Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

LATAR BELAKANG
Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat cukup pesat dari tahun ke
tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi di Indonesia.
Dengan majunya sektor industri, maka terbukalah lapangan kerja bagi masyarakat,
daerah di sekitar perindustrian juga turut berkembang dalam bidang sarana
transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain.. Di lain pihak, kemajuan
ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup
yang lebih luas.
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup
dalam berbagai aspek tetapi berbagai dampak negatif juga timbul pada
masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap kualitas fungsi pernafasan
bagi para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Udara sebagai
komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk
hidup untuk hidup secara optimal. Oleh karena itu penting menjaga kesehatan dan
keselamatan pekerja yang selalu terpapar dengan udara yang telah tercemar.
Kesehatan dan keselamatan adalah suatu sistem yang bertujuan melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh
aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan
oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan
keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan
oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan dan keselamatan kerja
harus ditunjang dari peralatan perlindungan diri yang lengkap agar paparan yang
dialami para karyawan menjadi lebih sedikit. Paparan pada karyawan yang
berlebihan dan terus menerus akan menimbulkan efek yang merugikan bagi
karyawan tersebut. Salah satu paparan yang sering dialami adalah paparan
karbonmonoksida dan timbal pada karyawan mekanik bengkel motor ataupun
mobil.

Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang
berbahan dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat
organik lainnya. Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus
inhalasi asap dan diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang
disebabkan oleh trauma inhalasi. Gas CO adalah penyebab utama dari kematian
akibat keracunan di Amerika Serikat dan lebih dari separuh penyebab keracunan
fatal lainnya di seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun
di unit gawat darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus
intoksikasi gas CO dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi
pada 1990an.
Timbal adalah salah satu logam berat yang mencemari udara dan dapat
dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Timbal dalam bentuk
senyawa alkyl-Pb digunakan sebagai campuran dalam bensin yang berfungsi
sebagai anti ketuk (anti-knock). Alkyl-Pb yang terdapat dalam bahan bakar ini
mudah menguap dan larut dalam lemak sehingga mudah diabsorbsi oleh manusia
melalui inhalasi, ingesti ataupun dermal. Timbal dari gas buang kendaraan
bermotor masuk ke dalam tubuh manusia, melalui udara yang dihirup sebesar
30%-50% dan sekitar 5%-15% yang masuk melalui makanan dan minuman dari
timbal yang terdapat dalam udara. Di dalam tubuh timbal bersifat kumulatif dan
pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun, akan menimbulkan gangguan
keracunan kronis terutama pada hati, ginjal, jantung dan sistem saraf pusat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan karyawan
yang terlibat dalam kegiatan organisasi/perusahaan dan dapat memberikan
prestasi kerja. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antar hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber
daya yang dipergunakan. Kerja.1
Karyawan yang memiliki gizi dan kesehatan yang baik akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi, karena dengan adanya gizi dan kesehatan yang baik
karyawan akan dapat masuk kerja dalam keadaan yang sehat dan dapat bekerja
secara maksimal. Keadaan gizi dan kesehatan yang baik pada karyawan bisa
terlihat dari jumlah kehadiran atau jumlah masuk kerja, karena kebanyakan dari
karyawan tidak masuk kerja karena alasan sakit.1
Kesehatan dan keselamatan adalah suatu sistem yang bertujuan melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh
aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan
oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan
keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan
oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.2
Penyusunan HIRARC pada umumnya terbagi menjadi 3 tahap, yaitu
identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), dan
pengendalian risiko (risk control). HIRARC merupakan salah satu metode yang
sesuai dengan OHSAS 18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan pada

umumnya untuk membentuk, menerapkan, dan memelihara prosedur sehingga


dapat mengidentifikasi bahaya

yang ada, menilai, dan mengendalikan

resiko.HIRARC merupakan salah satu metode yang sesuai dengan OHSAS


18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan pada umumnya untuk membentuk,
menerapkan, dan memelihara prosedur sehingga dapat mengidentifikasi bahaya
yang ada, menilai, dan mengendalikan resiko. HIRARC merupakan salah satu
metode yang sesuai dengan OHSAS 18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan
pada umumnya untuk membentuk, menerapkan, dan memelihara prosedur
sehingga dapat mengidentifikasi bahaya yang ada, menilai, dan mengendalikan
resiko.Identifikasi bahaya adalah suatu tindakan untuk mengetahui bahaya yang
mungkin terjadi di dalam suatu lingkungan kerja.Penilaian resiko merupakan
tindakan yang dilakukan setelah identifikasi bahaya guna mengetahui tingkat
resiko dari setiap bahaya yang telah diidentifikasi.3,4
Ada 2 parameter yang digunakan perusahaan dalam penilaian risiko, yaitu
likelihooddan severity. Penjumlahan dari setiap faktor penentu di dalam kedua
parameter tersebut akan dinamakan risk rating. Tahap selanjutnya adalah tahap
pengendalian resiko. Pada tahap pengendalian resiko ini, resiko bahaya yang
menjadi prioritas maupun yang tidak dianggap sebagai prioritas di tahap
sebelumnya yakni tahap peniliaian resiko akan ditindaklanjuti sehingga dapat
menghilangkan atau mengurangi resiko kecelakaan kerja hingga batasan yang
dapat diterima oleh perusahaan. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk
menurunkan tingkat resiko yang ada sehingga tingkat resiko tersebut dapat
diterima oleh perusahaan. Resiko dikatakan dapat diterima ketika resiko yang
telah diturunkan tersebut dapat ditoleransi (pada tingkatan Tolerable atau Trivial)
oleh sebuah perusahaan dan sesuai dengan peraturan perundangan dan kebijakan
K3 yang ditetapkan dan dibuat oleh perusahaan.3,4
2.2 Kedokteran Okupasi
Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada
komunitas pekerja adalah kedokteran okupasi. Kedokteran okupasi (occupational
medicine) merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari pengaruh pekerjaan

terhadap kesehatan pekerja dan pengaruh kesehatan pekerja terhadap pekerjaan.


Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang ditujukan kepada para
pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan primer (health
promotion, specific protection), sekunder (early detection and prompt treatment),
dan tersier (disability limitation, rehabilitation, prevention of premature death).5
Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai risiko dan
bahaya (hazard) di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya
pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja.
Dokter okupasi melakukan upaya menurunkan risiko, mencegah terjadinya
penyakit dan cedera akibat kerja, dengan menerapkan ventilasi setempat,
penggunaan peralatan protektif perorangan, perubahan cara bekerja, dan
vaksinasi. Dokter okupasi melakukan surveilans kesehatan melalui skrining/
pemeriksaan kesehatan secara berkala.5
Dokter okupasi juga melakukan pencegahan tersier, yakni melakukan
upaya pelayanan medis perorangan pasca penyakit untuk membatasi kecacatan,
disfungsi sisa, dan kematian, melakukan rehabilitasi, dan mencegah rekurensi
penyakit, untuk memulihkan dan meningkatkan derajat kesehatan masing-masing
pekerja. Tetapi dokter okupasi juga memberikan pelayanan medis langsung
kepada pekerja yang sakit. Dokter okupasi menaksir besarnya masalah dan
memberikan pelayanan kuratif untuk mengatasi masalah penyakit yang dialami
pekerja. Dokter okupasi melakukan penatalaksanaan medis terhadap gangguangangguan penyakit penting yang berhubungan dengan pekerjaan, mencakup
pernapasan, kulit, luka bakar, kontak dengan agen fisik atau kimia, keracunan, dan
sebagainya.

Dokter

okupasi

menganalisis

absensi

pekerja,

dan

menghubungkannya dengan faktor-faktor penyebab.5


2.3 Karbonmonoksida
2.3.1 Definisi
Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang
berbahan dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat

organik lainnya. Setiap korban kebakaran api harus dicurigai adanya intoksikasi
gas CO. Sekitar 50% kematian akibat luka bakar berhubungan dengan trauma
inhalasi dan hipoksia dini menjadi penyebab kematian lebih dari 50% kasus
trauma inhalasi.6
Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus inhalasi asap dan
diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang disebabkan oleh trauma
inhalasi. Gas CO adalah penyebab utama dari kematian akibat keracunan di
Amerika Serikat dan lebih dari separuh penyebab keracunan fatal lainnya di
seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun di unit gawat
darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus intoksikasi gas CO
dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi pada 1990an.6
Sekitar 25.000 kasus keracunan gas CO pertahun dilaporkan terjadi di
Inggris. Dengan angka kematian sekitar 50 orang pertahun dan 200 orang
menderita cacat berat akibat keracunan gas CO. Di Singapura kasus intoksikasi
gas CO termasuk jarang. Di Rumah sakit Tan Tock Seng Singapura pernah
dilaporkan 12 kasus intoksikasi gas CO dalam 4 tahun (1999-2003). Di Indonesia
belum didapatkan data berapa kasus keracunan gas CO yang terjadi pertahun yang
dilaporkan. 7,8
2.3.2 Patofisiologi
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu
kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia.
Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses
pembakaran menyerap banyak oksigen, dimana di dalam ruangan sempit
seseorang akan menghirup udara dengan konsentrasi oksigen yang rendah sekitar
10-13%. Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan
hipoksia.9
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas
transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di
tingkat seluler. Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh,

organ yang paling terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah
besar, seperti otak dan jantung.10
Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi
akibat dari keracunan CO adalah karena gangguan reperfusi dimana peroksidasi
lipid dan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas.11
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh
gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang
menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobin 230-270 kali lebih
kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis.
CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan
menurun. 10,11
CO mengikat mioglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobin
yang menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan hipoksia
jaringan. Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang
menyebabkan kegagalanrespirasi di tingkat seluler. CO mengikat cytochromes c
dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah dari oksigen yang diduga
menyebabkan defisit neuropsikiatris. Beberapa penelitian mengindikasikan bila
CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan inflamasi di otak
yang dimediasi oleh lekosit. Proses tersebut dapat dihambat dengan terapi
hiperbarik oksigen. Pada intoksikasi berat, pasien menunjukkan gangguan sistem
saraf pusat termasuk demyelisasi substansia alba. Hal ini menyebabkan edema dan
dan nekrosis fokal.9
Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide
dari platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada
konsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri. 6
CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan
adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi
30 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan
oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh sampai 15-23 menit.12

Misdiagnosis sering terjadi karena beragamnya keluhan dan gejala pada


pasien. Gejala-gejala yang muncul sering mirip dengan gejala penyakit lain. Pada
anamnesa secara spesifik didapatkan riwayat paparan oleh gas CO. Gejala-gejala
yang muncul sering tidak sesuai dengan kadar HbCO dalam darah. Penderita
trauma inhalasi atau penderita luka bakar harus dicurigai kemungkinan terpapar
dan keracunan gas CO. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan takikardi,
hipertensi atau hipotensi, hipertermia, takipnea. Pada kulit biasanya didapatkan
wama kulit yang merah seperti buah cherry, bisa juga didapatkan lesi di kulit
berupa eritema dan bula.6,13
2.4 Timbal
2.4.1 Definisi
Timbal adalah salah satu logam berat yang mencemari udara dan dapat
dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Timbal dalam bentuk
senyawa alkyl-Pb digunakan sebagai campuran dalam bensin yang berfungsi
sebagai anti ketuk (anti-knock). Alkyl-Pb yang terdapat dalam bahan bakar ini
mudah menguap dan larut dalam lemak sehingga mudah diabsorbsi oleh manusia
melalui inhalasi, ingesti ataupun dermal.6
2.4.2 Patofisiologi
Timbal dari gas buang kendaraan bermotor masuk ke dalam tubuh manusia,
melalui udara yang dihirup sebesar 30%-50% dan sekitar 5%-15% yang masuk
melalui makanan dan minuman dari timbal yang terdapat dalam udara. Di dalam
tubuh timbal bersifat kumulatif dan pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun,
akan menimbulkan gangguan keracunan kronis terutama pada hati, ginjal, jantung
dan sistem saraf pusat.14
Orang-orang yang bekerja langsung berhubungan dengan bensin atau terkena
uapnya seperti petugas pintu tol memiliki resiko tinggi terpapar oleh timbal dari
gas buang kendaraan bermotor. Kelompok resiko tinggi terhadap pengaruh
pencemaran udara adalah kelompok yang akan terkena dampak pencemaran

terlebih dahulu dan lebih besar dibandingkan kelompok lain dalam skala waktu
dan dosis yang sama.15
Baku Mutu Lingkungan (BML) untuk parameter Pb di udara menurut WHO
batas syarat maksimal kadar Pb udara yang diperbolehkan adalah sebesar 0,5 - 1,5
g/Nm3, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah sebesar 2 g/Nm3 untuk
24 jam pengukuran dan 1 g/Nm3 untuk 1 tahun pengukuran.16

10

BAB 3
HASIL KUNJUNGAN
3.1 Informasi Umum
3.1.1 Profil Perusahaan
Berdiri

: Tahun 2001

Lokasi

: Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura


Jl. Pattimura Blok CC No. 13-14
Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia

Luas wilayah

: 8x9 m2

Telepon

Pekerja

: 15 orang (Mekanik: 9 orang)

(Sumber kunjungan lapangan dan Wawancara dengan Manager di Bengkel Astra


Motor Cabang Pattimura)
3.2. Gambaran Umum
3.2.1. Alur Kerja
Alur kerja mekanik di Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura dimulai pada
pagi hari jam 07.30 WIB yang dimulai dengan penerimaan motor dari klien yang
datang untuk memeriksakan motor mereka. Mekanik akan mencatat identitas
motor dan pemiliknya dan meminta klien untuk menunggu sampai motornya
selesai dikerjakan. Setelah didata, setiap mekanik akan mengerjakan motor klien
sesuai dengan kebutuhan dan nomor antrian yang tertera pada formulir yang telah
di isi dan mengembalikan motornya kepada klien dan mengecek kuitansi
pembayaran. Aktivitas di bengkel Astra Motor Cabang Pattimura berakhir pada
jam 17.00 WIB. Mekanik dibagi menjadi 3 level yaitu antara lain level 1, level 2,
dan level 3. Mekanik level 1 hanya menangani motor yang memerlukan
perawatan servis, level 2 ditugaskan untuk membongkar mesin, dan level 3
(master) dapat menangani semua kasus motor. Mekanik yang bekerja akan
dinaikkan levelnya setelah diberikan pelatihan khusus selama 2 bulan dan paling
lama 6 bulan.

11

3.3. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bengkel Astra Motor


Cabang Pattimura
3.3.1 Program kesehatan Kerja
Bengkel melakukan pemeriksaan kesehatan berkala tiap 1 tahun sekali di lab
Prodia berupa medical check up. Selain itu, bengkel tersebut juga melakukan
pemeriksaan awal sebelum seseorang diterima sebagai pekerja tetap. Pemeriksaan
awal tersebut meliputi cek kesehatan (buta warna, jarak jauh, dan tes urin untuk
menyaring penderita penyakit kronis) dan psikotes. Bekerja di bengkel ini tidak
memerlukan syarat pra kerja.
Setiap pekerja di bengkel memiliki jamsostek dimana para pekerja
mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dimana akan ditanggung oleh
perusahaan termasuk anak dan istri pekerja. Pekerja juga mendapatkan asuransi
dari Gama medika dan BPJS. Di bengkel tersebut juga disediakan alat P3K jika
sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kerja. Pekerja yang sakit wajib melapor kepada
kepala mekanik.
Pekerja diberikan waktu istirahat pada saat siang hari untuk beristirahat
sejenak dalam waktu 15 menit di tempat istirahat lantai 3. Untuk makan siang
digunakan sistem katering yang dibayar oleh perusahaan dan untuk air minum
pekerja disediakan dispenser di beberapa tempat. Penyediaan Alat Pelindung Diri
(APD) di bengkel sudah cukup baik. APD yang disediakan bengkel antara lain
topi, celemek, baju seragam, topi, sepatu besi, dan masker.
3.3.2 Sanitasi dan Lingkungan
Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura merupakan suatu kompleks bangunan
yang terdiri dari 1 bangunan yang memiliki 3 lantai. Lantai pertama adalah tempat
para mekanik menerima dan memperbaiki motor, lantai 2 adalah tempat
administrasi dan tersedia ruang toilet sedangkan lantai 3 merupakan tempat
istirahat dan tempat ibadah. Setiap ruangan terdapat CCTV. Lantai 2 dan lantai 3

12

tampak tertata rapi dan bersih serta sebagian besar ruangan menggunakan air
conditioner dan disediakan minuman dingin dan TV.
Lantai 1 merupakan ruangan tempat kerja mekanik dengan luas tempat sekitar
kurang lebih 8x9 m2. Pertukaran udara di ruangan ini kurang baik karena tidak
terdapat jendela dan ventilasi, sehingga udara hanya masuk melalui pintu depan.
Ruangan juga memiliki cerobong asap yang dimaksudkan untuk mengeluarkan
gas sisa pembakaran kendaraan bermotor namun cerobong asap tersebut tidak
berfungsi, selain itu di dalam ruangan juga terdapat kipas angin karena kondisi
dalam ruangan yang pengap dan lembab. Dalam ruangan juga disediakan pemutar
musik dan wastafel.
Sarana penerangan di dalam ruangan pada siang hari berupa cahaya matahari
yang masuk melalui pintu depan dan lampu-lampu 8x2 neon yang terdapat di
dalam ruangan. Kadang-kadang mekanik menggunakan senter untuk melihat
bagian motor. Penerangan pada malam hari tidak dapat dinilai karena kunjungan
diadakan pada siang hari. Dari dalam ruangan sering terdengar suara mesin motor
yang dihidupkan dan menghasilkan gas sisa pembakaran. Ruangan dibersihkan
setiap siang dan sore dengan cara disapu dan dipel. Pada halaman sekitar
bangunan merupakan jalan raya, dan di depan bengkel merupakan sebuah toko
elektronik.
3.3.3 Anamnesis Okupasi
Anamnesis okupasi dilakukan kepada 2 orang mekanik di bengkel Astra
Motor Cabang Pattimura sebagai sampel dan didapatkan hasil sebagai berikut:
a.

Mekanik Pertama
1. Identitas Pekerja
- Nama: Suripto
- Umur: 20 tahun
- Alamat: Jl. Imam Bonjol, Gg. Garuda Baru
- Agama: Islam
- Status Pernikahan: Belum menikah
- Pendidikan terakhir: SMK Kimia
2. Jenis Pekerjaan: Mekanik

13

3. Alat dan Bahan/Material yang digunakan


- Truster
- Multi tester
- Special Tools
- Tire Genuine
- Nitrogen the initiation system
- Piping system
- Compressor
- Air aki
- Air radiator
- Oli
4. Tempat Kerja: Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura
5. Lama kerja: 1 tahun (Mekanik level 1)
6. Tugas/ pekerjaan yang sekarang
Suripto berangkat dari rumahnya pada jam 06. 45 WIB menggunakan sepeda
motor. Di tempat kerja pada jam 07.00 WIB/08.30 WIB tergantung dari shift,
Suripto yang merupakan mekanik level 1 menangani masalah motor yang
memerlukan servis. Servis lengkap yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap
listrik, tekanan ban, rantai, stang, cuci karbo, cek rem, dan ganti oli. Servis motor
rata-rata memerlukan waktu 40 menit untuk mengerjakan 1 motor, sehingga target
setiap mekanik dapat menangani 8 motor. Selain menangani motor yang ingin
servis, motor baru yang baru dibeli klien dapat dilakukan KPB yang sama seperti
servis lengkap. Namun, kadang-kadang karena pelanggan yang ramai Suripto juga
menangani masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin. Suripto tidak
menggunakan masker saat bekerja dikarenakan suripto merasa pekerjaan yang
ditanganinya masih belum mengharuskannya untuk memakai masker. Selama
bekerja, Suripto pernah mengalami kejadian-kejadian pada saat bekerja seperti
tang yang menimpa kakinya pada saat bekerja, tahun lalu kabel busi pernah
mengenai bagian bawah mata suripto. Suripto juga pernah mengeluhkan sakit
pinggang, sesak napas, dan tekanan darah rendah. Pada saat bekerja Suripto juga
lebih memilih posisi berdiri. Dari hasil pemeriksaan denyut nadi didapatkan hasil
72x/menit. Suripto mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam pada siang hari
tergantung shift kerja (11.30-12.30/12.30-13.30) dan pada jam 16.15 WIB/17.00
WIB tergantung shift kerja, Suripto pulang kerumah menggunakan sepeda motor.

14

b. Mekanik Kedua
1. Identitas Pekerja
- Nama: Irfan
- Umur: 25 tahun
- Alamat: Jl. Tanjung Hulu
- Agama: Islam
- Status Pernikahan: Sudah menikah
- Riwayat Pekerjaan: Bekerja di bengkel sejak 2009 hingga Desember
2012, dan pindah ke bengkel Astra Motor Cabang Pattimura sejak
2.
3.

4.
5.
6.

Desember 2012-Sekarang.
Jenis Pekerjaan: Mekanik level 2
Alat dan Bahan/Material yang digunakan
- Truster
- Multi tester
- Special Tools
- Tire Genuine
- Nitrogen the initiation system
- Piping system
- Compressor
- Air aki
- Air radiator
- Oli
Tempat Kerja: Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura
Lama kerja: 19 bulan
Tugas/ pekerjaan yang sekarang

Irfan berangkat dari rumahnya pada jam 06. 30 WIB/ 08.00 WIB tergantung
shift kerja menggunakan sepeda motor. Di tempat kerja pada jam 07.00
WIB/08.30 WIB tergantung dari shift, Irfan yang merupakan mekanik level 2
menangani masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin dan servis.
Servis lengkap yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap listrik, tekanan ban,
rantai, stang, cuci karbo, cek rem, dan ganti oli. Servis motor rata-rata
memerlukan waktu 40 menit untuk mengerjakan 1 motor, sehingga target setiap
mekanik dapat menangani 8 motor. Irfan sebagai mekanik level 2 juga menangani
masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin. Pembongkaran mesin
dikerjakan dalam posisi jongkok, di tempat kerja telah disediakan tempat duduk
namun Irfan merasa kalau jongkok akan mempercepat penanganan motor. Untuk
melihat mesin motor, kadang Irfan menggunakan senter karena kondisi ruangan
yang penerangannya kurang. Irfan jarang menggunakan masker saat bekerja

15

kecuali ketika menangani motor yang debunya berlebihan. Selama bekerja, Irfan
pernah mengalami kejadian seperti air aki yang mengenai tangan namun telah
ditangani dengan mengalirkan air bersih di atas tangan yang terkena air aki
tersebut. Irfan pernah izin kerja sebanyak 1 kali dikarenakan menderita demam
akibat kecapekan kerja. Irfan juga mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam pada
siang hari tergantung shift kerja (11.30-12.30/12.30-13.30) dan pada jam 16.15
WIB/17.00 WIB tergantung shift kerja, Irfan pulang kerumah menggunakan
sepeda motor.

BAB IV
PEMBAHASAN
Penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja dipengaruhi
oleh beberapa factor resiko, meliputi kondisi tempat kerja, peralatan kerja,
material yang dipakai, proses produksi, cara kerja,limbah perusahaan dan hasil
produksi. Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia bila bekerja pada kondisi
yang tidak nyaman dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.17
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungannya
dengan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut
Keppres RI no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja terdapat 31 jenis penyakit. Secara khusus terdapat 6 jenis penyakit yang
mengenai paru tenaga kerja dalam peraturan tersebut. Penyakit tersebut meliputi
Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, disebakan

16

oleh debu kaps, vlas, henep dan sisal, asma akibat kerja, alveolitis alergika akibat
debu organik, Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes dan Penyakit infeksi
oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko
terkontaminasi.
Oleh karena itu perlunya aturan yang mengatur tentang kesehatan terutama
bagi tenaga kerja. Dimulai dari Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (yang biasanya disingkat menjadi UU Kesehatan) antara lain mengatur
hak dan kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; tugas dan tanggung jawab pemerintah; pelaksanaan upaya
kesehatan

yang

harus

secara

menyeluruh

(paripurna),

terpadu

dan

berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Dalam pasal 23 UU
Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan salah satu
dari 15 upaya kesehatan, yang diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja. Upaya kesehatan
kerja wajib dilakukan di setiap tempat kerja, dan mencakup pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan penyakit akibat kerja serta penerapan syarat syarat kesehatan
kerja.
Dari hasil survei yang dilakukan, didapatkan paparan atau potensi bahaya
terbesar pada Mekanik di Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura adalah paparan
gas karbon monoksida dan timbal hasil sisa gas kendaraan bermotor selama
bekerja. Paparan terutama melalui inhalasi. Gas buang kendaraan bermotor sendiri
terdiri dari berbagai gas seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2),
nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2) dan partikulat seperti
hidrokarbon, plumbum dioksida (PbO2) dan senyawa organik lain.
Selama bekerja karyawan tidak memakai alat perlindungan diri (APD) berupa
masker, Dari perusahaan sendiri sebenarnya telah menyediakan Alat Pelindung
Diri (APD) antara lain topi, celemek, baju seragam, topi, sepatu besi, dan masker.
Dari hasil wawancara, rata-rata jumlah jam kerja mekanik selama 7-8 jam/hari.
Paparan gas CO dan timbal ini akibat dari gas kendaraan bermotor yang
dihasilkan ketika mekanik menghidupkan motor pada tahap akhir service. Kondisi

17

ruangan bengkel yang tidak mempunyai ventilasi yang baik mengakibatkan


senyawa tersebut terkumpul dalam ruangan kerja. Hal ini menurut analisa kami
cukup berpotensi bahaya terhadap kesehatan pekerja, karena paparan yang sering
dan cukup lama.
4.1 Bahaya Potensial Karbon Monoksida
Lebih kurang 80 % - 90 % dari jumlah CO yang diabsorbsi oleh tubuh
berikatan dengan hemoglobin, membentuk karboksihemoglobin (COHb).
Terikatnya CO pada Hb menyebabkan lepasnya ikatan oksihemoglobin dan
mereduksi kapasitas transport oksigen dalam darah. Afinitas ikatan karbon
monoksida dan hemoglobin adalah 200 250 kali dari oksigen. 1 Karbon
monoksida masuk ke dalam aliran darah melalui paru-paru dan bereaksi dengan
hemoglobin (Hb) dengan reaksi sebagai berikut : O2 + CO COHb + O2. Tanpa
disadari, keracunan COHb akan berpengaruh pada tingkat kesehatan pekerja dan
berpengaruh pada produktivitas pekerja bengkel. Kondisi ini juga dapat terjadi di
lingkungan lain yang tercemar oleh CO. Gejala klinis awal keracunan gas CO
tidak khas. Gejala klinis awal menyerupai gejala penyakit lain, seperti sakit
kepala, mual dan pening, gejala seperti flu kadang pula didiagnosis sebagai
sindrom viral.18
Mekanisme

kerja

gas

CO

di

dalam

darah

sehingga

membentuk

karboksihemoglobin adalah sebagai berikut:


1. Karbon monoksida bersaing dengan oksigen untuk mengikat hemoglobin.
Kekuatan ikatannya 200-300 kali lebih kuat dibandingkan oksigen. Akibatnya,
oksigen terdesak dan lepas dari hemoglobin sehingga pasokan oksigen oleh darah
ke jaringan tubuh berkurang, timbul hipoksia jaringan.
2. COHb mencampuri interaksi protein heme, menyebabkan kurva
penguraian HbO2 bergeser kekiri (Haldane effect). Akibatnya terjadi pengurangan
pelepasan oksigen dari darah ke jaringan tubuh.
Tabel 4.1 Toksisitas Gas CO19

18

Karbon monoksida dapat mengikat oksigen dari hemoglobin menghasilkan


karboksihemoglobin ; HbO2 + CO COHb + O2, pengaruh dari reduksi ini
mengakibatkan kapasitas darah naik dengan kenaikan CO atmosfer dan aktifitas
fisik individu. Adanya gas CO dalam darah memberikan berbagai pengaruh atau
gangguan yang terurai dengan tingkat konsentrasinya (seperti tabel di bawah).20
Tabel 4.2 konsentrasi CO pada tubuh manusia:20

19

Penelitian yang

dilakukan oleh zuhriyah pada tahun 2008 pada pekerja

bengkel menunjukkan bahwa Kadar COHb Rata-rata para pekerja bengkel 15,32
melebihi batas normal. Usia dan lama bekerja tidak mempengaruhi kadar COHb.
Tingginya kandungan COHb para pekerja menyebabkan mereka mengalami
gangguan kesehatan diantaranya: cepat merasa lelah, cepat merasa mengantuk,
mata menjadi pedih dan sakit kepala.21 Dalam kesempatan plant survey ini
memang tidak dilakukan pengukuran kadar karbon monoksida yang ada di udara
bebas ataupun kadar paparan karbon monoksida pada tubuh pekerja, namun disini
dari kenyataan dilapangan, kami mencoba menghubungkan kemungkinan
ganggungan kesehatan/kejadiaan yang bisa terjadi.
Keracunan gas CO sendiri akan menimbulkan hipoksia jaringan tubuh karena
kurangnya oksigen dalam aliran darah. Gas CO dalam tubuh akan menghalangi
pengikatan oksigen dalam tubuh. Hipoksia ini akan menggangu sistem
kardiovaskuler (aliran darah ke jantung) karena menurunnya daya kontraksi otot
pada jantung, dapat menggangu sistem timbulnya gangguan pernafasan. Berikut
adalah gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan karena keracunan gas CO:22
1. Gangguan Kardiovaskuler (gangguan peredaran darah)
Didalam darah gas CO dapat berikatan dengan Hb (hemoglobin) dan
membentuk COHb (Carboksi Hemoglobin). Ikatan ini memiliki daya ikat 200-300
kali lebih kuat daripada ikatan O2 (oksigen) dengan Hb sehingga ikatan ini dapat
mendesak dan melepaskan O2 dari hemoglobin darah.
Kelebihan gas CO dalam darah dapat menyebabkan menurunnya ATP
(Adenosin Tripospat). ATP merupakan bahan yang sangat penting bagi aktivitas
otot jantung sehingga kurangnya kadar ATP akan menghambat daya kontraksi
jantung dan dapat menyebabkan kematian mendadak (sudden death).
2. Gangguan pada sistem saraf pusat
Keracunan gas CO pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan
parkinsonisme yaitu gejala seperti kekakuan dan cara berjalan yang tidak stabil.
Secara teori hal ini terjadi karena adanya gangguan kinerja sel output pada otak.

20

Selain itu, kelebihan gas CO akan mengganggu atau memperlambat metabolisme


neurotransmitter dopamin (senyawa kimia yang menghantarkan rangsang pada
sistem saraf pusat) sehingga terjadi kekacauan pada sistem transmisi informasi
pada sistem saraf.
3. Komplikasi paru
Pada keracunan berat gas CO akan terjadi gangguan pada sistem pernafasan
berupa edema paru dan pendarahan, hal ini terjadi karena terganggunya fungsi
ventrikel kiri atau akibat hipoksia parenkim paru-paru sehingga terjadi gagal
napas.
Batas pajanan gas CO dalam 8 jam kerja/hari atau 48 jam/minggu.
Permissive Exposure Limit (PEL) OSHA : 35 ppm TWA
Recommended Exposure Limit (REL) NIOSH : 50 ppm TWA
Treshold Limit Value (TLV) ACGIH : 25 ppm TWA
Menurut OSHA di Amerika Serikat, pekerja dapat mentoleransi pajanan
hingga 100 ppm/8 jam/hari. Protokol HOME, menyebutkan bila terpajan > 36
ppm/8 jam/hari sudah harus dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja. Semua
pintu dan tempat bekerja harus dibuka.
Untuk mencegah terjadinya keracunan pada pegawai diharapakan ketika
menghidupkan mesin motor maka belalai penyedot gas juga dihidupkan sehingga
gas sisa kendaraan bermotor tidak terakumulasi dalam ruangan kerja. Selain itu
juga diharapakan secara teratur mengukur keberadaan gas CO secara teratur di
lingkungan bekerja dan para pekerja diharapkan menggunakan masker ketika
bekerja untuk menimalisir paparan di lingkungan kerja.
4.2 Bahaya Potensial Timbal
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam
bahasa ilmiah disebut Plumbum dan disimbol dengan Pb. Timbal (Pb) adalah
unsur yang dihasilkan oleh sisa pembakaran mesin kendaraan yang tidak
sempurna. Sebenarnya timbal terdapat dalam senyawa kompleks hidrokarbon
dalam bahan bakar minyak. Semakin baik kualitas bahan bakar minyak tersebut

21

semakin rendah pula kandungan timbalnya. Banyaknya timbal yang dihasilkan


oleh asap kendaraan juga dipengaruhi oleh kualitas mesin kendaraan yang dipakai.
Semakin baik kualitas mesin kendaraan, semakin rendah pula timbal yang
dihasilkan. Bagi orang yang bekerja di bidang otomotif, terutama mekanik
bengkel, paparan timbal setiap harinya akan lebih banyak dibanding orang lain.
Timbal yang dihasilkan dapat terhirup melalui rongga mulut dan hidung lalu dapat
terakumulasi di dalamnya.16
Timbal di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas dan banyak dipakai
dengan berbagai senyawa yang secara teknis mempunyai peranan penting. Bentuk
oksidasi yang paling umum adalah timbal oksida, sedangkan senyawa organo
metalik yang terpenting adalah timbal tetraetil (TEL), timbal tetrametil (TML), dan
timbal stearat. Sebagai salah satu logam berat, ternyata timbal merupakan unsur
yang potensial menyebabkan pencemaran lingkungan. Timbal yang mencemari
udara terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk gas dan bentuk partikel. Gas timbal
terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin pada kendaraan bermotor,
sedangkan partikel timbal di udara berasal dari pabrik alkil timbal, timbal oksida,
dan pembakaran arang.15
Bagi pekerja bengkel sumber utama polusi timbal selain berasal dari accu,
berasal dari pembakaran bahan bakar bensin kendaraan bermotor. Timbal telah
lama digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan nilai oktan bensin
dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL). Selain untuk meningkatkan nilai oktan,
TEL juga dapat mengurangi letupan di dalam mesin kendaraan bermotor. Secara
rata-rata timbal di dalam bensin akan dikeluarkan melalui knalpot sebagai partikel
dan 75% akan diemisikan sebagai garam anorganik. Semakin tinggi kecepatan
suatu kendaraan bermotor, semakin banyak timbal yang dikeluarkan.15
Hasil dari pembakaran bensin mengandung senyawa oksida timbal. Senyawa
ini berbentuk timbal halida, berupa partikel anorganik dan mudah menguap.
Timbal dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan bahan pengikat
yang ditambahkan ke dalamnya, selanjutnya dikeluarkan melalui sistem
pembuangan gas, dan berkondensasi membentuk partikel. Partikel timbal yang
dikeluarkan oleh gas buang kendaraan bermotor berukuran antara 0.081.00 m

22

(aerosol) dengan masa tinggal (residence time) di udara selama 440 hari.
Absorbsi timbal pada waktu yang panjang, sekitar 10 tahun, akan terjadi
penimbunan (akumulasi) timbal pada organ tubuh, keracunan kronis, dan
menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin, sistem syaraf, urinaria, reproduksi,
sistem endokrin, dan jantung.15
Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut:15,16
a. Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb
Secara biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan :
1. Peningkatan produksi ALA (Amino Levulinic Acid)
Timah hitam akan menghambat enzim hemesintetase, yang mengakibatkan
penurunan

produksi

heme.

Penurunan

produksi heme

ini

akan

meningkatkan aktivitas ALA sintetase, dan akhirnya produksi ALA


meningkat. Peningkatan produksi ALA ini dapat dilihat dari ekskresi ALA
di urine.
2. Peningkatan Protoporphirin
Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan
adanya timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari
protoporphirin IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.
3. Peningkatan koproporphirin
Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari
koproporphirin III. Hal ini diketahui dengan didapatkannya koproporphirin
III pada urine dan feces.
b. Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)
Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan
Pb. Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 g/dl dapat terjadi
ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan
oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal,
degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini
disertai dengan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala,

23

vertigo (pusing berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi


cepat), stupor (penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.
c. Ensefalopati
Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan
sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak
atau kematian. Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang
mengkonsumsi makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko
lebih besar terhadap paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan
oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik interna Ensefalopati akut pada manusia
sangat dipengaruhi oleh : 1) jumlah partikel Pb yang terhisap, 2) lama pemaparan,
dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan : 1) perubahan perilaku mental, 3)
Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi, 4)
hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu), 5) kegelisahan, 6) depresi, 7) sakit
kepala, 8) vertigo dan tremor, ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis
yang besar dan jarang terjadi pada level Pb dalam darah dibawah 100 g/ 100 ml,
pernah dilaporkan terjadi pada tingkat 70 g/ 100ml.
a. Pendengaran
Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar
Pb dalam darah 15 g/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1
18 g/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anakanak dan dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan
penurunan pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadangkadang didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara
klinis efek tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi.
b. Efek terhadap ginjal
Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal
progresif dan tidak dapat disembuhkan Nephropati yang ditandai oleh gangguan
fungsi ginjal progresif sering disertai hipertensi. Kerusakan ginjal berupa fibriosis
interstitialis kronis, degenerasi tubuler, dan perubahan vaskuler pada arteri kecil
dan arteriol.
c. Efek terhadap sistem cardiovascular

24

Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita colic yang disertai


peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya kerusakan miokard tidak
dapat diabaikan. Perubahan elektro cardiografi dijumpai pada 70 % penderita
dengan gejala umum berupa takikardia, disritmia atrium.
4.3 Masalah Ergonomis Pada Mekanik di Bengkel Astra Motor Cabang
Pattimura
Berdasarkan hasil pengamatan, secara garis besar terdapat 3 jenis postur kerja
saat melakukan servis motor, yaitu berdiri sambil membungkuk, duduk, dan
jongkok. Ketiga postur kerja tersebut berpotensi menimbulkan nyeri atau cedera
otot baik pada tubuh bagian atas maupun bawah(work-related musculoskeletal
disorders). Postur kerja ini berkaitan dengan masalah ergonomi.
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu,
dengan efektif, aman dan nyaman.Secara umum tujuan dari penerapan
ergonomi,yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Postur bekerja yang baik adalah dimana pekerja dapat bertahan selama
mungkin dan tidak memberikan efek yang merugikan. Berdasarkan hasil

25

wawancara, para mekanik bengkel akan duduk kurang lebih selama 30 menit.
Postur duduk para mekanik terserbut dinilai kurang baik karena postur tubuh
mereka menjadi membungkuk ketika melakukan service motor. Postur tersebut
jika dipertahankan terus menerus maka akan menimbulkan kelelahan otot. Posisi
kerja duduk terus-menerus dalam waktu yang lama menyebabkan keluhan berupa
pegal-pegal dan nyeri di daerah leher, bahu, tulang belakang, dan perut.
Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang baik akan
mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu
menghindari ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman dapat diatur dan
memiliki penyangga punggung. Tinggi bangku dirumitkan oleh interaksi dengan
tinggi tempat duduk. Desain kursi sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja
tetap dibawah siku seperti bagian sebelumnya.
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi
pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan
sensibilitas bagian-bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis
harus memenuhi kriteria-kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja
kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia.
Kriteria tersebut sebagai berikut : Pekerja dengan sikap duduk mendapatkan
kedudukan yang mantap dan memberikan relaksasi otot-otot yang tidak dipakai
untuk bekerja dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tersebut.
a) Tinggi Tempat Duduk
Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk. Tinggi
tempat duduk harus lebih pendek dari panjang tekuk lutut sampai dengan telapak
kaki.
b) Panjang Alas Duduk
Pertemuan garis proyek permukaan depan sandaran duduk sampai dengan
permukaan alas duduk. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari lekuk lutut
sampai dengan garis punggung.
c) Lebar Tempat Duduk

26

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih
besar dari lebar pinggul.
d) Sandaran punggung
Diukur panjang dan lebar. Bagian atas dari sandaran punggung tidak melebihi
tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
e) Sandaran Tangan
Diukur panjang, lebar dan tinggi. Jarak tepi dalam dua sandaran tangan lebih
besar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan
adalah setinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.
f) Sudut Alas Duduk
Sudut alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan
bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Sudut alas duduk
hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan- pekerjaan yang tidak memerlukan
sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5
derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang
dapat diatur.

27

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan kelompok kami di Bengkel Astra
Motor Cabang Pattimura pada tanggal 17 Juni 2015 ditemukan bahwa paparan
atau potensi bahaya terbesar pada Mekanik adalah paparan gas karbon monoksida
dan timbal hasil sisa gas kendaraan bermotor selama bekerja terutama melalui
inhalasi. Namun hal ini tidak dibarengi dengan kesadaran para mekanik sehingga
seringkali tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan.
Selain itu, posisi bekerja para mekanik yang paling sering adalah duduk yang
bisa memakan waktu lebihdari 30 menit, hal ini dapat menyebabkan kelainan otot.
5.2 Saran
1. Edukasi dan motivasi karyawan mengenai pentingnya penggunaan APD
dengan benar.
2. Penyediaan tempat duduk yang sesuai secara ergonomis untuk para
mekanik dengan memperhatikan kriteria tempat duduk yang baik.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Nurini Endarwati, I Made Muliatna. Hubungan Penerapan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Bidang
Service Kendaraan Di Bengkel CV. ASRI MOTOR Sidoarjo. JTM. Volume
03 Nomor 01 Tahun 2014, 161-166.
2. Hanggraeni, Dewi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta.
3. William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 179-182
4. OHSAS 18001, Occupational Healt and Safety Management Systems
Requirements, 2007
5. Agius R , Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder
Headline/ Arnold Publishers
6. Louise W Kao, Kristine A Nanagas. Carbon Monoxide Poisoning. Emerg
MedClin N Arn22 (2004) 985-1018.
7. lvan Blumenthal. Carbon monoxide poisoning. J R Soc Med 2001;94:270272.

29

8. PK Handa, DYH Tai. Carbon Monoxide Poisoning: A Five-year Review at


Tan Tock Seng Hospital, Singapore. Ann Acad Med Singapore 2005;34:.6114.
9. Peter MC DeBlieux, VanDeVoort, John G Benitez, Halamka, Asim Tarabar.
Toxicity, Carbon Monoxide. 2006. http:/lwww.emedicine.com diakses tanggal
20 Juni 2015.
10. Eugene N.Bruce,

Margaret

C-

multicompanement

model

of

cartoxyhemoglobin and carboxymyoglobin responses to inhalation of carbon


monoxide. J Appl Physiol95 (2003): 1235-1247.
11. Stephen R Thom, Donald Fisher, Y Anne Xu, Sarah Garner, and Harry
lschiropoulos- Role of nitric oxide-derived oxidants in vascular injury from
carbon monoxide in the rat. Am J of Physiol.0363-6135 (1999),984-90.
12. Jurling DN, Buckley NA, Stanbrook MB, Isbister M, McGuigan MA.
Hyperbaric oxygen for carton monoxide poisoning. Cochrane Database of
Systematic Reviews. 2005:I.
13. Zeki Palili, Hayriye Saricao, Ahmet Acar. Skin lesions in carbonmonoxide
intoxication. Journal of the European Academy of Dermatology and
Venereology 9 (1997),152-154.
14. Irwansyah I. Hubungan kepadatan, jenis kendaraan terhadap kadar timbal
udara dan urin masyarakat sekitar jalan raya kota Jogjakarta [Tesis].
Jogjakarta: Universitas Gajah Mada; 2003.
15. Kawatu, PAT. Kadar timbal darah, hipertensi, dan perasaan kelelahan kerja
pada petugas stasiun pengisian bahan baker umum di kota Manado [Tesis].
Jogjakarta: Universitas Gajah Mada; 2008.
16. Adryani, Retno. Kadar Pb udara, kadar Pb darah dan efeknya terhadap
kesehatan pedagang kaki lima jalan Dharmawangsa di Kota Surabaya. 2005.
http://adln.lib.unair.ac.id diakses tanggal 20 Juni 2015.
17. James L, William, Philip and Burson. 1985. Environment Toxicology and
Chemistri. New York: Oxford Univ Press.
18. Wichaksana, Aryawan. 2002. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida
Bagi Kesehatan Pekerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 136.diunduh dari
Kalbemed.co.id
19. Cardiovascular Disorders. Occupational Disorders by System. Theriault GP.
In: Occupational Health Recognizing Preventing Work-related Disease. 1995.
p.565.

30

20. Crosby, Donald G. 1998. Environmental Toxicology and Chemistri. New


York : Oxford Univ. Press.
21. Zuhriyah,Nia Erva.2008. Analisis Kadar Karboksihemoglobin (COHb) dan
dampaknya terhadap kesehatan pekerja bengkel.Universitas Islam Negeri
Magelang.
22. Kindwall EP. Carbon Monoxide. The Chemical Occupational Environment.
In: Zenz Carl, Dickerson OB, Hovart EP. Editors. Occupational Medicine. 3rd
ed. St. Louis: Mosby Year Book Inc; 1994: 447-52.

LAMPIRAN

31

Gambar 1 Postur kerja mekanik

32

Gambar 2 Proses wawancara

Gambar 3 Kesibukan pekerja bengkel astra motor

Gambar 4 Tempat pendaftaran service

33

Gambar 5 Ruangan tempat kerja

Gambar 6 Tempat cuci tangan

34

Gambar 7 Dokumentasi kelompok dengan pegawai

Anda mungkin juga menyukai