Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan

satu bentuk upaya perlindungan terhadap pekerja, perusahaan, maupun

masyarakat sekitar dari potensi bahaya dan risiko pada pekerjaan dan

lingkungan kerja yang kerab menimbulkan penyakit akibat kerja dan

kecelakaan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan

kesejahteraan hidup serta terbebas dari tercemarnya lingkungan kerja

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

tentang keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan segala kegiatan serta kondisi yang aman bagi pekerja dalam

melakukan pekerjaannya, maka dari itu perlunya kesadaran mengenai

pentingnya K3 harus dibudayakan kepada pekerja. Seperti yang kita

ketahui bahwa kecelakaan dan penyakit yang timbul karena pekerjaan

dan lingkungannya tidak hanya menimbulkan korban jiwa namun

menyebabkan kerugian material serta mengganggu proses produksi

secara menyeluruh dan merusak ekosistem alam yang akhirnya

berdampak pada masyarakat luas. Oleh karena itu upaya preventif

penting untuk dilakukan guna mencegah dan mengurangi risiko

terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Noor et al.,

2017).
Upaya-upaya dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan

aman harus ditingkatkan secara teknis dan sistematis dengan

memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

standar K3 yang telah ditetapkan agar dapat menurunkan peluang

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dikarenakan kelalaian

sehingga mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktifitas kerja.

Kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan suatu yang penting

harus dijamin oleh setiap pemilik usaha dan juga kesadaran dari semua

pekerja maupun bukan pekerja untuk menjadikan K3 sebagai budaya

kerja sehingga tujuan K3 dalam menciptakan tempat kerja yang aman,

nyaman, dan sehat dapat segera terwujud nyata guna mendukung

keberlangsungan usaha di setiap tempat (Kurniawidjaja & Ok, 2012)

Keselamatan pekerja sangat penting nilainya bagi suatu

perusahaan untuk menjaga dan menaikkan image perusahaan. oleh

karena itu penerapan aspek K3 sebagai salah satu perlindungan

terhadap pekerja merupakan usaha dan upaya untuk melindungi

pekerja dari risiko kecelakaan, bahaya fisik, mental maupun emosional

seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang No.36 Tahun 2009

pasal 164 yang menyebutkan bahwa upaya kesehatann kerja ditujukan

untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan

kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan

(Kurniawidjadja et al., 2021).


Konstutitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan yang

menyeluruh bagi rakyat Indonesia. Pasal 27 ayat 2 dari Undang-

Undang Dasar 1945 menyatakan “Setiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Sesuai

dengan pasal tersebut dikeluarkan Undang-Undang No. 14 Tahun

1969 tentang pokok-pokok tenaga kerja yang telah diubah menjadi

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dimana

pasal 86 menyatakan bahwa “Setiap pekerja atau buruh memiliki hak

memperoleh perlindungan dan kesehatan kerja, pemeliharaan moral

dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat juga

martabat pekerja serta nilai-nilai agama” (Winarno, 2014).

Berbagai legalitas hukum maupun peraturan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja telah diberlakukan untuk melindungi

pekerja maupun perusahaan, namun ancaman kecelakaan di tempat

kerja masih terus mengintai dan kenyataan menunjukkan bahwa

kecelakaan dan penyakit akibat kerja masih kerab terjadi. Hal ini

dikarenakan secara umum kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian

tidak terduga dan tidak dikehendaki yang disebabkan oleh faktor

manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan. Berdasarkan teori

Heinrich tahun 1931 yang di kutip oleh Salsabila (2020), Persentase

penyebab kecelakaan kerja, yaitu 88% insiden disebabkan oleh

tindakan manusia yang tidak aman, selain itu 10% dikarenakan faktor

lingkungan, dan 2% disebabkan kepada takdir yang Maha Kuasa.


Kejadian ini merupakan bagian dari penyebab kerugian material

maupun kesakitan perorangan dan berakibat penurunan produktivitas

(Tarwaka, 2015).

Berdasarkan hasil data yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan

International pada tahun 2018, tercatat bahwa lebih dari 2,78 juta orang

(86,3%) dari kematian ini dikarenakan penyakit akibat kerja, sementara

lebih dari 380.000 (13,7 %) dikarenakan kecelakaan kerja. Setiap

tahun terdapat hampir seribu kali lebih banyak kecelakaan kerja non

fatal dibandingkan kecelakaan kerja fatal. Kecelakaan kerja tersebut

salah satunya terjadi pada sektor pertanian atau perkebunan.

Banyaknya masyarakat yang bekerja pada sektor perkebunan atau

pertanian dengan jumlah 874 juta total pekerja diseluruh dunia dengan

persentase (27,4%). Menurut perkiraan oleh Organisasi Perburuhan

Internasional (2020) setiap tahunnya pekerja pada sektor usaha

pertanian atau perkebunan mengalami kecelakaan dan penyakit akibat

kerja sebanyak 210.000 pekerja dan jutaan lebih pekerja

mengakibatkan cedera serius. Hal ini membuktikan bahwa bekerja di

sektor pertanian atau perkebunan memiliki tiga kali lipat menyebabkan

meninggal dunia saat dibandingkan dengan pekerja di sektor lainnya.

Kejadian ini menyebabkan penderitaan manusia, kecelakaan dan

penyakit akibat kerja sehingga mengakibatkan biaya ekonomi yang

signifikan, dengan perkiraan kerugian tahunan sebesar 3,94% dari

produk domestic bruto (PDB) global (ILO, 2020).


Menteri ketenagakerjaan Ida Fauziyah memberikan informasi

pada saat penganugerahan penghargaan K3 tahun 2023 di Jakarta terkait

peningkatan kecelakaan kerja selama 5 tahun terakhir. Beliau menyatakan

bahwa data jumlah keccelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja

menunjukan peningkatan. Data tersebut merupakan laporan tahunan BPJS

Ketenagakerjaan 5 tahun terakhir yakni, berdasarkan data dari Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan jumlah kasus

kecelakaan kerja pada tahun 2018 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 173.415

kasus, dan jumlah kecelakaan meningkat pada tahun 2019 menjadi 210.789

kasus, kemudian kasus kecelakaan kerja kembali semakin meningkat di era

Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dimana terdapat sebanyak 221.740

kasus, pada tahun 2021 terdapat 234.370, sedangkan sampai bulan

November tahun 2022 terdapat sebanyak 298.137 kasus kecelakaan

kerja hingga bulan November tahun 2022. Dan kasus kecelakaan

terbanyak berdasarkan sektor usaha tahun 2019 hingga tahun 2021

terdapat pada sektor aneka industri dengan jumlah 148.617 usaha

dengan persentase (22,3%) dan pada sektor pertanian, perkebunan,

kehutanan juga perikanan, jumlah total keseluruhannya ialah 115.724

usaha dengan persentase (17,3%) (Adiratna, 2022).

Masih tingginya jumlah kecelakaan kerja membuktikan bahwa

penerapan K3 dilingkungan kerja belum terlalu diprioritaskan dan

cenderung dianggap tidak terlalu penting serta beranggapan bahwa

penerapan tersebut menghabiskan banyak biaya (Cost) perusahaan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun


2012 Pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang

mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau

mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi wajib menerapkan SMK3 di

perusahannya”. Berdasarkan data dari Organisasi Perburuhan

Internasional ditemukan bahwa di Indonesia tingkat pencapaian

kinerja K3 di perusahaan masih sangat rendah, hanya sekitar 2,1%

(sekitar 317) perusahaan yang telah menerapkan K3. Sisanya sebesar

98% (14.700 ) perusahaan belum menerapkan K3 secara konsisten

(Maulid et al., 2022). Hal ini menjadi indikasi bahwa pelaksanaan K3

harus menjadi perhatian dan prioritas bagi dunia kerja di Indonesia

khususnya pada sektor usaha perkebunan maupun pertanian dan

mendorong agar pemimpin perusahaan menerapkan manajemen K3

sebagaimana ketentuan perundangan yang berlaku agar penerapan K3

bena-benar terwujud dan menjadi kebutuhan sekaligus investasi

penting bagi kemajuan daya saing Indonesia saat ini dan kedepannya

untuk menuju terwujudnya Indonesia Emas Tahun 2045 (Susilowati,

2023).

(Kusnandar, 2022) menyatakan bahwa banyaknya

masyarakat di dunia terutama penduduk Indonesia yang dominan

bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan yakni berjumlah 40,64

juta pekerja dengan persentase (29,96%). Dari jumlah data tersebut

terdapat serapan tenaga kerja atau buruh perkebunan kelapa sawit

berjumlah 16,2 juta. Menurut ketua umum Dewan Pengurus Pusat


Asosiasi Pengawas Ketenagakerjaan Indonesia (DPP APKI) Sudi

Astono, dalam acara perkumpulan praktisi professional perkebunan

Indonesia tahun 2021, menyatakan bahwa tenaga kerja yang berada di

operasional perkebunan kelapa sawit lebih banyak dibandingkan

tenaga kerja di dalam pabrik dan di perkantoran. Beliau memaparkan

bahwa persentase tenaga kerja di perkebunan sawit sebanyak 73%

yang meliputi pekerja sebagai perawatan lahan tanaman serta

pemanen, sedang 15% bekerja di pabrik dan 12% di perkantoran untuk

mengkoordinasi kagiatan kebun (B. Astono, 2021).

Banyaknya serapan tenaga kerja bagian perkebunan tersebut

diharapkan pemilik usaha bekerja sama dengan pekerja atau buruh dalam

menerapkan budaya-budaya K3 sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku. Karena pekerja atau buruh tani merupakan salah satu komponen

yang penting dalam memproduksi tanaman ataupun buah untuk

menghasilkan panen yang berkualitas terutama pada proses produksi minyak

sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebab merekalah yang melakukan

perawatan hingga melakukan panen kelapa sawit (Pratiwi, 2020). Pekerja

yang melakukan panen sawit sangat mungkin mengalami kecelakaan kerja

antara lain : terjatuh, luka-luka disebabkan peralatan panen, tertusuk duri

sawit, ancaman hewan buas, tertimpa tandan maupun berondolan yang

menyebabkan cacat sebagian pada tubuh bahkan menyebabkan meninggal

dunia (Nirtha et al., 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Myzabella et al (2019) dengan judul penelitian Occupational Health

and Safety in Palm Oil Industry : A Systematic Review menyatakan


bahwa terdapat 25 penelitian yang memenuhi syarat untuk di lakukan

identifikasi dan rangkuman mengenai risiko keselamatan dan

kesehatan pekerja bagian pemanen kelapa sawit, yangmana 19 darinya

dilakukan di Malaysia, 2 di Kosta Rika, dan masing-masing 1 di

Ghana, Indonesia dan Myanmar. Hasil penelitian tersebut diketahui

bahwa pekerja perkebunan kelapa sawit berisiko mengalami kondisi

muskulosketal, cedera, gangguan psikososial, dan penyakit menular

seperti malaria dan leptospirosis dan terpapar paraquat yaitu sejenis

pestisida untuk mematikan rumput atau gulma. Maka dari itu

pentingnya setiap perusahaan sektor pengolahan dan perkebunan

kelapa sawit, khususnya yang telah bersertifikasi International

Sustainable Palm Oil (ISPO) memberikan perlindungan K3 terhadap

pemanen sesuai aturan standar tersebut yang memiliki kriteria dan

berperinsip bertanggungjawab terhadap kesejahteraan pekerja dan

melindungi serta mempertahankan keberlangsungan lingkungan

kesejahteraan dan pembangunan yang berkelanjutan untuk

produktifitas dan kemajuan usaha dengan menerapkan program K3

pada sektor perkebunan sawit dengan konsisten (Kospa, 2016).

Selain penyebab umum terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja

pemanen perkebunan kelapa sawit, terdapat dua kelompok akar

penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang pertama immediate causes

terdiri dari tindakan pekerja yang tidak aman (unsafe action) seperti

penggunaan alat pengaman yang tidak sesuai, kurangnya pengetahuan,


faktor usia, kurangnya keterampilan, sikap serta cara kerja yang

kurang baik, bekerja tidak mengikuti prosedur, dan bekerja tidak

sesuai prosedur. lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition)

seperti kondisi fisik lingkungan kerja, faktor biologi, tidak tersedianya

perlengkapan safety yang efektif, lingkungan yang tidak memenuhi

syarat dan sebagainya. Dan yang kedua adalah contributing causes

terdiri dari sistem manajemen keselamatan, kondisi mental pekerja dan

kondisi fisik pekerja (Sucipto, 2014).

Beberapa penelitian menyebutkan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kecelakaan kerja. (Aryantiningsih &

Husmaryuli, 2016) dalam penelitiannya terhadap pekerja aspal mixing

plant (AMP) di PT. LWP Pekanbaru menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara usia pekerja dan alat pelindug diri (APD) dengan

kejadian kecelakaan kerja. (Ashari, 2019) dalam penelitiannya

terhadap pekerja proyek pembangunan The Park Mall Sawangan di

Area Mezzanine PT. PP Presisi Tbk menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan K3 dan pengawasan kerja dengan

kecelakaan kerja. (Sulhinayatillah, 2017) dalam penelitiannya terhadap

pekerja bagian produksi di PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk.

Palangisang Crumb Rubber Factory Bulukumbo Tahun 2017

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan

kejadian kecelakaan kerja.


Menurut Silalahi (1985) dalam (Siregar, 2014) kecelakaan kerja

mempunyai tingkat kategori keparahan yang berbeda-beda yaitu

“ringan”, “sedang”, dan “parah”. Namun kasus kecelakaan dari

kategori apapun harus tetap diperhatikan dan diwaspadai oleh

manajemen perusahaan termasuk dalam kategori ringan. Sebagaimana

data dari organisasi perburuhan internasional (ILO) tahun 2020

terdapat jutaan lebih pekerja mengalami kecelakaan ringan.

Kecelakaan ringan yang sering diabaikan oleh tenaga kerja maupun

perusahaan merupakan awal penyebab terjadinya kecelakaan yang

berakibat fatal.

Pengetahuan pekerja terhadap keselamatan dipengaruhi oleh

informasi yang diberikan perusahaan maupun pengalaman pekerja itu

sendiri. Informasi K3 dapat menyadarkan seorang pekerja bahwa

sisetiap tempat kerja memiliki potensi bahaya dan risiko ringan hingga

berat termasuk risiko yang disebabkan oleh tindakan manusia yang

tidak aman (unsafe action) sebesar 80-85% dan sisanya karena kondisi

tidak aman (unsafe condition) (Sucipto, 2014). Maka dari itu setiap

pengusaha atau perusahaan memberikan informasi keamanan dan

keselamatan kepada pekerja maupun bukan pekerja melalui sistem

operasional prosedur (SOP) K3, safety induction, safety talk,

memberikan kesempatan pekerja untuk meng-upgrad kemampuannya,

melakukan pelatihan K3, tanggap darurat yang didukung oleh berbagai

media edukasi seperti pemasangan poster K3, billboard, spanduk,


seminar, dan adanya komunikasi secara persuasif untuk mengajak

ataupun memotivasi pekerja agar berprilaku aman dan selamat.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkatkan kesadaran pekerja dan

pengetahuannya tentang pentingnya menerapkan kebiasaan yang

selamat serta aman dalam melakukan pekerjaan. karena umumnya

tindakan pekerja yang tidak aman disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan K3, keterampilan dan kebiasaan yang berbahaya

(Syaputra, 2019). Hasil penelitian Kalalo, dkk (2016) menyatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keselamatan

dan kesehatan kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok

nelayan di Desa Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Pekerja yang

memiliki pengetahuan tinggi akan mampu memahami dan menilai

bahaya juga risiko yang ada disekitar mereka, begitupun sebaliknya

(Kalalo, 2016). Sedangkan menurut Sidik dan Hariyono (2015)

tingginya kecelakaan kerja juga disebabkan karena masih rendahnya

kepatuhan terhadap K3 (Sidik & Hariyono, 2015).

Dinas tenaga kerja provinsi Riau mencatat tingkat

kecelakaan kerja disepanjang tahun 2017 dan 2018 sebanyak 9.628

kasus kecelakaan kerja dan pada tahun 2019 jumlah kecelakaan kerja

mencapai 14.325 kasus. Berdasarkan data Depnaker Kab Kampar

(2014), diketahui bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja pada tahun

2014 sebanyak 843 kasus, pada tahun 2015 kasus kecelakaan kerja

meningkat dengan jumlah 954 kasus, kemudian kembali meningkat


pada tahun 2016 sebanyak 1.186 kasus kecelakaan kerja, pada tahun

2017 sebanyak 1.115 kasus dan kasus kecelakaan kerja semakin

meningkat pada tahun 2018 tercatat sebanyak 2.500 kasus (Wulandari,

2019).

Data statistik sawit Indonesia tahun 2021 mencatat, Provinsi Riau

merupakan salah satu wilayah dengan penghasil kelapa sawit terbesar

dan memiliki perusahaan perkebunan serta pengolahan kelapa sawit

terbanyak yakni berjumlah 192 perusahaan di Indonesia, dengan luas

wilayah 2,86 juta hektar (19,55%) dari total luas areal perkebunan

kelapa sawit di Indonesia. Dari luas areal tersebut, provinsi Riau

menghasilkan 8,96 juta ton crud palm oil (CPO) (Yuwono, 2021).

Salah satu daerah di provinsi Riau yang memiliki perusahaan

perkebunan dan pengolahan kelapa sawit berada di Kab Kampar.

Kabupaten Kampar merupakan wilayah yang memiliki luas lahan

perkebunan sawit tertinggi di Provinsi Riau dan serapan tenaga

kerjanya. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) Kabupaten

Kampar tahun 2021 luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kampar provinsi Riau 307,014 hektar dengan jumlah produksi sebesar

551,754 ton (Zulfadli, 2022). Berdasarkan data dari badan lingkungan

hidup (BDLH) kab Kampar tahun 2016 dalam penelitian Amelita

(2019) terdapat 34 perusahaan perkebunan minyak kelapa sawit

(PMKS) dan kebun berdasarkan lokasi kecamatan di Kabupaten

Kampar yang dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.


Tabel 1. 1 : Daftar Jumlah Perusahaan Berdasarkan

Lokasi Daerah di Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Tahun 2016.

No Kecamatan Jumlah
1. Tapung Hilir 4
2. Tapung 8
3. Salo 1
4. Tapung Hulu 7
5. Koto Kampar Hulu 1
6. Gunung Sahilan 3
7. Kampar Kiri 1
8. Bangkinang 2
9. Kampar Timur 1
10. Siak Hulu 2
11. Perhentian Raja 2
12. Kampar Kiri Tengah 2
Total 34
Sumber : BDLH 2016 dalam penelitian Amelita (2019)

Pada tabel 1.1 di atas menggambarkan bahwa terdapat 34

perusahaan pengolahan dan perkebunan sawit berdasarkan

kecamatan pada kabupaten Kampar provinsi Riau. Pada Kecamatan

Kampar Timur terdapat satu perusahaan swasta yakni PT. Tasma Puja

merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan

dan pengolahan kelapa sawit untuk diproduksi menjadi minyak sawit

mentah Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel Oil (PKO), dan pupuk

kompos. PT. Tasma Puja beralamat di jalan Sungai Kuamang, Dusun

IV Pinatan, Desa Kampar, Kecamatan Kampa Timur, Kabupaten

Kampar yang di dirikan pada tanggal 05 Agustus 1992. Perusahaan ini

beroperasi di dua propinsi yaitu Jawa Barat dan Sumatera Utara serta

berkantor pusat di Jakarta dan memiliki kantor cabang di Jalan Ahmad

Yani Kota Pekanbaru. Unit usaha Tasma Puja memiliki areal tanam
perkebunan sawit seluas 2.868,2 hektar dengan Kawasan perkebunan

terdapat 4 afdeling dan setiap afdeling memiliki 6 blok. Karyawan

yang terdapat pada PT. Tasma Puja Kecamatan Kampa Kabupaten

Kampar berjumlah 466 karyawan dengan jumlah 192 orang pemanen,

113 orang bagian pengolahan kelapa sawit dan sejumlah 161 karyawan

bagian lainnya.

Pada survey awal penulis melakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner terhadap 13 orang pekerja bagian pemanen kelapa sawit di

PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar pada

tanggal 8-9 bulan April tahun 2023 dan didapatkan hasil bahwa semua

responden mengalami kecelakaan kerja saat melakukan panenan,

Adapun kecelakaan tersebut menyebabkan 7 orang tertusuk duri dan

mata perih terkena serbuk sawit, 3 orang luka tertimpa pelepah dan

brondolan tandan buah segar (TBS) dan 2 orang terluka kena sayatan

alat egrek 1 orang nyeri bagian punggung akibat terjatuh karena

jalanan licin. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pekerja

bagian pemanen kelapa sawit yang pernah mengalami kecelakaan

kerja, banyak dari mereka mengatakan bahwa sering mengalami

kecelakaan ringan namun hal itu dianggap biasa dan tidak

menyebabkan kematian. Pekerja yang terluka berobat menggunakan

fasilitas kesehatan yang disediakan oleh perusahaan karena kecelakaan

yang mereka alami dikategorikan ringan sehingga tidak perlu dibawa


ke dokter khusus. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa penerapan

pencegahan kecelakaan kerja belum maksimal dilaksanakan.

Dari studi pendahuluan kasus pada PT. Tasma Puja

Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar terdapat beberapa

kasus kecelakaan kerja pada pekerja bagian perkebunan yang terjadi

selama 5 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2018 terdapat 19 orang

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2018 terdapat 38

orang yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2020 terdapat 43

orang yang mengalami kecelakaan kerja. Pada tahun 2021 terdapat 46

orang yang mengalami kecelakaan kerja. Pada tahun 2022 terdapat 38

orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Berdasarkan kasus

per tahunnya, telah terjadi peningkatan kasus kecelakaan kerja meski

terkadang cenderung menurun. Total keseluruhan terjadinya

kecelakaan yang dialami pekerja yaitu 184 kasus. Berdasarkan

kenyataan tersebut dapat diketahui bahwa jenis dan jumlah kecelakaan

kerja berbeda- beda setiap tahunnya, maka perlu diketahui faktor risiko

penyebab kecelakaan kerja tersebut sehingga dapat dilakukan upaya

pencegahannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adapun

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis :

1. Bagaimanakah gambaran kejadian kecelakaan pada pekerja

bagian panen kelapa sawit di PT. Tasma Puja Kecamatan


Kampar Timur Kabupaten Kampar?

2. Bagaimana gambaran faktor manajemen (pengawasan

kerja) di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur

Kabupaten Kampar?

3. Bagaimana distribusi dan frekuensi faktor karakteristik

pekerja (usia, pengetahuan, penggunaan alat pelindung diri

(APD)) di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur

Kabupaten Kampar?

4. Apakah terdapat hubungan antara usia pekerja bagian panen

perkebunan kelapa sawit dengan kejadian kecelakaan kerja

di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur Kabupaten

Kampar?

5. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan pekerja

bagian panen perkebunan kelapa sawit dengan kejadian

kecelakaan kerja di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar

Timur Kabupaten Kampar?

6. Apakah terdapat hubungan antara penggunaan alat

pelindung diri (APD) pekerja bagian panen perkebunan

kelapa sawit dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.

Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur Kabupaten

Kampar?
7. Apakah terdapat hubungan antara pengawasan pekerja

bagian panen perkebunan kelapa sawit dengan kejadian

kecelakaan kerja di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar

Timur Kabupaten Kampar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan

kerja yang dialami pekerja bagian pemanen perkebunan kelapa

sawit di PT Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur Kabupaten

Kampar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

a. Untuk mengetahui gambaran kecelakaan kerja pada pekerja

bagian panen kelapa sawit di PT. Tasma Puja Kecamatan

Kampar Timur Kabupaten Kampar.

b. Untuk mengetahui gambaran faktor manajemen

(pengawasan kerja) di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar

Timur Kabupaten Kampar.

c. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi serta hubungan

antara usia pekerja dengan kecelakaan kerja bagian panen

perkebunan kelapa sawit di PT. Tasma Puja Kec Kampar


Timur Kab Kampar

d. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi serta hubungan

antara pengetahuan K3 dengan kecelakaan kerja pada

pekerja bagian panen di PT. Tasma Puja Kec Kampar Timur

Kab Kampar.

e. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi serta hubungan

antara penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan

kecelakaan kerja pada pekerja bagian panen di PT. Tasma

Puja Kec Kampar Timur Kab Kampar.

f. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi serta hubungan

antara pengawasan kerja terhadap pekerja dengan kejadian

kecelakaan pada pekerja bagian panen sawit di PT. Tasma

Puja Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi

manfaat diantaranya :

1.4.1 Aspek Praktis

a. Bagi Perusahaan

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian panen di

perkebunan kelapa sawit PT. Tasma Puja Kecamatan

Kampar Timur Kabupaten Kampar.


2) Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan

pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan

langkah-langkah yang efektif sesuai peraturan

pemerintah untuk melindungi dan mencegah

kecelakaan terhadap pekerja bagian perkebunan.

3) Diharapkan perusahaan dapat meningkatkan

kewaspadaan terhadap bahaya ditempat kerja,

menerapkan kebiasaan selamat dan sehat sewaktu

bekerja yang tentunya didukung oleh manajemen K3

yang dijalankan dengan baik terhadap pekerjanya agar

mampu meminimalisir bahaya dan resiko yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan pekerja maupun

perusahaan.

b. Bagi Tenaga Kerja

1) Dapat menambah pengetahuan tenaga kerja khususnya

bagian pemanen kelapa sawit tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecelakaan kerja di perkebunan

kelapa sawit PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur

Kabupaten Kampar.

2) Memberikan informasi mengenai potensi bahaya dan

risiko kecelakaan kerja terhadap pekerja bagian

perkebunan khususnya pada pemanen kelapa sawit


sehingga pekerja dapat mencegah dan melindungi diri

dari potensi bahaya maupun risiko yang dapat

merugikan diri sendiri maupun oranglain serta

menumbuhkan sikap perduli terhadap keselamatan dan

kesehatan saat bekerja.

c. Bagai Pemerintah

1) Dapat dijadikan bahan informasi mengenai kesehatan

dan keselamatan kerja pada pekerja bagian panen

perkebunan kelapa sawit, serta mengetahui angka

kecelakaan kerja di PT. Tasma Puja Kecamatan

Kampar Timur Kabupaten Kampar.

2) Dapat dijadikan referensi untuk melakukan

pengembangan dan meningkatkan intervensi yang tepat

dan efektif sebagai perlindungan bagi tenaga kerja

pertanian maupun perkebunan

d. Bagi Peneliti

1) Dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu kesehatan

masyarakat khususnya di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja terhadap pekerja bagian panen kelapa

sawit di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur

Kabupaten Kampar.
2) Dapat menambah wawasan peneliti terhadap gambaran

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap

pekerja bagian perkebunan dan mengetahui faktor risiko

terjadinya kecelakaan kerja yang dialami pemanen

kelapa sawit di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Kiri

Kabupaten Kampar.

e. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

masukan data maupun informasi yang dapat digunakan

sebagai referensi pustaka guna mengembangkan ilmu

kesehatan dan keselamatan kerja.

1.4.2 Aspek Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi yang dibutuhkan oleh pembaca maupun peneliti

selanjutnya mengenai faktor risiko terjadinya kecelakaan

yang dialami oleh pekerja bagian perkebunan khususnya

pemanen sawit di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar

Timur Kabupaten Kampar.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya


ilmu kesehatan dan keselamatan pekerja di perusahaan.

c. Sebagai bahan referensi untuk peneliti-peneliti berikutnya

maupun instansi yang terkait pada dunia industri untuk

melakukan pengembangan intervensi masalah keselamatan

dan kesehatan kerja di bagian perkebunan kelapa sawit.

d. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat lebih

dikembangkan dengan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagian pemanen

bagian perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai