Anda di halaman 1dari 8

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Menurut International Labour Organization (ILO), Kecelakaan kerja didunia

setiap tahun rata-rata berjumlah 2,3 juta kasus, terlebih lagi, 1,2 juta pekerja

meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja (Konradus, 2017).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 mencatat sebanyak 180.000

kematian setiap tahunnya di seluruh dunia diakibatkan luka bakar, rata-rata terjadi

di negara berkembang. Di India, lebih dari satu juta orang mengalami luka bakar

sedang hingga berat pertahunnya. Di Bangladesh, Kolombia, Mesir, dan Pakistan,

sekitar 17% anak dinegara tersebut menderita luka bakar dengan kecacatan

sementara dan 18% dengan kecacatan permanen. Sedangkan di Nepal, luka bakar

merupakan penyebab kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan.

BPJS Ketenagakerjaan (2018), mencatat angka kecelakaan kerja di Indonesia

cenderung terus meningkat. Sebanyak 123 ribu kasus kecelakaan kerja tercatat

sepanjang 2017. Terjadi peningkatan kecelakaan kerja sekitar 20% dibandingkan

2016 secara nasional. Total kecelakaan kerja pada 2017 sebanyak 123 ribu kasus

dengan nilai klaim Rp 971 miliar lebih. Angka ini meningkat dari tahun 2016

dengan nilai klaim hanya Rp 792 miliar lebih.

Jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik

2,39 juta orang dibanding Februari 2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin.

Penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang
2

dibanding Februari 2017. Sebanyak 73,98 juta orang (58,22 %) penduduk bekerja

di kegiatan informal, akan tetapi persentasenya menurun sebesar 0,13 persen poin

dibanding Februari 2017 (BPS, 2018).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Kantor

Wilayah Sumatera bagian utara telah membayar klaim jaminan kecelakaan kerja

sebesar Rp 17,05 miliar pada paruh pertama tahun ini, angka yang cukup besar ini

yakni sekitar 4.092 kasus kecelakaan kerja terjadi di wilayah Aceh dan Sumatera

Utara. Dari data BPJS Ketenagakerjaan Sumatera Utara tersebut dapat disimpulkan

bahwa tingkat kesadaran pekerja, terutama dalam hal keselamatan kerja masih

sangat rendah. Jumlah kasus atau klaim yang mencapai lebih dari 4.000 itu sudah

menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan kerja di Sumatera bagian utara masih

cukup tinggi. Adapun jumlah klaim terbanyak terjadi di kantor cabang Medan

Belawan senilai Rp 6,76 miliar dengan 1.094 kasus, kantor cabang Tanjung morawa

sebesar Rp 4,49 miliar dengan jumlah kasus sebanyak 1.218 kasus dan kantor

cabang Medan kota sebesar Rp 6,39 miliar dengan jumlah kasus sebanyak 484

kasus.

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bukan hanya menimbulkan

kerugian material maupun korban jiwa serta gangguan kesehatan bagi pekerja tetapi

dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh bahkan merusak lingkungan

yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Apabila keselamatan kesehatan

kerja terlaksana dengan baik maka kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dapat ditekan, biaya-biaya yang tidak perlu dapat dihindari sehingga dapat tercapai
3

suasana kerja yang aman, nyaman, sehat, dan meningkatnya produktivitas kerja.

pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global (Depkes RI, 2019).

Pada dasarnya, kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.

Oleh karena itu, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya

dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya

preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak

berulang kembali (Suma’mur, 2009).

Pencegahan kecelakaan kerja yang tinggi memerlukan upaya peningkatan

kesadaran pekerja dan pengetahuan mengenai penyebab kecelakaan. Pencegahan

kecelakaan akan sulit dilakukan tanpa pengetahuan dan pemahaman atas penyebab

kecelakaan. Banyak upaya dilakukan untuk mengetahui teori penyebab kecelakaan

kerja yang dapat membantu dalam mengidentifikasi, mengisolasi, dan

menghilangkan faktor yang berkontribusi terhadap atau penyebab kecelakaan.

Kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman (unsafe action) sebanyak

88%, kondisi tidak aman (unsafe condition) sebanyak 10% dan acts of God

sebanyak 2% atau tidak dapat dihindari. Heinrich mengajukan 5 faktor atau kartu

urutan kecelakaan dimana setiap faktor secara berurutan akan menentukan kejadian

tahap berikutnya sehingga disebut teori domino (Salami, 2016).

Kecelakaan bukan hanya disebabkan oleh alat-alat kerja tetapi juga

disebabkan oleh kecenderungan pekerja untuk celaka (accident proneness). Sangat

jelas betapa pentingnya faktor manusia dalam terjadinya kecelakaan akibat kerja,

seperti pekerja yang bersikap sembrono, asal-asalan, dan melamun, sehingga

memiliki kecenderungan untuk celaka (Anizar, 2010).


4

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tekhnis pengamanan tempat,

peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan, namun kadang-kadang

keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga

manajemen akan mengambil kebijakan untuk melindungi pekerja dengan berbagai

cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan alat pelindung diri.

Namun realisasinya pemakaian alat pelindung diri akan sangat sulit mengingat para

pekerja menganggap bahwa APD mengganggu pekerjaannya (Anizar, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2016), ditemukan hasil penelitian

bahwa variabel yang menunjukkan pengaruh yang paling signifikan adalah variabel

sikap. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2015), unsafe action

adalah faktor yang berhubungan dengan perilaku manusia dalam melakukan

pekerjaan di industri. Tindakan tidak aman (unsafe actions) dipengaruhi oleh faktor

internal dari pekerja itu sendiri, yaitu karakteristik pekerja.

Karakteristik pekerja memiliki peranan dalam landasan seseorang mengambil

keputusan dan berperilaku, salah satunya adalah melakukan tindakan tidak aman

dalam melakukan pekerjaan. Tindakan tidak aman dari pekerja menjadi hal yang

sangat penting dalam menentukan keselamatan di lingkup kerja (Pratama, 2015).

Adapun karakteristik seperti umur mempunyai pengaruh yang penting

terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja, tingkat pendidikan seseorang

berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang

dipercayakan kepadanya. Sedangkan kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja

bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia pekerja dan lamanya kerja

(Tribowo dan Phusphandani, 2013).


5

Pekerja formal maupun informal mempunyai hak yang sama dalam

keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 158 dan 159 menyebutkan bahwa setiap

tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja sektor informal dan luar

hubungan kerja berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja dan

memperoleh keselamatan dalam melakukan pekerjaan.

Usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang memiliki risiko

kesehatan yang sangat tinggi. Angkatan kerja pada tahun 2000 berjumlah

95.650.691 orang, dimana 70–80% berada di sektor usaha informal. Pandai besi

merupakan salah satu pekerjaan dalam sektor informal yang bergerak dalam bidang

pembuatan benda tajam (Pratama, 2017).

Penelitian yang dilakukan Oktayani (2016), didapati hasil pada proses

produksi terjadi kecelakaan kerja dalam 5 tahun terakhir dengan persentase luka

bakar mencapai 100% dan cedera parah 60% yang dapat merugikan dan manggangu

kegiatan produksi pekerja pandai besi Di Nagari Tapi Selo Tanah Datar.

Seni Kerajinan pandai besi tidak menunjukkan tanda-tanda kematian.

Bahkan, jumlah desa pandai besi bertambah sejak 1970. Bengkel pandai besi

bertempat disebuah ruang kerja kecil yang memiliki atap. Ukuran tempat kerja

pandai besi beragam, tetapi biasanya 3x4 meter atau 4x6 meter. Di Jawa dan Bali

tempat kerja pandai besi disebut perapen, dari akar kata api (Dunham, 2008).

Desa Parlimbatan adalah salah satu desa pandai besi yang terletak di

Kecamatan Gunung tua Kabupaten Padang lawas utara. Jam kerja dan waktu

istirahat pandai besi tidak diatur, mereka bekerja sesuai jumlah pesanan yang
6

diterima. Jika pesanan banyak maka pekerja akan bekerja lebih lama dari waktu

biasa bekerja, oleh karena itu beban kerja para pekerja pandai besi tergantung dari

jumlah pesanan. Tetapi pada saat usaha pandai besi tidak menerima pesanan,

kegiatan produksi tetap berjalan, untuk menghasilkan produk yang akan dipasarkan.

Proses pembakaran besi /baja, pembentukan besi yang ditempa ketika besi

masih dalam keadaan panas (merah), dan penghalusan besi baja menggunakan

mesin gerinda merupakan kegiatan utama pandai besi yang sangat rawan dengan

kejadian kecelakaan kerja utamanya luka bakar. Pada proses pembakaran besi yang

akan ditempa biasanya terjadi luka bakar seperti tangan terkena besi panas / paparan

panas, terkena nyala api atau debu api, pada saat pengambilan besi hasil

pembakaran dan memindahkan ketumpuan untuk ditempa, pada proses

penghalusan juga banyak ditemukan kejadian luka bakar akibat percikan bunga api

pada mata dan sekitar area mata saat melakukan penghalusan besi, bahkan tidak

jarang luka bakar terjadi akibat terkena rokok si pekerja itu sendiri.

Di Desa Parlimbatan terdapat 13 kepala keluarga merupakan pengrajin pandai

besi, biasanya jika seorang suami adalah pandai besi maka secara tidak langsung

istri juga ikut bekerja untuk menolong suami. Usaha pandai besi tersebut

merupakan industri rumah tangga yang menghasilkan alat-alat pertanian seperti

cangkul, sabit, parang, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, dari 15 orang pandai besi yang

diwawancarai, rata-rata mereka sudah bekerja sebagai pandai besi lebih dari 5 tahun

dengan durasi bekerja yang tidak menentu. Pekerjaan ini adalah pekerjaan warisan

atau turun temurun yang telah dilakukan oleh keluarga pendahulu dimana desa ini
7

sudah terkenal sebagai desa pandai besi. Adapun dari hasil wawancara kecelakaan

yang paling sering terjadi adalah terpercik api pada sekitar area mata dan mata,

sebanyak 15 orang pekerja pandai besi pernah mengalami luka bakar ringan akibat

paparan panas. Ketika sedang bekerja, banyak tindakan tidak aman (unsafe actions)

yang dilakukan pekerja seperti pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang

lengkap (kacamata, penutup telinga, celemek, sepatu) bahkan diantaranya tidak

memakai baju saat bekerja karena temperature lingkungan kerja yang terasa panas,

bercanda ketika sedang bekerja, sembrono atau tidak hati-hati saat melakukan

pembakaran besi/baja, dan merokok ketika sedang bekerja.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa tindakan tidak aman seperti tidak

memakai alat pelindung diri yang lengkap, ceroboh ketika bekerja, merokok ketika

bekerja, bercanda, mengabaikan kondisi tubuh yang kurang sehat sehingga dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja terutama luka bakar pada pandai besi, tingginya

kecelakaan kerja luka bakar pada pekerja pandai besi membuat peneliti tertarik

untuk mengetahui apakah ada hubungan tindakan tidak aman (unsafe action)

dengan kejadian luka bakar pada pekerja pandai besi di Desa Parlimbatan

Kabupaten Paluta.

Rumusan Masalah

Tindakan tidak aman (unsafe action) seperti, kurang perduli/kesadaran, tidak

menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja, merokok ketika bekerja, ceroboh

atau sembrono dalam melakukan pekerjaan dan sebagainya, dapat memberikan

dampak terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi

pada pekerja pandai besi di Desa Parlimbatan adalah kejadian luka bakar, dari data
8

yang diuraikan diatas, peneliti tertarik ingin menganalisis apakah ada hubungan

tindakan tidak aman (unsafe action) dengan kejadian luka bakar pada pekerja

pandai besi di Desa Parlimbatan Kabupaten Paluta Tahun 2019?

Tujuan penelitian

Untuk menganalisis hubungan tindakan tidak aman (unsafe action) dengan

kejadian luka bakar pada pekerja pandai besi di Desa Parlimbatan Kabupaten Paluta

Tahun 2019.

Manfaat Penelitian

Bagi pekerja. Untuk memberikan pengetahuan dan informasi bagi

masyarakat, khususnya bagi pandai besi di Desa Parlimbatan, Kabupaten Paluta

mengenai hubungan tindakan tidak aman (unsafe action) dengan kejadian luka

bakar di industri kecil pandai besi.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mencegah kecelakaan kerja khususnya

kejadian luka bakar sehingga dapat meningkatkan mutu dan mempertahankan

kualitas produksi dan kualitas kinerja pekerja.

Bagi Instansi Terkait. Dapat memberi masukan kepada Dinas

Ketenagakerjaan Kabupaten Paluta untuk meningkatkan Keselamatan Kesehatan

Kerja pandai besi dan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program atau

kebijakan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja pada pandai besi.

Bagi Pendidikan. Diharapkan memberi pengalaman dan menambah

pengetahuan bagi peneliti dan dapat digunakan sebagai referensi untuk studi atau

penelitian sejenis selanjutnya dengan karakteristik berbeda.

Anda mungkin juga menyukai