Anda di halaman 1dari 18

SURVEILANS KESEHATAN KERJA

Pengamatan Risiko Lingkungan (Hazard)

Disusun oleh :

1. Sari Bunga (20180301090)


2. Shirley Dwi Putri (20180301091)
3. Zessy Octa Naufalia (20180301092)

Universitas Esa Unggul


Fakultas Kesehatan Masyarakat
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang


dapatmempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibatkerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinyakerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan
dapat mengakibatkan kematianyang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja pada Pasal 1 menyatakan
bahaya tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya
mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia
yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk
peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik
perusahaan.

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan


pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para pegawai untuk bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia
bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan
aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja
pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang
terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja yang terbentuk antara sesama
pegawai, hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisika tempat
pegawai bekerja (Mardiana, 2005).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,


termasuk kecelakaan yang terjadi pada tenaga kerja yang sedang dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja (UU No. 40 Tahun tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Kecelakaan
Kerja). Hal senada dinyatakan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Peraturan tersebut menyatakan bahwa
dalam kecelakaan kerja terdapat unsur rudapaksa yaitu cedera pada tubuh manusia
akibat suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan lain-lain).

Terdapat 317 juta kecelakaan kerja setiap tahunnya (ILO, 2013). ILO juga
mengungkapkan setiap 15 detik, 153 pekerja mengalami kecelakaan kerja dan satu
diantaranya meninggal karena kecelakaan kerja.
Di Indonesia sendiri angka kecelakaan kerja berdasar cenderung mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari semula pada tahun 2009 terdapat
96.314 kasus kecelakaan, menjadi 99.491 kasus pada tahun 2011, dan terus meningkat
hingga pada tahun 2013 menjadi 103.285 kasus kecelakaan kerja. Pada akhir tahun
2015 menunjukkan bahwa telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus
dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang (BPJS Ketenagakerjaan, 2016).
BPJS Ketenagakerjaan juga mencatat bahwa di Indonesia tidak kurang dari 9 orang
meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja setiap harinya.

Pada sektor migas, terdapat kecenderungan peningkatan angka kecelakaan


kerja dari tahun 2010–2015 pada sektor Tambang Hulu Migas di Indonesia
(Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016) Kecenderungan peningkatan
angka kecelakaan kerja tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Kecelakaan kerja tersebut
terjadi dengan berbagai kategori mulai ringan hingga fatal. Selama kurun waktu 2010–
2015, kecelakaan kerja pada tambang hulu migas di Indonesia paling banyak terjadi di
tahun 2015.

Menurut REPUBLIK.co.id, tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman


keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi, dari ulasan-
ulasan diatas memicu kami sebagai mahasiswa untuk melakukan identifikasi bahaya
dan kecelakaan kerja di area pengeboran minak dan gas.

1.2 Gambaran Umum Kelembagaan


Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang minyak dan gas bumi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Direktorat Jenderal Minyak
dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di bidang minyak dan gas bumi.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang minyak dan gas bumi.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang minyak dan gas
bumi.
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang minyak dan gas bumi.
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi beralamat di Gedung Migas Lt 16,
Jl.HR.Rasuna Said Kav.B5, Kuningan, Jakarta Selatan, 12910.
Struktut organisasi :

1.3 Hazard Lingkungan di Tempat Kerja

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas,
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tentunya perusahaan ini memiliki berbagai
macam hazard. Ada hazard seperti kebisingan, hazard kimia seperti adanyabahan-
bahan kimia termasuk produk dari sektor migas sendiri yaitu crude oil, dan gas yang
dapat menimbulkan kebakaran atau ledakan, hazard biologi seperti adanya hewan-
hewan liar, dan juga hazard mekanik seperti adanya mesin dan alat-alat berat. Apabila
hazard tersebut tidak dicegah dan dikendalikan dengan baik, maka tidak menutup
kemungkinan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.
Salah satu kegiatan dalam proses eksplorasi dan eksploitasi migas adalah
pengeboran sumur. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling berbahaya dan
memiliki risiko yang tinggi dari keseluruhan proses eksplorasi dan eksploitasi minyak dan
gas bumi (Khan, dkk. 2002). Pengeboran sumur merupakan tahap lanjut dalam proses
pencarian minyak dan gas bumi. Proses ini merupakan proses pembuktian ada atau
tidaknya cadangan (reservoir) minyak ataupun gas dengan cara melakukan pembuatan
lubang secara bertahap sampai kedalaman tertentu sesuai hasil studi dan evaluasi
kondisi bawah tanah dari data seismik.
Pengeboran sumur minyak dan gas dikenal sebagai proyek yang berisiko
tinggi (high risk) dan membutuhkan biaya yang sangat besar (high cost). Salah satu
risiko yang paling besar dalam kegiatan pengeboran yaitu terjadinya semburan liar. Data
menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir, 17 dari 36 kejadian kecelakaan kerja di
perusahaan minyak dan gas tersebut terjadi di area pengeboran. Tiga dari 17 kasus
tersebut yaitu terjadinya semburan liar. Risiko di area pengeboran tidak hanya semburan
liar saja. Hasil risk assessment di salah satu sektor migas di Indonesia menunjukkan
bahwa seluruh kegiatan operasi pengeboran memiliki potensi bahaya yang besar karena
melibatkan alat-alat berat, alat listrik bertegangan tinggi, zat-zat kimia, dan mesin-mesin
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja akibat hazard mekanik (Ratnasari,
2009). Oleh karena itu, pekerjaan di area pengeboran juga rentan terhadap adanya
kebakaran, kebocoran gas berbahaya, risiko akibat adanya hazard mekanik seperti
terbentur, terjepit, dan lain-lain. Kebocoran gas sendiri dapat memberikan dampak
intoksikasi jika bersifat racun, dan juga dapat menimbulkan terjadinya kebakaran atau
ledakan jika bersifat mudah terbakar dan mudah meledak.
BAB II

METODE PENGUMPULAN DATA

2.1 Surveilans Hazard

Sektor gas bumi dan minyak bumi beresiko tinggi disektor hulu, yaitu pada aktivitas
pengeboran dan pengelolaan. Selain itu pada sektor hilir yaitu pada aktivitas pengolahan
dan distribusi juga memiliki resiko yang hampir sama dengan sektor hulu. Resikonya
meliputi faktor kecelakaan, finansial, ledakan, kebakaran, ataupun penyakit karena kerja dan
dampak lingkungan. Melihat kondisi itu diperlukan suatu manajemen yang bertujuan pada k3
pada kilang minyak.

Perkembangan ilmu manajemen yang memengaruhi K3 sudah berhasil menurunkan


angka kecelakaan dan penyakit karena kerja pada beragam industri didunia. Selain bidang
Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan, juga diperlukan faktor Lindung Lingkungan (LL).
K3 dan LL adalah faktor organisasi bisnis yg tidak hanya memerlukan pengetahuan
mendalam akan latar belakang ataupun tatacara pengerjaannya, namun juga bagaimana
perusahaan menaati ketentuan yang terkait dengan K3 dan LL. Pemahaman K3 dan LL ini
bermula dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behaviour).

Perkembangan bidang keselamatan dan kesehatan lingkungan mengikuti upaya


pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan yaitu upaya sadar dan terencana yang menggabungkan lingkungan
hidup termasuk sumber daya kedalam sistem pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan dan kualitas hidup generasi masa saat ini dan generasi masa depan. Untuk
menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan ini diperlukan suatu
sistem politik yang menjamin partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan,
sistem ekonomi yang dapat menghasilkan surplus dan berdasarkan kemampuan sendiri
yang berlanjut, sistem sosial yang memberi penyelesaian pada ketegangan karena
pembangunan yg tidak sesuai, sistem produksi yang menghormati kewajiban untuk
melestarikan ekologi, sistem teknologi yang bisa menemukan jawaban pada permasalahan
lingkungan yang ada secara terus menerus.

Berikut ini beberapa istilah yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan lingkungan :

1. Lingkungan hidup yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, kondisi, dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup yang
lain.
2. Ekosistem merupakan tatanan unsure lingkungan hidup yang saling
memengaruhi dalam membuat stabilitas, keseimbangan dan produktivitas
lingkungan hidup.
3. Daya dukung lingkungan hidup yaitu kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung prikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
4. Pencemaran lingkungan yaitu masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan/atau komponen lain dalam lingkungan hidup oelh aktivitas manusia
hingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak bisa berperan sesuai dengan peruntukannya.
5. K3 merupakan segala yang diperuntukkan untuk menjamin kesempurnaan
dan keutuhan baik jasmaniah ataupun rohaniah tenaga budayanya, untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.
6. Hazards merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan
kerugian/kecelakaan berupa cedera, kerusakan, penyakit atau kemampuan
melakukan peranan yang sudah diputuskan.
7. Resiko (Risk) yaitu peluang terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode waktu
tertentu atau siklus operasi tertentu.
8. Insiden yaitu peristiwa yg tidak diinginkan yang bisa dan sudah membuat kontak
dengan sumber energi lebih dari nilai ambang batas tubuh atau struktur.

RESIKO PADA LINGKUNGAN KERJA


Kemungkinan yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia terkait dengan kecelakaan
kerja di perusahaan minyak. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, namun terdapat
faktor pemicunya. Jika faktor itu dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan
mencegah maupun penanggulangan terhadap potensi bahaya di tempat kerja. Pemicu
utama kecelakaan yaitu :

a. Kondisi tidak aman (unsafe condition) Hal tersebut terkait dengan mesin/alat kerja
seperti mesin yang rusak maupun tidak berfungsi seperti semestinya. Selain itu
unsafe condition atau kodnisi tidak aman bisa juga berupa kondisi lingkungan
kerja yang tidak mendukung, seperti keadaan bising, penerangan yang kurang,
kebersihan ataupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman bisa juga
disebabkan oleh cara/sistem produksi yang kurang baik. Hal tersebut dilihat dari
sistem pengisian bahan kimia yang salah, pengangkutan beban dengan
manal/memakai tenaga manusia.
b. Tindakan tidak aman (unsafe action) Tindakan tidak aman ini lebih terkait pada
personal pekerja, diantaranya : memakai perlengkapan yang kurang baik,
sembrono dalam bekerja, tidak memakai alat pelindung diri ataupun menjalan
suatu hal tanpa wewenang.
c. Kelemahan sistem manajemen Kelemahan sistem manajemen ini sering berkaitan
dengan sistem prosedur kerja yg tidak jelas maupun tidak ada standard yang bisa
jadi referensi untuk pekerja dalam melakukan aktivitas kerja nya.

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam terbesar, mulai dari sumber
daya yang bisa diperbaharui maupun sumber daya yang tidak bisa diperbaharui
seperti minyak dan gas. Sumber daya alam ini memiliki cadangan hingga 4,4 juta barel.
Indonesia dapat mengekspor 1 juta barel Liquefied Natural Gas (LNG) pada negara
tetangga yang membutuhkan pasokan minyak bumi kita. Daerah Jawa timur dan Riau
merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia dengan menghasilkan rata – rata
365.827 barel per hari dengan rincian minyak mentah 359. 777 dan kondesat sebesar 6.050
barel untuk daerah Riau, sedangkan pada Jawa Timur dapat menghasilkan 52.290 barel
per hari dengan kondesat 326 barel atau totalnya 52.616 barel perhari.

Gambar diatas merupakan proses pengeboran untuk mendapatkan minyak mentah,


untuk medapatkan minyak mentah pengeboran harus dilakukan hingga kedalaman 1.000 –
3.000 meter. Minyak bumi dipompa dan akan dialirkan ke penyulingan untuk melewati
proses selanjutnya, pada proses penyulingan minyak akan dipisahkan dari zat yang tidak
dipakai, pada minyak mentah biasanya minyak akan berbentuk hitam karna terjadi
campuran zat dan molekul lainnya. Minyak yang telah dilakukan penyulingan menghasilkan
bahan bakar yang biasa kita pakai untuk kendaraan seperti bensin, solar, minyak tanah,
avtur dan lain sebagainya, sisa dari penyulingan pun masih bisa digunakan untuk
menghindari pencemaran lingkungan.

Dalam proses pengeboran penting untuk mengetahui bahaya yang akan ditimbulkan,
sehingga kita bisa melakukan pertolongan pertama jika terjadi bahaya. Berikut ini bahaya
yang sering terjadi pada proses pengeboran minyak dan gas.

1. Kebakaran
Penyebab kebakaran terjadi karna pipa - pipa pengeboran yang bocor, atau
konsleting listrik pada tempat pengeboran, bisa juga karna gas – gas yang tertahan
dalam eksplorasi lepas pantai mengalami getaran yang hebat sehingga gas tersebut
terangkat keudara dan terkena sulutan api maka terjadilah kebakaran yang hebat.
2. Ledakan
Ledakan bisa terjadi karena adanyanya drum penampung tersulut api atau
konsleting listrik, ledakan bisa terjadi karna kebarakan yang tidak segera
dipadamkan dengan alat pemadam atau hydran, maka akan terjadi ledakan yang
besar.
3. Uap dan zat berbahaya
Uap dan bahan kimia pada pengeboran memang tidak baik untuk kesehatan, karena
dapat menyebabkan kanker pada diri seseorang. Biasanya pengeboran
menggunakan bahan kimia untuk membersihkan mesin bor atau untuk melumasi
pengeboran agar tidak haus pada perputaran mesinnya.
4. Badai pada area eksplorasi
Cuaca pada kegiatan eksplorasi lepas pantai sangat menentukan berjalanya suatu
proses penambangan minyak. Dimana pada saat cuaca buruk dapat menimbulkan
badai pada areal disekitar eksplorasi .
Untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan dan kebakaran maka para pekerja
diharuskan menggunakan pakaian khusus dan perlengkapan diri sesuai standart keamanan
kerja, mengikuti pelatihan dan prosedur kerja yang baik dan benar, pengecekan rutin perlu
dilakukan pada tempat pengeboran mulai dari rankaian listrik, peralatan kerja, perlengkapan
pemadam kebakaran dan lain sebagainya.

2.2 Faktor Bahaya Pabrik Minyak dan Gas

Proses Produksi

Bahaya proses produksi dari pekerjaan pabrik minyak dan gas adalah potensi bahaya
yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta
jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta
bahan yang digunakan dalam proses produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk),
pallet (tertimpa), dan bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed
additive (kerusakan mata akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las
(kerusakan mata akibat terpercik geram, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan
paru-paru akibat terhirup debu las), luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan
panas dari blow down otomatis. Kecelakaan kerja pada pabrik minyak dan gas biasanya
pada pengeboran yang berhubungan dengan semburan gas yang tak terduga dari sumur
akibat tekanan yang tinggi. Secara garis besar ada dua kategori utama kecelakaan
pengeboran, pertama adalah memancarnya hidrokarbon yang intens dan berkepanjangan,
kedua adalah tumpahan hidrokarbon dan semburan gas selama operasi pengeboran.

Bahaya Kimia

Dalam proses produksi kilang minyak menggunakan bahan – bahan kimia yang
terkadang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan hidup.
Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui
: inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja
sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan.

Faktor Kondisi Tidak Aman, Tindakan Tidak Aman, Sistem Manajemen

Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya.
Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun
penanggulangan terhadap kecelakaan tersebut.

Penyebab utama kecelakaan adalah :

1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)

Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa
kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang,
keadaan bising, kebersihan maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman
juga dapat diakibatkan oleh metode / proses produksi yang kurang baik, Pengaman
yang tidak sempurna, Peralatan kerja yang rusak, Tata kelola (housekeeping) yang
jelek, Penerangan yang kurang, Lingkungan kerja dengan paparan B3 atau
radiasi, Lingkungan kerja dengan kebisingan tinggi, Tempat kerja yang kotor dan
licin.

2. Tindakan tidak aman (unsafe action)

Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain:
menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja, tidak
menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang,
mengoperasikan mesin/peralatan yang bukan menjadi tanggung jawabnya,
menggunakan peralatan yang tidak sesuai, bekerja sambil bergurau, bersikap
acuh/masa bodoh, bekerja dalam kondisi mabuk, tidak mentaati prosedur/peraturan,
melepaskan alat pengaman, menjalankan mesin melebihi kecepatan yang ditetapkan,
mengangkat/mengangkut berlebihan, tidak memakai alat pelindung diri.
3. Kelemahan sistem manajemen

Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur kerja yang
tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja
dalam melakukan kegiatan kerja nya.

Dari faktor-faktor di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada lingkungan kerja dan
lingkungan hidup sekitarnya. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera jika
kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi
gangguan keseimbangan ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup.
Penurunan kualitas lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya bahan sisa proses
produksi yang masih mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya
terjadi akibat dari kecelakaan industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem
pengolahan limbah industri yang tidak baik.

2.3 Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pada dasarnya pemeriksaan kesehatan khusus sama dengan pemeriksaan


kesehatan prakerja. Dalam hal ini hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai
data dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan prakerja. Jenis
pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan khusus tergantung pada riwayat
penyakit dan status kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan.

2.4 Penataan data

Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam
manajemen risiko kesehatan. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan manajemen risiko
kesehatan ini terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus tersimpan rapi
dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak selama 30 tahun.
Penataan data ini ditujukan agar:

1. dapat mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu penyelesaian


2. memungkinkan evaluasi epidemiologi
3. memenuhi persyaratan legal
4. tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan pekerja dan perusahaan dalam kasus
klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan
5. memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan pekerja.

Perlu dipahami bahwa data surveilans kesehatan pekerja bersifat rahasia sehingga harus
mendapat penanganan untuk menjaga kerahasiaan tersebut. Data anonim harus digunakan
ketika menyampaikan laporan kepada manajemen dan pengusaha, termasuk pemantauan
kinerja program kesehatan dan keselamatan kerja. Data lain yang perlu ditata adalah yang
terkait dengan pengendalian dan penilaian pajanan serta kegiatan surveilans kesehatan
yang dilaksanakan dalam proses manajemen risiko kesehatan.
BAB III
PENGOLAHAN HASIL ANALISIS

a. Analisa prevelensi jenis kecelakaan

Jenis kecelakaan kerja di area pengeboran yang paling banyak dialami oleh tenaga
kerja yaitu jenis kecelakaan mekanik. Sebanyak 13 dari 17 kecelakaan kerja (76%)
merupakan jenis kecelakaan mekanik terjepit. Salah satunya yaitu tangan ujung jari
terjepit antara jumbo bag dan garpu forklift. Lalu terjepit baut, ada juga yang terjepit
pintu kendaraan. Sisanya yaitu tertimpa plat kecil, tergelincir ke dalam cellar box,
terbentur, dan lainnya dengan jumlah kejadian 4 kejadian kecelakaan kerja (4%). Pada
jenis kecelakaan kerja terbakar, tenaga kerja terkena api yang ada saat kebakaran di
area rig floor.

No. Jenis Kecelakaan Jumlah %

1. Mekanik 13 76%

2. Terkena benda panas 4 24%

Jumlah 17 100%

Tabel 3.1 pravelesi keelakaan kerja berdasarkan jenis kecelakaan

b. Analisa pravelensi umur


Diketahui bahwa dari total 17 tenaga kerja, sebanyak 11 orang tenaga kerja (64,7%)
yang mengalami kecelakaan kerja dengan jenis mekanik adalah tenaga kerja dengan
umur ≥ 30 th. 2 tenaga kerja lainnya yang mengalami kecelakaan kerja mekanik
berumur 17–29 tahun (11,8 %). Sisanya yaitu sebanyak 4 orang (23,5%) mengalami
jenis kecelakaan kerja terbakar dengan rentang umur 17–29 tahun.

Umur Kecelakaan Kecelakaan kerja Jumlah


mekanik terbakar
17-29 th 11 (64,7%) 4 (23.5%) 15 (88.2%)

≥ 30 th 2 (11.8%) 0 (0%) 2 (11.8%)

Jumlah 13 (76.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Tabel 3.3 pravelesi keelakaan kerja berdasarkan umur

c. Analisa Pravelensi Masa Kerja


Tabel 3.4 menunjukkan bahwa dari total 17 tenaga kerja, sebanyak 6 orang tenaga
kerja (35,3%) yang mengalami kecelakaan kerja dengan jenis mekanik merupakan
tenaga kerja dengan masa kerja ≥5 th. Lalu 3 orang (17,5%) merupakan tenaga kerja
dengan masa kerja 11–15 tahun. Pada kelompok masa kerja 6–10 tahun dan 16–20
tahun masing-masing yang mengalami jenis kecelakaan kerja mekanik yaitu sebanyak
2 orang tenaga kerja (11,8%). Pada jenis kecelakaan kerja terbakar, sebanyak 2 orang
(11,8%) merupakan tenaga kerja dengan masa kerja 11–15 tahun. Sisanya, yaitu
masing- masing sebanyak 1 orang (5,9%) merupakan tenaga kerja dengan kelompok
masa kerja ≥5 th dan 6-10 th.

Masa kerja Mekanik Terbakar Jumlah

≥5 th 6 1 7

6-10 th 2 1 3

11-15 th 3 2 5

16-20 th 2 0 2

Jumlah 13 4 17 (100%)

Tabel 3.4 pravelesi keelakaan kerja berdasarkan masa kerja

d. Analisis prevelensi pendidikan

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa dari total 17 pekerja, sebanyak 8 tenaga kerja (47,0%)
yang mengalami kecelakaan kerja dengan jenis kecelakaan mekanik merupakan tenaga
kerja dengan tingkat pendidikan SMA. Sisanya yaitu sebanyak 1–2 orang yang
mengalami kecelakaan kerja mekanik merupakan tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan SD, SMP, dan Perguruan Tinggi. Pada jenis kecelakaan kerja terbakar,
sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMA.
Terdapat 1 (5,9%) orang tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan SMP.

Pendidikan Mekanik Terbakar Jumlah


SD 1 0 1
SMP 2 1 3
SMA 8 3 11
PERGURUAN
2 0 2
TINGGI
Jumlah 13 4 17 (100%)

Table 3.5 Prevelensi penyakit kerja berdasarkan pendidikan

e. Analisis prevelensi Umur


BAB IV
HASIL GRAFIK
A. Grafik kecelakaant kerja terhadap umur
12
11

10

4
4

2
2

0
0
mekanik ebaka

17-29 TH ≥ 30 TH

Dari grafik diatas menunjukan bahwa usia paling tinggi yang mengalami kecelakaan
mekanik adalah 17-29 tahun, kecelakaan terbakar paling tinggi di umur 17-29 tahun.

B. Grafik penyakit kerja terhadap pendidikan

Mekanik

8%
15%
SD
15%
SMP
SMA
Perguruan tinggi
62%
Terbakar
0% 0%

25%
SD
SMP
SMA
PERGURUAN TINGGI
75%

Dari diagram diatas menunjukan pendidikan SMA paling banyak mengalami


kecelakaan kerja baik kecelakaan mekanik ataupun terbakar.

C. Grafik kecelakaan kerja berdasarkan waktu


8
7
6
5
4
kecelakaan kerja
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan kerja di salah satu
area pengeboran minyak dan gas dari tahun 2012–2016 cenderung menurun. Pada
tahun 2013 jumlah kecelakaan kerja menurun hampir satu kali lipat dari tahun 2012,
begitu juga pada tahun 2016. Pada tahun 2015 jumlah kecelakaan kerja menurun tiga
kali lipat dari tahun sebelumnya.
BAB V
REKOMENDASI

1. Kesimpulan
Kecelakaan adalah suatu hal yang tidak terduga dan kurang dapat diperkirakan.
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh berbagai potensi bahaya yang berasal dari
berbagai aspek pula, mulaidari peralatannya (benda mati) hingga penggunaanya (mahluk
hidup jika potensi bahaya tersebut benar-benar terjadi, akibatnya dapat mulai dari
hanyalecet hingga terjadinya kematian dari pekerja tersebut.
Berdasarkan survey yang di lakukan di area pengeboran minyak, terdapat 17 kasus
kecelakaan kerja di salah satu area pengeboran minyak dan gas dengan Incidence Rate 0,8
per 100 tenaga kerja. Dari segi kuantitas dan kualitas trend kecelakaan kerja di area
pengeboran tersebut cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hasil perhitungan Incidence
Rate lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain di sektor serupa. Masih
terdapat 8 kejadian kecelakaan kerja dari 100 tenaga kerja di perusahaan tersebut.
Berdasarkan karakteristik individunya, tenaga kerja yang paling banyak mengalami
kecelakaan kerja di area pengeboran tersebut yaitu tenaga kerja yang berusia 30 tahun.
Berdasarkan lama kerjanya, tenaga kerja yang sudah bekerja selama 5–6 tahun yang
dominan menjadi korban kecelakaan kerja di area pengeboran minyak dan gas tersebut.
Dilihat dari tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang berlatar belakang pendidikan SMA
paling sering mengalami kecelakaan kerja di area pengeboran minyak dan gas tersebut.

2. Saran
Pada kasus ini lebih banyak pada kecelakaan yang disesbabka oleh mekanik sehingga di
harapkan lingkungan di area pengeboran harus savety, pekerja harus diberi edukasi
tentang pemakaian APD dan bahaya resiko di tempat pengeboran minyak. Diharapkan
juga instasi pengeboran minyak ini melakukan pengecekan pada setiap mesin pengeboran
sesuai jadwal perawatan alat. Pemasanagan tanda bahaya pada lingkungan kerja juga
sangat penting untuk memudahkan perkerja mengenali resiko dan bahaya pada tempat
kerja. Terakhir adalah Pembuatan SOP pada penggunaan mesin pengeboran minyak
sehingga tenaga kerja bisa menjalankan mesin sesuai SOP nya.
DaftarPustaka

BPJS Ketenagakerjaan., 2015. Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2015


tentang Bentuk Formulir Pengajuan dan Pembayaran Manfaat Program BPJS
Ketenagakerjaan. Jakarta: Direktur Jenderal Perundang-undangan dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
BPJS Ketenagakerjaan., 2016. Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi.
Jakarta: Artikel BPJS Ketenagakerjaan.
Dwi elien.2016. kecelakaan kerja diare pengeboran minyak dan gas tahun 2012-
2016.Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai