerjaan-pekerjaan beresiko tinggi seperti pada

30
industri kimia.
Terdapat berbagai sumber daya yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan,
seperti modal, material dan mesin. Tidak terkecuali perusahaan juga membutuhkan sumber daya
manusia, yaitu para karyawan. Karyawan atau tenaga kerja yang diharapkan organisasi tentunya
adalah karyawan yang dapat bekerja produktif, yaitu yang berkemampuan untuk menghasilkan
produktivitas kerja yang optimal seperti yang direncanakan (Wahyuni, 2018).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia dinilai masih tinggi. Hal ini di dukung oleh data dari
Kementerian Ketenagakerjaan yang mencatat adanya tren kenaikan angka kecelakaan kerja di
Indonesia yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Menteri Ketenagakerjaan
(Menaker), Hanif Dhakiri, sepanjang tahun 2018 lalu telah terjadi 157.313 kasus kecelakaan kerja,
atau meningkat dibandingkan kasus kecelakaan kerja yang terjadi tahun 2017 sebesar 123 ribu
kasus. Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan
pentingnya penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini penerapan K3
seringkali dianggap sebagai cost atau beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja (Yuliandi, 2019).
Faktanya kesadaran para pengusaha terhadap penerapan manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja masih sangat rendah. Penerapan K3 dianggap sebagai hal yang
sangat memberatkan dan menambah beban biaya operasional perusahaan. Hal inilah yang
menyebabkan penerapan K3 menjadi hal yang sering diabaikan. Dalam rangka penerapan K3 dan
mengurangi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja maka diperlukan suatu
manajemen risiko kegiatannya meliputi identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian
risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan evaluasi. Proses identifikasi dan analisis potensi
bahaya maka dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study
(HAZOP). Hazard and Operability Study (HAZOP) merupakan study keselamatan yang sistematis
dengan penilaian keselamatan dan proses pengoperasian yang kompleks (Kotek, 2012).
Palupi pada tahun 2015, melakukan penelitian analisis kecelakaan kerja dengan metode
Hazard and Operability Study pada PT. Mayatama Manunggal Sentosa. Berdasarkan identifikasi
diperoleh potensi bahaya pada PT. Mayatama Manunggal Sentosa diantaranya: kondisi lingkungan
kerja, pecahan kaca, sikap pekerja, panel lisrik, kabel yang berserakan, udara panas, bahan kimia
yang berbahaya, kertas yang berserakan, dan genangan air (Palupi, 2015). Analisis resiko
kecelakaan kerja dilakukan pada PT. Argha Perdana Kencana yang bergerak di bidang manufacture
molding (Isdiyati, 2021). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecelakaan kerja sering terjadi pada
pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi, tingkat kerumitan yang tinggi, prosedur kerja yang

31
tidak lengkap, dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis atau tidak sesuai dengan penerapan K3
yang semestinya.
Pada penelitian ini analisis risiko kecelakaan kerja dibagi berdasarkan bidang-bidang pada
K3. Bidang-bidang tersebut antara lain bidang kesehatan kerja, lingkungan kerja, kelembagaan
dan keahlian, kebakaran, dan bahan kimia berbahaya. Metode yang digunakan adalah metode
Hazard and Operability Study (HAZOP). Kesehatan kerja adalah suatu usaha dan keadaan yang
memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan (Moenir,
2020). Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental,
emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan
yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2011). Untuk mewujudkan
kesehatan tenaga kerja serta demi keberlangsungan perusahaan, pengusaha perlu mengeluarkan
sejumlah biaya agar sistem kesehatan dan keselamatan kerja berjalan sebagaimana semestinya.
Berdasarkan penelitian, biaya K3 berpengaruh terhadap jumlah penyakit kerja begitu juga biaya
K3 terhadap jumlah kecelakaan kerja (Putera, 2017).
Lingkungan kerja adalah suatu tempat dimana para pekerja sedang melakukan aktivitas
pekerjaan. Lingkungan kerja yang baik akan mempunyai dampak yang positif kepada pekerjanya
(Arifin, 2020). Faktor lingkungan kerja memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
produktivitas tenaga kerja (Hidayat, 2014). Selain itu, lingkungan kesehatan tempat kerja yang
kurang baik dapat menurunkan derajat kesehatan dan kinerja para pekerja (Suardi, 2007).
Kelembagaan K3 adalah sebuah organisasi atau badan swasta independent, non pemerintah yang
bergerak di bidang pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan
dan lembaga usaha berbadan hukum di Indonesia. Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada saat
ini adalah: (a) P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah suatu lembaga
yang dibentuk di perusahan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha
keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja.
(b) PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah suatu lembaga usaha
berdasarkan surat keputusan penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di bidang jasa
keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di bidangnya.
Berdasarkan Permenaker No. Per-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja pasal 1 huruf c dan d, penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk
mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi

32
tanggap darurat untuk memberantas kebakaran. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia
dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan. Sedangkan pengendalian bahan kimia
berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko akibat
penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan
lingkungan (Kementerian Tenaga Kerja RI, 1999).

METODELOGI
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan pada unit kerja dan wawancara dengan pihak
manajemen PT. ASA secara virtual dikarenakan pandemi covid-19 yang masih berlangsung.
Sejumlah data deskriptif yang didapatkan dari hasil pengamatan kemudian dianalisa dan
dibandingkan dengan sejumlah peraturan-peraturan mengenai K3 yang berlaku. Titik fokus
penelitian ini adalah pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di PT. ASA dengan metode
Hazard and Operability Study (HAZOP).
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan pengumpulan dan pengolahan data adalah sebagai
berikut (Prabu, 2013).
1. Mengetahui urutan proses yang ada pada proses produksi
2. Mengidentifikasi adanya potensi bahaya di semua area PT. ASA dalam bidang kesehatan kerja,
kelembagaan dan keahlian, kebakaran, lingkungan kerja, dan bahan kimia berbahaya. Proses
identifikasi dilakukan dengan mengamati adanya segala penyimpangan yang terjadi sehingga
mampu menyebabkan kecelakaan kerja dilakukan dengan cara observasi lapangan secara
langsung.
3. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet dengan urutan sebagi berikut:
a. mengklasifikasikan potensi bahaya yang ditemukan (sumber potensi bahaya dan frekuensi
temuan potensi bahaya).
b. mendeskripsikan deviation atau penyimpangan yang terjadi selama proses operasi.
c. mendeskripsikan penyebab terjadinya (cause).
d. mendeskripsikan yang dapat ditimbulkan dari penyimpangan tersebut (consequences).
e. menentukan action atau tindakan sementara yang dapat dilakukan.
f. menilai risiko (risk asessment) yang timbul dengan mendefinisikan kriteria Likelihood dan
Consequences (severity). Kriteria likelihood yang digunakan adalah frekuensi dimana dalam
perhitungannya secara kuantitatif berdasarkan data perusahaan selama 5 tahun terakhir.
Kriteria consequences (severity) yang digunakan adalah akibat yang akan diterima pekerja

33
yang didefinisikan secara kualitatif dan mempertimbangkan hari kerja yang hilang.
4. Melakukan perangkingan dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi menggunakan worksheet
HAZOP dengan memperhitungkan likelihood dan consequences, kemudian menggunakan risk
matrix untuk mengetahui prioritas potensi bahaya yang harus diberi prioritas untuk diperbaiki.
5. Analisis dan pembahasan, dengan menjabarkan sumber-sumber dan akar penyebab dari
permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja maupun ganggun proses itu terjadi.
Adapun langkah-langkah dalam analisis dan pembahasan ini adalah:
a. melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun gangguan
proses kerja yang terjadi.
b. melakukan analisis penilaian risiko sehingga diperoleh rekomendasi perbaikan yang sesuai
bahkan dapat diterapkan pada objek penelitian tersebut.
6. Rekomendasi dan rancangan perbaikan, dilakukan dengan perancangan perbaikan proses yang
didapati pada titik-titik tertentu yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan kerja pada PT.
ASA untuk mengurangi bahkan menghilangkan bahaya tersebut.
7. Kesimpulan dan saran, untuk menemukan jawaban dari semua permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini. Berdasarkan dengan hasil pengambilan kesimpulan maka dapat diberikan
saran ataupun beberapa masukan usulan perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja dan
produktivitas perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat pada pabrik penyamakan kulit PT.
ASA perlu diketahui terlebih dahulu alur dari proses produksi yang dilakukan di PT. ASA.
Proses produksi penyamakan kulit di PT. ASA adalah sebagai berikut:
1. Gudang bahan kulit domba dan kambing
2. Penghilangan sisa lemak
3. Tanning: pencampuran air dengan berbagai bahan kimia sesuai resep perusahaan dalam waktu
2 ½ hari
4. Gudang seleksi: pengecekan kualitas yang akan disesuaikan dengan grade di perusahaan.
Dalam gudang ini terdapat beberapa label, yaitu: label kuning (kulit domba import), label
putih (kulit domba lokal) dan label biru (kulit kambing).
5. Shaving: menyamakan ketebalan kulit sebesar 0,55 mm
6. Dying: proses pewarnaan pada kulit
7. Setter: pengurangan kadar air dengan cara dipress

34
8. Pengeringan: kulit dikeringkan secara manual atau dengan bantuan blower
9. Milling: proses pelemasan pada kulit agar kulit yang sudah dikeringkan tidak kaku.
10. Staking: melenturkan dan membersihkan kulit
11. Poolish: proses pewarnaan pada bagian dalam kulit agar terlihat mengkilap
12. Togle: pembentangan kulit untuk mendapatkan luas optimal
13. Pengovenan: dioven dengan suhu 60 oC dalam waktu 5 menit agar kulit tidak mengkerut
14. Finishing: meliputi pengukuran, pelabelan, pengecekan ulang, packing.
Identifikasi bahaya dan risiko kecelakaan kerja di PT. ASA ditunjukkan seperti pada Tabel
1. Identifikasi Hazard and Risk PT. ASA bawah ini.
Tabel 1. Identifikasi Hazard and Risk PT. ASA
No. Bidang K3 Uraian Temuan Hazard Risiko
a. Tidak terdeteksi penyakit
bawaan
Tidak dilakukan MCU (Medical b. Tidak bisa memastikan
1 Kesehatan Kerja
Check Up) bagi karyawan baru penyakit yang diderita apakah
penyakit bawaan atau penyakit
akibat kerja (PAK)
Belum pernah dilakukan a. Ijin operasional dicabut karena
Kelembagaan dan
2 pelaporan P2K3 ke Dinas tidak memenuhi persyaratan
Keahlian
Ketenagakerjaan K3
a. Operator tidak dapat
Ada 3 operator forklift tidak mengoperasikan forklift
Kelembagaan dan
3 memiliki SIO (Surat Ijin dengan benar dan aman
Keahlian
Operasi) b. Terjadi kecelakaan kerja saat
pengoperasian forklift
Tidak terdapat alarm penanda Tidak terdeteksi apabila terjadi
4 Kebakaran
kebakaran kebakaran
Banyak korban jiwa saat
5 Kebakaran Tidak ada jalur evakuasi kebakaran terjadi karena tidak
sempat menyelamatkan diri
Api cepat membesar jika terjadi
Ruangan genset berdekatan
6 Kebakaran hubungan pendek arus listrik di
dengan tangki bahan bakar
ruangan genset

35
No. Bidang K3 Uraian Temuan Hazard Risiko
a. Terjepit peralatan berputar
Tidak memakai APD (sarung
Lingkungan b. Menghirup bahan kimia
7 tangan dan masker) dalam
Kerja berbahaya yang mudah
proses produksi
menguap
Pesawat angkat angkut tidak Tangan terluka saat
Lingkungan
8 memiliki pelindung tangan dan pengoperasian pesawat angkat
Kerja
pengunci belakang angkut
Tidak terdapat MSDS dari Kurang informasi mengenai
Bahan Kimia
9 bahan-bahan kimia yang bahaya dan cara penanganan
Berbahaya
digunakan bahan
Bahan Kimia Penyimpanan limbah tidak Limbah terpapar hujan dan sinar
10
Berbahaya memiliki atap matahari

Berdasarkan analisis HAZOP, perlu ditentukan lebih dulu kriteria tingkap kekerapan suatu
kejadian kecelakaan dapat terjadi. Kriteria Likelihood ditentukan berdasarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Likelihood


Deskripsi
Level Kriteria
Kualitatif Semi Kualitatif
1 Jarang terjadi Dapat dipikirkan tetapi tidak Kurang dari 1 kali dalam 10
hanya saat keadaan ekstrim tahun
2 Kemungkinan kecil Belum terjadi tetapi bisa Terjadi 1 kali per 10 tahun
muncul/terjadi pada suatu
waktu
3 Mungkin Seharusnya terjadi dan 1 kali per 5 tahun sampai 1
mungkin telah kali pertahun
menjadi/muncul disini atau
ditempat lain
4 Kemungkinan Dapat terjadi dengan mudah, Lebih dari 1 kali per tahun
besar mungkin muncul dalam hingga 1 kali per bulan
keadaan yang paling banyak

36
terjadi
5 Hampir pasti Sering terjadi, diharapkan Lebih dari 1 kali per bulan
muncul dalam keadaan yang
paling banyak terjadi

Kriteria Consequences merupakan tingkat keparahan dari suatu kejadian. Kriteria


Consequences ditunjukkan seperti pada Tabel 3. Kriteria Consequences.

Tabel 3. Kriteria Consequences


Deskripsi
Level Kriteria
Keparahan Cidera Hari Kerja
1 Tidak Kejadian tidak menimbulkan kerugian Tidak menyebabkan
signifikan atau cidera pada manusia kehilangan hari kerja
2 Kecil Menimbulkan cidera ringan, kerugian Masih dapat bekerja
kecil dan tidak menimbulkan dampak pada hari/shift yang
serius terhadap kelangsungan bisnis sama
3 Sedang Cedera berat dan dirawat dirumah sakit, Kehilangan hari kerja
tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian dibawah 3 hari
finansial sedang
4 Berat Menimbulkan cidera parah dan cacat Kehilangan hari kerja
tetap dan kerugian finansial besar serta 3 hari atau lebih
menimbulkan dampak serius terhadap
kelangsungan usaha
5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan Kehilangan hari kerja
kerugian parah bahkan dapat selamanya
menghentikan kegiatan usaha selamanya

Penilaian risiko merupakan hasil kali antara tingkat kekerapan (Likelihood) dengan tingkat
keparahan (Consequences) suatu risiko. Untuk menentukan kategori suatu risiko apakah itu risiko
rendah, risiko sedang, risiko tinggi ataupun ekstrim dapat digunakan metode matriks risiko. seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4. Matriks Risiko.

37
Tabel 4. Matriks Risiko
Consequences (Keparahan) Keterangan:
Skor
1 2 3 4 5 : Ekstrim
: Risiko Tinggi
5 5 10 15 20 25 : Risiko Sedang
: Risiko Rendah
4 4 8 12 16 20
Likelihood
3 3 6 9 12 15
(Kekerapan)
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5

Berdasarkan Tabel 4. Matriks Risiko kemudian dapat dihitung skor risiko sehingga dapat
diperoleh gambaran kuantitatif mengenai prioritas untuk mengadakan perbaikan.
Penghitungan skor resiko menggunakan persamaan di bawah ini:
Skor resiko (S) = Likelihood (L) x consequences (C) (1)

Setelah menentukan likelihood dan consequences dari masing-masing sumber potensi bahaya,
langkah selanjutnya adalah mengalikan nilai likelihood dan consequences sehingga diperoleh
tingkat bahaya (risk level) pada risk matrix. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian tersebut
digunakan sebagai acuan untuk menentukan prioritas perbaikan untuk pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja di PT. ASA.
Penjelasan mengenai tingkat bahaya dapat dilihat pada tabel temuan potensi bahaya yang
disajikan pada Tabel 5. Temuan Potensi Bahaya (Risk Level)..

Tabel 5. Temuan Potensi Bahaya (Risk Level)


No Bidang Temuan Risiko Sumber L C S Risk
Hazard Hazard Level
1. Tidak terdeteksi
penyakit
Tidak
bawaan
dilakukan
Kesehatan 2. Tidak bisa Manajemen
1 MCU pada 2 3 6 Sedang
Kerja memastikan Perusahaan
karyawan
penyakit yang
baru
diderita apakah
penyakit

38
No Bidang Temuan Risiko Sumber L C S Risk
Hazard Hazard Level
bawaan atau
penyakit akibat
kerja (PAK)
Belum
Ijin operasional
pernah
dicabut karena
Kelembagaan dilakukan Manajemen
2 tidak memenuhi 4 1 4 Sedang
dan Keahlian pelaporan Perusahaan
persyaratan K3
P2K3 ke
Disnaker
1. Operator tidak
dapat
Ada 3 mengoperasikan
operator forklift dengan
Kelembagaan forklift tidak benar dan aman Manajemen
3 3 3 9 Tinggi
dan Keahlian memiliki SIO 2. Terjadi Perusahaan
(Surat Ijin kecelakaan
Operasi) kerja saat
pengoperasian
forklift
Tidak
terdapat Kejadian
K3 Manajemen
4 alarm kebakaran tidak 2 3 6 Sedang
Kebakaran Perusahaan
penanda diketahui
kebakaran
Tidak ada Banyak korban
K3 Manajemen
5 jalur jiwa saat kebakaran 3 4 12 Tinggi
Kebakaran Perusahaan
evakuasi terjadi
Tidak
K3
memakai Terjepit peralatan Sikap
6 Lingkungan 3 3 9 Tinggi
APD (safety berputar Pekerja
Kerja
gloves)

39
No Bidang Temuan Risiko Sumber L C S Risk
Hazard Hazard Level
Menghirup bahan
Tidak
K3 kimia berbahaya
memakai Sikap
7 Lingkungan yang mudah 3 3 9 Tinggi
APD (safety Pekerja
Kerja menguap pada
mask)
proses tanning
Pesawat
angkat
angkut
K3 (PAA) tidak
Tangan terluka saat Alat tidak
8 Lingkungan memiliki 3 3 9 Tinggi
pengoperasian terstandar
Kerja pelindung
tangan dan
pengunci
belakang
Tidak
terdapat Kesalahan
K3 Bahan
MSDS dari penanganan bahan Manajemen
9 Kimia 2 2 4 Rendah
bahan-bahan kimia berbahaya Perusahaan
Berbahaya
kimia yang dan/atau B3
digunakan
Limbah
Penyimpanan
K3 Bahan terdekomposisi
limbah tidak Manajemen
10 Kimia akibat terpapar 2 3 6 Sedang
memiliki Perusahaan
Berbahaya hujan dan sinar
atap
matahari

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5, risiko bahaya bagi tenaga kerja dan lingkungan
yang ditimbulkan PT. ASA, menurut penelitian ini dibagi berdasarkan sumber hazardnya, yaitu
kebijakan manajemen perusahaan, sikap pekerja, dan alat yang tidak terstandar. Risiko yang
diakibatkan dari kebijakan manajemen antara lain:
1. Risiko tinggi, yaitu:

40
a. Operator tidak dapat mengoperasikan forklift dengan benar dan aman
b. Terjadi kecelakaan kerja saat pengoperasian forklift
c. Banyak korban jiwa saat kebakaran terjadi karena tidak sempat menyelamatkan diri
2. Risiko sedang, yaitu:
a. Tidak terdeteksi penyakit bawaan
b. Tidak bisa memastikan penyakit yang diderita apakah penyakit bawaan atau penyakit
akibat kerja (PAK)
c. Ijin operasional dicabut karena tidak memenuhi persyaratan K3
d. Limbah terdekomposisi akibat terpapar hujan dan sinar matahari
3. Risiko rendah, yaitu:
tidak tersedianya MSDS (Material Safety Data Sheet) berisiko terhadap kurangnya informasi
mengenai bahaya dan cara penanganan bahan sehingga membahayakan tenaga kerja saat
bekerja dengan bahan-bahan tersebut.
Risiko yang ditimbulkan akibat sikap pekerja antara lain:
1. Risiko tinggi, yaitu:
a. Terjepit peralatan berputar
b. Menghirup bahan kimia berbahaya yang mudah menguap pada proses tanning
Sedangkan risiko yang ditimbulkan akibat alat yang tidak terstandar antara lain:
1. Risiko tinggi, yaitu:
a. Tangan terluka saat pengoperasian pesawat angkat angkut
Tahap selanjutnya dari analisis risiko kecelakaan kerja dengan metode HAZOP adalah
merancang rekomendasi-rekomendasi perbaikan. Perancangan rekomendasi perbaikan diusulkan
berdasarkan risk level yang sudah disusun.
Rekomendasi perbaikan berdasarkan bidang-bidang dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah
sebagai berikut:
1. Bidang kesehatan kerja
Untuk bidang kesehatan kerja rekomendasi yang diberikan adalah menyelenggarakan MCU
(Medical Check Up) untuk karyawan baru di PT. ASA agar dapat mengetahui penyakit-
penyakit yang diderita tenaga kerja sebelum mulai bekerja
2. Bidang kelembagaan dan keahlian
Mendorong P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) untuk melakukan
pelaporan ke Disnaker sesuai dengan peraturan yang berlaku merupakan rekomendasi yang
diberikan untuk perbaikan di bidang kelembagaan dan keahlian.

41
3. Bidang K3 Kebakaran
Manajemen perusahaan perlu melakukan pemasangan alarm kebakaran dan penunjuk jalur
evakuasi agar pada saat terjadi kebakaran para tenaga kerja dapat menyelamatkan diri.
4. Bidang Lingkungan Kerja
Di bidang lingkungan kerja, rekomendasi yang disarankan adalah :
a. Mengadakan pelatihan K3 tentang penggunaan APD
5. Bidang K3 Bahan Kimia Berbahaya
Di bidang K3 Bahan Kimia Berbahaya, rekomendasi yang disarankan adalah memperbaiki
tempat penyimpanan limbah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 menjadi beratap dan
berpenutup agar limbah B3 aman dan tidak terdekomposisi.

Gambar 2. Tempat Pembuangan Limbah B3

Perbaikan menyeluruh perlu dilakukan terutama dari sisi manajemen perusahaan. Hal ini
sejalan dengan tujuan keselamatan yang diungkapkan oleh Mangkunegara pada tahun 2013, yaitu
bahwa tujuan keselamatan harus integral dengan bagian dari setiap manajemen dan pengawasan
kerja. Begitu pula peran kepegawaian sangat penting dalam mengaplikasikan pendekatan sistem
pada keselamatan perusahaan.
a. Melibatkan para pengawas dalam sistem pelaporan.
Bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada pengawas langsung dari bagian
kerusakan, dan laporan harus pula mengidentifikasi kemungkinan penyebab kecelakaan.
b. Mengembangkan manajemen prosedur keselamatan kerja.
Pendekatan sistem yang esensi adalah Menetapkan sistem komunikasi secara teratur dan tidak
lanjut pada setiap kecelakaan pegawai.
c. Menjadikan keselamatan kerja sebagai tujuan kerja.

42
Membuat kartu penilaian keselamatan kerja. Setiap kesalahan yang dilakukan pegawai dicatat
oleh pengawas dan dipertanggung jawabkan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
penilaian prestasi kerja, kondite pegawai yang bersangkutan.
d. Melatih pegawai dan pengawas dalam manajemen keselamatan kerja.
Melatih pegawai untuk dapat menggunakan peralatan kerja dengan baik. Begitu pula pegawai-
pegawai di latih untuk dapat menggunakan alat keamanan jika terjadi kecelakaan di tempat
kerja (Ashfal, 1999).

KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Potensi bahaya kecelakaan kerja di PT. ASA mayoritas terjadi akibat kebijakan manajemen
perusahaan.
2. Risiko bahaya yang diakibatkan dari kebijakan manajemen perusahaan adalah risiko tinggi,
risiko rendah, dan risiko sedang. Risiko bahaya yang diakibatkan sikap pekerja adalah risiko
tinggi. Sedangkan risiko yang diakibatkan peralatan tidak standar adalah risiko tinggi.
3. Bidang-bidang kesehatan dan keselamatan kerja yang perlu diadakan perbaikan di PT. ASA
adalah bidang kesehatan kerja, bidang kelembagaan dan keahlian, bidang K3 kebakaran,
bidang lingkungan kerja, dan bidang K3 bahan kimia berbahaya.
4. Rekomendasi yang diberikan ke PT. ASA adalah melibatkan para pengawas dalam sistem
pelaporan, mengembangkan manajemen prosedur keselamatan kerja, menjadikan
keselamatan kerja sebagai tujuan kerja, serta melatih pegawai dan pengawas dalam
manajemen keselamatan kerja.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prodi D3 Teknik Kimia Politeknik Katolik
Mangunwijaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pelatihan
Calon Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja sehingga artikel ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A.Z., dan Herianto, F., 2020. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Serta
Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja di Surabaya, Jurnal Rekayasa Teknik Sipil
Universitas Madura, vol. 5, no. 1, pp. 19-24.

43
Ashfal, R.C. 1999. Industrial Safety and Health Management. Fourth Edition. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Hidayat, dkk. 2014. Pengaruh Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap
Kualitas Hasil Kerja dan Kenyamanan Pekerja pada Proyek Pembangunan Gedung Di
Probolinggo. Jurnal Info Manajemen Proyek. Vol 5: 27-36.
Isdiyati, S.Endang, S.Nana, 2021. Analisis Keselamatan Kerja Menggunakan Metode Hazard
Identification Risk Assesment dengan Pendekatan Spar-H pada PT. Argha Perdana Kencana,
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. 9, no. 1, pp.1-9.
Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia,“Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
Kep.187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja,” 1999,
Sumber: https://toolsfortransformation.net/wp-content/uploads/2017/05/Kep-Men-Naker-
No.187-thn-1999_Pengendalian-Bahan-Kimia-Berbahaya_E.pdf [diakses 10 Juni 2021]
Kotek, L., dan Tabas, M., 2012. HAZOP Study With Qualitative Risk Analysis For Prioritization
Of Corrective And Preventive Actions. Procedia Engineering. pp. 808-815.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Penerbit PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Moenir, H.A.S. 2020. Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian.
Bumi Aksara : Jakarta A.Z.Arifin, dan F.Herianto, “Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja di Surabaya”, Jurnal
Rekayasa Teknik Sipil Universitas Madura, vol. 5, no. 1, pp. 19-24, Juni.
Palupi, R., Dian dan Resti, P.D., 2015. Analisis Kecelakaan Kerja dengan Menggunakan Metode
Hazard and Operability Study, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. 14, no. 1, pp.24-35.
Prabu, A.A., Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, 2013 PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Putera, R.I., dan S.Harini, 2017. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Jumlah
Penyakit Kerja dan Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan Pada PT. Hanei Indonesia, Jurnal
Visionida, Vol. 3, No. 1,
Suardi, Rudi. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PPM.
Wahyuni, N., Suyadi, B., Hartanto, W., 2018. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Kutai Timber Indonesia, Jurnal Pendidikan
Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial, vol.12, no.1, pp.99-
104.
Yuliandi, C.D. dan Ahman, E., 2019. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

44
Lingkungan Kerja Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Manajerial, Vol.18, No.2, pp.98-
109

45

Anda mungkin juga menyukai