Anda di halaman 1dari 17

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat yang berperan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit). Sedangkan menurut WHO (2015), rumah sakit merupakan institusi

pelayanan kesehatan yang memiliki staf professional yang terorganisir dan

menyediakan fasilitas rawat inap, serta menyelenggarakan pengobatan, perawatan,

dan layanan terkait lainnya selama 24 jam sehari, 7 hari per minggu.

Sebagai penyedia jasa di bidang kesehatan, rumah sakit merupakan tempat

yang sangat kompleks dengan berbagai macam obat, tes dan prosedur, alat dan

teknologi, serta bermacam profesi yang memberikan pelayanan pasien selama 24

jam secara terus menerus. Apabila keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut

tidak dikelola dengan baik maka dapat menimbulkan Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD) yang mengancam keselamatan pasien (DepKes, 2008).

Keselamatan pasien merupakan pencegahan cidera terhadap pasien.

Pencegahan cidera sendiri didefinisikan bebas dari bahaya yang terjadi dengan

tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan medis. Praktik

1
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.
2
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

keselamatan pasien adalah mengurangi risiko kejadian yang tidak diinginkan yang

berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan diagnosis atau kondisi

perawatan medis (Hughes, 2008).

Menurut WHO (2010), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan

promosi dan pemeliharaan tertinggi tingkat fisik, mental dan kesejahteraan sosial,

dimana terdapat pencegahan risiko mengalami kecelakaan kerja, perlindungan

pekerja dari risiko yang dapat merugikan kesehatan, menempatkan dan

memelihara pekerja dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan peralatan

fisiologis dan psikologis yang tidak membahayakan nyawa.

Rumah Sakit harus melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku standar

pelayanan rumah sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi rumah sakit

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pelaksanaan program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan

tempat kerja yang aman dan sehat sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja (Anies, 2005).

Profesi perawat di rumah sakit merupakan garda terdepan dalam

memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien. Pelayanan

keperawatan yang mengharuskan perawat selalu kontak langsung dengan pasien

berpotensi akan terjadi infeksi nosokomial, tidak hanya bagi pasien tapi juga bagi

perawat. Hasil laporan National Safety Council menunjukkan bahwa terjadinya

kecelakaan kerja di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja industri lainnya.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


3
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, tergores, dan penyakit infeksi

(Sholihah, 2013).

Untuk menekan angka kecelakaan kerja sebagaimana penjelasan diatas,

maka perawat harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja.

Menurut Permenakertrans No.08/Men/VII/2010, APD adalah alat untuk

melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh

dari potensi bahaya di tempat kerja. APD untuk keperluan kewaspadaan standar

terdiri atas sarung tangan, gaun pelindung, pelindung mata dan masker bedah.

APD yang digunakan oleh petugas kesehatan harus disesuaikan dengan

melakukan penilaian risiko potensi pajanan terhadap penyakit menular yang

mungkin berkaitan dengan prosedur yang dilakukan saat memberikan pelayanan

rutin (WHO, 2008).

Kepatuhan dalam penggunaan APD sebelum melakukan tindakan prosedur

medis pada pasien merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

meminimalisir risiko yang terjadi dan sebagai bentuk jaminan keselamatan dan

keamanan bekerja saat melakukan tindakan prosedur medis. Perilaku Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) perawat di rumah sakit sangat penting, karena

tindakan perawat sekecil apapun dapat menimbulkan risiko terhadap perawat dan

pasien. Kepatuhan perawat dalam menggunakan APD adalah perilaku sebagai

seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang

harus dilakukan dan ditaati sesuai prosedur tetap (protap). Rendahnya perilaku

kepatuhan terhadap penggunaan APD pada perawat dapat berakibat pada

keselamatan dan kesehatan perawat. Kepatuhan perawat dalam menggunakan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


4
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

APD dapat dipengaruhi oleh adanya otoritas dari instansi tempat bekerja sehingga

tenaga kesehatan merasa bahwa menggunakan APD merupakan sebuah

keharusan. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya kemauan dari diri sendiri atau

kesadaran perawat untuk menggunakan APD.

Berdasarkan penelitiannya, Khaeriyah (2012) menyimpulkan bahwa

perawat dengan pengetahuan yang baik lebih banyak menggunakan alat pelindung

diri daripada perawat yang memiliki pengetahuan cukup. Hal tersebut sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka

semakin baik pula tingkat kesadaran dan kedisiplinan seseorang dalam hal

menerima atau menerapkan suatu pesan atau informasi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil penelitian Udin (2016) di Rumah Sakit Sari Asih Serang

ditemukan bahwa kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pengetahuan, sikap, tindakan serta

komunikasi yang baik dengan pihak rumah sakit dan ketersediaan alat pelindung

diri oleh pihak manajerial rumah sakit.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Khaeriyah (2012) dan Udin (2016)

hanya menggunakan sedikit variabel yaitu pendidikan, masa kerja, sikap dan

pengetahuan. Sehingga perlunya dilakukan penelitian lain dengan menggunakan

variabel yang lebih banyak.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masih menjadi salah satu masalah

penting bagi RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Tabel 1.1

menampilkan capaian kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


5
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro pada bulan Januari sampai

September Tahun 2019.

Tabel 1.1 Capaian Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di RSUD
Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2019

Capaian Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Triwulan Bulan Target (%) Capaian (%) Rata – Rata Capaian (%)
Januari 87,9
1 Februari 100 88,4 89,2
Maret 91,3
April 87,9
2 Mei 100 88,4 89,2
Juni 91,3
Juli 71
3 Agustus 80 78,5 66,5
September 50
Sumber : Laporan Surveilans Komite PPI RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro Bulan Januari – September 2019

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa target penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) mengalami penurunan khususnya di triwulan ketiga (bulan Juli –

September), dari 100% di triwulan pertama (Januari – Maret) dan triwulan kedua

(April – Juni) menjadi hanya 80%. Selain itu Tabel 1.1 juga menunjukkan

terjadinya penurunan rata-rata capaian penggunaan APD di triwulan ketiga, yaitu

66,5%.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian

ini adalah rata-rata kepatuhan penggunaan APD pada bulan Januari sampai

September 2019 di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro belum

mencapai target yaitu dengan capaian pada triwulan 1 dan 2 sebesar 89,2% dari

target 100% sedangkan triwulan 3 sebesar 66,5% dari target 80%.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


6
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2 Identifikasi Masalah

Rata-rata capaian penggunaan APD pada bulan Januari sampai September

2019 di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro belum memenuhi

target kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


7
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Faktor Individu :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Masa Kerja
e. Pengetahuan
f. Beban kerja

Faktor Organisasi: Rata-rata capaian


penggunaan APD
a. Pengawasan
b. Ketersediaan fasilitas pada bulan Januari
c. Hukuman dan penghargaan sampai September
2019 di RSUD Dr.
R. Sosodoro
Faktor Eksternal (berdasarkan
Djatikoesoemo
teori Milgram):
Bojonegoro belum
a. Status lokasi mencapai target
b. Legitimasi figur otoritas yaitu dengan
c. Kedekatan figur otoritas capaian pada
d. Status figur otoritas
triwulan 1 dan 2
e. Tanggung jawab personal
f. Dukungan sesama rekan sebesar 89,2% dari
target 100%
sedangkan triwulan
3 sebesar 66,5%
Faktor Internal (berdasarkan
teori Niven): dari target 80%.

a. Pemahaman tentang instruksi


b. Kualitas interaksi
c. Keyakinan
d. Sikap
e. Kepribadian
f. Isolasi sosial

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan Gambar 1.1 maka identifikasi masalah tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor Individu

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


8
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

a. Umur

Umur adalah lama hidup seseorang sejak dia dilahirkan. Umur

seseorang dapat menjadi variabel dalam pengambilan keputusan untuk

melakukan suatu hal karena mengacu pada banyaknya pengalaman yang

dimiliki. Umur tersebut akan berpengaruh terhadap pola pikir sehingga

semakin meningkat umur seseorang, maka akan semakin meningkat

kemampuannya dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan suatu

prosedur dalam pekerjaannya.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan status gender dari perawat. Terdapat

penelitian yang menyatakan bahwa jenis kelamin secara tidak langsung

mempengaruhi produktivitas individu. Namun terdapat penelitian lain juga

yang menyatakan bahwa perbedaan produktivitas tersebut tidak seberapa

jauh.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan pengubahan sikap, perilaku dan mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan untuk tujuan

mencerdaskan (Sumaningrum, 2015). Pendidikan berpengaruh terhadap

pola pikir individu, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah dalam menerima informasi. Selain itu seseorang dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi diasumsikan memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang lebih baik dalam kemampuan menyelesaikan pekerjaan.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


9
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

d. Masa Kerja

Anderson (1997), dalam Ramdayana (2008), seseorang yang telah

lama bekerja memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang lebih

baik. Petugas kesehatan yang berpengalaman akan melakukan tindakan

sesuai dengan ketentuan yang telah mereka kenal dan merasa tidak

canggung dengan tindakannya. Perawat yang memiliki pengalaman di

pekerjannya maka kemungkinan akan memiliki sikap dan perilaku yang

sesuai.

e. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Seseorang yang memiliki pengetahuan akan mudah

melakukan pengkategorisasian informasi yang ada sehingga hal tersebut

akan mempermudah seseorang untuk mengelola kehidupan dunianya atau

membawa sikapnya. Semakin tinggi pengetahuan perawat akan kegunaan

APD maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan perawat untuk

menggunakan APD.

f. Beban Kerja

Beban kerja dapat menyebabkan dampak yang merugikan termasuk

perilaku. Menurut Smet (1994), stress dapat mempengaruhi kesakitan

dengan cara merubah pola pikir individu. Beban kerja yang berat dapat

menyebabkan perawat tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan

prosedur kerja sehingga menyebabkan kepatuhan menjadi rendah.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


10
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Faktor Organisasi

a. Pengawasan

Milgram (1963), menyatakan bahwa kehadiran pimpinan untuk

melakukan pengawasan dapat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam

menjalankan tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta

secara langsung dapat memberikan pengarahan mengenani apa yang harus

dilakukan.

b. Ketersediaan fasilitas

Fasilitas merupakan segala sesuatu yang menyangkut sarana prasarana

termasuk alat medik maupun non medik yang dibutuhkan oleh rumah sakit

dalam memberikan pelayanan yang baik bagi pasien. Salah satu cara yang

dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan adalah dengan

menghilangkan risikonya atau mengendalikan sumbernya. Maka dari itu

rumah sakit wajib untuk menyediakan APD. Dengan adanya APD yang

lengkap maka dapat menumbuhkan sikap taat petugas untuk

menggunakannya.

c. Hukuman dan Penghargaan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan tenaga

kesehatan untuk menggunakan APD adalah adanya hukuman dan

penghargaan dari pihak organisasi (WHO, 2009). Kebijakan pemberian

hukuman diberikan kepada petugas kesehatan yang tidak patuh dalam

menggunakan APD, sedangkan penghargaan diberikan kepada petugas

kesehatan yang patuh untuk menggunakan APD. Hukuman akan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


11
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berpengaruh terhadap motivasi seseorang. Jika dalam suatu organisasi

terdapat hukuman jika seseorang tidak melakukan hal tertentu, maka orang

tersebut akan takut jika tidak melakukan hal yang dimaksud. Adanya

penghargaan jika seseorang melakukan hal yang sesuai dengan aturan

dapat memberi dorongan kepada seseorang untuk melakukan setiap aturan

atau standar yang ada.

3. Faktor Eksternal (berdasarkan teori Milgram)

a. Status lokasi

Status lokasi (Status of Location) berkaitan dengan prestige atau

reputasi yang timbul dari keberhasilan, prestasi, dan atribut lain dari

seseorang (Shaw, 1979). Semakin tinggi prestige yang dimiliki oleh rumah

sakit, maka semakin tinggi pula rasa bangga yang dimiliki oleh tenaga

kesehatan sehingga tingkat kepatuhan semakin meningkat.

b. Legitimasi figur otoritas

Legitimasi figur otoritas (Legitimacy of Authority figure) merupakan

figur otoritas yang telah dianggap sah dan dipercaya telah memiliki

kewenangan dan hak untuk mengeluarkan perintah kepada siapapun yang

merasa berkewajiban untuk taat. Blass (1999), menyatakan bahwa perintah

dijalankan karena percaya bahwa figur otoritas memiliki hak untuk

mengontrol tindakannya sehingga merasa berkewajiban untuk mematuhi

perintahnya. Sehingga hal tersebut dapat membuat tingkat kepatuhan

meningkat.

c. Kedekatan figur otoritas

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


12
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menurut Milgram (1963), kedekatan dengan figur otoritas (Proximity

of Authority figure) berkaitan dengan otoritas yang dimiliki oleh seorang

atasan. Salah satu faktor yang jelas dalam percobaan Milgram tentang

kepatuhan ini adalah kehadiran atau pengawasan langsung dari seorang

figur otoritas. Bila seorang figur otoritas meninggalkan ruangan dan

memberikan instruksinya melalui telepon, maka kepatuhan akan menurun

(Atkindon, 1983). Lebih mudah untuk melawan perintah dari figur otoritas

jika mereka tidak dekat (Dewey, 2007). Sebaliknya, ketika sosok otoritas

dekat maka ketaatan adalah cenderung lebih tinggi.

d. Status figur otoritas

Status figur otoritas (Status of Authority figure) berkaitan dengan

status untuk menunjukkan kekuasaan sosial yang lebih tinggi (Milgram,

1963). Seseorang yang memiliki status dan kekuasaan sosial lebih tinggi

akan lebih dipatuhi daripada seseorang dengan status sosial yang sama.

Seorang bawahan cenderung lebih patuh terhadap perintah yang diberikan

oleh sosok yang memiliki status kekuasaan dan kekuasaan sosial yang

lebih tinggi.

e. Tanggung jawab personal

Tanggung jawab personal (Personal responsibility) berkaitan dengan

tanggung jawab seseorang saat menjalankan tugasnya (Milgram, 1963).

Jika perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, maka perawat

cenderung mematuhi setiap aturan karena adanya pemikiran bahwa

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


13
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perawat bertanggung jawab terhadap setiap konsekuensi yang muncul dari

setiap tindakan yang dilakukan olehnya.

f. Dukungan sesama rekan

Dukungan sesama rekan (peer support) adalah sistem memberi dan

menerima bantuan yang didasari dengan rasa hormat, tanggung jawab

bersama dan kesepakatan bersama atas apa yang berharga (Mead et al

2001). Peer support berbeda dengan dukungan sosial lainnya karena

seseorang dalam sebuah kelompoknya setara satu sama lain. Salah satu

faktor penyebab ketidakpatuhan adalah kehadiran atau keberadaan rekan

yang menolak untuk patuh (Encina, 2004). Apabila seorang perawat

bekerja sama dengan perawat lain yang relatif patuh untuk menggunakan

APD, maka perawat tersebut akan terdorong untuk ikut patuh dan begitu

pula sebaliknya.

4. Faktor Internal (berdasarkan teori Niven)

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah mengartikan

instruksi yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Heisler et al

(2002), menemukan bahwa pemahaman pasien merupakan faktor

independen terkuat yang mempengaruhi manajemen diri.

b. Kualitas interaksi

Williams et al. (1998) menemukan bahwa penyediaan informasi dasar

oleh dokter dalam sesi konsultasi berpengaruh positif terhadap kepuasan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


14
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pasien. Penyediaan informasi dari pasien juga berpengaruh positif terhadap

kepuasan.

c. Keyakinan

Becker et al (1979) dalam Niven (2002) membuat suatu usulan bahwa

model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya

ketidakpatuhan.

d. Sikap

Menurut Ramdayana (2008), sikap merupakan respon seseorang yang

masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap merupakan suatu

kecenderungan untuk mendekat (setuju) atau menghindar (menolak),

positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial.

e. Kepribadian

Penelitian yang dilakukan oleh Blumenthal et al. (1982) mengenai

pasien yang menjalani terapi pemulihan dari myocardial infraction,

menemukan bahwa mereka yang meninggalkan terapi dan yang bertahan

dapat dibedakan berdasarkan kepribadiain mereka.

f. Isolasi sosial

Menurut Baekeland & Lundwall (1975), isolasi sosial dapat

mempengaruhi tingkat kecenderungan pasien untuk tidak melanjutkan

proses pengobatan.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


15
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi faktor individu perawat (umur, jenis kelamin,

pendidikan, masa kerja, dan pengetahuan) di Instalasi Rawat Inap RSUD

Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro?

2. Bagaimana kondisi faktor organisasi (pengawasan dan ketersediaan

fasilitas) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro?

3. Bagaimana kondisi faktor eksternal yang dirasakan oleh perawat (status

lokasi, legitimasi figur otoritas, kedekatan figur otoritas, status figur

otoritas, tanggung jawab personal, dan dukungan sesama rekan) di Instalasi

Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro?

4. Bagaimana kondisi faktor internal perawat (pemahaman tentang instruksi,

kualitas interaksi, keyakinan, sikap, kepribadian, dan isolasi sosial) di

Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro?

5. Bagaimana tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di Instalasi

Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro?

6. Apakah terdapat pengaruh faktor individu, organisasi, eksternal, dan internal

terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaaan APD di Instalasi Rawat

Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro?

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


16
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi

kepatuhan perawat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Instalasi

Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kondisi faktor individu perawat (umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, masa kerja, dan pengetahuan) di Instalasi Rawat Inap

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

2. Mengidentifikasi kondisi faktor organisasi (pengawasan dan ketersediaan

fasilitas) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.

3. Mengukur kondisi faktor eksternal yang dirasakan oleh perawat (status

lokasi, legitimasi figur otoritas, kedekatan figur otoritas, status figur

otoritas, tanggung jawab personal, dan dukungan sesama rekan) di Instalasi

Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

4. Mengukur kondisi faktor internal perawat (pemahaman tentang instruksi,

kualitas interaksi, keyakinan, sikap, kepribadian, dan isolasi sosial) di

Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

5. Mengukur tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di Instalasi

Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.


17
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Menganalisis pengaruh faktor individu, organisasi, eksternal, dan internal

terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di Instalasi Rawat

Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman baru mengenai penelitian serta

menjadi sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

1.5.2 Bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menghasilkan lulusan yang kompeten dan mampu menyelesaikan

permasalahan di bidang kesehatan, serta memberikan tambahan kepustakaan

mengenai faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam penerapan Alat

Pelindung Diri (APD) di rumah sakit.

1.5.3 Bagi Instansi Terkait

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan

manajemen strategik atau manajemen operasional di masa mendatang guna

untuk meningkatkan mutu layanan.

2. Memberikan saran kepada Direktur RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan yang

berkaitan dengan kepatuhan perawat dalam menggunakan APD.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG ... FAUZIAH RIZKI A.

Anda mungkin juga menyukai