Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara terbesar nomor dua setelah Brazil yang memiliki
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang membahas semua
bentuk kehidupan mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem
dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman yang telah banyak dimanfaatkan
menjadi bahan makanan dan bahan obat untuk penyembuhan berbagai penyakit. Namun sampai
sekarang baru sejumlah kecil obat tradisional yang dapat dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004;
Tjokronegoro, 1992).

Salah satu tanaman yang banyak digunakan didunia adalah temu mangga. Temu mangga
(Curcuma mangga) merupakan salah satu jenis temu yang tumbuh di Indonesia. Tanaman ini
merupakan salah satu dari banyak jenis temu temuan yang dimanfaatkan sebagai bahan baku
obat-obatan (Hadad, 2001). Selain di Indonesia, temu mangga juga dijumpai di daerah sekitar
ekuatorial lainnya seperti Malaysia (dikenal dengan sebutan temu pauh) dan Thailand (kha min
khao). Ciri khas tanaman ini adalah umbinya (yang berwarna kuning dan berbintik seperti jahe)
memiliki bau khas seperti bau mangga. Beberapa manfaat temu manga sebagai obat tradisional
diantaranya adalah sebagai obat mag, diare, penghilang nyeri saat haid, keputihan, serta
mengobati jerawat dan bisul. Tidak seperti seperti C. longa dan C. zeodaria yang telah banyak
diteliti, kandungan kimia dan bioaktivitas temu mangga belum banyak diketahui.
Tanaman ini banyak digunakan mulai dari bagian akar, batang, daun, dan buah. Rimpang
dan daun temu mangga mengandung saponin, flavonoid dan polifenol (Hutapea, 1993), juga
mengandung antioksidan alamiah, yaitu kurkuminoid (Sudewo, 2004), minyak atsiri, tanin,
amilum, gula dan damar (Anonim, 1988). Minyak atsiri temu mangga terdiri dari 4 komponen
utama yang teridentifikasi sebagai Į-pirene (1,71%), ßmyrcene (19,74%), geranil alcohol
(76,24%), dan bicyclo 3,1,1 heptan 3-ol (2,31%) (Khasanah dan Wahyuono, 2002). Rimpang
temu mangga berkhasiat untuk mengecilkan rahim dan untuk penambah nafsu makan (Hutapea,
1993), mengatasi nyeri lambung dan menghambat pertumbuhan sel kanker (Sudewo, 2004).

Pada penggunaan secara tradisional, temu mangga yang diekstrak dengan air panas dapat
menghasilkan efek diuretik (Hashmi et al, 2015). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa
ekstrak metanol dan petroleum eter daun zaitun (Olea europaea L.) dengan dosis 500 mg/kgBB,
600 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB berpotensi sebagai diuretik pada tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley (Al-Okbi et al, 2016). CARI PENELITIAN SEBELUMNYA YANG
RELEVAN ?

Diuretik adalah obat-obat yang meningkatkan laju aliran urin, namun secara klinis
diuretik bekerja dengan menurunkan laju reabsorpsi natrium dari tubulus sehingga menyebabkan
natriuresis dan kemudian menimbulkan efek diuresis (Guyton 2006). Diuretik juga menurunkan
absorpsi kembali elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif. NaCl
dalam tubuh merupakan penentu utama volume cairan ekstraseluler dan sebagian besar aplikasi
klinis diuretik ditujukan untuk mengurangi volume cairan ekstraseluler dengan mengurangi
kandungan total NaCl di dalam tubuh (Hardman, 2012).
Diuretik terutama digunakan untuk mengurangi sembab (edema) yang disebabkan oleh
meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung
kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keracunan kehamilan, glaukoma,
hiperkalasemi, diabetes insipidus, dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang
kortikosteroid atau estrogen. Diuretik juga digunakan sebagai penunjang pada pengobatan
hipertensi (Siswandono & Bambang, 2008). Diuretik dipercaya menjadi salah satu cara yang
efektif untuk menangani penyakit hipertensi dan merupakan salah satu rekomendasi
antihipertensi dari JNC 8 (Eight Joint National Committee) dan ASH (American Society of
Hypertension). Diuretik menyebabkan penurunan volume plasma yang akan menurunkan curah
jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah (Latuconsina dkk, 2014).

Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian aktivitas diuretik
dari ekstrak temu manggga pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan metode uji
Lipschitz. Parameter pengujian diuretik yang dilakukan meliputi volume urin, pH urin,
konsentrasi Na+, K+, dan Cl- pada urin serta kadar asam urat dan bersihan kreatinin untuk
mengetahui pengaruh ekstrak temu mangga tersebut terhadap fungsi ginjal secara in vivo.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah ekstrak temu mangga (Olea europaea L.) memiliki aktivitas diuretik pada
tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.
b. Apakah ekstrak temu mangga (Olea europaea L.) mempengaruhi kadar asam urat
dan bersihan kreatinin pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.

1.3 Hipotesa
a. Ekstrak temu mangga (Olea europaea L.) memiliki aktivitas diuretik pada tikus putih
jantan galur Sprague-Dawley.
b. Ekstrak temu mangga (Olea europaea L.) mempengaruhi kadar asam urat dan
bersihan kreatinin pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.

1.4 Tujuan Penelitian


Menguji aktivitas ekstrak temu mangga (Olea euorpaea L.) sebagai diuretik pada tikus
putih jantan galur Sprague-Dawley serta pengaruhnya terhadap kadar asam urat dan bersihan
kreatinin.

1.5 Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
aktivitas diuretik ektrak asam urat (Olea europaea L.) untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai