BAB I
PENDAHULUAN
dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
dan layanan terkait lainnya selama 24 jam sehari, 7 hari per minggu.
yang sangat kompleks dengan berbagai macam obat, tes dan prosedur, alat dan
jam secara terus menerus. Apabila keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
tidak dikelola dengan baik maka dapat menimbulkan Kejadian Tidak Diharapkan
Pencegahan cidera sendiri didefinisikan bebas dari bahaya yang terjadi dengan
tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan medis. Praktik
1
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.
2
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
keselamatan pasien adalah mengurangi risiko kejadian yang tidak diinginkan yang
promosi dan pemeliharaan tertinggi tingkat fisik, mental dan kesejahteraan sosial,
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku standar
pelayanan rumah sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi rumah sakit
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman dan sehat sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan
berpotensi akan terjadi infeksi nosokomial, tidak hanya bagi pasien tapi juga bagi
kecelakaan kerja di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja industri lainnya.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, tergores, dan penyakit infeksi
(Sholihah, 2013).
maka perawat harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja.
dari potensi bahaya di tempat kerja. APD untuk keperluan kewaspadaan standar
terdiri atas sarung tangan, gaun pelindung, pelindung mata dan masker bedah.
medis pada pasien merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir risiko yang terjadi dan sebagai bentuk jaminan keselamatan dan
dan Keselamatan Kerja (K3) perawat di rumah sakit sangat penting, karena
tindakan perawat sekecil apapun dapat menimbulkan risiko terhadap perawat dan
seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang
harus dilakukan dan ditaati sesuai prosedur tetap (protap). Rendahnya perilaku
APD dapat dipengaruhi oleh adanya otoritas dari instansi tempat bekerja sehingga
keharusan. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya kemauan dari diri sendiri atau
perawat dengan pengetahuan yang baik lebih banyak menggunakan alat pelindung
diri daripada perawat yang memiliki pengetahuan cukup. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka
semakin baik pula tingkat kesadaran dan kedisiplinan seseorang dalam hal
Berdasarkan hasil penelitian Udin (2016) di Rumah Sakit Sari Asih Serang
komunikasi yang baik dengan pihak rumah sakit dan ketersediaan alat pelindung
Namun penelitian yang dilakukan oleh Khaeriyah (2012) dan Udin (2016)
hanya menggunakan sedikit variabel yaitu pendidikan, masa kerja, sikap dan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masih menjadi salah satu masalah
Tabel 1.1 Capaian Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di RSUD
Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2019
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa target penggunaan Alat Pelindung Diri
September), dari 100% di triwulan pertama (Januari – Maret) dan triwulan kedua
(April – Juni) menjadi hanya 80%. Selain itu Tabel 1.1 juga menunjukkan
66,5%.
ini adalah rata-rata kepatuhan penggunaan APD pada bulan Januari sampai
mencapai target yaitu dengan capaian pada triwulan 1 dan 2 sebesar 89,2% dari
Faktor Individu :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Masa Kerja
e. Pengetahuan
f. Beban kerja
1. Faktor Individu
a. Umur
b. Jenis kelamin
jauh.
c. Pendidikan
d. Masa Kerja
lama bekerja memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang lebih
sesuai dengan ketentuan yang telah mereka kenal dan merasa tidak
sesuai.
e. Pengetahuan
menggunakan APD.
f. Beban Kerja
dengan cara merubah pola pikir individu. Beban kerja yang berat dapat
2. Faktor Organisasi
a. Pengawasan
dilakukan.
b. Ketersediaan fasilitas
termasuk alat medik maupun non medik yang dibutuhkan oleh rumah sakit
dalam memberikan pelayanan yang baik bagi pasien. Salah satu cara yang
rumah sakit wajib untuk menyediakan APD. Dengan adanya APD yang
menggunakannya.
terdapat hukuman jika seseorang tidak melakukan hal tertentu, maka orang
tersebut akan takut jika tidak melakukan hal yang dimaksud. Adanya
a. Status lokasi
reputasi yang timbul dari keberhasilan, prestasi, dan atribut lain dari
seseorang (Shaw, 1979). Semakin tinggi prestige yang dimiliki oleh rumah
sakit, maka semakin tinggi pula rasa bangga yang dimiliki oleh tenaga
figur otoritas yang telah dianggap sah dan dipercaya telah memiliki
meningkat.
atasan. Salah satu faktor yang jelas dalam percobaan Milgram tentang
(Atkindon, 1983). Lebih mudah untuk melawan perintah dari figur otoritas
jika mereka tidak dekat (Dewey, 2007). Sebaliknya, ketika sosok otoritas
1963). Seseorang yang memiliki status dan kekuasaan sosial lebih tinggi
akan lebih dipatuhi daripada seseorang dengan status sosial yang sama.
oleh sosok yang memiliki status kekuasaan dan kekuasaan sosial yang
lebih tinggi.
Jika perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, maka perawat
seseorang dalam sebuah kelompoknya setara satu sama lain. Salah satu
bekerja sama dengan perawat lain yang relatif patuh untuk menggunakan
APD, maka perawat tersebut akan terdorong untuk ikut patuh dan begitu
pula sebaliknya.
b. Kualitas interaksi
kepuasan.
c. Keyakinan
ketidakpatuhan.
d. Sikap
e. Kepribadian
f. Isolasi sosial
proses pengobatan.
Bojonegoro?
Bojonegoro.
menjadi sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.