PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
(Kemnaker, 2018).
BAB III, pasal (3) ayat (1) antara lain mencegah, mengurangi,dan memadam
memberi alat-alat perlindungan diripada pekerja, dst (UU No. 1 Tahun 1970).
Pengurus atau orang yang memimpin langsung suatu tempat kerja wajib
mematuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
1
2
cepat dan tepat kepada pekerja dan/atau orang lain yang berada di tempat
kerja, yang mengalami sakit atau cedera di tempat kerja (Chairunnisa, et al.,
2016).
penderitaan dan mencegah agar tidak lebih parah serta mempertahankan jiwa
adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.
Sedangkan data pada tahun 2013 disebutkan bahwa setiap 15 detik terdapat 1
tenaga kerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan 160 tenaga
berdasarkan data ILO pada tahun 2015, setiap hari terjadi sekitar 6.000
3
2015).
terjadi kecelakaan 102.182 kali dengan korban meninggal 2.375 orang. Pada
tahun 2015 angka kecelakaan naik menjadi 110.275 kecelakaan, namun angka
kematian turun menjadi 530 orang. Pada tahun 2016 terjadi kecelakaan
orang. Pada tahun 2017 angka kecelakaan meningkat menjadi 123.041 kali
dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Tercatat sebanyak 9.891 kasus pada tahun
2011, kemudian tahun 2012 angka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak
21.735 kasus, dan pada tahun 2013 terdapat 35.917 kasus kecelakaan kerja.
Data terakhir yang didapat pada tahun 2014 tercatat sebanyak 24.910 kasus
kecelakaan kerja, dan pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
orang. Demikian pula dengan jumlah kasus penyakit akibat kerja pada tahun
2011 sebanyak 57.929 kasus, tahun 2012 tercatat angka penyakit akibat kerja
yang terjadi 60.322 kasus, tahun 2013 sebanyak 97.144 kasus penyakit akibat
kerja dan data terakhir yang didapat pada tahun 2014 terjadi 40.694 kasus
(Safetyshoe, 2016).
4
data BPJS Ketenagakerjaan, pada tahun 2019 terdapat 114 ribu kasus
kecelakaan kerja. Sementara, tahun 2020 angka ini meningkat, pada rentang
disebabkan oleh budaya K3 yang masih rendah. Sumber daya manusia adalah
dari potensi bahaya yang ada. Potensi bahaya jika tidak dikendalikan akan
2018).
dari lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi,
jangka panjang pada kesehatan. Pada kategori ini disebabkan oleh bahaya
kimia (debu, uap, logam, bahan kimia, dst.). Bahaya faktor biologi yaitu
gangguan penyakit oleh bakteri, virus, binatang, dst. Bahaya faktor fisik dari
atau kesehatan sehari- hari. Kategori C ditunjang dari kesediaan air minum,
toilet, fasilitas mencuci, ruang makan atau kantin, P3K di tempat kerja, dan
pemerintah tidak dapat berhasil jika tanpa adanya respon dari perusahaan.
yang baik, nyaman dan aman serta dapat menghindarkan kecelakaan dan
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
Jawa Tengah angka kecelakaan kerja bulan Juni tahun 2018 sejumlah 746
101 kejadian kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tahun 2017 di Provinsi Jawa
Demak sejumlah 461 kecelakaan. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016
2018).
Jenis kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 pada posisi
Bulan Juni, sumber kecelakaan tertinggi bersumber dari kecelakaan lalu lintas
dalam hubungan kerja yaitu 308 kasus. Urutan kedua 280 kejadian bersumber
dari mesin (mesin pons, mesin pres, gergaji, mesin bor, mesin tenun). Urutan
disebabkan oleh mesin, diikuti kecelakaan lalu lintas dalam hubungan kerja,
dan permukaan lantai kerja dengan masing-masing 378, 360, dan 58 kasus
disebabkan oleh mesin yaitu 883 kasus, diikuti oleh kecelakaan lalu lintas
dalam hubungan kerja 659 dan urutan ketiga 297 kasus disebabkan oleh
akibat kaki terpeleset saat hendak memasukan kain ke dalam mesin pengering
pembuat kain hingga badannya terseret dan masuk ke dalam mesin spin
2010 tentang analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada proses pemintalan
(spinning) di bagian produksi PT. Unitex Tbk yang bergerak dibidang tekstil
terjepit mesin. Selain itu terdapat bahaya lain seperti kaki terlindas mesin
8
konsekuensi yang paling tinggi adalah tersengat listrik dan risiko yang paling
kecil adalah terjepit mesin, kejatuhan cones, kejatuhan babbin dan terlindas
mesin shinomaki.
I PT. Sinar Pantja Djaja Tekstil Semarang pada tahun 2013, diperoleh hasil
bahaya dan pada area ring spinning terdapat 40 potensi bahaya. Hasil
risiko medium dan pada area ring spinning terdapat 5 aktivitas dengan tingkat
risiko medium.
baik, maka petugas P3K di tempat kerja harus memiliki pengetahuan dan
(Herlinawati, 2008).
pengusaha dan pekerja sangat penting sehingga kasus kecelakaan kerja dapat
kerja akan mengalami suatu kondisi buruk berupa kecacatan atau kematian.
berbagai brand terkemuka dunia. Saat ini PT. SML Indonesia Private
Memproduksi tiga jenis produk antara lain Woven Label, Heat Transfer Label
dan Printed Fabric Label. Penggunaan berbagai mesin dan peralatan yang
kecelakaan. Kecelakaan kerja mungkin terjadi setiap saat dan menimpa siapa
saja tanpa diduga yang dapat menimbulkan cidera yang mengakibatkan cacat
bahkan kematian. Bila hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi, pasti akan
dan dapat diberikan segera setelah kecelakaan dapat mengurangi risiko akibat
dan lingkungan, dan menjaga agar proses bisnis dapat berjalan inilah yang
serta tanggung jawab tim yang tepat dan terencana secara benar dengan
kerja yang dilaksanakan oleh PT. SML Indonesia Private Kota Semarang
Tempat Kerja.
Begitu banyak bahaya yang ada di perusahaan dan berita dari kejadian
dari hasil penelitian ini menghasilkan output berupa gambaran terapan P3K
B. Rumusan Masalah
PER.15/MEN/VIII/2008 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
PER.15/MEN/VIII/2008.
12
3. Bagi Penulis
1. Lingkup Keilmuan
Tempat Kerja.
2. Lingkup Masalah
3. Lingkup Sasaran
4. Lingkup Materi
5. Lingkup Waktu
6. Lingkup Metode
F. Orisinalitas Penelitian