Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMASI INDUSTRI

STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

OLEH 

NAMA  FITRI KARUNIA RAHMAH

NIM  223202089

ANGKATAN  34

FAKULTAS FARMASI USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan yang maksimal kepada masyarakat untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Hal ini sesuai

dengan Permenkes RI nomor 66 tahun 2016 yang mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan

kerja rumah sakit adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan

kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,

maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja di rumah sakit. Berdasarkan data dari WHO tahun 2010 menyatakan bahwa 59 juta petugas

kesehatan telah terpapar dengan berbagai macam bahaya setiap harinya. Terpaparnya tenaga

kesehatan dengan berbagai potensi yang berbahaya dapat menimbulkan penyakit infeksi akibat

kecelakaan kerja.

Rumah sakit (RS) merupakan sumber infeksi bagi petugas kesehatan, pasien dan juga

pengunjung. Risiko infeksi di rumah sakit dikenal dengan istilah infeksi nosokomial merupakan

masalah kesehatan global. Infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated

Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah global termasuk di Indonesia. World Health

Organization (WHO) menunjukkan bahwa prevalensi kejadian HAIs pada pasien sebesar 7% di

negara maju dan 10% di negara berkembang terjadi setiap tahunnya (WHO, 2016). Kejadian

infeksi nosokomial di sepuluh RS Indonesia tahun 2010 cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-

rata 9,8%. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada RS di Indonesia bervariasi

antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan (Jeyamohan, 2010).


Salah satu dari kewaspadaan standard adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

APD ini digunakan sesuai indikasinya dari tiap- tiap jenis APD (Kemenkes RI, 2017). Alat

Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk

melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi

bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Ada hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:

a. Pengujian mutu : Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk

menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang

diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.

b. Pemeliharaan alat pelindung diri : Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar

sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat

memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja. Terkhusu

c. Ukuran harus tepat : Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga

kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan

gangguan pada pemakaiannya.

d. Cara pemakaian yang benar : Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-

alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

Tujuan Alat Pelindung Diri (Apd)

a. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat

dilakukan dengan baik.

b. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.


c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)

a. Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi

bahaya/kecelakaan kerja.

b. Mengurangi resiko akibat kecelakaan.

Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (Apd)

Alat Delindung Diri meliputi sarung tangan, masker/respirator, pelindng mata (perisai muka,

kacamata), kap, gaun, apron, da barang lainya (Tarwaka, 2008), sarung tangan ( sarung tangan

bedah, sarung tangan pemeriksaan, sarung tangan rumah tangga), masker, respirator, pelindung

mata, penutup kepala/kap, gaun, apron dan alas kaki.

Kesimpulan dari narasi ilmiah di atas yaitu Alat Pelindung Diri atau APD sangat penting

dan diperlukan oleh petugas rumah sakit atau siapapun yang memiliki resiko kecelakaan

atauapun bahaya dalam bekerja. Oleh karena itu APD harus benar-benar di pelajari dan dipahami

baik dalam penggunaannya ataupun pemeliharaannya agar APD bisa berfungsi dengan baik.

APD merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan, bukan

menghilangkan kecelakaan itu sendiri. APD. APD harus selalu dirawat agar dapat digunakan

sesuai dengan ketentuan. Dan sebaiknya setiap pekerja sebaiknya menggunakan APD.

Penggunaan APD sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Pemantauan terhadap APD

harus rutin dilakukan, agar dalam penggunaan lebih optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Jeyamohan, D. (2010). Angka prevalensi infeksi nosokomial pada pasien luka operasi pasca

bedah di Bagian Bedah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dari

Bulan April sampai September 2010. Universitas Sumatera Utara.

Kementerian Kesehatan RI. (2017) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tentang Pedoman

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

World Health Organization. (2015). Gloves use information leaflet. Diperoleh dari

https://www.who.int/gpsc/5may/Gl ove_Use_Information_Leaflet.pdf

World Health Organization. (2016). Guidelines on core components of infection prevention and

control programmes at the national and acute health care facility level. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai