Anda di halaman 1dari 15

HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Penerapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja

Afif Sa’Roni1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: PT. Bina Guna Kimia bergerak di bidang pertanian dalam bentuk formulasi pestisida. Hasil studi
Diterima 3 Maret 2020 lapangan ditemukan bahwa perusahaan memiliki potensi bahaya besar, karena menyimpan bahan
Disetujui 1 September kimia sangat beracun dan reaktif melebihi nilai ambang kuantitas. Penelitian dilaksanakan pada
2020 Bulan Desember 2019 s.d. Februari 2020 di PT. Bina Guna Kimia.Tujuan penelitian untuk
Dipublikasikan 18 mendiskripsikan gambaran terapan pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja
Serptember 2020 berdasarkan Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008.Jenis penelitian ini adalah penelitian
________________ deskriptif, instrumen yang digunakan lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi.
Keywords: Accident, First Penelitian ini berpedoman pada Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang
Aid, Workplace. pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Data dianalisis menggunakan model miles
____________________ dan huberman disajikan dalam teks bersifat naratif. Hasil penelitian didapatkan data bahwa PT.
DOI: Bina Guna Kimia sudah menerapkan Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang
https://doi.org/10.15294 pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Penerapan baik penyediaan Petugas P3K,
/higeia.v4iSpecial%201/ Fasilitas P3K berupa Ruang P3K, Kotak P3K dan Isi, Alat Evakuasi dan Alat Transportasi, Alat
39412 Pelindung Diri, serta fasilitas tambahan pada bahaya khusus berupa Emergency Shower dan Eye
____________________ Wash.

Abstract
___________________________________________________________________
PT. Bina Guna Kimia is engaged in agriculture in the form of pesticide formulations. Field study results found
that the company has a great potential hazard because it stores highly reactive and toxic chemicals beyond the
quantity threshold. The research was carried out from Desember 2019 to February 2020 at PT. Bina Guna
Kimia. The purpose of this study is to determine the application of first aid in workplace accidents based on
Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008. The type of research used is descriptive research, the
instruments used are observation sheets, interview sheets, and documentation. This research uses
Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 as guidelines concerning first aid in workplace accidents.
Datas were analyzed using the miles and huberman model and is presented in narrative text. The results of the
study showed that PT. Bina Guna Kimia has implemented Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008
concerning first aid in workplace accidents. Good application for the provision of First Aid Officer and First
Aid Facilities in the form of First Aid Rooms, First Aid Boxes, and its Contents, Evacuation and
Transportation Equipment, Personal Protective Equipment, and additional facilities for special hazards in the
form of Emergency Shower and Eye Wash.

© 2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: Afifsaroni2@gmail.com

247
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

PENDAHULUAN Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan


kerja didasarkan pada dampak korban, dibagi
Pengurus atau orang yang memimpin menjadi empat kategori. Kategori A merupakan
langsung suatu tempat kerja wajib mematuhi dan bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka
menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan panjang pada kesehatan disebabkan dari bahaya
kerja yang diwajibkan. Salah satu kewajiban kimia, fisika, dan ergonomi. Kategori B potensi
pengurus adalah mematuhi dan menaati syarat bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada
dalam memberikan pertolongan pada kecelakaan. keselamatan, disebabkan dari bahaya kebakaran,
Pertolongan pertama di tempat kerja merupakan listrik dan bahaya mekanikal. Kategori C, risiko
upaya memberikan pertolongan pertama secara terhadap kesejahteraan atau kesehatan sehari-hari,
cepat dan tepat kepada pekerja dan/atau orang lain berupa kesediaan air minum, toilet, fasilitas
yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit mencuci, ruang makan atau kantin, P3K di tempat
atau cedera di tempat kerja (Chairunnisa, 2016). kerja, dan transportasi. Kategori D, potensi bahaya
Pertolongan pertama adalah bagian dari yang menimbulkan risiko pribadi dan psikologi,
pelayanan kesehatan tenaga kerja. Pertolongan bahaya ini berasal dari pelecehan,intimidasi,
pertama pada kecelakaan berguna untuk masyarakat kekerasan di tempat kerja, stress, narkoba(ILO,
umum, karyawan, tenaga kerja, dan semua individu 2013).
sehubungan dengan keselamatan dan kesehatan Dalam mengatasi potensi bahaya keselamatan
kerja pada tingkat perusahaan. Pertolongan pertama dan kesehatan kerja pemerintah telah mengeluarkan
ini bertujuan menyelamatkan jiwa penderita, undang-undang dan berbagai peraturan menyangkut
meringankan penderitaan dan mencegah agar tidak keselamatan dan kesehatan kerja. Tetapi semua
lebih parah serta mempertahankan jiwa penderita usaha pemerintah tidak dapat berhasil jika tanpa
hingga pertolongan lebih lanjut diberikan adanya respon dari perusahaan. Menerapkan
(Wulandari, 2012). manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat
Data kasus kecelakaan kerja tingkat nasional, penting. Karena bertujuan untuk memberikan
bersumber dari BPJS ketenagakerjaan tahun 2014- suasana lingkungan dan kondisi kerja yang baik,
2017 menunjukkan fluktuatif. Pada tahun 2014 nyaman dan aman serta dapat menghindarkan
terjadi kecelakaan 102.182 kali dengan korban kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Pelealu,
meninggal 2.375 orang. Pada tahun 2015 angka 2015).
kecelakaan naik menjadi 110.275 kecelakaan, Peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2012
namun angka kematian turun menjadi 530 orang. pasal 5 ayat 1 tentang sistem manajemen
Pada tahun 2016 terjadi kecelakaan sebanyak keselamatan dan kesehatan kerja menerangkan
101.367 kali dengan angka kematian meningkat bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
menjadi 2.382 orang. Pada tahun 2017 angka diperusahaanya. SMK3 adalah bagian dari sistem
kecelakaan meningkat menjadi 123.041 kali dengan manajemen secara ke seluruhan meliputi struktur
total kematian menjadi 3.175 orang (Kemnaker, organisasi, perencanaan, tanggungjawab,
2019). pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya
Sumber daya manusia adalah salah satu aset yang dibutuhkan bagi pengembang, penerapan,
utama yang berfungsi sebagai penggerak operasional pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
perusahaan untuk mencapai efisiensi dan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko
produktifitas yang tinggi(Fridayanti & yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
Kusumasmoro, 2016). Aktivitas pekerjaan memiliki terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
potensi bahaya tersendiri.Penilaian risiko dapat produktif (Dalyono, 2016).
dilakukan untuk mengetahui risko yang diakibatkan Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun
dari potensi bahaya yang ada. Potensi bahaya jika 1970 pasal 3 ayat 1, salah satu syarat keselamatan
tidak dikendalikan akan menyebabkan risiko kerja adalah memberi Pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja Kecelakaan.Pertolongan pertama pada kecelakaan
(Mitasari, 2018). di tempat kerja diatur oleh pemerintah melalui

248
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Perturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi memiliki jenis bahaya kimia, dengan potensi bahaya
Nomor: PER.15/MEN/VIII/2008. Dalam menghirup (gas, debu, dan uap beracun), menelan
peraturan tersebut mengatur tentang kewajiban bahan beracun atau korosif, terpapar bahan beracun,
pengusaha untuk menyediakan petugas P3K di korosif, dan B3 (di mata, dan kulit). Bahaya fisika
tempat kerja dan fasilitas P3K di tempat kerja. Agar dengan potensi bahaya kejatuhan obyek dari
dapat melaksanakan pertologan dengan baik, maka platform, terjepit mesin, terbelit kabel, jatuh dari
petugas P3K di tempat kerja harus memiliki ketinggian, menabrak objek statis, tertabrak foklift,
pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K tersengat listrik, tersandung, dan terperosok (PT.
di tempat kerja dan memiliki lisensi (Herlinawati & Bina Guna Kimia, 2019).
Azhari, 2018). Bahaya ergonomi dengan potensi bahaya
PT. Bina Guna Kimia bergerak di bidang manual handling, gerakan berulang, dan salah postur.
pertanian dalam bentuk formulasi pestisida. Hasil Bahaya lingkungan kerja dengan potensi bahaya
studi pendahuluan ditemukan bahwa PT. Bina pencahayaan, kebisingan, getaran, suhu udara
Guna Kimia Kabupaten Semarang tergolong panas, bekerja pada malam hari, lalulintas
sebagai perusahaan dengan potensi bahaya besar. kendaraan, tanda jalan hilang atau tidak tampak.
Penggolongan ini dibuktikan dari surat Dinas Bahaya dari faktor manusia memiliki potensi
Ketenagakerjaan Kabupaten Semarang, karena PT. bahaya dari karyawan baru, tidak kompeten atau
Bina Guna Kimia menyimpan bahan kimia sebagai baru pertama kali, tidak punya izin oprasional,
bahan baku pestisida melebihi Nilai Ambang bekerja sendiri, tekanan psikologis, dan tidak peduli
Kuantitas (NAK), berdasarkan Keputusan Menteri keselamatan. Bahaya dari prosedur memiliki potensi
Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP- bahaya prosedur kerja tidak ada, instruksi rumit.
178/MEN 1999 tentang pengendalian bahan kimia Bahaya peralatan, memiliki potensi bahaya mesin
berbahaya di tempat kerja. rusak, alat pelindung diri rusak, peralatan bukan
Contoh bahan kimia yang melebihi nilai peruntuknya. Bahaya Alam dengan potensi Gempa
ambang batas kuantitas menurut Petugas OHS Bumi, hujan, dan petir(PT. Bina Guna Kimia,
perusahaan adalah bahan kimia Carbofuran yang 2019).
termasuk katagori bahan kimia sangat beracun. Selain itu ditemukan juga bahaya biologikal
Tidak disebutkan berapa banyak bahan tersebut dari ular yang dijumpai saat melakukan studi
disimpan, pendahuluan. Penemuan ular tersebut
membenarkan pernyataan petugas paramedis
perusahaan jika di perusahaan pernah ditemukan
C. Dapat ular berjenis Kobra Jawa yang masuk ke dalam
melepaskan nitrogen oksida. Wadah bisa meledak perusahaan. Ular tersebut berasal dari semak-semak
karena panasnya api. Sangat beracun bagi yang ada di dekat perusahaan.
kehidupan air, dan sangat beracun jika terhirup Dari jenis bahaya yang ada berdasarkan hasil
(PubChem, 2020). Dalam artikel lain dengan jenis analisis perusahaan menggunakan HIRADC, dapat
perusahaan yang sama disebutkan dari hasil menimbul berbagai macam risiko bagi pekerja.
identifikasi bahaya, bau yang sangat menyengat dari Risiko dari bahaya kimia, berupa gangguan saluran
bahan baku kimia kering dapat membuat pekerja pernapasan, keracunan, iritasi mata dan gangguang
keracunan dengan gejala mual, pusing dan penglihatan, iritasi kulit. Risiko dari bahaya fisika
berkunang-kunang (Kurniawan, 2017). berupa luka remuk, robek, patah tulang, memar,
Selain itu ditemukan potensi bahaya lain di luka bakar, lecet, sayat, terkilir. Risiko dari bahaya
perusahaan. Berdasarkan hasil analisis dari Hazard ergonomi berupa gangguan otot dan rangka. Risiko
Identification Risk Assessment & Determining Control dari bahaya lingkungan kerja berupa kelelahan,
(HIRADC) di departemen produksi Granule, sub gangguan pendengaran, dehidrasi, heat stroke, luka
departemen Formulasi, pekerjaan Formulasi bakar, kelelahan, cedera, bahkan kematian. Resiko
Carbofuran 3G dengan Carbofuran MUP yang dari bahaya manusia, prosedur, peralatan, dan alam
dibuat oleh perusahaan. PT. Bina Guna Kimia berupa cedera, kematian, bahkan rusak bangunan.

249
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Berdasarkan jenis bahaya dengan potensi Bulan Desember 2019 s.d. Februari 2020 di PT.
bahaya dan risiko yang bisa ditimbulkan, perlu Bina Guna Kimia.
adanya upaya untuk mengurangi risiko menjadi Sumber informasi penelitian ini diperoleh
parah. Untuk itu perlu adanya pencegahan dari data primer dan data sekunder yang selanjutnya
terjadinya kecelakaan dan penanganan cepat dan diolah menjadi informasi sesuai yang dibutuhkan.
tepat saat terjadi kecelakaan agar tidak berakibat Data primer diperoleh melalui proses survai,
fatal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk observasi dan wawancara terhadap informan yang
menghindari risiko akibat kecelakaan kerja menjadi merupakan subyek penelitian. Subyek penelitian ini
lebih parah dibutuhkan kapasitas dan peningkatan terdiri dari satu petugas K3 yaitu kepala Occupational
kemampuan pertolongan pertama pada kecelakaan Health and safety (OHS) yang membawahi petugas
di tempat keja, dengan standar yang sudah diatur P3K, dan delapan petugas P3K. Data sekunder
oleh pemerintah melalui peraturan (Wulandari, diperoleh melalui studi pustaka, pengkajian
2012). terhadap catatan lapangan dan dokumentasi
Maka peneliti tertarik untuk meneliti terapan kebijakan perusahaan.
pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat Teknik pengambilan data menggunakan
kerja yang dilaksanakan oleh PT. Bina Guna Kimia observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi
Kabupaten Semarang dengan panduan Peraturan yang digunakan adalah lembar Check List artinya
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: ”c ”,
PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan berisi nama subyek dan beberapa gejala dan
Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja, dan identitas lain dari sasaran pengamatan. Check list
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan hanya dapat menyajikan data yang kasar, sebab
Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor: hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala,
KEP.53/DJPPK/VIII/2009 tentang Pedoman kurang memberikan informasi bersifat kualitatif
Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas (Notoatmodjo, 2010).
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Wawancara yang digunakan dalam penelitian
Kerja. ini menggunakan jenis wawancara terpimpin
Diharapkan dari hasil penelitian ini (structured interview). Jenis ini dilakukan berdasarkan
menghasilkan output berupa gambaran terapan P3K pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan
dan rekomendasi. Sehingga output dapat digunakan sebelumnya. Sehingga pewawancara membacakan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan pertanyaan yang ada kepada informan. Pertanyaan
perusahaan dalam meningkatkan program dalam lembar wawancara disusun sedemikian rupa
penerapan pertolongan pertama pada kecelakaan di sehingga mencakup variabel yang ingin diteliti
tempat kerja yang sudah dilaksanakan. Karena (Notoatmodjo, 2010).Dokumen merupakan catatan
beberapa lingkungan kerja memiliki risiko cedera, peristiwa yang sudah lalu bisa dalam bentuk tulisan,
sehingga memerlukan jenis fasilitas dan foto, film, peratura. Dokumen digunakan dalam
perlengkapan pertolongan pertama sesuai penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
kebutuhan. hal, dokumen sebagai sumber data yang
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
METODE untuk meramalkan. Teknik analisis data
menggunakan Model Miles dan Huberman yaitu
Jenis penelitian yang digunakan dalam Data Collection (pengumpulan data), Data Reduction
penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Pada (reduksi data), Data Display (penyajian data), dan
umumnya penelitian deskriptif digunakan untuk Conclusion Drawing/Verification (Sugiyono, 2015).
membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut Penerapan P3K di Tempat Kerja terdiri dari
(Notoatmodjo, 2010).Penelitian dilaksanakan pada Petugas P3K di Tempat Kerja, fasilitas P3K di

250
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Tabel 1. Petugas P3K PT. Bina Guna Kimia


No Area Kerja Nama Jabatan Setatus
Team P3K Perusahaan Sertifikat
1. Warehouse Slamet Purwanto Petugas P3K Store Keeper Tersertifikasi
2. Granule Bangun S. Petugas P3K Foreman Tersertifikasi
3. Granule Rumini Petugas P3K Operator Tersertifikasi
4. Maintenance Engineering Sigit S. Petugas P3K Foremen Tersertifikasi
5. Herbisida Jaswadi Petugas P3K Supv Tersertifikasi
6. Herbisida Fradil C Aksani Petugas P3K Foremen Tersertifikasi
7. Insectisida Faizin Petugas P3K Operator Tersertifikasi
8. Insectisida Muhyani Petugas P3K Foremen Tersertifikasi

Tempat Kerja yang mencakup bagian Ruang Ayat 1. Standar tersebut sesuai dengan ILO, untuk
P3K, Kotak P3K dan Isi, Alat Evakuasi dan perusahaan risiko tinggi seperti pabrik kimia dengan
Transportasi, serta fasilitas tambahan yang jumlah pekerja lebih dari 100 maka satu petugas
disesuaikan dengan adanya bahaya khusus.Sistem P3K setiap 100 pekerja atau kurang (ILO, 2013).
pertolongan pertama yang efektif di tempat kerja Pada pedoman lain, disebutkan jika tempat kerja
merupakan faktor penting untuk penanganan dengan katagori besar seperti perusahaan kimia
kecelakaan atau penyakit yang mendadak di tempat dengan pekerja lebih dari 50 orang, maka tambah
kerja. Hal ini dapat menghasilkan lingkungan yang satu Petugas P3K setiap 50 pekerja, dan dimana ada
sehat dan aman serta menimbulkan persepsi atas bahaya yang memerlukan ketrampilan pertolongan
risiko yang lebih baik dikalangan pekerja (Win, pertama khusus, maka setidaknya satu petugas P3K
2015). dilatih sesuai kebutuhan dari bahaya tersebut (West
Petugas P3K di PT. Bina Guna Kimia telah Lothian Council, 2012).
memenuhi syarat. Persyaratan sebagai petugas P3K Ketersediaan jumlah Petugas P3K harus
ditempat kerja adalah bekerja pada perusahaan yang dibagi, hal ini diatur dalam Permenakertrans No. 15
bersangkutan, sehat jasmani dan rohani, bersedia tahun 2008 Pasal 5, Ayat 2. Sedangkan dalam Pasal
ditunjuk sebagai petugas P3K, serta memiliki 5, Ayat 2 (a) disebutkan jika unit kerja berjarak 500
pengetahuan dan ketrampilan dasar dibidang P3K meter maka harus disediakan petugas P3K sesuai
dan dibuktikan dengan sertifikat. Persyaratan jumlah pekerja dan bahaya. Hal ini sudah
tersebut sudah sesuai dengan Permenakertrans No. dilaksanakan oleh PT. Bina Guna Kimia, karena
15 tahun 2008 Pasal 3, Ayat 2 (a s.d. d). desain bangunan terpisah maka setiap area kerja
Berdasarkan hasil studi dokumen dan terdapat Petugas P3K.Permenakertrans No. 15
observasi didapatkan bahwa PT. Bina Guna Kimia tahun 2008 Pasal 5, Ayat 2 (b), disebutkan jika
memiliki 8 Petugas P3K sudah berseritifikat yang terdapat bangunan bertingkat harus terdapat Petugas
menempati 5 area kerja yaitu Warehause, Granule, P3K disetiap lantainya sesuai jumlah pekerja dan
Maintenance Engineering, Herbisida, dan Insectisida. bahaya. Desain bagunan di PT. Bina Guna Kimia
Perusahaan harus melakukan penilaian risiko adalah bangunan satu lantai, meskipun terdapat
untuk menentukan tingkat risiko yang ada untuk platform namun hal tersebut masih dalam satu ruang
menentukan jumlah petugas P3K(How & dan terlihat. Sehingga tidak diperlukan Petugas
Karuppiah, 2015). PT. Bina Guna Kimia masuk P3K.
dalam tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi, Jika terdapat jadwal kerja shift, maka harus
dan jumlah pekerja >100, maka jumlah Petugas diperhatikan jumlah Petugas P3K disetiap shift kerja
P3K 1 orang untuk setiap 100 orang atau kurang. (How & Karuppiah, 2015). Pada Permenakertrans
Dengan demikian harus menyediakan 4 Petugas No. 15 tahun 2008 Pasal 5, Ayat 2 (c) juga diatur
P3K, karena memiliki jumlah pekerja 331. Dengan ketersediaan Petugas P3K disetiap shift kerja. PT.
jumlah petugas P3K 8 orang maka sudah sesuai Bina Guna Kimia menerapkan tigashift kerja. Tabel
denganPermenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 5, 1 memperlihatkan jika pembagian Petugas P3K

251
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

belum bisa mengisi disetiap shift kerja. Kekurangan Fasilitas P3K di tempat kerja mencakup
ini ditutup dengan penempatan petugas satu Ruang P3K, Kotak P3K dan Isi, Alat Evakuasi dan
paramedis.Selain hal tersebut, PT. Bina Guna Kimia Transportasi, serta Alat Pelindung Diri dan
juga membekali latihan P3K untuk pekerja lainnya. Peralatan Khusus.Permenakertrans No. 15 tahun
Serta terdapat Petugas Safety yang sudah mendapat 2008 Pasal 9, ayat 1 (a) dan (b) menjelaskan
pelatihan P3K. pengurus wajib menyediakan Ruang P3K dengan
Pekerja yang menjadi Petugas P3K di tempat ketentuan memperkerjakan pekerja 100 orang atau
kerja, sudah menjalankan tugas seperti dalam lebih, memperkerjakan pekerja kurang dari 100
Permenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 6. Tugas orang, dengan potensi bahaya besar.PT. Bina Guna
tersebut berupa a) melaksanakan tindakan P3K, b) Kimia sudah menyediakan Ruang P3K yang jadi
merawat fasilitas P3K, c) mencatat setiap kegiatan satu dengan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja
P3K di buku kegiatan, dan c) melaporkan kegiatan perusahaan (UPKK). Pada panduan lain, Ruang
P3K ke pengurus.Petugas P3K rata-rata dalam P3K direkomendasikan untuk tempat kerja yang
melaksanakan tugas sebagai Petugas P3K di tempat memiliki risiko tinggi dengan pekerja 100 orang atau
kerja dibantu oleh Petugas Paramedis dan lebih (Safe Work Australia, 2012).
Dokter.Disebutkan juga dalam pedoman lain, Persyaratan Ruang P3K yang dituangkan
petugas P3K memiliki dua tanggung jawab. Pertama dalam Permenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 9,
memberikan pertolongan pertama pada seseorang ayat 2. Persyaratan tersebut berupa lokasi Ruang
terluka atau sakit di tempat kerja sesuai dengan P3K yaitu: a) dekat dengan toilet atau kamar mandi,
pelatihan yang sudah didapatkan, termasuk b) dekat jalan keluar, c) mudah dijangkau dari area
menghubungi ambulan dan bantuan profesional kerja, d) dekat dengan tempat parkir kendaraan.
lainnya. Kedua merawat Kotak P3K, memastikan Dari persyaratan lokasi Ruang P3K, PT. Bina Guna
isinya sesuai dan mengisi kembali Kotak P3K (West Kimia telah memenuhi persyaratan. Pemenuhan
Lothian Council, 2012). tersebut berupa lokasi toilet dalam satu bangunan,
PT. Bina Guna Kimiamemasang samping gerbang sebagai pintu utama, dekat jalan
pemberitahuan nama dan lokasi Petugas P3K di keluar, mudah diakses dan lokasi berada di samping
tempat yang mudah terlihat, ditempel dekat Kotak parkir kendaraan.
P3K beserta informasi penting lainnya. Pemasangan
pemberitahuan sesaui denganPermenakertrans No. Permenakertrans No. 15 tahun 2008
15 tahun 2008 Pasal 7, Ayat 1. Petugas P3K di PT. mengatur syarat Ruang P3K, baik dari lokasi
Bina Guna memiliki tanda khusus berupasticker maupun desain dan interior yang harus dipenuhi
berbentuk persegi panjang, berwarna dasar hijau yaitu: a), mempunyai luas minimal cukup untuk
dengan gambar palang berwarna putih, dengan menampung satu tempat tidur pasien dan masih
tulisan First Aid berwarna putihditempel di bagian terdapat ruang gerak bagi Petugas P3K serta fasilitas
depan helm. Warna helm disesuaikan dengan jenis P3K lainnya, b) bersih dan terang, ventilasi baik,
pekerjaan. Pemberian tanda khusus tersebut sesuai memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk
Permenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 7, Ayat memindahkan korban, c) diberi tanda papan nama
2.Pengurus harus memberitahukan kepada pekerja yang jelas dan mudah dilihat. Ruang P3K, PT. Bina
informasi dan instruksi pertolongan pertama. Guna Kimia cukup luas,ada dua tempat tidur, ada
Informasiberupa lokasi peralatan dan Fasilitas P3K, ruangbergerak dan menempatkan fasilitas seperti
nama dan lokasi Petugas P3K, dan prosedur yang meja, kursi, lemari kaca penyimpan alat, wastafel,
harus diikuti saat pertolongan pertama dibutuhkan. kotak penyimpan ASI. Kebersihan selalu dijagaa,
Informasi harus mudah dipahami, dapat diakses dan karena setiap hari dibersihkan. Sumber cahaya dari
mempertimbangkan tingkat bahasa serta literasi dari lampu dan cahaya matahari.Ventilasi baik, pintu
pekerja (Safe Work Australia, 2012). Pemberitahuan lebar dengan dua daun pintu,aksesluas untuk
tanda ini penting untuk memberi informasi dan memindahkan korban. Bagian luar bangunan
diperlukan dalam keadaan khusus (Zamanian, terdapat papan nama yang jelas dan mudah dilihat.
2013). Papan nama berupa plang berwana putih dengan

252
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Gambar 1. Ruang P3K PT. Bina Guna Kimia

tulisan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja PT. Bina beberapa fasilitas: a)akses mudah ke wastafel
Guna Kimia berwarna hitam, disertai lambang dengan air panas dan dingin, serta akses ke fasilitas
perusahaan dan lambang K3. Ukuran plang, lebar toilet, b) tersedia ruang pemerikasaan secara privasi
0.5 meter kali panjang 2.5 meter. bisa berupa tirai atau pintu,c) bisa diakses kapanpun
Ruang P3K sekurang kurangnya dilengkapi termasuk shift malam,d) dapat diakses dengan
dengan: a)wastafel dengan air mengalir, b) kertas mudah, serta memiliki lebar pintu minimum satu
tisue atau lap, c) tandu, d) bidai, e) kotak P3K dan meter untuk akses tandu,f) memiliki penerangan
isi, f) tempat tidur dengan bantal dan selimut, g) yang baik dan berventilasi, g) memiliki luas lantai14
tempat menyimpan alat-alat, h) sabun dan sikat, i) m² sebagai pedoman, i) memiliki pintu masuk yang
pakaian bersih untuk penolong, j) tempat sampah, ditandai dengan jelas dengan papan tanda P3K
dan k) kursi tunggu. Perlengkapan Ruang P3K ini (New Zealand Government, 2020). Namun
sudah dilaksanakan oleh PT. Bina Guna Kimia. penerapan di PT. Bina Guna Kimia, wastafel hanya
Sebagai perbandingan, dipedoman lain mengeluarkan air biasa, untuk luas bangunan adalah
disebutkan jika Ruang P3K harus memenuhi 5 m x 13 m (65 m²).
Fasilitas P3K di tempat kerja, selanjutkan (Riswanto, 2018). Pasal 10 (b) isi kotak P3K harus
adalah Kotak P3K yang diatur dalam Pasal 10. sesuai dengan lampiran peturan dan tidak boleh diisi
Kotak P3K memiliki persyaratan. Pasal 10 (a) bahan atau alat lain. PT. Bina Guna Kimia sudah
disebutkan jika kotak P3K terbuat dari bahan yang menyedian Kotak P3K. Hasil observasi, PT. Bina
kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih Guna Kimia memiliki 13 Kotak P3K di 13 area
dengan lambang P3K berwarna hijau. Kotak P3K kerjatidak termasuk satu Kotak P3K di Ruang P3K.
PT. Bina Guna Kimia berbentuk tas dengan bahan Rincian penempatan Kotak P3K yaitu Post security,
kain. Dengan warna dasar putih, berlambang palang Office, Warehouse (WH) 1, Granule, WH 2, TPS
(P3K) berwarna hijau, serta terdapat tanda huruf A Cair, WP (produk Granule), Maintenance, Herbisida,
sebagai penunjuk bahwa Kotak P3K tersebut TPS Padat, WH 3-4, Insectisida, dan QC (Laboratory)
berjenis A. Pada tas P3K, terdapat tali yang Kotak P3K yang dimiliki oleh PT. Bina Guna
memudahkan untuk dijinjing. Selain tali untuk Kimiaberjenis A.Kotak P3K jenis A untuk 25
tangan, terdapat juga tali selempang yang bisa pekerja, Kotak B untuk 50 pekerja, dan Kotak C 100
dipakai seperti tas selempang. pekerja (Permenakertrans, 2008). Hasil observasi
Penyediaan Kotak P3K beserta isi serta setiap shift kerja, area granuleter banyak yaitu 25
menjaga kesesuaian isi di setiap unit kerja, salah pekerja dibandingkan lainnya.
satu bentuk komitmen perusahan kepada pekerja

253
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

ANSI/ISEA Z308.1-2014 membagiKotak hendak digunakan, b) disesuaikan dengan jumlah


P3K menjadi dua.Kelas A untuk cederaumum pekerja, jenis dan jumlah kotak P3K, c) tempat kerja
ditemui di tempat kerja, dan kelas B untuk tempat berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit
kerja yang lebih padat, komplek, dan atauberisiko kerja harus menyediakan Kotak P3K sesuai jumlah
tinggi(ANSI, 2015). British Standard BSI-8599 pekerja, d) tempat kerja di lantai berbeda pada
membagi Kotak P3K menjadi tiga yaitu Small Kit, gedung bertingkat harus disediakan kotak P3K
Medium kit, dan Large kit dengan peletakan sesuai jumlah pekerja.
berdasarkan katagori bahaya. Katagori bahaya Hasil observasipeletakan Kotak P3K
rendah seperti kantor dan perpusatakaan, jika ditemukan hasil sebagai berikut.Pada bagian Office,
memiliki perkerja kurang dari 25 maka satu Kotak WH 2, dan TPS Padat, Kotak P3K terhalang objek
P3K Kecil. Jika pekerja 25-100 satu Kotak P3K lain, dan bagian Maintenance kurang pencahayaan
Medium. Jika lebih dari 100 pekerja,satu Kotak P3K sehingga tidak mudah terlihat. Kotak P3K
Besar per 100 pekerja. Katagori bahaya tinggi seperti diletakkan pada area yang mudah dijangkau, saat
tempat kerja dengan mesin bahaya atau alat tajam, mengambil tidak perlu jinjit. Penempatan Kotak
konstruksi, jika memiliki pekerja kurang dari 5,satu P3K tidak diberi tanda arah penunjuk lokasi Kotak
Kotak P3K Kecil. Jika memiliki pekerja 5-25, satu P3K, dan pada bagian Office serta WH 2 tidak
Kotak P3K Medium. Jika pekerja lebih dari 25, satu ditemukan label nama Kotak P3K yang terlihat
Kotak P3K Besar per 25 pekerja(West Lothian jelas. Tanda keamanan termasuk untuk fasilitas
Council, 2012). darurat berupa Kotak P3K, Emergency Shower, dan
Hasil observasi menunjukkan jika ada Eye Wash harus diberi tanda sesuai peraturan
beberapa kotak P3K yang isinya belum sesuai (Claudia, 2019).
dengan ketentuan. Kotak P3K di Post Securitytidak Penempatan Kotak P3K sudah mendapatkan
ditemukan plaster cepat. Kotak P3K bagian WH 1 cahaya yang cukup kecuali di area Maintenance tidak
tidak ditemukan perban (lebar 5 cm). Kotak P3K di memiliki cukup cahaya. Semua Kotak P3K mudah
Granule kasa steril sejumlah 19 buah, yang harusnya dibawa jika hendak digunakan, serta setiap unit
20 buah. Kotak P3K di TPS cair tidak ditemukan kerja berjarak 500 meter atau lebih sudah diberi
perban (lebar 5 cm), perban (lebar 10 cm), dan gelas Kotak P3K. PT. Bina Guna Kimia tidak ada
untuk cuci mata. Kotak P3K di WP ditemukan 18 bangunan bertingkat, sehingga Kotak P3K semua
buah kasa steril terbungkus dari yang seharusnya 20 berada pada bangunan satu lantai.
buah. Kotak P3K di Office dan WH 2, ketentuan isi Permenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 11,
sudah sesuai dengan peraturan. perusahaan harus menyedian alat evakuasi dan
Tabel 3, menunjukan Kotak P3K di TPS transportasi sebagai penunjang fasilitas P3K di
Padat, Insektisida dan QC sudah sesuai dengan tempat kerja. PT. Bina Guna Kimia memiliki alat
ketentuan peraturan. Kotak P3K di Maintenance evakuasi dan transportasi berupa Tandu Spinal dan
tidak ditemukan plester cepat dan pinset. Kotak P3K mobil kendaraan perusahaan. Tandu Spinal yang
di herbisida dan WH 3-4 ditemukan 18 kasa steril dimiliki PT. Bina Guna Kimia sejumlah 10 buah.
terbungkus, yang seharusnya berisi 20 buah. Penempatan Tandu Spinal berdekatan dengan
Pasal 10 (c) menyebutkan syarat Kotak P3K. Area kerja yang memiliki Tandu Spinal
penempatan Kotak P3K yaitu: a) pada tempat yang adalah UPKK (Ruang P3K), WH 1, Granule, WH 2,
mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang WP, Maintenance, Herbisida, TPS Padat, WH 3-4,
jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila dan Insektisida.
Fasiltas P3K di tempat kerja termasuk alat pelindung diri (APD). Pengaturan tersebut terdapat dalam
Permenakertrans No. 15 tahun 2008 Pasal 8, Ayat 2. APD sudah disediakanPT. Bina Guna Kimia, diri hasil
observasi dan studi dokumen PPE Assesement Formdan Spesifikasi, APD yang tersedia berupa: a)bagian kepala
berupaHelmet, Fire Helmet, dan WeldingHelmetHard Hat, b)bagian mata berupa Safery Glasses, Goggles, Welding Glass,
c) bagian muka atau wajah berupa Face Shield, Welding Face Shield, d) bagian telinga berupa Ear Plug, dan Ear Muff,
e) bagian tangan berupa Cotton Gloves, Cut Resistance Gloves, Working Gloves, Welding Gloves, Nitril Gloves, dan Leather
Gloves, f) bagian badan berupa APRON

254
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Gambar 2. Kotak P3K PT. Bina Guna Kimia

Wearpack, dan Welding Jacket, g)untuk pernafasan dan satu di formulasi lantai satu. Di area kerja Tank
berupa Respirator Mask, Filter dengan tipe Catrige Farm, QC, Loading Sand, dan Glukose terdapat
7004 K dan Prefilter 771, dan Powered AirPurifying masing-masing satu Emergency Shower.
Respirator (PAPR), h) bagian kaki berupa Safety PT. Bina Guna Kimia memiliki 13 alat Eye
Shoes, Safety Boot, Welding Shoes, dan Leather Shoes Wash, yang di letakkan di area berikut. Di area
(PT. Bina Guna Kimia, 2018). Granule terdapat tiga buah yaitu di lantai dua
Fasilitas tambahan berupa peralatan khusus formulasi, lantai tiga formulasi, dan formulasi rugby.
yang diatur dalam Permanakertrans nomor 15 tahun Di area WP terdapat dua buah di bagian formulasi
2008 Pasal 8, Ayat 3. Peralatan khusus yaitu alat lantai dua dan tiga. Di area Herbisida terdapat dua
untuk pembasahan tubuh cepat (EmergencyShower) buah di bagian formulasi lantai dua dan formulasi
dan pencuci mata (Eye Wash). Hasil observasi lantai dua bagian selected product. Di area Insektisida
menunjukan PT. Bina Guna Kimia sudah memiliki terdapat tiga buah di bagian formulasi lantai dua.
peralatan khusus tersebut, untuk pemberian Dan masing-masing satu buah di area kerja
pertolongan pertama dari bahaya bahan Workshope Maintenance, Bengkel Folklift, dan depan
kimia.Ketika paparan bahan kimia mengenai mata Ruang Genset.
atau tubuh pekerja dapat mengakibatkan luka bakar, Penempatan Emergency Shower dan Eye Wash
kecacatan, bahkan mengancam jiwa.Peletakan harus memenuhi syarat. Ada beberapa syarat yang
Emergency Shower dan Eye Wash harus didasarkan di persyaratkan oleh American National Standards
dari hasil peniliaian risiko agar peletakan sesuai Institute dalam ANSI/ISEA Z358.1-2004. Beberapa
dengan kebutuhan. Selaian peletakan, bentuk dan persyaratan tersebut berupa: a) dapat dijangkau
desain Emergency Shower dan Eye Wash harus sesuai dengan waktu 10 detik atau 10-20 kaki dari sumber
dengan standar agar dapat berfungsi dengan optimal bahaya, b) jalur menuju ke lokasi terbebas dari
(Pate & Wilke, 2020) penghalang dan media yang bisa membuat pekerja
T. Bina Guna Kimia memiliki 15 alat tersandung, c) air dapat terpancar selama 15 menit,
Emergency Showeryang diletakkan di area berikut: d) mudah dilihat, e) dekat pintu darurat agar,
Area Granule terdapat dua yaitu di formulasi dan evakuasi lebih lanjut mudah dilakukan; f) memiliki
packing palleting. Di area kerja TPS Cair dan TPS sistem drainase baik dan tidak berdekatan dengan
Padat masing-masing satu. Di area kerja WP di sumber listrik atau peralatan elektronik; g) memiliki
bagian formulasi lantai 1. Di area kerja Herbisida tanda yang mudah terlihat dan menyala; h) tempat
terdapat dua yaitu di area formulasi. Pada bagian kerja di lantai berbeda gedung bertingkat terdapat
Insektisida terdapat tiga dibagian packing palleting Emergency Shower atau Eye Wash (ANSI, 2014).

255
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Hasil observasi penempatan Emergency mendorong tuas di samping dan air yang keluar
Shower dan Eye Wash dapat dijangkau dari lokasi ditampung dalam drum yang sudah ada.
kerja dengan jarak tempuh 10 detik atau 10-20 kaki. Pengecekan juga melihat dari ketinggian dan
Syarat kedua terbebas dari penghalang dan bahan jangkauan air dari Eye Wash dapat menjangkau
tersandung. Pada area kerja Workshope Maintenance kedua mata dan mengalir kesisi temporal disetiap
penempatan Emergency Shower terhalang oleh hasil mata (Jones-jordan, 2018).
perbaikan alat. Syarat ketiga air dapat memancar Hasil dari pemeriksaan didapatkan semua alat
selama 15 menit. Pengecekan dilakukan dengan Emergency Shower dan Eye Wash dapat berfungsi
memancarkan air dari Emergency Shower dan Eye mengeluarkan air. Syarat keempat dan kelima yaitu
Wash. Pada Emergency Shower dilakukan dengan mudah dilihat dan dekat pintu darurat. Hasil
menarik tuas yang menggantung untuk observasi penempatan Emergency Shower dan Eye
mengeluarkan airnya.Untuk mengetahuaiEmergency Wash mudah dilihat oleh pekerja, sehingga saat
Showerberfungsi dengan membungkus tempat keluar dibutuhkan pekerja tidak kesulitan mencarinya.
air dengan kantong plastik bening besar untuk Selain mudah terlihat, juga sudah diletakkan
menampung air agar tidak membasahi area dekatpintu darurat. Penempatan dekat dengan pintu
kerja.Pengecekanfungsi Eye Wash dengan cara darurat berfungsi untuk akses evakuasi yang cepat

Tabel 2. Isi Kotak P3K (Bagian 1)


Area Kotak P3K Jenis
No. Daftar Isi Post Office WH Granule WH TPS WP (A)
Security 1 2 Cair
1. Kasa steril terbungkus 20 20 20 19 20 20 18 20
2. Perban (lebar 5 cm) 2 2 0 2 2 0 2 2
3. Perban (lebar 10 cm) 2 2 2 2 2 0 2 2
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 2 2 2 2 2 2 2
5. Plester Cepat 0 10 10 10 10 10 10 10
6. Kapas (25 gram) 1 1 1 1 1 1 1 1
7. Kain segitiga/mittela 2 2 2 2 2 2 2 2
8. Gunting 1 1 1 1 1 1 1 1
9. Peniti 12 12 12 12 12 12 12 12
10. Sarung tangan sekali 2 2 2 2 2 2 2 2
pakai (pasangan)
11. Masker 2 2 2 2 2 2 2 2
12. Pinset 1 1 1 1 1 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1 1 1 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1 1 1 0 1 1
15. Kantong plastik bersih 2 2 2 2 2 2 2 1
16. Aquades (100 ml lar. 1 1 1 1 1 1 1 1
Saline)
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1 1 1 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1 1 1 1 1 1
19. Buku panduan P3K di 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempat Kerja
20. Buku catatan 1 1 1 1 1 1 1 1
21. Daftar isi kotak 1 1 1 1 1 1 1 1

256
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

jika pekerja memerlukan penanganan lebih lanjut platform. Penempatan diletakkan dekat akses keluar
(Ridasta, 2020). masuk, dan jika platform lumayan luas, maka Eye
Syarat keenam memiliki drainase yang baik. Wash diletakkan pada bagianujung dan tengah
Emergency Shower PT. Bina Guna Kimia tidak platformagar mudah untuk mengakses.
dilengkapi dengan penampungan air bekas Pembahasan selanjutnya adalah Pelatihan
pembilasan. Air yang keluar dibiarkan saja P3K di Tempat Kerja. Pembahasan ini mengacu
membasahi lantai area kerja. Ketika ada pekerja pada Lampiran Keputusan Direktur Jenderal
yang menggunakan Emergency Shower maka kegiatan Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor:
produksi akan dihentikan pada area tersebut. Kep.53/DJPPK/VIII/2009 tentang Pedoman
Dilakukan upaya pengendalian tumpahan untuk Pelatihan Dan Pemberian Lisensi Petugas
mengatasi air bekas pembilasan oleh petugas K3 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di
perusahaan. Pada Emergency Shower yang di area Tempat Kerja. Kepetusan tersebut berdasarkan
Granule dengan sub area formulasi lantai 1 dan area Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008
kerja Loading Sand lokasi pemasangan dekat dengan tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di
saluran air. Kemudian penempatan Emergency Tempat Kerja, pasal 3 ayat 4 yang berbunyi
Shower tidak didalam ruangan seperti area kerja TPS pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi
Cair, Tank Farm, dan Glukose langsung diserap diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur
kedalam tanah karena lantai disana dipasang paving Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
yang mudah menyerap air. Untuk Eye Wash di PT. Pemberian pelatihan kepada karyawan tentang
Bina Guna Kimia yang diletakkan di platform pertolongan pertama ini sangat penting untuk
dilengkapi dengan tempat penampung air berupa menghadapi kasus darurat yang membutuhkan
drum. Untuk Eye Wash di area Bengkel Folklift dan pertolongan pertama di tempat kerja (Mahmoud,
Depan Ruang Genset dekat dengan drainase. 2017).
Syarat ketujuh, tidak berdekatan dengan Pekerja untuk menjadi Petugas P3K di PT.
sumber listrik. Instalasi listrik di PT. Bina Guna Bina Guna Kimia sudah sesuai dengan peraturan.
Kimia diletakkan di atas, tidak di lantai dasar untuk Dari segi peserta, diikuti oleh pekerja yang belum
mengurangi bahaya instalasi listrik terpapar air. pernah mengikuti pelatihan Petugas P3K di Tempat
Syarat kedelapan memiliki tanda yang mudah Kerja, ditunjuk oleh perusahaan, dan bekerja di PT.
dilihat dan menyala. Tanda Emergency Shower di PT. Bina Guna Kimia. Pedoman lain disebutkan untuk
Bina Guna Kimia berbentuk persegi panjang, menjadi Petugas P3K di tempat kerja ada dua
berwarna irisan hijau dan putih. Sisi warna hijau cara.Pertama dengan mengikutkanpekerja di
terdapat tulisan dan simbol Emergency Shower perusahaan untuk mengikuti pelatihan pertolongan
berwarna putih. Sisi warna putih terdapat tulisan pertama di tempat kerja. Kedua menunjuk pihak
dan simbol Eye Wash berwarna hijau. luar perusahaan dengan syarat sudah mendapatkan
Sedangkan untuk alat Eye Wash memiliki pelatihan pertolongan pertama di tempat kerja
tanda berbentuk persegi panjang bewarna hijau (Government of South Australia, 2020).
dengan tulisan dan simbol berwarna putih. Tanda Petugas P3K minimal harus memegang
Emergency Shower dan Eye Wash berukuran besar pernyataan pencepaian yang diakui secara nasional
mudah dilihat dan bewarna hijau menyala. Tetapi yang dikeluarkan oleh organisasi pelatihan terdaftar
hasil observasi di area kerja Glukose menemukan untuk pertolongan pertama (Government of Soulth
label atau tanda yang sudah pudar. Hasil tersebut Australia, 2020). Hasil pelatihan yang diakui
segera dilaporkan ke pengurus untuk diganti. menghasilkan kepercayaan diri peserta atas
Syarat kesembilan, terdapat juga di lantai pengakuan, ketrampilan, dan kompetensi yang
yang berbeda. Untuk penempatan Emergency Shower diperoleh (Publique, 2016). Penyelenggara pelatihan
di PT. Bina Guna Kimia hanya ada di lantai dasar. Petugas P3K di Tempat Kerja yang diikuti pekerja
Hal ini diberlakukan untuk menghindari cipratan air PT. Bina Guna Kimia dari Dinas Sosial, Tenaga
ke instalasi listrik. Sedangkan penempatan Eye Wash kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang. Salah
diberikan jugadi area yang menggunakan desain satu penyelenggara pelatihandalam peraturan

257
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

disebutkan adalah instansi yang bertanggungjawab menanggapi keadaan darurat yang tidak
dibidang pengawasan ketenagakerjaan (Kepdirjen mengancam jiwa (OSHA, 2006).
PPK, 2009).Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Instruktur pelatihan P3K di Tempat Kerja
Transmigrasi Kabupaten Semarang adalah salah yang dikuti oleh pekerja PT. Bina Guna Kimia
satu instansi yang bertanggungjawab dibidang berasal dari praktisi, akademisi, dan instansi
pengawasan ketenagakerjaan. pemerintahan. Peserta pelatihan dari pekerja PT.
Pekerja PT. Bina Guna Kimia yang mengikuti Bina Guna Kimia sudah mendapatkan evaluasi
pelatihan Petugas P3K di Tempat Kerja, sudah berupa post test, pre test dan praktik simulasi.
mendapat materi sesuai kurikulum yang disyaratkan Penilaian keberhasilan menyelesaikan pelatihan
Kepdirjen PPK tahun 2009.Occupational Safety and pertolongan pertama harus mencakup observasi
Health Administration(OSHA)menyebutkan materi instruktur terhadap ketrampilan dan penilaian
pelatihan harus: a) mencangkup metode tertulis dari peserta (OSHA, 2006).
pembelajaran, b) Mempersiapkan respon peserta Peserta pelatihan P3K di Tempat Kerja dari
untuk menghadapi keadaan darurat kesehatan, c) pekerja PT. Bina Guna Kimia sudah mendapat
menilai kejadian dan korban, d) menanggapi sertifikat pelatihan yang disahkan oleh Direktur
keadaan darurat yang mengancam jiwa, e) Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan

Tabel 3. Isi Kotak P3K (Bagian 2)


Area Kotak P3K Jenis
No. Daftar Isi Maintenance Herbisida TPS WH Insektisida QC (A)
Padat 3-4
1. Kasa steril terbungkus 20 18 20 18 20 20 20
2. Perban (lebar 5 cm) 2 2 2 2 2 2 2
3. Perban (lebar 10 cm) 2 2 2 2 2 2 2
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 2 2 2 2 2 2
5. Plester Cepat 6 10 10 10 10 10 10
6. Kapas (25 gram) 1 1 1 1 1 1 1
7. Kain segitiga/mittela 2 2 2 2 2 2 2
8. Gunting 1 1 1 1 1 1 1
9. Peniti 12 12 12 12 12 12 12
10. Sarung tangan sekali 2 2 2 2 2 2 2
pakai (pasangan)
11. Masker 2 2 1 2 2 2 2
12. Pinset 0 1 1 1 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1 1 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1 1 1 1 1
15. Kantong plastik bersih 2 2 2 2 1 1 1
16. Aquades (100 ml lar. 1 1 1 1 1 1 1
Saline)
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1 1 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1 1 1 1 1
19. Buku panduan P3K di 1 1 1 1 1 1 1
Tempat Kerja
20. Buku catatan 1 1 1 1 1 1 1
21. Daftar isi kotak 1 1 1 1 1 1 1

258
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Kerja. Didalam sertifikat, sudah dinyatakan pekerja memenuhi persyaratan sebagai Petugas P3K di
Tempat Kerja. Petugas P3K di Tempat Kerja PT. isi Kotak P3K tidak sesaui dengan ketentuan, c)
Bina Guna Kimia belum memiliki lisensi dan buku sudah menyediakan 10 Tandu Spinal sebagai alat
kegiatan Petugas P3K di Tempat Kerja. Pengakuan evakuasi dan kendaraan perusahaan untuk
pengurus, perusahaan belum mengajukan transportasi darurat, d) sudah menyediakan alat
permohonan untuk penerbitan lisensi, secara pelindung diri, e) peralatan khusus berupa
langsung buku kegiatan petugas P3K juga tidak 15Emergency Shower dan 13Eye Wash, meskipun
dimiliki oleh petugas P3K di PT. Bina Guna Kimia. dalam pemasangan terdapat ketidaksesuaian berupa
Buku Kegiatan Petugas P3K ini digunakan oleh terhalang, tanda yang pudar, besertaEmergency
petugas P3K untuk mencatat semua kegiatan dalam Showeryang tidak memiliki drainase, dan f) petugas
melakukan pertolongan pertama, latihan P3K PT. Bina Guna Kimia sudah mengikuti
pertolongan pertama, maupun pemeliharaan Kotak pelatihan sesuai syarat namun belum memiliki
P3K. Ada literatur menyatakan banyak ketrampilan lisensi dan buku kegiatan Petugas P3K di tempat
yang diperlukan dalam resusitasi jantung paru dan kerja.
pertolongan pertama yang dilupakan setelah Kelemahan penelitian ini yaitu ada
mendapat sertifikat pelatihan (Anderson, 2011). dokumentasi yang tidak bisa didapatkan serta tidak
Meskipun dapat menyelamatkan nyawa dalam melakukan pengukuran alat Emergency Shower dan
keadaan darurat, intervensi akan efektif jika orang Eye Wash. Peraturan yang digunakan sudah lama
memiliki ketrampilan, kepercayaan, dan yaitu tahun 2008, dan belum ada terbitan peraturan
kemampuan untuk membantu (Heard, 2020). yang terbaru. Bagi peneliiti selanjutnya, diharapkan
Pelatihan pertolongan pertama perlu ditingkatkan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
maka perusahaan membuat jadwal pelatihan P3K penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan
secara rutin. Peserta pelatihan tidak hanya diikuti P3K di tempat kerja pada sektor usaha sejenis
oleh petugas P3K, namun pekerja secara umum. maupun lainnya. Penelitian selanjutnya bisa
Materi pelatihan rutin disesuaikan dengan mengambil permasalahan lain seperti penyelenggara
kebutuhan dan masukan dari pekerja juga. pelatihan P3K di tempat kerja, atau untuk
mengetahui pengetahuan dan kemampuan Petugas
PENUTUP P3K di tempat kerja dalam menangani suatu kasus
kecelakaan di tempat kerja.
PT. Bina Guna Kimia menerapkan
Permenakertrans No. 15 tahun 2008 tentang DAFTAR PUSTAKA
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat
Kerja. Bentuk penerapannya seperti menyediakan Anderson, G. S., Gaetz, M., & Masse, J. 2011. First Aid
petugas P3K di tempat kerja sesuai syarat, Skill Retention of First Responders Within the
Workplace. Scandinavian Journal of Trauma,
mengikuti pelatihan sesuai pedoman pelatihan
Resuscitation and Emergency Medicine, 19(1):11.
Petugas P3K di tempat kerja, dan bersertifikat.
ANSI. 2014. Guardian Emergency Eyewash & Shower
Mengatur ketersediaan petugas P3K. Meskipun Technology, ANSI/ISEA Z358.1-2014 Compliance
dalam pelakasanaan terdapat kekurangan yaitu: a) Checklist. Gesafety.com.
jumlah petugas tidak terbagi kedalam tiga shift kerja, ANSI. 2015. American National Standard — Minimum
b) tugas petugas P3K masih dibantu oleh petugas Requirements for Workplace First Aid Kits and
paramedis dan dokter perusahaan, c) Petugas P3K Supplies, ANSI/ISEA Z308.1-2014. International
belum memiliki Lisensi dan Buku Kegitan petugas Safety Equipment Association.
P3K. Chairunnisa, S., & Widjasena, B. 2016. Analisis Mitigasi
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X.
Fasilitas P3K di tempat kerja sudah
4:108–118.
disediakan oleh PT. Bina Guna Kimia. Penyediaan
Claudia, R., María, P. P., & Ignacio, V.2019. Analysis of
berupa: a) Ruang P3K yang sudah sesuai dengan NOM-026-STPS-2008 in the Manufacturing
persyaratan, b) menyediakan 13 Kotak P3K berjenis Laboratory to Improve Productivity. Ingeneria
A dan isi, meskipun dalam observasi ditemukan ada Investigacion Y Tecnologia, xx(4): 1–13.

259
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Dalyono, N. F. 2016. Penerapan SMK3 Berdasarkan New Zealand Government. 2020. First Aid at Work.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 di PT. Wellington: Worksafe.
PLN Area Pelaksana Pemeliharaan Semarang. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Universitas Negeri Semarang. Jakarta: Rineka Cipta.
Fridayanti, N., & Kusumasmoro, R. 2016. Penerapan OSHA. 2006. Best Practices Guide  : Fundamentals of a
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT Ferron Workplace First-Aid Program, OSHA 3317-06N 2006.
Par Pharmaceuticals Bekasi. Jurnal Administrasi U.S Department of Labor, Occupational Safety &
Kantor, 4(1): 211–234. Health Administration.
Government of South Australia. 2020. First Aid in the Pate, W. J., & Wilke, J. 2020. Development and
Workplace Code of Practice. Adalaida. Implementation of a Clinical Eyewash and Safety
Heard, C. L., M.Pearce, J., & Rogers, M. B. 2020. Shower Risk Assessment Process in an Academic
Mapping the Public First-Aid Training Medical Center. ACS Chem. Health Saf, 27: 15–19.
Landscape  : a Scoping Review. Disasters,44(1): Pelealu, C. P., Tjakra, J., & Sompie, B. F. 2015. Penerapan
205–228. Aspek Hukum Terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Herlinawati, & Azhari, T. 2018. Hubungan Pengetahuan Kerja (Studi Kasus  : Proyek The Lagoon Tamansari
dan Sikap dengan Perilaku Pertolongan Pertama Bahu Mall). 3(5): 331–340.
pada Kecelakaan (P3K) pada Karyawan Gedung E Permenakertrans. 2008. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Bagian Benang. Jurnal Kesehatan, 9(1): 1–8. Transmigrasi Republik Indonesia Nomor  :
How, V., & Karuppiah, K. 2015. Filling the Gaps of the PER.15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan
Workplace First Aid Assessment by Considering Pertama pad Kecelakaan di Tempat Kerja. Biro
the Guidelines on Occupational Safety and Health, Hukum Sekertaris Jenderal Kementrian Tenaga
Malaysia. Asia Pacific Environmental and Kerja dan Transmigrasi RI.
Occupational Health Journal, 1: 23–25. PT. Bina Guna Kimia. 2018. Dokumen PPE Assesement
ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan Form & Spesifikasi APD. Ungaran,
dan Kesehatan Sarana untuk Produktivitas. Jakarta. PT. Bina Guna Kimia. 2019. Dokumen HIRADC
Jones-jordan, L. A., & Barr, J. T. 2018. Eye Wash Water Formulator 2019. Ungaran.
Flow Direction Study  : an Evaluation of the PubChem. 2020. Carbofuran | C12H15NO3 - PubChem.
Effectiveness of Eye Wash Devices with Opposite https://doi.org/10.5517/cc96klm
Directional Water Flow. Clinical Ophthalmology, Publique, S. F. S. P. S., Lafitte, P., Bridot, M., Semedo,
12: 669–676. L., & Gagnayre, R. 2016. Formation Secouriste
Kemnaker. 2019. National Occupational Safety and Health Sauveteur au Travail sur le Développement
(OSH) Profile In Indonesia 2018. Jakarta. Interpersonnel  : Etude Exploratoire Auprès des
Kepdirjen PPK. 2009. Keputusan Direktur Jenderal S é S c ’I P
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan First-Aid Training at Work on Interpersonal
NO.KEP.53/DJPPK/VIII/2009 Tentang Pedoman Development  : Exploratory Study on Employees
Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas Pertolongan in . Sante Publique, 28(2): 163–167.
Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Ridasta, B. A. 2020. Penilaian Sistem Manajemen
Kurniawan, D., Sandora, R., & Subekti, A. 2017. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Risiko Produksi Granule dengan Metode Hazard Laboratorium Kimia. HIGEIA Journal of Public
Identification Rist Assessment and Risk Control Health Research and Development, 4(1): 64–75.
(HIRARC) dan Pemilihan Solusi Menggunakan Riswanto, N., Arninputranto, W., & Rachmat, A. N.
Metode Benefit Cost Analysis (BCA) di 2018. Penyusunan Sistem Informasi Manajemen
Perusahaan Pestisida. Proceeding 1st Conference on Pemantauan dan Pengadaan Isi Kotak P3K
Safety Engineering and Its Application, 1: 98–105. Berbasis Web Menggunakan Metode Economic
Mahmoud, M. H. 2017. Designing and Implementing a Order Quantity dan Reorder Point ( Studi Kasus  :
First Aid Program for Employees of Female Perusahaan Produksi Pestisida ). Proceeding 1st
Health Colleges at Najran University. International Conference on Safety Engineering and Its Application, 1:
Journal of Advanced Research, 1(9): 269–285. 229–234.
Mitasari, O., Subekti, A., & Khairansyah, M. D. 2018. Safe Work Australia. 2012. First Aid in The Code of Practice.
Teknik Identifikasi Menggunakan Metode HIRDC Canberra.
dan FTA pada Pekerjaan Non Rutin di Industri Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Pengolahan Minyak Pelumas. Seminar Nasional K3 R&D. Bandung: Alfabeta.
PPNS, 2(1): 689–694. West Lothian Council. 2012. First Aid Managers
Guide.Livingston.

260
Afif, S. /Penerapan Pertolongan Pertama pada/ HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Win, K. N., Sri, H., Shamsiana, S., & Haji, B. 2015. dengan Peran Petugas Safety Repsentative dalam
Occupational Medicine & Health Affairs First Aid Penerapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Facilities in Workplaces in Brunei Darussalam for (P3K) di PT. Petrokimia Gresik. Universitas Jember.
2013 – 2014. Occupational Medicine & Health Affairs, Zamanian, Z., Afshin, A., Ah, D., & Hashemi, H. 2013.
3(6). Comprehension of Workplace Safety Signs  : A
Wulandari, C. 2012. Hubungan Antara Sistem Pertolongan Case Study in Shiraz Industrial Park. Journal of
Pertama pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja Occupational Health and Epidemiology, 2: 37–43.

261

Anda mungkin juga menyukai