Disusun Oleh :
Redhy Satya Caesarinka 20174011001
Rianti 20174011078
PUSKESMAS SEDAYU II
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Redhy Satya Caesarinka 20174011001
Rianti 20174011078
Mengetahui
DosenPembimbing IKM FKIK
UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja
di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri dan
lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak pengusaha. Keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan
dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan
tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi,
unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi
juga mental, emosional dan psikologi (Hadiguna,2009).
Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan kerja yang
sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak
aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Penyebab
kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan peralatan yang tidak aman (Prastyo, 2012).
Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas Ketenagakerjaan
Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil Pertemuan Asia-Europe Meeting
(ASEM) Workshop on National Occupational Safety and Health (OSH) bahwa angka
kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa,
pada tahun 2010 kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di
antaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan menurut Muji Handaya bahwa dengan
angka kecelakan kerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari
(Djumena, 2011). International Labour Orgnization (ILO) pad atahun 2012 memberikan angka
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian dalam 100.000 pekerja Indonesia. ILO juga
mencatat bahwa setiap tahunnya Indonesia mendapatkan 99.000 kecelakaan dengan 70% di
antaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah
membuat negara rugi hingga Rp. 280 Triliun.
Angka kecelakaan kerja di Yogyakarta pada tahun 2013 mencapai 1.34 kasus. Dari
jumlah kasus kecelakaan kerja ini, 651 kasus merupakan kecelakaan dalam lokasi kerja.
Sisanya 460 kasus diakibatkan lantaran kecelakaan lalu lintas saat jam kerja dan 236 kasus
disebabkan kecelakaan diluar tempat kerja yang karena bukan kecelakaan lalu lintas.
Kesehatan kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam dunia industri.
Karena ada 2 hubungan timbal balik antara kesehatan yang mempengaruhi pekerjaan dan
pekerjaan yang berpengaruh pada kesehatan. Tujuan kesehatan kerja juga untuk mencegah
terjadinya faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja, diantaranya beban kerja (fisik,
mental), kapasitas kerja (usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, status kesehatan/gizi, ketrampilan),
dan lingkungan kerja (fisik,kimia,biologi, psikologi, ergonomi). Beban kerja, kapasitas kerja,
dan lingkungan kerja yang tidak terkendali dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang
berakibat luka-luka pada pekerjanya, penyakit, cacat dan bahkan kematian. Selain itu efisiensi
dan produktivitas pekerja dan perusahaan juga bisa menurun. Oleh karena itu upaya
pengaturan beban kerja dan kapasitas kerja serta perlindungan pekerja dari bahaya perlu
dilakukan agar mencapai produktivitas kerja yang maksimal. Perusahaan besar di Kecamatan
Sedayu salah satunya adalah PT. Paradise Island Furniture. Perusahaan ini baru berdiri kurang
lebih 15 tahun yang lalu, sehingga sudah dilakukan evaluasi terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Namun terakhir dievaluasi sekitar 5 tahun yang lalu.
Berdasarkan hal tersebut dari kunjungan kedokteran industri ini akan dievaluasi dan
dibahas mengenai tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Industri Bakpia Dika.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah
dari kunjungan kedokteran industri ini adalah“Bagaimana tingkat Kesehatan dan Keamanan
Kerja bagi karyawan di Industri Bakpia Dika?
1.3. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Kegiatan Kunjungan
Kunjungan industri dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada karyawan
industry dan proses produksi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil observasi tempat kerja yang telah dilakukan, terdapat beberapa kekurangan
mengenai keselamatan kerja, seperti yang telah dijelaskan di atas. Kecelakaan terjadi karena
tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Diantara kondisi yang kurang aman salah
satunya adalah suhu ruangan yang tinggi, dan tidak tersedianya exhaust fan.
Pada industri yang kami observasi yaitu Industri Bakpia Dika, diperoleh data bahwa
kondisi di dalam gudang tempat kerja tersebut terasa panas dengan udara pengap sehingga
kadang dapat menyebabkan sesak nafas. Hal tersebut cukup berisiko terhadap kondisi tubuh
yaitu dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi pada karyawan yang bekerja, alangkah baiknya
apabila terdapat exhaust fan dan cukup tersedianya air minum di tempat kerja dengan
disediakan dispenser.
Selain itu, di industri ini kami tidak mendapatkan adanya penggunaan benda tajam
dalam proses produksi, namun dalam proses produksi karyawan tidak menggunakan alat
pelindung diri sebagaimana mestinya yang dapat meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja.
Faktor pencahayaan cukup sehingga mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja saat
pekerja kurang berhati – hati. Ditempat produksi Bakpia Dika juga belum tersedia kotak P3K
sebagai penanganan awal jika terjadi kecelakaan kerja.
Mengenai limbah sendiri, industri belum mempunyai tempat pengolahan limbah IPAL
yang memadai dan membuang limbah ke septik tank walaupun dalam proses produksi tidak
menggunakan bahan kimia. Para pekerja industri diberikan kewajiban untuk bekerja selama
lebih dari 8 jam setiap harinya selama tujuh hari dalam satu minggu tanpa adanya rotasi dan
shift, namun pekerja diperbolehkan mengambil cuti jika ada keperluan dan terdapat libur pada
hari – hari besar keagamaan. Hal tersebut dapat menyebabkan meningkatnya tingkat stress dan
kelelahan pada pekerja. Para pekerja diberikan makanan siang pada jam istirahat setiap harinya.
Selain itu, pekerja juga belum semuanya terdaftar sebagai anggota BPJS kesehatan sehingga
apabila terdapat pekerja yang sakit atau terjadi kecelakaan kerja bagi pekerja yang belum
meiliki BPJS harus berobat menggunakan biaya pribadi.
DOKUMENTASI