Anda di halaman 1dari 11

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No.

2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI CENTRAL


STERILE SUPPLY DEPARTEMENT RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Etika Marsita Dewi


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Email: etikamdewi@gmail.com

Abstrak

Kepatuhan penggunaan APD oleh tenaga kerja dapat memberikan kelancaran dan keselamatan saat
melakukan proses kerja. Penggunaan APD diwajibkan bagi tenaga kerja di wilayah kerja Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta mengingat tingginya bahaya yang dapat terjadi di CSSD. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui faktor dan potensi bahaya, jenis dan fungsi APD serta kepatuhan tenaga kerja dalam mengguankan APD
di wilayah kerja CSSD yang disesuakian dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Metode
penelitian adalah observasional dengan hasil penelitian disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan
implementasi dan kepatuhan penggunaan APD di wilayah kerja CSSD. Hasil penelitian didapatkan faktor bahaya
paling besar adalah faktor bahaya biologi. Unit kerja CSSD telah menyediakan jenis dan fungsi APD yang telah
sesuai dengan potensi bahaya yang ada serta telah sesuai dengan peaturan yang berlaku. Pelaksanaan penggunaan
APD belum baik dan belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara
garis besar inplementasi dan kepatuhan penggunaan APD di wilayah kerja CSSD telah memenuhi UU No. 1 Tahun
1970 dan PERMENAKER Per 08/MEN/VII/2010.

Kata Kunci : Implementasi APD, Kepatuhan APD

PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT UTILIZATION IN CENTRAL


STERILE SUPPLY DEPARTEMENT PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL
SURAKARTA

Abstrak

Personal Protective Equipment (PPE) utilization are very effective in minimizing injuries and accident for
healthcare workers. Due to high availability of potential hazard in Central Sterile Supply Departement (CSSD)
PKU Muhammadiyah Surakarta hospital management decided PPE utilization as an obligation for all healthcare
workers This study aim to analyze risk and hazard factor, PPE function and availability, and healthcare workers
PPE utilization in CSSD unit based on goverment regulations. This study used observational method and describe
PPE utilization and implementation in CSSD unit as a result. The result of this study is the biggest risk factor, which
is biological hazard. CSSD unit already prepared PPE that suit the goverment regulations. PPE utilization still not
yet fully implemented regarding to CSSD regulations. Conclusion from this study, in general, PPE utilization and
implementation in CSSD unit is according to goverment regulation UU No.1 Tahun 1970 and Per 08/MEN/VII/2010
from Kemnakertrans.

Keyword: PPE implementation, PPE utilization

145
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

Pendahuluan mengalami kecelakaan kerja hingga


Rumah sakit adalah institusi berakibat hilangnya hari kerja, produktivitas
pelayanan kesehatan secara kompleks. menurun serta klaim kompensasi yang
Pelayanan di rumah sakit melibatkan mahal (NIOSH, 2010).
berbagai macam fungsi pelayanan, Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
penelitian, pendidikan serta berbagai Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Indonesia
tindakan dan disiplin medis. Rumah sakit menurut Departemen Kesehatan (DepKes)
merupaka tempat kerja yang memiliki 2007, menunjukkan bahwa risiko bahayadi
potensi akan terjadinya kecelakaan. Bahan rumah sakit yang dialami tenaga kerja yaitu
radiasi, mudah terbakar, gas medik serta risiko paparan membran mukosa (1%),
bahan kimia merupakan potensi bahaya risiko pajanan kulit (<1%), infeksi HIV
yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. (0,3%) serta sisanya tertusuk jarum, terluka,
Oleh sebab itu, rumah sakit sangat low back paint, dermatitis dan hepatitis serta
membutuhkan perhatian tinggi mengenai gangguan pernapasan (DepKes, 2007).
keselamatan dan kesehatan pasien, Menurut KEPMENKES No.
pengunjung serta tenaga kerja ( Omrani, 432/MENKES/SK/IV/2007 mengenai
dkk, 2015). Pedoman Manajemen K3 Rumah Sakit,
Berdasarkan data Massachussetts National Safety Council (NSC) pada tahun
Departement of Public Health (MDPH) 1988 membuktikan bahwa kecelakaan yang
USA bulan Maret 2012, terdapat 2.947 terjadi di rumah sakit 41% lebih besar dari
tenaga kerja di rumah sakit mengalami kecelakaan yang terjadi pada tenaga kerja di
kecelakaan kerja terkena benda tajam yaitu industri. Kecelakaan yang sering terjadi di
tertusuk jarum suntik (Letitia K. Davis, Rumah Sakit yaitu tertusuk jarum, sakit
2013). Bureau Labor Statistics USA (2009) pinggang, terkilir, luka bakar,
melaporkan besarnya kejadian hilang hari tergores/terpotong dan penyakit infeksi
kerja akibat cidera, terjatuh dan tersandung lainnya.
dirumah sakit adalah 38,2% per 10.000 Central Sterile Supply Departement
karyawan rumah sakit. Saat melakukan (CSSD) atau sering disebut pusat sterilisasi
aktivitas pekerjaannya, tenaga kerja adalah salah satu unit kerja yang menjadi

146
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

mata rantai yang penting supaya dapat kerja merupakan faktor yang penting dalam
mengendalikan infeksi terutama infeksi proses produksi. Apabila pengawasan
nosokomial serta memiliki peran untuk mengenai penggunaan APD tidak dilakukan
menekan terjadinya infeksi tersebut, hal pada tenaga kerja maka dapat
tersebut dikarenakan unit kerja CSSD mengakibatkan timbulnya kecelakaan kerja
merupakan bagian di institusi Rumah Sakit hingga menyebabkan kecacatan bahkan
yang mengurus suplay dan peralatan bersih hingga meninggal.
atau steril (Mercy Sefritna, 2014). Berdasarkan pemaparan bahaya
Unit Kerja CSSD memiliki potensi diatas penulis ingin mengetahui mengenai
besar bagi tenaga kerja untuk dapat implementasi Alat Pelindung Diri (APD)
mengancam keselamatan tenaga kerja. Unit yang ada di Central Sterile Supply
kerja CSSD memiliki faktor dan berpotensi Departement (CSSD) atau Ruang Sterilisasi
menimbulkan bahaya tinggi untuk tenaga Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
kerja maka penggunaan APD sangat penting Surakarta. Oleh sebab itu penulis membuat
dilakukan. Alat Pelindung Diri (APD) judul “ Implementasi dan Kepatuhan
menurut Tarwaka (2008) adalah alat Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di
keselamatan yang diperuntukkan guna Central Sterile Supply Departement (CSSD)
melindungi diri baik sebagian mapun RS PKU Muhammadiyah Surakarta “.
seluruh tubuh tenaga kerja terhadap bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan kerja Tinjauan Pustaka
atau penyakit akibat kerja. Unit Kerja Central Sterile Supply
Penggunaan APD adalah cara untuk Department (CSSD) adalah suatu unit di
mencegah atau mengurangi besar risiko dari Rumah sakit yang melaksanakan kegiatan
faktor maupun potensi bahaya yang terjadi pencucian, pengemasan dan sterilisasi alat
di Rumah Sakit. Keselamatan kerja harus dan bahan yang dibutuhkan dengan kondisi
diterapkan oleh tenaga kerja saat melakukan steril. Rumah sakit sebagai jasa pelayanan
pekerjaan di rumah sakit. Pengawasan tidak kesehatan berusaha untuk mencegah
hanya dilakukan pada mesin atau peralatan terjadinya risiko yang ditimbulkan oleh
saja namun pengawasan terhadap tenaga infeksi yang dapat membahayakan pasien,
kerja juga harus dilakukan karena tenaga pengunjung maupun tenaga kerja rumah

147
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

sakit. Indikator keberhasilan dalam Faktor dan potensi bahaya tidak akan
pelayanan rumah sakit yaitu rendahnya lepas dari pelaksanaan proses produksi di
infeksi nososkomial di rumah sakit. Untuk rumah sakit. Menurut KEMENKES RI
mencapai keberhasilan tersebut, Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 bahaya
pengendalian infeksidi rumah sakit harus potensial di Rumah Sakit dapat
dilakukan dengan baik (Depkes RI, 2009). menyebabkan timbulnya penyakit dan
Kesehatan kerja merupakan bagian kecelakaan kerja yaitu disebabkan adanya
dari ilmu kesehatan yang berisikan faktor kimia (gas anestesi, antiseptik), fator
bagaimana cara melakukan usaha previntif biologi (virus, bakteri, jamur), faktor fisika
dan usaha kuratif serta usaha rehabilitatif (cahaya, suhu, bising, getaran, listrik,
terhadap gangguan kesehatan atau penyakit radiasi), faktor ergonomi (posisi kerja yang
yang diakibatkan dari faktor-faktor pekerja salah) serta faktor psikososial (hubungan
dan keadaan lingkungan kerja atau penyakit sesama karyawan/atasan, kerja bergilir).
umum dengan tujuan supaya tenaga kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
mendapatkan derajat kesehatan setinggi- Transmigrasi RI No Per 08/MEN/VII/2010
tingginya baik secara fisik, mental maupun tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang
sosial (Tarwaka,2008). dimaksud dengan APD yaitu alat yang
Keselamatan kerja menurut Tarwaka memiliki kemampuan untuk melindungi
(2008) yaitu keselamatan tenaga kerja yang tenaga kerja yang berfungsi untuk
berhubungan dengan mesin, alat kerja, mengisolasi tubuh tenaga kerja dari paparan
landasan kerja pesawat, bahan dan proses bahaya di tempat kerja. Manajemen Alat
pengolahan, lingkungan kerja serta cara Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu
melakukan suatu pekerjaan dan proses hal terpenting dari Sistem Manajemen
produksi. Menurut Simajuntak (1994) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3),
bahwa keselamatan kerja yaitu kondisi yang sehingga Rumah Sakit harus melaksanakan
bebas dari risiko kerusakan dan kecelakaan manajemen APD supaya terhindar dari KAK
dimana tenaga kerja bekerja yang dan PAK (Hamdani et al, 2018). Menurut
menyangkut kondisi bangunan, mesin, OSHA (2000) APD harus tersedia apabila:
peralatan keselamatan serta kondisi pekerja. adanya potensi bahaya di tempat kerja,
adanya potensi bahaya di proses bekerja,

148
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

adanya kemungkinan tenaga kerja kontak untuk dapat memberikan perlindungan yang
dengan bahaya fisika, kimia, fisik, mekanik maksimal bagi tenaga kerja ( Suma.mur,
dan ergonomi. 1996).
APD memiliki berbagai macam yang
bisa digunakan sebagai alat perlindungan Metode Penelitian
tubuh bagi tenaga kerja ketika melakukan Jenis penelitian yang digunakan
proses kerja. Menurut fungsinya APD dapat adalah dengan metode deskriptif yaitu jenis
digoongkan menjadi 7 yaitu alat pelindung penelitian untuk menganalisis data dengan
kepala (topi pelindung, tutup kepala, topi), cara mendiskripsikan atau mengambarkan
alat pelindung mata (spectacles, goggels) data yang telah terkumpul. Waktu untuk
alat pelindung telinga (earplug, earmuff), melakukan penelitian ini adalah 2 Februari –
alat pelindung pernafasan (masker, 26 Maret 2016. Tempat penelitian di Unit
respirator), alat pelindung tangan (sarung Kerja Central Sterile Supply Departement
tangan bersih, sarung tangan steril, gloves), (CSSD) Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
alat pelindung kaki (sepatu kulit, sepatu Surakarta yang berlokasi di Jl.
boot, sepatu steril) dan pakaian pelindung Ronggowarsito No. 130 Surakarta.
(celemek, pakaian kerja, apron). Observasi dilakuakn secara langsung
Pemakaian APD harus memperhatian guna mengetahui faktor dan potensi bahaya
nberbagai hal yaitu pengujian mutu: APD yang terdapat di unit kerja CSSD, jenis-jenis
harus memenuhi standar yang telah tetapkan APD serta kepatuhan penggunaan APD di
supaya dapat menjamin apabila APD dapat unit kerja CSSD Rumah Sakit PKU
memberikan perlindungan keselamatan bagi Muhammadiyah Surakarta. Wawancara juga
tenaga kerja yang diharapkan. Pemeliharaan dilakukan kepada manajer CSSD serta ketua
APD: APD yang digunakan harus sesuai Panitia Pembina Keselamatan dan
dengan kondisi bahaya kerja, tempat kerja Kesehatan Kerja (P2K3).
serta tenaga kerja supaya benar-benar Data yang diperoleh kemudian
memberikan perlindungan secara maksimal. dibandingkan dengan peraturan yang terkait
Ukuran harus tepat: ukuran APD harus tepat serta dengan teori yang ada. Peraturan yang
sehingga dapat menciptakan kenayamanan digunakan yaitu UU No. 1 Tahun 1970 dan
dalam pemakaian APD dengan harapan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

149
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Saat melakukan proses sterilisasi


Per. 08/MEN/VII/2010 mengenai Alat tenaga kerja menggunakan mesin
Pelindung Diri (APD). autoclave dimana saat proses sterilisasi
berpotensi terkena suhu tinggi dari mesin
Hasil autoclave tersebut.
Unit CSSD memiliki Faktor dan Jenis APD yang digunakan di Unit
potensi bahaya yaitu : Kerja CSSD Rumah Sakit PKU
1. Proses Dekontaminasi Muhammadiyah Surakarta adalah :
Proses dekontaminasi memiliki 1. Alat Pelindung Pernafasan
risiko bagi tenaga kerja yaitu faktor
biologi dari peralatan medis yang akan
dilakukan proses sterilisasi yang berupa
terpaparnya tenaga kerja terkena cairan
darah, bakteri, virus dan kuman. Faktor
kimia berupa cairan klorin karena pada Gambar 1. Masker
Sumber: data primer, 2016
saat proses dekontaminasi menggunakan
Masker yang digunakan pada unit
cairan klorin. Faktor risiko bahaya
kerja CSSD adalah masker yang bersifat
kecelakaan yang mungkin terjadi yaitu
disposible. Masker digunakan dengan
tertusuk peralatan seperti gunting,
tujuan melindungi membran mukosa
Anatomy Pincet, Tissue Foceps dan
(hidung atau mulut) kontak dengan alat
terpeleset karena kondisi lantai di unit
yang masih mengandung bakteri atau
CSSD cukup licin yang berasal dari
kuman yang dapat terhirup saat akan di
percikan air dari tempat pencucian
dekontaminasi dan di sterilkan. Tenaga
peralatan.
kerja wajib menggunakan masker saat
2. Proses Pengepakan
melakukan semua proses pekerjaan di
Potensi bahaya yang terjadi pada
CSSD.
saat proses pengepakan yaitu terjepit dan
2. Baju Pelindung
tertusuk peralatan medis.
Baju pelindung yang terdapat di
3. Proses sterilisasi
unit kerja CSSD adalah :
a. Pakaian Kerja

150
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

wajib menggunakan apron. Tenaga kerja


menggunakan apron untuk lapis pertama
dan pakaian kerja untuk lapis kedua.
3. Alat Pelindung Kepala

Gambar 2. Pakaian Kerja


Sumber: data primer, 2016

Pakaian kerja yang tersedi dibaut


dengan menggunakan bahan katun yang
Gambar 4. Alat Pelindung Kepala
wajib digunakan bagi tenaga kerja CSSD. Sumber: data primer, 2016

Melindungi kulit dari cairan darah, cairan Alat pelindung kepala yang
tubuh, cairan yang terkontaminasi dan digunakan bersifat disposible. Alat
bahan kimia yang digunakan merupakan pelindung kepala berfungsi melindungi
fungsi dari pakaian kerja yang harus rambut hingga kulit kepala dari cairan
digunakan oleh tenaga kerja di unit kerja tubuh, cairan darah dan bahan yang
CSSD. terkontaminasi yang menyebabkan PAK.
b. Apron Alat pelindung kepala digunakan oleh
tenaga kerja saat sterilisasi dan
dekontaminasi. Akan tetapi hasil
observasi menunjukkan tenaga kerja
sering tidak menggunakan alat penutup
kepala.
4. Alat Pelindung Tangan
Gambar 3. Apron
Sumber: data primer, 2016 Alat pelindung tangan yang
Apron yang tersedia berupa dari digunakan adalah :
bahan plastik yang berfungsi untuk a. Handscoon
melindungi kulit dari cairan darah, cairan
tubuh, bahan yang terkontaminasi yang
dapat menyebabkan PAK. Saat
melakukan porses sterilisasi, tenaga kerja

151
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

seperti Anatomy, Pincet, Tissue Foceps


dan gunting.
c. Sarung Tangan Kain

Gambar 5. Handscoon
Sumber: data primer, 2016
Handscoon yang digunakan
bersifat disposible. Handscoon digunakan
Gambar 7. Sarung Tangan Kain
pada saat proses dekontaminasi dan Sumber: data primer, 2016
pengepakan. Handscoon digunakan Sarung tangan kain digunakan
bertujuan untuk melindungi kulit tangan oleh tenaga kerja di Unit Kerja CSSD
dari cairan tubuh, cairan darah dan cairan pada saat mengambil peralatan di dalam
yang terkontaminasi yang menyebabkan mesin autoclave. Melindungi tangan dari
PAK. suhu tinggi merupaka fungsi dari sarung
tangan kain yang wajib digunakan oleh
b. Sarung Tangan Karet tenaga kerja CSSD.

5. Alat Pelindung Kaki


Alat pelindung kakai yang
digunakan oleh tenaga kerja di Unit Kerja
Gambar 6. Sarung Tangan Karet
Sumber: data primer, 2016 CSSD adalah :
Sarung tangan karet diguanakan a. Sepatu Boot
saat melakukan proses dekontaminasi
yang berfungsi untuk melindungi tangan
dari cairan tubuh, cairan darah serta
cairan yang terkontaminasi yang
menyebabkan PAK serta melindungi
tangan dari tusukan peralatan tajam
Gambar 8. Sepatu Boot
Sumber: data primer, 2016

152
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

Sepatu boot yang tersedia Alat pelindung mata yang


berbahan karet digunakan pada saat digunakan berupa kacamata goggles.
proses dekontaminasi oleh tenaga kerja. Kacamata goggles digunakan tenaga
Sepatu boot berfungsi bagi tenaga kerja kerja ketika melakukan proses
untuk melindungi kaki serta bagian dekontaminasi guna melindungi mata
sekitarnya dari benda keras, benda tajam, tenaga kerja dari percikan cairan
percikan air serta menghindari terjadinya berbahaya dari peralatan medis.
terpeleset pada saat melakukan proses
dekontaminasi. Seluruh tenaga kerja di Rumah Sakit
b. Sandal Tertutup PKU Muhammadiyah Surakarta telah
diwajibkan untuk menggunakan APD. Hasil
pengamatan yang telah dilakukan peneliti
membuktikan bahwa tenaga kerja di unit
kerja CSSD yang patuh dalam penggunan
APD sebanyak 8 tenaga kerja (70%) dari 12

Gambar 9. Sandal Tertutup tenaga kerja yang ada. Tenaga kerja yang
Sumber: data primer, 2016
tidak patuh menggunakan APD pada
Tenaga kerja yang memasuki unit
mestinya berjumlah 4 orang (30%) dari 12
kerja CSSD wajib menggunakan srandal
tenaga kerja yang ada.
tertutup yang telah disediakan. Sandal
Tenaga kerja sering tidak memakai
tertutup berfungsi melindungi kaki dari
APD saat melakukan proses dekontaminasi.
dari kejatuhan benda tajam atau benda
Peneliti melihat tenaga kerja tidak
lain yang dapat melukai kaki.
menggunakan pelindung kepala, goggles
6. Alat pelindung Mata
dan sepatu boot. Proses sentralisasi peneliti
juga menemukan tenaga kerja laki-laki tidak
menggunakan penutup kepala. Hal tersebut
diatas dikarenakan tenaga kerja belum
terbiasa menggunakan APD dan merasa
Gambar 10. Goggles
Sumber: data primer, 2016 tidak nyaman saat memakai APD.

153
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

Pembahasan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per


Penanggulangan faktor bahaya dan 08/MEN/VII/2010 pasal 6 ayat 1,
potensi bahaya telah dilakukan oleh Rumah Kesimpulan
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Analisis pelaksanaan faktor dan
dengan melakukan penyediaan dan potensi bahaya di unit kerja CSSD telah
mewajibkan memakail APD bagi tenaga seuai dengan Undang-undang Nomor 1
kerja serta telah melakukan sosialisasi Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 poin (f) dan pasal
tentang faktor dan potensi bahaya. Hal 9 ayat 1 poin (a) dan Peraturan Menteri
tersebut telah sesuai dengan UU No 1 Tahun Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
1970 pasal 3 ayat 1 poin (f) dan pasal 9 ayat 1/MEN/1981 pasal 4 ayat 3.
1 poin (a). Serta telah sesuai dengan APD yang digunakan di unit kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan CSSD telah sesuai dengan dengan
Transmigrasi No. 1/MEN/1981 pasal 4 ayat Undangundang No. 1 Tahun 1970 dan
3 dan pasal 5 ayat 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Secara keseluruhan tenaga kerja Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per
menggunakan APD telah sesuai dengan 08/MEN/VII/2010.
potensi bahaya yang terdapat di CSSD. Jenis Penggunaan APD di area kerja
dn fungsi APD keseluruhan telah sesuai CSSD belum sesuai dengan Peraturan
dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
huruf (f) serta telah sesuai dengan Peraturan Republik Indonesia Nomor Per
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 08/MEN/VII/2010, Undang-undang No 1
Nomor Per 08/MEN/VII/2010 tentang APD Tahun 1970 dan Peraturan Menteri Tenaga
pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 ayat 1. Kerja dan Transmigrasi Nomor Per
08/MEN/VII/2010 pasal 4 ayat 1 poin (b).
Peneliti menemukan masih terdapat
tenaga kerja yang tidak patuh menggunakan
Saran
APD dengan semestinya. Hal tersebut belum
Kedisiplinan mengenai kepatuhan
sesuai dengan UU No 1 Tahun 1970 pasal
menggunakan APD di unit kerja CSSD perlu
12 poin (b) dan pasal 14. Penggunaan APD
ditingkatkan dengan cara dilakukan
di CSSD belum sesuai juga dengan
sosialisasi mengenai PAK dan KAK serta
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

154
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2833 No. ISSN cetak : 2527-4686

pentingnya penggunaan APD dan 1 bulan Omrani, A., Raeissi, P., Khosravizadeh, O.,
sekali secara rutin dilakukan evaluasi untuk Mousavi, M., Kakemam, E., Sokhanvar,
M., Najafi, B. 2015. Occupational
memastikan apakah kedisiplinana tenaga Accidents among Hospital Staff, Client
kerja meningkat dalam menggunakan APD. Centered Nursing Care. Vol. I. No. 2.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. PER:
Daftar Pustaka 08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri.
Depkes. 2007. Pedoman Pelaksanaan Suma’mur P.K, 1996. Keselamatan Kerja
Kewaspadaan Universal di Pelayanan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta :
Kesehatan. Jakarta: Departemen CV Haji Massagung.
Kesehatan RI.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi
Nasional. Jakarta Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Tempat Kerja. Surakarta : Harapan
Hamdani, MZ., Rudyarti, E., dan Phuspa, Press.
SM. 2018. The Correlation of Personal
Protective Equipment Socialization Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
Toward The Changing of Occupational Tentang Kesehatan dan Keselamatan
Safety and Health Behavior of Musical Kerja.
Instrument Craftsmen. Journal of
Vocational Health Studies, Vol 2, No 1.
pp 14-19

Keputusan Menteri Kesehatan No.


129/MENKES/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan No.


432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

Letitia K. Davis, S.D. 2011. Sharps Injuries


among Hospital Workers in
Massachusetts. In Massachusetts
Department of Public Health
Occupational Health Surveillance
Program.
NIOSH. 2010. Slip , Trip , and Fall
Prevention for Healthcare Workers.

155

Anda mungkin juga menyukai