Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN HARIAN

SUPERVISI KEAMANAN KESELAMATAN KERJA

PT YOGYAKARTA TEMBAKAU INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :

Pembimbing:

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
BAB I

LATAR BELAKANG

Menurut Redjeki (2016) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri (Redjeki,
2016). Keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki istilah lain diantaranya Hygene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan Occupational Safety and Health.

Rincian deskripsi dari keselamatan kerja menurut Suma’mur (2001) merupakan suatu
rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi tenaga kerja di
perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2011)
didefinisikan sebagai program kesehatan kerja dalam lingkup kondisi yang bebas dari gangguan
fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Kesehatan kerja
dijelaskan dalam Undang-Undang Pokok Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 1960 Bab I Pasal 2,
yaitu merupakan suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun penyakit umum. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dijelaskan mengenai kewajiban pimpinan di tempat
kerja dan kewajiban pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja (Mutoif, 2010).

Menurut Redjeki (2016) keselamatan kerja memiliki 2 sifat yaitu sasarannya adalah
lingkungan kerja dan bersifat teknik, sedangkan kesehatan kerja memiliki 2 sifat yaitu
sasarannya adalah manusia dan bersifat medis. Status kesehatan kerja menurut Blum (1981)
dalam Redjeki (2016) ditentukan oleh empat faktor sebagai berikut.

a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam


berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosisal budaya (ekonomi,
pendidikan, pekerjaan).
b. Perilaku yang meliput sikap, kebiasaan, tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,
rehabilitasi.
d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Menurut Dessler (2007) penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang
disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan yaitu
meliputi penyakit akut dan kronis yang disebabkan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan,
atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya. Sedangkan
Menurut OHSAS (1999) dalam Shariff (2007) kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga
semula dan tidak dikehendaki sehingga mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

Menurut laporan Internasional Labour Organization (ILO) tahun 2006 kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja mencapai 4% dari GDP suatu negara. Artinya, dalam skala
industri, kecelakaan dari penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian 4 persen dari biaya
produksi berupa pemborosan terselubung (hidden cost) sehingga mengurangi produktivitas yang
pada akhirnya mempengaruhi daya saing suatu negara.

Hasil survey World Economic Forum mengkaitkan antara daya saing dengan tingkat
keselamatan. Negara dengan daya saing rendah memiliki tingkat keselamatan yang rendah,
sedangkan Indonesia berada pada peringkat ketiga dari bawah diatas Zimbabwe dan Rusia
dengan nilai dibawah 3,5 dan indeks kematian akibat kecelakaan sebesar 17-18 per 100.000
pekerja (Putera dan Harini, 2017). Indeks daya saing Indonesia tersebut disebabkan karena masih
kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan usaha di Indonesia akan pentingnya aspek K3
sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing (Putera dan Harini, 2017).

Menurut Putera dan Harini (2017) keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan naluri
setiap manusia sejak bermukim di muka bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek
keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya disekitar lingkungan hidupnya yang bersifat
natural seperti kondisi alam, cuaca dan bahaya dari lingkungan hidup lainnya.
PT Yogyakarta Tembakau Indonesia atau MPS SEWON adalah perusahaan yang
bergerak dibidang jasa pelintingan rokok sampoerna. Perusahaan berlokasi di Jl. Imogiri Barat
No.KM.4, Wojo, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. PT Yogyakarta
Tembakau Indonesia sudah memiliki kebijakan K3 yang baik berfungsi sebagai pencegahan
terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan karyawan dan dokter jaga di
perusahaan tersebut pelaksanaan K3 sudah sangat baik dibuktikan oleh kebijakan mengenai K3
yang telah terbentuk, prosedur tanggap darurat, tersedianya poliklinik kesehatan, penyediaan alat
pelindung diri di lingkungan kerja dan tempat kerja yang nyaman berupa pengaturan sirkulasi
udara, kebisingan dan polusi di tempat kerja dirancang dengan sedemikian rupa. Menurut
penjelasan dokter perusahaan, dr. Citra Bramanti Puteri angka kejadian kecelakaan akibat kerja
hanya didapatkan sedikit kasus yang juga masih termasuk kecelakaan akibat kerja ringan.
Masalah yang justru banyak terjadi adalah gastritis, ISPA dan dysmenore. Sedangkan kecelakaan
akibat kerja adanya hanya sebagian kecil yang beberapa dikarenakan karyawan tidak
menggunakan alat pelindung diri. Dengan demikian penulis akan membahas budaya tenaga kerja
di perusahan tersebut yang dapat menimbulkan beberapa permaslaahan yang masih terjadi.
BAB II
PERMASALAHAN

Permasalahan kesehatan yang ditemui pada karyawan di PT.Yogyakarta Tembakau


Indonesia (YKI) sebagian besar berkaitan dengan perilaku yaitu kurangnya kesadaran dari
masing-masing individu, mengingat sudah berbagai cara telah dilakukan oleh pihak perusahaan,
mulai dari pembuatan leaflet edukasi kesehatan, menempelkan poster, hingga penyuluhan
kesehatan. Permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan kerja berupa masih terdapat
beberapa karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan ataupun
masker dengan alas an ketidaknyamanan, padahal perusahaan ini bergerak di bidang industri
rokok yang setiap harinya karyawan selalu terpapar dengan serbuk halus dari bahan baku
pembuatan rokok ini, tentu saja dalam jangka panjang dapat menjadi permasalahan kesehatan,
walaupun angka karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri ini sangat kecil.
Permasalahan terbanyak lainnya yaitu penyakit terbanyak yang dialami tenaga kerja yaitu
gastritis dan ISPA.
Menurut dokter perusahaan, dr. Citra Bramanti Puteri gastritis kebanyakan disebabkan
oleh perilaku kebiasaan karyawan yang tidak sarapan atau tidak memperhatikan jadwal makan.
Tim kesehatan di klinik perusahaan sudah berupaya menanggulangi dengan membuat leaflet
terkait edukasi gastritis yang dibagikan ke karyawan, menempelka poster dan mengadakan
penyuluhan. Kendala utama adalah kesadaran dan perilaku masing-masing karyawan untuk
mencegah kekambuhan. Sedangkan untuk kasus ISPA dan commond cold berkaitan dengan
perilaku kebiasaan karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri berupa masker karena
alasan ketidaknyamanan, padahal hal ini dapat menyebabkan adanya iritasi karena serbuk
tembakau sebagai bahan baku rokok ini yang kemudian dapat berlanjut menjadi
infeksi saluran pernapasan. Selain itu kelalaian dalam penggunaan APD berupa sarung tangan
juga dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja ringan, dimana didapatkan adanya luka gores
akibat terkena alat atau bahan yang tajam dilingkungan kerja.
BAB III

PEMBAHASAN

Menurut Redjeki (2016) dalam Redjeki (2016) situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik
tata letak tempat kerja atau material-material yang digunakan, dapat menjadi risiko terhadap
kesehatan pekerja. Ridley (2008) menyatakan bahwa kita harus memahami karakteristik material
yang digunakan dan berpotensi menjadi resiko terhadap kesehatan. Ridley (2008) dalam Redjeki
(2016) menjabarkan ada beberapa jalur untuk substansi yang berasal dari material berbahaya
dapat masuk ke tubuh seperti berikut.
a. Asupan makanan; yang masuk melalui mulut, kemudian menuju usus.
b. Hirupan pernafasan; yang masuk melalui organ pernafasan menuju paru-paru.
c. Penyerapan; yang masuk melalui pori-pori kulit.
d. Masuk melalui luka dan sayatan terbuka.
Berdasarkan penjelasan tersebut yang sesuai dengan kondisi di PT Yogyakarta Tembakau
Indonesia bisa terjadi melalui jalur hirupan pernafasan, penyerapan dan luka terbuka akibat tidak
menggunakan APD. Tindakan pencegahan yang dianjurkan oleh Ridley (2008) dalam Redjeki
(2016)untuk mencegah masuknya substansi berbahaya ke dalam tubuh salah satunya adalah
menggunakan pelindung pernafasan yang sesuai untuk substansi-substansi tertentu misalkan
masker, menggunakan sarung tangan, mengobati seluruh luka dan sayatan dan menutupi seluruh
luka dan sayatan ketika bekerja. Dalam tubuh terdapat berbagai organ tubuh seperti hati, usus,
ginjal, dan lain-lain yang memiliki fungsinya masing-masing, dan setiap fungsi tersebut sangat
rentan apabila organ diserang oleh substansi kimia tertentu (Ridley, 2008) dalam Redjeki (2016).
Sedangkan penyakit kerja yang banyak terjadi yaitu gastritis, bisa dicegah dengan
pengelolaan pangan sesuai pedoman gizi yang baik. Dilihat dari aspek gizi, penyediaan makan
siang diatur sepenuhnya oleh catering, artinya menu – menu yang diberikan juga diatur oleh
pihak catering, jadi pihak perusahaan tidak ikut mengatur dalam pengadaan gizi karyawan. Oleh
karena itu, pengelolaan gizi kerja di PT. Tembakau Yogyakarta Indonesia masih belum sesuai
dengan Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja pasal 2 sub I.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat dipelajari adalah :

a. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT Yogyakarya Tembakau Indonesia


secara kesuluruhan sudah baik sesuai dengan standar operasional.
b. Permasalahan yang terjadi kebanyakan akibat perilaku kebiasaan dan kesadaran masing-
masing individu karyawan di perusahan ini.

B. Saran

Disamping kebijakan K3 di perusahaan ini yang sudah baik dan dapat kami pelajari, penulis
memberikan beberapa saran sebagai solusi untuk mengurangi permasalahan yang masih ada.
Saran yang dianjurkan adalah :

a. Penegasan monitoring penggunaan APD, sebaiknya perlu dilakukan pengawasan


terhadap pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja agar tenaga kerja selalu
mematuhi dan mengenakan pakaina kerja atau APD jika perlu di berikan peringatan agar
tidak terulang.
b. Pengawasan perilaku kebiasaan sarapan dan jadwal makan siang di perusahan dengan
lebih ketat, jika perlu diberikan peringatan ketika dilanggar.
c. Pengawasan dan pengaturan gizi pada menu makan siang untuk karyawan.
DAFTAR PUSTAKA

Dessler, Gary. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih Bahasa Paramita Rahayu. Edisi
Kesepuluh. Prehalindo : Jakarta

ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for Productivity. Geneva: International Labour
Office.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Penerbit PT Remaja Rosdakarya : Bandung

Mutoif, D., 2010. Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


dorinsbook.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013.
Putera, R.,R. Harini, S. 2017. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Jumlah Penyakit Kerja Dan Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan Pada Pt. Hanei
Indonesia. Jurnal Visionida, Vol 3: 1, hal 42-53

Redjeki, S. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta

Suma'mur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Gunung Agung : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai