Anda di halaman 1dari 17

Tugas Mandiri

HIPERKES
Oleh :
Dian Wahyu Laily
14014101225

Masa KKM:
10 Oktober 20 November 2016

Dosen Pembimbing :
dr. Iyone Siagian, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara umum di Indonesia masih


sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan
kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini
tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja masih rendah. Padahal karyawan adalah aset
penting perusahaan.1
Frekuensi kecelakaan kerja di perusahaan semakin meningkat, sementara
kesadaran pengusaha terhadap kesehatan dan keselamatan kerja masih rendah,
yang lebih memprihatinkan pengusaha dan pekerja sektor kecil menengah menilai
hal tersebut identik dengan biaya sehingga menjadi beban, bukan kebutuhan.
Catatan PT Jamsostek dalam tiga tahun terakhir terbukti jumlah kasus kecelakaan
kerja mengalami peningkatan, dari 82.456 kasus bertambah menjadi 98.902 kasus
dan berkembang menjadi 104.774 kasus. Rata-rata setiap hari kerja terjadi
sedikitnya lebih dari 414 kasus kecelakaan kerja di perusahaan yang tercatat
sebagai anggota Jamsostek. Sedikitnya 9,5 persen dari kasus kecelakaan kerja
mengalami cacat, yakni 5.476 orang tenaga kerja, sehingga hampir setiap hari
kerja lebih dari 39 orang tenaga kerja mengalami cacat tubuh.1
Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat juga ditengarai tidak menggambarkan
kenyataan di lapangan yang sesungguhnya yaitu tingkat kecelakaan kerja yang
lebih tinggi lagi. Seperti diakui oleh berbagai kalangan di lingkungan Departemen
Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili
tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini
disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan masyarakat
untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang, khususnya PT.
Jamsostek. Pelaporan kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan oleh undangundang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang
dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai.

Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan
kerja sangat ringan.1
Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia
produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat
diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga
menimbulkan kerugian materil yang sangat besar, bahkan lebih besar bila
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit
serius seperti penyakit jantung dan kanker.2

BAB II
HIPERKES
A. Definisi1
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang
berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai
tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Hygiene perusahaan adalah spesialisasi ilmu hygiene beserta prakteknya yang
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan
perusahaan dan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya akibat kerja sehingga memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dari ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial melalui
usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (UU no. 14 tahun 1969 tentang
tenaga kerja) adalah lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan dan

mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur


pemberian pengobatan, perawatan kepada tenaga kerja yang sakit, mengatur
persediaan tempat, cara cara dan syarat yang memenuhi norma norma hygiene
perusahaan dan kesehatan untuk mencegah penyakit, baik sebagai akibat
pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat syarat kesehatan
bagi perumahan tenaga kerja.
B. Sejarah Hiperkes3
Hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh Agricola dan
1559 oleh Paracelcus di daerah pertambangan. Benardi Rammazini (1633-1714),
dikenal sebagai bapak Hiperkes, yang membahas hiperkes di industri tekstil
terutama mengenai penyakit akibat kerja (PAK).
C. Tujuan2
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sebagai salah
satu unsure sangat penting dari kesejahteraan dan meningkatkan kegairahan
kerja, efisiensi, produktifitas dan moril kerja factor manusia dalam setiap
sector kegiatan ekonomi.
2. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi
tingginya, melalui :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
d. Pemberantasan kecelakaan kerja
e. Peningkatan gairah kerja
f. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari
bahaya pencemaran perusahaan
g. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk produk industri.
h. Sebagai alat menciptakan dan meningkatkan tenaga kerja yang sehat dan
produktif
D. Usaha-Usaha Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

1. Upaya peningkatan (promotif)


Bertujuan untuk meningkatkan derajat dan kapasitas kerja melalui penerapan
pola hidup sehat, diantaranya:
a. Pendidikan dan penerangan
b. Perbaikan gizi
c. Perkembangan kejiwaan yang sehat
d. Perumahan sehat
e. Rekreasi
f. Tempat, cara, lingkungan yang sehat
g. Nasehat perkawinan termasuk KB
h. Perhatian terhadap faktor keturunan
2. Upaya pencegahan (preventif)
Bertujuan memberi perlindungan kepada pekerja sebelum adanya gangguan
akibat kerja:
a. Pemeriksaan kesehatan awal
b. Imunisasi
c. Penerapan ergonomi
d. Hygiene lingkungan
e. Perlindungan diri terhadap bahaya bahaya
f. Pengendalian lingkungan kerja (agar dalam batas aman)
g. Latihan fisik (relaksasi secara rutin)
h. Pemberian suplemen gizi untuk sistem kekebalan pekerja
i. Rotasi kerja (mencegah kejenuhan)
3. Upaya penyembuhan (kuratif)
Diberikan kepada pekerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan
atau gejala dini dengan cara:
a. Mengobati penyakit
b. Mencegah terjadinya komplikasi dan penularan terhadap keluarganya
atau teman sekerja yang bertujuan untuk menghentikan proses penyakit,
mempercepat masa istirahat, mencegah terjadinya cacat, bahkan
kematian
4. Upaya pemulihan (rehabilitatif)
Diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan telah
mengakibatkan cacat, sehingga pekerja tidak mampu bekerja secara
permanen. Kegiatannya meliputi:

a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuan


yang masih ada secara optimal
b. Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai dengan
kemampuan
c. Penyuluhan kepada masyarakat serta pengusaha agar mau menggunakan
pekerja yang cacat
E. Penyakit-Penyakit akibat Kerja4
Adanya hazard pada pekerjaan/lingkungan kerja dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang dikenal sebagai penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja (PAK) biasanya terjadi akibat pajanan kumulatif-yaitu
setelah bekerja bertahun-tahun pada lingkungan kerja atau mengerjakan
pekerjaannya pada kondisi yang tidak memenuhi standar. Penyakit akibat kerja
(PAK) biasanya bersifat kronis ysulit/tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan
kecacatan dan atau kematian. Berbagai istilah yang berhubungan :
1. Penyakit akibat kerja (Occupational disease) : penyakit yang mempunyai
penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agent penyebab yang sudah diakui.
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related disesase) :
penyakit yang mempunyai beberpa agent penyebab, dimana faktor pada
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.
3. Penyakit yang mengenai populasi pekerja (Disease affecting working
populations) : penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agent
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan
yang buruk bagi kesehatan.
4. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja : penyakit yang timbul karena
hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan ataau
lingkungan kerja.
Ada 31 kelompok penyakit akibat kerja/hubungan kerja (Kep Pres RI No. 22
tahun 1993):
1.

Pnemokoniosis oleh debu mineral (silikosis, antara kosilokosis, asbestosis)

2.

Bronkhopulmoner oleh debu logam keras

3.

Bronkhopulmoner oleh debu kapas (bissinosis)


6

4.

Asma akibat kerja oleh sensitisasi dan zat perangsang dalam proses
pekerjaan

5.

Alveolitis : alergi oleh menghirup debu organik

6.

Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan

7.

Penyakit yang disebabkan oleh kadmium

8.

Penyakit yang disebabkan oleh fosfor

9.

Penyakit yang disebabkan oleh krom

10.

Penyakit yang disebabkan oleh mangan

11.

Penyakit yang disebabkan oleh arsen

12.

Penyakit yang disebabkan oleh air raksa

13.

Penyakit yang disebabkan oleh timbal

14.

Penyakit yang disebabkan oleh fluor

15.

Penyakit yang disebabkan oleh karbondisulfida

16.

Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen atau hidrokarbon halivatik

17.

Penyakit yang disebabkan oleh benzena

18.

Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina

19.

Penyakit yang disebabkan oleh nitro gliserin atau ester asam nitrat

20.

Penyakit yang disebabkan oleh gas / uap beracun seperti karbon


monoksida,

hidrogen sulfida

21.

Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan

22.

Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau latek

23.

Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik

24.

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan


tinggi

25.

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik

26.

Dermatosis yang disebabkan oleh fisik, kimia, biologis

27.

Kanker kulit oleh karena teer, minyak mineral

28.

Kanker paru / mesoteliopma oleh abses

29.

Penyakit infeksi oleh virus, bakteri, parasit (pekerjaan yang memiliki


resiko kontaminasi tinggi)

30.

Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi, rendah, panas radiasi /


kelembaban udara tinggi

31.

Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia termasuk bahan obat


Penyakit akibat kerja dapat mempengaruhi fisik maupun mental dan berakibat

sementara maupun permanen. Penyakit akibat kerja dapat terjadi karena ketidak
serasian antara pekerja/tenaga kerja dengan:
1.

Sesama tenaga kerja

2.

Pimpinan unit kerja

3.

Peralatan yang digunakan

4.

Proses produksi yang dikerjakan

5.

Lingkungan kerja dan bahan produksi

6.

Peraturan kerja yang diterapkan sarana yang disediakan

F. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit dan Penyakit yang Ditimbulkan4


Faktor faktor penyebab penyakit akibat kerja:
1. Dari pekerja:
a.

Kekurangan gizi

b.

Pola hidup tidak sehat (minum alkohol, merokok, kurang


berolahraga)

c.

Faktor psikososial seperti lingkungan kerja yang tidak kondusif,


stress

2. Dari lingkungan kerja:


a.

Terpajan bahan kimia, biologi

b.

Golongan fisik : suara, radiasi, suhu, tekanan tinggi, penerangan

c.

Golongan kimia : debu, uap,gas, larutan awan / kabut

d.

Golongan fisiologi : kontribusi alat / mesin

3. Dampak / akibat dari terjadinya penyakit akibat kerja adalah:


a. Menurunnya derajat kesehatan dan kebugaran pekerja
b. Hilangnya waktu produktivitas pekerja
c. Menurunnya produktivitas kerja
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja,
sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab
dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

1. Golongan Fisika
a. Bunyi Bising
b. Suhu Tinggi: dehidrasi dan pengeluaran elektrolit tubuh yang banyak
Hyperpirexia, Heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke
c. Radiasi Sinar Elektromagnetik :
Infra merah Katarak
Ultraviolet Konjungtivitis
Sinar , dan dan Bahan radioaktif lainnya
d. Tekanan Udara Penyakit Caisons
e. Pencahayaan Tajam penglihatan berkurang
f. Getaran Penyempitan pembuluh darah (Raynaud disease)
2. Golongan Kimia
Perusahaan/perindustrian pupuk, pestisida, kertas, refinery, pengolahan gas
bumi, obat-obatan banyak menggunakan bahan kimia sebagai bahan baku
atau pembantu. penggunaan bahan kimia tadi bisa menyebabkan bahaya
kebakaran, peledakan, iritasi dan keracunan 70%. PAK adalah disebabkan
oleh bahan kimia berbahaya yang masuk lewat mulut, pernafasan atau kulit.
Bahan kimia berbahaya bisa berupa padat, gas, partikel maupun uap
Masuknya bahan kimia tadi bisa menimbulkan gejalanya secara akut atau
kronik keracunan akut biasanya terjadi akibat masuknya bahan kimia dalam
jumlah besar pada waktu singkat, misalnya :
a. Keracunan gas CO
b. Keracunan asam Sianida (HCN)
c. Keracunan Kronik terjadi karena masuknya bahan kimia tadi dalam
jumlah sedikit tetapi dalam jangka panjang, misalnya :
d. Keracunan Benzena
e. Keracunan Uap Pb Leukemia
f. Keracunan bahan-bahan Karsinogen Kanker
3. Golongan Biologi
Yang didapat dari :
a. Virus (Hepatitis)
b. Bakteri (Tuberkulosis pada petugas medis)
c. Parasit (Malaria)
d. Cacing
e. Jamur
4. Golongan Fisiologi (Ergonomi)
Terjadi akibat malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache atau cedera
punggung).
5. Golongan Mental Psikologi
Yang didapat dari :
a. Suasana Kerja monoton
b. Hubungan kerja yang kurang baik
c. Upah tidak sesuai
9

Tempat kerja yang terpencil Stress Perubahan tingkah laku, Tidak bisa
mengambil keputusan, TD naik Penyakit lain atau Kecelakaan
G. Usaha-Usaha Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Akibat Kerja5
Usaha-usaha pencegahan dan pembetasan penyakit akibat kerja, yaitu :
1. Subtitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan
yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
2. Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya
dalam perusahaan. Misalnya mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang
menghasilkan gas atau uap berbahaya.
3. Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar
kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih
rendah dari nilai ambang batasnya.
4. Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruangan kerja agar bahan-bahan
yang berbahaya dihisap dan dialirkan ke luar.
5. Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan diperlengkapi dengan alat-alat pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
Sebelum bekerja para karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikisnya)
agar penempatannya sesuai dengan jenis jabatan sehingga lebih optimal.
7. Penerangan/penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penjelasan sebelum bekerja agar mereka
mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan serta agar lebih
berhati-hati.
8. Pemeriksaan kesehatan ulangan

10

Pada para karyawan secara berkala, pada waktu-waktu tetrtentu secara


berkala dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui adanya penyakitpenyakit akibat kerja yang ditimbulkan.
H. Kecelakaan Kerja dan Pemecahannya5
1. Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi ketika berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan
kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja daan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau
wajar dilalui atau merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja.
2. Faktor Utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja
a. Faktor fisik
b. Faktor manusia
3. Kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
4. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:
a. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk,
kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada, 85% dari
kecelakaan yang terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.
b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety
condition, misalnya: lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin yang
terbuka, dan sebagainya.
5. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja
ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
1) Terjatuh
2) Tertimpa benda
3) Tertumbuk atau terkena benda-benda
4) Terjepit oleh benda
5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
6) Pengaruh suhu tinggi
7) Terkena arus listrik

11

8) Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi


b. Klasifikasi menurut penyebab
1) Mesin, misalnya: mesin pembangkit tenaga listrik, mesin
penggergajian kayu, dan sebagainya.
2) Alat angkut, misalnya: alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.
3) Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.
4) Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalya : bahan peledak, gas, zatzat kimia, dan sebagainya.
5) Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di
bawah tanah).
6) Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.
c. Klasifikasi menurut luka atau kelainan
1) Patah tulang
2) Dislokasi (keseleo)
3) Regang otot (urat)
4) Memar dan luka dalam yang lain
5) Amputasi
6) Luka di permukaan
7) Gegar dan remuk
8) Luka bakar
9) Keracunan-keracunan mendadak
10) Pengaruh radiasi
11) Lain-lain
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
1) Kepala
2) Leher
3) Badan
4) Anggota atas
5) Anggota bawah
6) Banyak tempat
7) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

12

6. Pemecahan
Pemecahan terhadap adanya kecelakaan kerja:
a. Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
b. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
c. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan sebagai
upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
d. Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
e. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
f. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
g. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
h. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada
pihak yang berwenang.
i. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
7. Pencegahan Kecelakaan Kerja
a. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman.
Penanggungjawab keselamatan kerja harus merancang tugas sedemikian
rupa untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik. Gunakan risk
assesment atau checklist inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan
menghilankan bahaya-bahaya yang potensial.
b. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai prosedur
kerja) dapat dikurangi dengan berbagai aktivitas/ cara, yaitu:
1) seleksi dan penempatan
2) propaganda, kampanye, atau mengenai keselamatan kerja
3) pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja serta
dorongan positif (positive reinforcement)
4) komitme dari manajer tingkat atas (top management).
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Peraturan perundangan
Standarisasi
Pengawasan
Penelitian teknik
Riset medis
Penelitian psikologis
Penelitian secara statistik
Pendidikan

13

k. Latihan-latihan
l. Penggairahan
m. Asuransi5

BAB III
PENUTUP

Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu dihadapkan


pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila perusahaan
tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul seiring dengan
perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan melekat dengan
dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya kecelakaan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban
jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

14

Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah
biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung
yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen
keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu
kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar.
Tentu saja perusahaan-perusahaan tersebut tidak tinggal diam dalam menghadapi
angka

kecelakaan

yang

begitu

besar.

Perusahaan-perusahaan

banyak

mengeluarkan dana setiap tahun untuk meningkatkan keselamatan di lingkungan


perusahaan agar angka kecelakaan kerja yang tinggi bisa diatasi. Dana yang besar
tersebut digunakan terutama untuk menambah alat-alat keselamatan kerja (alat
pemadam kebakaran, rambu-rambu, dll), memperbaiki proses produksi agar lebih
aman dan meningkatkan sistem manajemen keselamatan kerja secara keseluruhan.
Dalam beberapa tahun terakhir memang upaya tersebut bisa mengurangi angka
kecelakaan kerja. Namun masih jauh untuk mencapai angka kecelakaan kerja
yang minimal.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi Dokter Perusahaan/Instansi. Diakses


pada: 9 November 2016. Tersedia dari:
http://fk.uns.ac.id/static/file/MASUK-0219.pdf

2.

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja. Departemen


Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I. Direktorat Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan. Diakses pada: 9 November 2016. Tersedia
dari:
http://disnakertrans.bantenprov.go.id/upload/undang-undang/Juknis
%20penyelenggaraan%20kesehatan%20kerja.pdf

3.

Hiperkes. Diakses pada: 9 November 2016. Tersedia dari:


http://www.ppmb.unair.ac.id/files/D3%20Hiperkes%20dan%20K3.pdf

4.

Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Diakses pada: 9 November 2016. Tersedia


dari:
http://spmb.uns.ac.id/index.php?
idMn=54&lang=id&kdMn=B02&act=detail&kdp=13441

15

5.

Wajib Latih Hiperkes bagi Dokter Perusahaan. Diakses pada: 9 November


2016. Tersedia dari:
http://sur.lecturer.pens.ac.id/k3%20dan%20si/dasar%20hukum.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai