LATAR BELAKANG
Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat cukup pesat dari tahun ke
tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi di Indonesia.
Dengan majunya sektor industri, maka terbukalah lapangan kerja bagi masyarakat,
daerah di sekitar perindustrian juga turut berkembang dalam bidang sarana
transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain.. Di lain pihak, kemajuan
ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup
yang lebih luas.
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup
dalam berbagai aspek tetapi berbagai dampak negatif juga timbul pada
masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap kualitas fungsi pernafasan
bagi para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Udara sebagai
komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk
hidup untuk hidup secara optimal. Oleh karena itu penting menjaga kesehatan dan
keselamatan pekerja yang selalu terpapar dengan udara yang telah tercemar.
Kesehatan dan keselamatan adalah suatu sistem yang bertujuan melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh
aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan
oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan
keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan
oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan dan keselamatan kerja
harus ditunjang dari peralatan perlindungan diri yang lengkap agar paparan yang
dialami para karyawan menjadi lebih sedikit. Paparan pada karyawan yang
berlebihan dan terus menerus akan menimbulkan efek yang merugikan bagi
karyawan tersebut. Salah satu paparan yang sering dialami adalah paparan
karbonmonoksida dan timbal pada karyawan mekanik bengkel motor ataupun
mobil.
Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang
berbahan dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat
organik lainnya. Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus
inhalasi asap dan diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang
disebabkan oleh trauma inhalasi. Gas CO adalah penyebab utama dari kematian
akibat keracunan di Amerika Serikat dan lebih dari separuh penyebab keracunan
fatal lainnya di seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun
di unit gawat darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus
intoksikasi gas CO dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi
pada 1990an.
Timbal adalah salah satu logam berat yang mencemari udara dan dapat
dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Timbal dalam bentuk
senyawa alkyl-Pb digunakan sebagai campuran dalam bensin yang berfungsi
sebagai anti ketuk (anti-knock). Alkyl-Pb yang terdapat dalam bahan bakar ini
mudah menguap dan larut dalam lemak sehingga mudah diabsorbsi oleh manusia
melalui inhalasi, ingesti ataupun dermal. Timbal dari gas buang kendaraan
bermotor masuk ke dalam tubuh manusia, melalui udara yang dihirup sebesar
30%-50% dan sekitar 5%-15% yang masuk melalui makanan dan minuman dari
timbal yang terdapat dalam udara. Di dalam tubuh timbal bersifat kumulatif dan
pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun, akan menimbulkan gangguan
keracunan kronis terutama pada hati, ginjal, jantung dan sistem saraf pusat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan karyawan
yang terlibat dalam kegiatan organisasi/perusahaan dan dapat memberikan
prestasi kerja. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antar hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber
daya yang dipergunakan. Kerja.1
Karyawan yang memiliki gizi dan kesehatan yang baik akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi, karena dengan adanya gizi dan kesehatan yang baik
karyawan akan dapat masuk kerja dalam keadaan yang sehat dan dapat bekerja
secara maksimal. Keadaan gizi dan kesehatan yang baik pada karyawan bisa
terlihat dari jumlah kehadiran atau jumlah masuk kerja, karena kebanyakan dari
karyawan tidak masuk kerja karena alasan sakit.1
Kesehatan dan keselamatan adalah suatu sistem yang bertujuan melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh
aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan
oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan
keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan
oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.2
Penyusunan HIRARC pada umumnya terbagi menjadi 3 tahap, yaitu
identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), dan
pengendalian risiko (risk control). HIRARC merupakan salah satu metode yang
sesuai dengan OHSAS 18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan pada
Dokter
okupasi
menganalisis
absensi
pekerja,
dan
organik lainnya. Setiap korban kebakaran api harus dicurigai adanya intoksikasi
gas CO. Sekitar 50% kematian akibat luka bakar berhubungan dengan trauma
inhalasi dan hipoksia dini menjadi penyebab kematian lebih dari 50% kasus
trauma inhalasi.6
Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus inhalasi asap dan
diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang disebabkan oleh trauma
inhalasi. Gas CO adalah penyebab utama dari kematian akibat keracunan di
Amerika Serikat dan lebih dari separuh penyebab keracunan fatal lainnya di
seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun di unit gawat
darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus intoksikasi gas CO
dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi pada 1990an.6
Sekitar 25.000 kasus keracunan gas CO pertahun dilaporkan terjadi di
Inggris. Dengan angka kematian sekitar 50 orang pertahun dan 200 orang
menderita cacat berat akibat keracunan gas CO. Di Singapura kasus intoksikasi
gas CO termasuk jarang. Di Rumah sakit Tan Tock Seng Singapura pernah
dilaporkan 12 kasus intoksikasi gas CO dalam 4 tahun (1999-2003). Di Indonesia
belum didapatkan data berapa kasus keracunan gas CO yang terjadi pertahun yang
dilaporkan. 7,8
2.3.2 Patofisiologi
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu
kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia.
Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses
pembakaran menyerap banyak oksigen, dimana di dalam ruangan sempit
seseorang akan menghirup udara dengan konsentrasi oksigen yang rendah sekitar
10-13%. Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan
hipoksia.9
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas
transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di
tingkat seluler. Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh,
organ yang paling terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah
besar, seperti otak dan jantung.10
Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi
akibat dari keracunan CO adalah karena gangguan reperfusi dimana peroksidasi
lipid dan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas.11
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh
gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang
menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobin 230-270 kali lebih
kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis.
CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan
menurun. 10,11
CO mengikat mioglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobin
yang menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan hipoksia
jaringan. Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang
menyebabkan kegagalanrespirasi di tingkat seluler. CO mengikat cytochromes c
dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah dari oksigen yang diduga
menyebabkan defisit neuropsikiatris. Beberapa penelitian mengindikasikan bila
CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan inflamasi di otak
yang dimediasi oleh lekosit. Proses tersebut dapat dihambat dengan terapi
hiperbarik oksigen. Pada intoksikasi berat, pasien menunjukkan gangguan sistem
saraf pusat termasuk demyelisasi substansia alba. Hal ini menyebabkan edema dan
dan nekrosis fokal.9
Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide
dari platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada
konsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri. 6
CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan
adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi
30 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan
oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh sampai 15-23 menit.12
terlebih dahulu dan lebih besar dibandingkan kelompok lain dalam skala waktu
dan dosis yang sama.15
Baku Mutu Lingkungan (BML) untuk parameter Pb di udara menurut WHO
batas syarat maksimal kadar Pb udara yang diperbolehkan adalah sebesar 0,5 - 1,5
g/Nm3, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah sebesar 2 g/Nm3 untuk
24 jam pengukuran dan 1 g/Nm3 untuk 1 tahun pengukuran.16
10
BAB 3
HASIL KUNJUNGAN
3.1 Informasi Umum
3.1.1 Profil Perusahaan
Berdiri
: Tahun 2001
Lokasi
Luas wilayah
: 8x9 m2
Telepon
Pekerja
11
12
tampak tertata rapi dan bersih serta sebagian besar ruangan menggunakan air
conditioner dan disediakan minuman dingin dan TV.
Lantai 1 merupakan ruangan tempat kerja mekanik dengan luas tempat sekitar
kurang lebih 8x9 m2. Pertukaran udara di ruangan ini kurang baik karena tidak
terdapat jendela dan ventilasi, sehingga udara hanya masuk melalui pintu depan.
Ruangan juga memiliki cerobong asap yang dimaksudkan untuk mengeluarkan
gas sisa pembakaran kendaraan bermotor namun cerobong asap tersebut tidak
berfungsi, selain itu di dalam ruangan juga terdapat kipas angin karena kondisi
dalam ruangan yang pengap dan lembab. Dalam ruangan juga disediakan pemutar
musik dan wastafel.
Sarana penerangan di dalam ruangan pada siang hari berupa cahaya matahari
yang masuk melalui pintu depan dan lampu-lampu 8x2 neon yang terdapat di
dalam ruangan. Kadang-kadang mekanik menggunakan senter untuk melihat
bagian motor. Penerangan pada malam hari tidak dapat dinilai karena kunjungan
diadakan pada siang hari. Dari dalam ruangan sering terdengar suara mesin motor
yang dihidupkan dan menghasilkan gas sisa pembakaran. Ruangan dibersihkan
setiap siang dan sore dengan cara disapu dan dipel. Pada halaman sekitar
bangunan merupakan jalan raya, dan di depan bengkel merupakan sebuah toko
elektronik.
3.3.3 Anamnesis Okupasi
Anamnesis okupasi dilakukan kepada 2 orang mekanik di bengkel Astra
Motor Cabang Pattimura sebagai sampel dan didapatkan hasil sebagai berikut:
a.
Mekanik Pertama
1. Identitas Pekerja
- Nama: Suripto
- Umur: 20 tahun
- Alamat: Jl. Imam Bonjol, Gg. Garuda Baru
- Agama: Islam
- Status Pernikahan: Belum menikah
- Pendidikan terakhir: SMK Kimia
2. Jenis Pekerjaan: Mekanik
13
14
b. Mekanik Kedua
1. Identitas Pekerja
- Nama: Irfan
- Umur: 25 tahun
- Alamat: Jl. Tanjung Hulu
- Agama: Islam
- Status Pernikahan: Sudah menikah
- Riwayat Pekerjaan: Bekerja di bengkel sejak 2009 hingga Desember
2012, dan pindah ke bengkel Astra Motor Cabang Pattimura sejak
2.
3.
4.
5.
6.
Desember 2012-Sekarang.
Jenis Pekerjaan: Mekanik level 2
Alat dan Bahan/Material yang digunakan
- Truster
- Multi tester
- Special Tools
- Tire Genuine
- Nitrogen the initiation system
- Piping system
- Compressor
- Air aki
- Air radiator
- Oli
Tempat Kerja: Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura
Lama kerja: 19 bulan
Tugas/ pekerjaan yang sekarang
Irfan berangkat dari rumahnya pada jam 06. 30 WIB/ 08.00 WIB tergantung
shift kerja menggunakan sepeda motor. Di tempat kerja pada jam 07.00
WIB/08.30 WIB tergantung dari shift, Irfan yang merupakan mekanik level 2
menangani masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin dan servis.
Servis lengkap yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap listrik, tekanan ban,
rantai, stang, cuci karbo, cek rem, dan ganti oli. Servis motor rata-rata
memerlukan waktu 40 menit untuk mengerjakan 1 motor, sehingga target setiap
mekanik dapat menangani 8 motor. Irfan sebagai mekanik level 2 juga menangani
masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin. Pembongkaran mesin
dikerjakan dalam posisi jongkok, di tempat kerja telah disediakan tempat duduk
namun Irfan merasa kalau jongkok akan mempercepat penanganan motor. Untuk
melihat mesin motor, kadang Irfan menggunakan senter karena kondisi ruangan
yang penerangannya kurang. Irfan jarang menggunakan masker saat bekerja
15
kecuali ketika menangani motor yang debunya berlebihan. Selama bekerja, Irfan
pernah mengalami kejadian seperti air aki yang mengenai tangan namun telah
ditangani dengan mengalirkan air bersih di atas tangan yang terkena air aki
tersebut. Irfan pernah izin kerja sebanyak 1 kali dikarenakan menderita demam
akibat kecapekan kerja. Irfan juga mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam pada
siang hari tergantung shift kerja (11.30-12.30/12.30-13.30) dan pada jam 16.15
WIB/17.00 WIB tergantung shift kerja, Irfan pulang kerumah menggunakan
sepeda motor.
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja dipengaruhi
oleh beberapa factor resiko, meliputi kondisi tempat kerja, peralatan kerja,
material yang dipakai, proses produksi, cara kerja,limbah perusahaan dan hasil
produksi. Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia bila bekerja pada kondisi
yang tidak nyaman dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.17
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungannya
dengan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut
Keppres RI no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja terdapat 31 jenis penyakit. Secara khusus terdapat 6 jenis penyakit yang
mengenai paru tenaga kerja dalam peraturan tersebut. Penyakit tersebut meliputi
Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, disebakan
16
oleh debu kaps, vlas, henep dan sisal, asma akibat kerja, alveolitis alergika akibat
debu organik, Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes dan Penyakit infeksi
oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko
terkontaminasi.
Oleh karena itu perlunya aturan yang mengatur tentang kesehatan terutama
bagi tenaga kerja. Dimulai dari Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (yang biasanya disingkat menjadi UU Kesehatan) antara lain mengatur
hak dan kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; tugas dan tanggung jawab pemerintah; pelaksanaan upaya
kesehatan
yang
harus
secara
menyeluruh
(paripurna),
terpadu
dan
17
kerja
gas
CO
di
dalam
darah
sehingga
membentuk
18
19
Penelitian yang
bengkel menunjukkan bahwa Kadar COHb Rata-rata para pekerja bengkel 15,32
melebihi batas normal. Usia dan lama bekerja tidak mempengaruhi kadar COHb.
Tingginya kandungan COHb para pekerja menyebabkan mereka mengalami
gangguan kesehatan diantaranya: cepat merasa lelah, cepat merasa mengantuk,
mata menjadi pedih dan sakit kepala.21 Dalam kesempatan plant survey ini
memang tidak dilakukan pengukuran kadar karbon monoksida yang ada di udara
bebas ataupun kadar paparan karbon monoksida pada tubuh pekerja, namun disini
dari kenyataan dilapangan, kami mencoba menghubungkan kemungkinan
ganggungan kesehatan/kejadiaan yang bisa terjadi.
Keracunan gas CO sendiri akan menimbulkan hipoksia jaringan tubuh karena
kurangnya oksigen dalam aliran darah. Gas CO dalam tubuh akan menghalangi
pengikatan oksigen dalam tubuh. Hipoksia ini akan menggangu sistem
kardiovaskuler (aliran darah ke jantung) karena menurunnya daya kontraksi otot
pada jantung, dapat menggangu sistem timbulnya gangguan pernafasan. Berikut
adalah gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan karena keracunan gas CO:22
1. Gangguan Kardiovaskuler (gangguan peredaran darah)
Didalam darah gas CO dapat berikatan dengan Hb (hemoglobin) dan
membentuk COHb (Carboksi Hemoglobin). Ikatan ini memiliki daya ikat 200-300
kali lebih kuat daripada ikatan O2 (oksigen) dengan Hb sehingga ikatan ini dapat
mendesak dan melepaskan O2 dari hemoglobin darah.
Kelebihan gas CO dalam darah dapat menyebabkan menurunnya ATP
(Adenosin Tripospat). ATP merupakan bahan yang sangat penting bagi aktivitas
otot jantung sehingga kurangnya kadar ATP akan menghambat daya kontraksi
jantung dan dapat menyebabkan kematian mendadak (sudden death).
2. Gangguan pada sistem saraf pusat
Keracunan gas CO pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan
parkinsonisme yaitu gejala seperti kekakuan dan cara berjalan yang tidak stabil.
Secara teori hal ini terjadi karena adanya gangguan kinerja sel output pada otak.
20
21
22
(aerosol) dengan masa tinggal (residence time) di udara selama 440 hari.
Absorbsi timbal pada waktu yang panjang, sekitar 10 tahun, akan terjadi
penimbunan (akumulasi) timbal pada organ tubuh, keracunan kronis, dan
menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin, sistem syaraf, urinaria, reproduksi,
sistem endokrin, dan jantung.15
Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut:15,16
a. Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb
Secara biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan :
1. Peningkatan produksi ALA (Amino Levulinic Acid)
Timah hitam akan menghambat enzim hemesintetase, yang mengakibatkan
penurunan
produksi
heme.
Penurunan
produksi heme
ini
akan
23
24
25
wawancara, para mekanik bengkel akan duduk kurang lebih selama 30 menit.
Postur duduk para mekanik terserbut dinilai kurang baik karena postur tubuh
mereka menjadi membungkuk ketika melakukan service motor. Postur tersebut
jika dipertahankan terus menerus maka akan menimbulkan kelelahan otot. Posisi
kerja duduk terus-menerus dalam waktu yang lama menyebabkan keluhan berupa
pegal-pegal dan nyeri di daerah leher, bahu, tulang belakang, dan perut.
Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang baik akan
mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu
menghindari ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman dapat diatur dan
memiliki penyangga punggung. Tinggi bangku dirumitkan oleh interaksi dengan
tinggi tempat duduk. Desain kursi sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja
tetap dibawah siku seperti bagian sebelumnya.
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi
pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan
sensibilitas bagian-bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis
harus memenuhi kriteria-kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja
kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia.
Kriteria tersebut sebagai berikut : Pekerja dengan sikap duduk mendapatkan
kedudukan yang mantap dan memberikan relaksasi otot-otot yang tidak dipakai
untuk bekerja dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tersebut.
a) Tinggi Tempat Duduk
Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk. Tinggi
tempat duduk harus lebih pendek dari panjang tekuk lutut sampai dengan telapak
kaki.
b) Panjang Alas Duduk
Pertemuan garis proyek permukaan depan sandaran duduk sampai dengan
permukaan alas duduk. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari lekuk lutut
sampai dengan garis punggung.
c) Lebar Tempat Duduk
26
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih
besar dari lebar pinggul.
d) Sandaran punggung
Diukur panjang dan lebar. Bagian atas dari sandaran punggung tidak melebihi
tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
e) Sandaran Tangan
Diukur panjang, lebar dan tinggi. Jarak tepi dalam dua sandaran tangan lebih
besar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan
adalah setinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.
f) Sudut Alas Duduk
Sudut alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan
bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Sudut alas duduk
hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan- pekerjaan yang tidak memerlukan
sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5
derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang
dapat diatur.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan kelompok kami di Bengkel Astra
Motor Cabang Pattimura pada tanggal 17 Juni 2015 ditemukan bahwa paparan
atau potensi bahaya terbesar pada Mekanik adalah paparan gas karbon monoksida
dan timbal hasil sisa gas kendaraan bermotor selama bekerja terutama melalui
inhalasi. Namun hal ini tidak dibarengi dengan kesadaran para mekanik sehingga
seringkali tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan.
Selain itu, posisi bekerja para mekanik yang paling sering adalah duduk yang
bisa memakan waktu lebihdari 30 menit, hal ini dapat menyebabkan kelainan otot.
5.2 Saran
1. Edukasi dan motivasi karyawan mengenai pentingnya penggunaan APD
dengan benar.
2. Penyediaan tempat duduk yang sesuai secara ergonomis untuk para
mekanik dengan memperhatikan kriteria tempat duduk yang baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurini Endarwati, I Made Muliatna. Hubungan Penerapan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Bidang
Service Kendaraan Di Bengkel CV. ASRI MOTOR Sidoarjo. JTM. Volume
03 Nomor 01 Tahun 2014, 161-166.
2. Hanggraeni, Dewi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta.
3. William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 179-182
4. OHSAS 18001, Occupational Healt and Safety Management Systems
Requirements, 2007
5. Agius R , Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder
Headline/ Arnold Publishers
6. Louise W Kao, Kristine A Nanagas. Carbon Monoxide Poisoning. Emerg
MedClin N Arn22 (2004) 985-1018.
7. lvan Blumenthal. Carbon monoxide poisoning. J R Soc Med 2001;94:270272.
29
Margaret
C-
multicompanement
model
of
30
LAMPIRAN
31
32
33
34