PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
kecelakaan meningkat sangat tinggi menjadi 108.606 kasus dengan korban meninggal
sebanyak 31.195 orang. (Badan Pusat Statistik, 2011).
Kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian
material dan fisik (Anizar, 2010). Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan tidak terjadi
kebetulaan, melainkan ada sebabnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan
kerja di dalam industri, diantaranya peralatan, bahan, cara kerja,lingkungan dan manusia
(Sahab, 1997). Oleh karena itu, sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar
kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali.
Hal yang paling mendasar dalam pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan
mengetahui keberadaan sumber-sumber bahaya dan risiko yang dapat menyebabkan
kecelakaan. Dengan mengetahui sumber-sumber bahaya dan risiko tersebut, maka dapat
dilakukan berbagai upaya pencegahannya. Sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko
yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat
diabaikan (Ramli, 2010).
PT Tambang Bukit Tambi merupakan anak perusahaan dari PT Nan Riang yang
berlokasi di Desa Padang Kelapo, Kecamatan Maro Sebu Ulu, Kabupaten Batanghari,
Provinsi Jambi. PT Tambang Bukit Tambi adalah sebuah perusahaan swasta nasional yang
bergerak di bidang pertambangan batubara. Pada tahun 2010 PT Tambang Bukit Tambi
pernah melakukan eksplorasi geologi oleh beberapa ahli Geologi dan Tambang terutama
dalam hal kandungan dan sebaran batubara di wilayah IUP PT Tambang Bukit Tambi.
Metode penambangan yang dilakukan oleh PT Tambang Bukit Tambi
menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem shovel and truck. Tambang terbuka
adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya
dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan tempat kerjanya
berhubungan langsung dengan udara luar. Saat ini PT Tambang Bukit Tambi sudah
memasuki tahap eksploitasi batubara dengan target produksi batubara 80.000 ton dengan
target pengupasan tanah penutup atau overburden 250.000 BCM/bulan.
Industri pertambangan batubara mempunyai hubungan erat dengan aktivitas
pekerjanya, namun terdapat salah satu masalah yang selalu melekat dengan pekerjaan
penambangan dimana setiap jenis pekerjaannya memiliki potensi bahaya dan resiko yang
mungkin terjadi, seperti kerugian bagi orang yang dikenai (luka, cedera ringan atau berat
bahkan juga kematian) dan bagi perusahaan itu sendiri (kerugian tenaga kerja, biaya, jam
kerja, dan lain-lain).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis risiko bahaya pada
kegiatan penggalian batubara dan pengupasan overburden di PT Tambang Bukit Tambi
Universitas Sriwijaya
3
Desa Padang Kelapo, Kecamatan Maro Sebu Ulu, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Total dari nilai akan menetukan pengklasifikasian bahaya dan risiko kedalam
tingkatan pengendalian. Dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 3.1 Peta kesampaian daerah PT Tambang Bukit Tambi (Satuan kerja
Rencana Operasi Penambangan PT Tambang Bukit Tambi, 2020)
22 Universitas Sriwijaya
23
kegiatan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian mulai dari administrasi dan
orientasi lapangan, pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan draft laporan
dan konsultasi dengan pembimbing. Rincian dari kegiatan penelitian ini berada di
lokasi lokasi site Padang Kelapo PT. Tambang Bukit Tambi kec. Maro Sebo Ulu
Kab. Batanghari Provinsi Jambi pada (Tabel 3.2).
3. Pengolahan Data
4. Penyusunan Laporan
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
Analisis resiko pada area penggalian batubara dan penimbunan overburden di site
Padang Kelapo PT Tambang Bukit Tambi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi
Permalasahan yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
Bagaimana resiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di PT
Tambang Bukit Tambi ?
1.Bagaimana tingkat resiko keselamatan kerja setiap tahapan kegiatan penambangan
batubara di PT Tambang Bukit Tambi ?
3.Bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan setiap tahapan kegiatan
penambangan batubara di PT Tambang Bukit Tambi
Pengumpulan Data ?
Universitas Sriwijaya
26
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
27 Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
4.2. Catatan (Record) K3 Perusahaan
4.2.1. Sebelum Pengendalian
Berikut analisa potensi bahaya dan resiko (Hazard Identification and Risk Assesment) yang dilakukan dengan metode analisis semi-
kuantitatif. Analisis semi-kuantitatif adalah analisis yang dilakukan menggunakan data numerik dengan nilai/skor tertentu yang telah
ditetapkan sesuai dengan tingkat risikonya sesuai dengan AS/NZS 4360:1999 Risk Management.
Tabel 4.2. Sumber Bahaya dan Penilaian Resiko pada Kegiatan Operasi Produksi
27 Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
Very
Menabrak dump truck 36 AA - Menerapkan kecepatan maximum 0,3 3 10 9 B Moderate 27
high
- Memasang rambu jalan
Jatuh ke lereng 9 B Moderate - Membuat tanggul 0,1 3 10 3 B Moderate 6
- Menghindari kelelahan operator
Very - Membersihkan lumpur setelah hujan
Tergelincir 36 AA 0,3 3 10 9 AA Very high 27
high menggunakan grader
- Menghentikan operasi penambangan saat hujan
Alat berat terbakar karena korsleting
9 B Moderate - Melakukan Maintanance rutin pada alat berat 0,3 2 5 3 B Moderate 6
atau terlalu panas
-Melakukan pengecekan alat berat sebelum
dioperasikan
- Berkomuniksi dengan operator alat berat bila
Tertimbun Overburden 3 B Moderate 0,1 1 5 0,5 C Acceptable 2,5
mendekati area disposal
- menggunakan rompi Safety
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
4.3. Analisis Tingkat Keberhasilan/Kegagalan K3 Perusahaan
Berdasarkan record perusahaan dan berdasarkan kumpulan berita acara
kecelakaan kerja sepanjang tahun 2021, Tidak terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan cidera berat ataupun fatality. Kecelakaan kerja yang terjadi pada PT
Tambang Bukit Tambi sepanjang tahun 2021 tergolong minor accident yang
mengakibatkan cidera ringan atau atau tidak cidera sama sekali. Contoh accident
yang terjadi pada pada PT Tambang Bukit Tambi sepanjang tahun 2021 yaitu,
Dump Truck menabrak Dump Truck lain di area parkir, kaca kabin yang pecah
diakibatkan batu berukuran sebesar buah apel yang jatuh dari lereng tambang, dan
kaca depan excavator yang pecah saat diperbaiki oleh mekanik. Kecelakaan-
kecelakaan tersebut menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan.
4.3.1. Keberhasilan
Dalam suatu kegiatan penambangan faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan suatu pelaksanaan program K3 adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi
• Ada kebijakan tertulis mengenai keselamatan kerja
• Ada daftar dari perusahaan mengenai ketentuan problem K3
• Seringkali diselenggarakan pertemuan mengenai K3
27 Universitas Sriwijaya
28
d. Latihan
• Memiliki satu gagasan kursus keselamatan kerja
• Memiliki garis-garis besar untuk session pelatihan
• Memiliki satu pendekatan systematis untuk pekerjaan pelatihan
• Memiliki analisis keselamatan kerja/pekerjaan atau prosedur operasional
keselamatan untuk tiap-tiap klasifikasi pekerjaan
• Penyelidikan Kecelakaan
• Semuanya kecelakaan mesti diselidiki
• Memakai format penyelidikan kecelakaan
4.3.2. Kegagalan
Kecelakaan Kerja adalah “kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Seringkali,
kecelakaan kerja dipahami sebagai kejadian yang mendadak, terjadi diluar kendali
seseorang dan tidak diharapkan/tidak disengaja. Berikut faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan pelaksanaan K3 pada PT Tambang Bukit Tambi.
a. Faktor Teknis
• Tempat Kerja
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti
ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat
kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang
dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
• Kondisi Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan
menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau
peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt
Universitas Sriwijaya
29
atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan
lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan
kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator
atau manusia.
• Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah
meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat
memungkinkan terjadi kecelakaan kerja.
• Transportasi
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga
cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban
yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang,
licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban
yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan
kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah
memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman, melaksanakan operasi
sesuai dengan standart operational procedure (SOP), jalan yang cukup,
penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus
untuk transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.
• Tools (Alat)
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua
kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat
mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang
sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat
kerja
b. Faktor Non-Teknis
• Ketidaktahuan
Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan
pengetahuan yang cukup oleh teknisi.Apabila tidak maka dapat menjadi
penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
31
penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja
di ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa mahir
justru tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam mengelas
tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah salah, pekerja yang mahir
dan profesional justru selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja
untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan
kesehatan dirinya selama bekerja.
c. Faktor Alam
• Gempa bumi
Meskipun setiap perusahaan/industri telah menerapakan keselamatankerja
sesuai standar untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja, namun faktor
alam sangat sulit diprediksi. Gempa bumi dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja dengan menghancurkan tempat perusahaan /industri berada akibat
pergerakan tanah atau patahan lempeng bumi secara tektonik maupun
vulkanik dan dapat menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa yang
besar dan akan bertambah jika gempa bumi tersebut juga disusul dengan
tsunami.
• Banjir
Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, terlebih
perusahaan berada dekat dengan aliran air. Air banjir selain dapat merendam
peralatan dan mesin produksi serta dapat menimbulkan kerusakan dan
konsleting listrik juga dapat menghanyutkan para pekerja/operator.
• Tornado/Puting Beliung
Tornado/puting beliung merupakan kolom udara yang berputar kencang
yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam
kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah dan rata-
rata memiliki kecepatan 117km/jam dengan jangkauan 75 m sampai
beberapa kilometer sebelum menghilang.
Universitas Sriwijaya
32
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
29 Universitas Sriwijaya
30
5.2. Saran
1. Perusahaan sebaiknya perlu melakukan identifikasi resiko dan penilaian
resiko secara menyeluruh pada masing-masing tahapan pekerjaan
penambangan batubara di bagian Mining Operation yang lebih terperinci.
2. Pengawasan pada setiap lokasi kerjasangat diperlukan terhadap faktor
pekerja,unit kerja serta lingkungan kerja agar terhindar dari kecelakaan
kerja.
3. Perlu dilakukan upaya pengendalian tambahan seperti:
a. Memasang lapisan strep anti slip pada setiap tangga unit
kendaraan besarseperti unit DumpTruck, unit Excavator, dan unit
Dozer
b. Membuat tangga unit dengan pijakan kaki yang lebih lebar.
c. Memasang rambu-rambu lalu lintas dan rambu-rambu tanda bahaya
ditempat yang mudah terlihat dan jangan terhalang oleh benda lain.
d. Melakukan pemeriksaan dan perbaikan pada rambu-rambu yang
sudah rusak.
e. Melakukan pengawasan dan inspeksi secara rutin mengenai kondisi
jalan di area loading, hauling dan dumping. Terutama area laoding
dan dumping yang retak maupun berpotensi terjadi longsor.
f. Melakukan pengawasan yang ketat dan inspeksi secara rutin
mengenai pembuatan tanggul pengaman (Safety Berm) untuk proses
dumpingagar sesuai standar yang telah ditetapkan.
g. Membuat Warning Sign/Safety Sign pada beberapa tempat atau
kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya dan belum terdapat
Warning Sign/Safety Sign.
h. Pengawasan supervisor pada masing-masing kegiatan perlu
ditingkatkan terkait bahaya dan resiko yang ada di area proses
kegiatan tersebut serta pengawasan mengenai penggunaan APD bagi
para operator maupun pekerja di area tersebut, karena masih
ditemukan berbagai pekerja yang tidak memakai APD dengan baik
terutama ketika berada di dalam kabin.
i. Pengawasan supervisor pada masing-masing kegiatan perlu
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya