HIPERKES
Oleh :
Dian Wahyu Laily
14014101225
Masa KKM:
10 Oktober 20 November 2016
Dosen Pembimbing :
dr. Iyone Siagian, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan
kerja sangat ringan.1
Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia
produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat
diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga
menimbulkan kerugian materil yang sangat besar, bahkan lebih besar bila
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit
serius seperti penyakit jantung dan kanker.2
BAB II
HIPERKES
A. Definisi1
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang
berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai
tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Hygiene perusahaan adalah spesialisasi ilmu hygiene beserta prakteknya yang
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan
perusahaan dan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya akibat kerja sehingga memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dari ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial melalui
usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (UU no. 14 tahun 1969 tentang
tenaga kerja) adalah lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan dan
2.
3.
4.
Asma akibat kerja oleh sensitisasi dan zat perangsang dalam proses
pekerjaan
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Penyakit yang disebabkan oleh nitro gliserin atau ester asam nitrat
20.
hidrogen sulfida
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
sementara maupun permanen. Penyakit akibat kerja dapat terjadi karena ketidak
serasian antara pekerja/tenaga kerja dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kekurangan gizi
b.
c.
b.
c.
d.
1. Golongan Fisika
a. Bunyi Bising
b. Suhu Tinggi: dehidrasi dan pengeluaran elektrolit tubuh yang banyak
Hyperpirexia, Heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke
c. Radiasi Sinar Elektromagnetik :
Infra merah Katarak
Ultraviolet Konjungtivitis
Sinar , dan dan Bahan radioaktif lainnya
d. Tekanan Udara Penyakit Caisons
e. Pencahayaan Tajam penglihatan berkurang
f. Getaran Penyempitan pembuluh darah (Raynaud disease)
2. Golongan Kimia
Perusahaan/perindustrian pupuk, pestisida, kertas, refinery, pengolahan gas
bumi, obat-obatan banyak menggunakan bahan kimia sebagai bahan baku
atau pembantu. penggunaan bahan kimia tadi bisa menyebabkan bahaya
kebakaran, peledakan, iritasi dan keracunan 70%. PAK adalah disebabkan
oleh bahan kimia berbahaya yang masuk lewat mulut, pernafasan atau kulit.
Bahan kimia berbahaya bisa berupa padat, gas, partikel maupun uap
Masuknya bahan kimia tadi bisa menimbulkan gejalanya secara akut atau
kronik keracunan akut biasanya terjadi akibat masuknya bahan kimia dalam
jumlah besar pada waktu singkat, misalnya :
a. Keracunan gas CO
b. Keracunan asam Sianida (HCN)
c. Keracunan Kronik terjadi karena masuknya bahan kimia tadi dalam
jumlah sedikit tetapi dalam jangka panjang, misalnya :
d. Keracunan Benzena
e. Keracunan Uap Pb Leukemia
f. Keracunan bahan-bahan Karsinogen Kanker
3. Golongan Biologi
Yang didapat dari :
a. Virus (Hepatitis)
b. Bakteri (Tuberkulosis pada petugas medis)
c. Parasit (Malaria)
d. Cacing
e. Jamur
4. Golongan Fisiologi (Ergonomi)
Terjadi akibat malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache atau cedera
punggung).
5. Golongan Mental Psikologi
Yang didapat dari :
a. Suasana Kerja monoton
b. Hubungan kerja yang kurang baik
c. Upah tidak sesuai
9
Tempat kerja yang terpencil Stress Perubahan tingkah laku, Tidak bisa
mengambil keputusan, TD naik Penyakit lain atau Kecelakaan
G. Usaha-Usaha Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Akibat Kerja5
Usaha-usaha pencegahan dan pembetasan penyakit akibat kerja, yaitu :
1. Subtitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan
yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
2. Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya
dalam perusahaan. Misalnya mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang
menghasilkan gas atau uap berbahaya.
3. Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar
kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih
rendah dari nilai ambang batasnya.
4. Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruangan kerja agar bahan-bahan
yang berbahaya dihisap dan dialirkan ke luar.
5. Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan diperlengkapi dengan alat-alat pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
Sebelum bekerja para karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikisnya)
agar penempatannya sesuai dengan jenis jabatan sehingga lebih optimal.
7. Penerangan/penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penjelasan sebelum bekerja agar mereka
mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan serta agar lebih
berhati-hati.
8. Pemeriksaan kesehatan ulangan
10
11
12
6. Pemecahan
Pemecahan terhadap adanya kecelakaan kerja:
a. Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
b. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
c. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan sebagai
upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
d. Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
e. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
f. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
g. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
h. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada
pihak yang berwenang.
i. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
7. Pencegahan Kecelakaan Kerja
a. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman.
Penanggungjawab keselamatan kerja harus merancang tugas sedemikian
rupa untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik. Gunakan risk
assesment atau checklist inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan
menghilankan bahaya-bahaya yang potensial.
b. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai prosedur
kerja) dapat dikurangi dengan berbagai aktivitas/ cara, yaitu:
1) seleksi dan penempatan
2) propaganda, kampanye, atau mengenai keselamatan kerja
3) pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja serta
dorongan positif (positive reinforcement)
4) komitme dari manajer tingkat atas (top management).
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Peraturan perundangan
Standarisasi
Pengawasan
Penelitian teknik
Riset medis
Penelitian psikologis
Penelitian secara statistik
Pendidikan
13
k. Latihan-latihan
l. Penggairahan
m. Asuransi5
BAB III
PENUTUP
14
Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah
biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung
yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen
keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu
kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar.
Tentu saja perusahaan-perusahaan tersebut tidak tinggal diam dalam menghadapi
angka
kecelakaan
yang
begitu
besar.
Perusahaan-perusahaan
banyak
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
15
5.
16