Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kasus General Anastesi

Manajemen Kasus 2

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
RSUD dr. Soeroto Ngawi

DISUSUN OLEH :

Husna Nadiyya (13711156)

Pembimbing :

dr. Bambang Triyono, Sp.An., Msi.Med

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RSUD DR. SOEROTO NGAWI
2018
Manajemen Kasus General Anetesi

IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.A
Umur : 29 th
Alamat : Padas, Ngawi
Pekerjaan :-
Agama : Islam
No.RM : 509729
Tgl Operasi : Pasien operasi tanggal 25/04/2019

ANAMNESIS
Autoanamnesis dan pengambilan data sekunder dari status pasien pada
tanggal 22 April 2019.

a. Keluhan Utama
Perdarahan vagina

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengeluhkan perdarahan dan gumpalan yang keluar dari vagina
pada tanggal 25 April 2019 serta merasakan adanya kenceng-kenceng di perut
kemudian pada tanggal 25 April 2019 pasien ke IGD. Pasien sedang hamil
trisemester pertama.

c. Anamnesis sistem
 Cerebrospinal : Pusing (-), demam (-), kejang (-)
 Kardiovaskular : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
 Respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-) pilek (-)
 Digesti : Mual (-), muntah (-), BAB normal
 Urogenital : BAK normal
 Integumentum : Gatal-gatal (-), kemerahan (-)

d. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat asma (-)
 Riwayat alergi (-)

e. Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat asma (-)
 Riwayat alergi (-)

PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : terlihat kesakitan
 Kesadaran : Compos mentis
 Berat badan : 54 kg
 Tinggi badan : 150 cm
 Vital sign
TD : 110/70 mHg
RR : 20 x/menit
HR : 87 x/menit
 Kepala : Bentuk kepala normal, mesosefal
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Thorak : Dada simetris ka/ki, retraksi (-)
 Jantung : S1 S2 reguler,
 Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen : bising usus (+)
 Ekstremitas : Edema pada ekstremitas bawah (-), akral teraba hangat
 Genital : ada darah yang keluar dari vagina
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 24 April 2019 jam 11.49 wib
WBC 7.55 10*3/uL
RBC 3.78 10*6/uL
PLT 292 10*3/uL
HGB 12.2 g/dL

b. Pemeriksaan serologi
 HBS Ag : Negatif

DIAGNOSIS
G2P1A0 hamil 8-9 minggu dengan Abortus Inkomplet

TERAPI
Terapi non farmakologi : -
Terapi farmakologi :-
Terapi Pembedahan : kuretase

PENATALAKSAAN ANESTESI
Pasien perempuan usia 29 tahun dengan diagnosis G2P1A0 hamil 8-9
minggu dengan Abortus Inkomplet ASA I E. BB: 54 kg. tinggi badan: 150 cm,
TD : 110/70 mHg, RR: 20 x/menit, HR: 87 x/menit
 Anamnesis
Asma (-), alergi (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), makan dan minum
terakhir pukul 06.00 WIB.
 Konsul ke dokter Spesialis Anestesi  jenis anestesi TIVA dengan Ketamin.
 Teknik : TIVA
 Premedikasi : Miloz 3 mg dan Santagesic 1 ampul ( 500 mg/ml, volume
2 ml)
 Induksi : Ketamin 30 mg
 Obat lain :-
 Monitoring :Tanda vital selama operasi tiap 5 menit, kedalaman
anestesi, cairan, dan perdarahan
Pasien Ny. S , 32 tahun, dengan diagnosis G2P1A0 hamil 8-9 minggu dengan
Abortus Inkomplet dibawa ke ruang operasi untuk menjalani tindakan kuretase
dengan ASA I E
Pasien masuk ruang operasi pukul 12.00 WIB. Kemudian dilakukan
pemasangan alat-alat monitoring seperti tensimeter dan pulse oxymetri. Selain itu,
pasien diberi O2 2 liter per menit. Pasien sudah terpasang IV line. Keadaan umum
pasien sebelum operasi adalah :
 TD : 140/92 mmHg
 Nadi : 71x/menit
 RR : 17x/menit
 SpO2 : 99%
 BB : 54 kg
Pertama, pada premedikasi pasien diberikan injeksi IV miloz 3 mg dan
injeksi santagesic 1 ampul. Kemudian pasien di induksi dengan ketamine injeksi
IV 30 mg pada pukul 12.15 WIB. Kemudian tindakan kuretase dimulai.
Pukul 12.30 tindakan kuretase selesai, kemudian pasien dipindahkan ke
ruang RR. Hasil pemantauan tanda vital (tekanan darah dan frekuensi nadi), cairan
masuk, dan cairan keluar selama dilakukan anastesi adalah sebagai berikut :
18.05 18.10 18.15
Tekanan darah 145/100 140/90 140/88
(mmHg)
Nadi (kali per 80 80 85
menit0
PEMBAHASAN

Pasien Ny.S usia 29 tahun dengan diagnosis G2P1A0 hamil 8-9 minggu
dengan Abortus Inkomplet dibawa ke ruang operasi untuk menjalani tindakan
kuretase CITO. Hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal dan tidak
terdapat riwayat hipertensi, asma, diabetes mellitus sehingga pasien termasuk ke
dalam ASA 1 E. Berikut klasifikasi ASA :
ASA I : Tidak ada gangguan organik, fisiologis, biokimia, atau psikiatri
ASA II : Gangguan sistemik ringan hingga sedang, bisa/tidak berpengaruh
terhadap alasan dilakukannya operasi. Contoh : penyakit jantung yang
membatasi aktivitas fisik sedikit saja, hipertensi essesial, DM, anemia,
obesitas.
ASA III :gangguan sistemik berat yang bisa/tidak berpengaruh terhadap
alasan dilakukannya operasi. Contoh : penyakit jantung yang membatasi
aktivitas fisik, hipertensi essesial yang tidak terkontrol. DM dengan
komplikasi vaskular, penyakit paru kronis yang membatasi aktivitas, riwayat
IMA.
ASA IV :gangguan sistemik berat yang membahayakan nyawa
dengan/tanpa operasi. Contoh : gagal jantung kongestif
ASA V :pasien dengan kemungkinan hidup yang kecil namun tetap
dioperasi sebagai upaya terakhir. Contoh : perdarahan tak terkontrol pada
aneurisma yang robek, trauma serebral dll.
ASA VI :Pasien yang sudah dinyatakan mati batang otak dan organnya akan
digunakan untuk tujuan donor.
Pasien menjalani tindakan kuretase dengan prosedur anestesi umum
dengan teknik TIVA. TIVA atau total intravena anesthesia adalah teknik anestesi
umum dengan hanya menggunakaA obat-obat anestesi yang dimasukkan lewat
jalur intravena tanpa penggunaan anestesi inhalasi. Teknik TIVA digunakan untuk
mencangkup dari tiga trias anestesi yaitu hipnotik, analgetik dan relaksasi otot.
Estimasi durasi untuk tindakan kuretase adalah 20 menit sehingga teknik
TIVA merupakan teknik yang tepat untuk durasi operasi yang cukup singkat
seperti kuretase. Berikut beberapa kelebihan dari teknik TIVA :

1. Dapat dikombinasikan atau terpisah dan dapat dititrasi dalam dosis yang
lebih akurat
2. Tidak menganggu jalan nafas pasien
3. Mudah dilakukan
4. Onset induksi yang cepat

Pada teknik TIVA pasien akan diinduksi menggunakan ketamine dengan


premedikasi diberikan miloz dan santagesic injeksi intravena. Ketamine
merupakan agen anestesi dengan efek yang lengkap mencangkup dari tiga trias
anestesi sehingga ketamine merupakan agen yang ideal sebagai induksi serta
pemeliharaan anestesi pada teknik TIVA. Dosis induksi ketamine untuk induksi
anestesi adalah 1-2 mg/kgBB IV dan untuk IM 4-5mg/kgBB. Akan tetapi efek
dari ketamine sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri
kepala, muntah – muntah mimpi buruk. Berikut rincian efek dari ketamine pada
mata dan kardiovaskular :
a. Efek pada mata. Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata
terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat
peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.
b. Efek pada sistem kardiovaskular. Ketamin adalah obat anestesia yang
bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah
dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif
dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Efek samping ketamine tersebut salah satunya adalah berupa mimpi buruk
sehingga sebelum dilakukan induksi dengan ketamine pada teknik TIVA ini, pada
premedikasi diberikan lebih dahulu miloz yang kandungannya adalah midazolam.
Midazolam merupakan golongan benzodiazepin, obat ini berfungsi untuk
mengatasi dari efek samping ketamine berupa mimpi buruk karena efek dari obat
ini salah satunya adalah amnesia anterograde sehingga harapannya pasien akan
lupa dengan ingatan mimpi buruk selama operasi karna dibawah pengaruh
ketamine. Dosis midazolam yang diberikan untuk amnesia antegrad pada
pramedikasi operasi yaitu dengan dosis inisial biasanya 0.5-1 mg dapat diberikan
sampai 2.5 mg. Pada pasien ini diberikan sebesar 3 mg, berdasarkan dosis tersebut
maka dosis kelebihan 0.5 mg. Mekanisme kerja dari midazolam yaitu mengikat
reseptor GABA di sistem saraf pusat meliputi sistem limbik dan retikular
sehingga sel mengalami hiperpolarisasi (eksatibilitas menurun).
Selain itu pada pramedikasi diberikan santagesic. Santagesic memiliki
kandungan berupa metamizole sodium (NSAID). Dosis tunggal yang dapat
diberikan yaitu 2ml-5ml injek IM atau IV. Pada pasien sudah sesuai dengan dosis
yaitu 2 ml atau 1000 mg sebagai dosis tunggal untuk operasi ini. Mekanisme kerja
dari obat ini yaitu menghambat dari COX 1, 2, tetapi utama menginhibisi dari
COX-3 sehingga memiliki efek antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik. Sehingga
obat ini digunakan sebagai agen analgesik pada tindakan kuretase ini.
Pada teknik TIVA bantuan oksigen menggunakan nasal kanul dengan
kekuatan 2 liter per menit.

Anda mungkin juga menyukai