Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan sumber energi mengalami peningkatan tiap tahunnya terutama
kebutuhan energi lsitrik. Salah satu sumber energi listrik berasal dari pembangkit listrik
tenaga uap yang menggunakan batubara sebagai bahan baku utama. Batubara adalah
berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuh-
tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia, kimia dan fisika dalam
kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta temperatur tertentu pada
kurun waktu yang sangat lama.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri
berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan
menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Semakin kompleknya peralatan
yang digunakan, semakin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan semakin
besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan pengamanan dan
pengendalian sebaik mungkin.
Menurut data International Labor Organization (ILO) yang diterbitkan dalam
peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dunia pada 28 April 2010, tercatat
setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan terjadi sekitar 270
juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia.
Negara Amerika saja, angka kematian akibat kecelakaan kerja semakin meningkat.
Menurut The Bureau of Labor Statistics, bahwa telah terjadi kenaikan angka kematian
akibat kecelakaan kerja sebesar 3% dari perbandingan antara tahun 2009 dan 2010. Sektor
konstruksi paling banyak terjadi kecelakaan kerja yang mengakibakan kematian di
Amerika Serikat dengan jumlah kasus kematian sebesar 774 kasus Sedangkan menurut
data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia
pun masih tergolong tinggi, tahun 2008 terjadi sebanyak 59.164 kasus kecelakaan kerja
dengan korban meninggal sebanyak 20.188 orang dan terdapat 62.960 kasus di tahun 2009
meningkat dari tahun 2008 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 19.979 orang.
Jumlah kecelakaan kerja tersebut meningkat kembali pada tahun 2010 sebanyak 66.488
kasus dengan korban meninggal sebanyak 19.873. Sedangkan pada tahun 2011 kasus

1 Universitas Sriwijaya
2

kecelakaan meningkat sangat tinggi menjadi 108.606 kasus dengan korban meninggal
sebanyak 31.195 orang. (Badan Pusat Statistik, 2011).
Kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian
material dan fisik (Anizar, 2010). Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan tidak terjadi
kebetulaan, melainkan ada sebabnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan
kerja di dalam industri, diantaranya peralatan, bahan, cara kerja,lingkungan dan manusia
(Sahab, 1997). Oleh karena itu, sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar
kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali.
Hal yang paling mendasar dalam pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan
mengetahui keberadaan sumber-sumber bahaya dan risiko yang dapat menyebabkan
kecelakaan. Dengan mengetahui sumber-sumber bahaya dan risiko tersebut, maka dapat
dilakukan berbagai upaya pencegahannya. Sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko
yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat
diabaikan (Ramli, 2010).
PT Tambang Bukit Tambi merupakan anak perusahaan dari PT Nan Riang yang
berlokasi di Desa Padang Kelapo, Kecamatan Maro Sebu Ulu, Kabupaten Batanghari,
Provinsi Jambi. PT Tambang Bukit Tambi adalah sebuah perusahaan swasta nasional yang
bergerak di bidang pertambangan batubara. Pada tahun 2010 PT Tambang Bukit Tambi
pernah melakukan eksplorasi geologi oleh beberapa ahli Geologi dan Tambang terutama
dalam hal kandungan dan sebaran batubara di wilayah IUP PT Tambang Bukit Tambi.
Metode penambangan yang dilakukan oleh PT Tambang Bukit Tambi
menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem shovel and truck. Tambang terbuka
adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya
dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan tempat kerjanya
berhubungan langsung dengan udara luar. Saat ini PT Tambang Bukit Tambi sudah
memasuki tahap eksploitasi batubara dengan target produksi batubara 80.000 ton dengan
target pengupasan tanah penutup atau overburden 250.000 BCM/bulan.
Industri pertambangan batubara mempunyai hubungan erat dengan aktivitas
pekerjanya, namun terdapat salah satu masalah yang selalu melekat dengan pekerjaan
penambangan dimana setiap jenis pekerjaannya memiliki potensi bahaya dan resiko yang
mungkin terjadi, seperti kerugian bagi orang yang dikenai (luka, cedera ringan atau berat
bahkan juga kematian) dan bagi perusahaan itu sendiri (kerugian tenaga kerja, biaya, jam
kerja, dan lain-lain).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis risiko bahaya pada
kegiatan penggalian batubara dan pengupasan overburden di PT Tambang Bukit Tambi

Universitas Sriwijaya
3

Desa Padang Kelapo, Kecamatan Maro Sebu Ulu, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diangkat pada penelitian ini adalah ialah sebagai
berikut :
1. Bagaimana potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja pada kegiatan penambangan
batubara di PT Tambang Bukit Tambi
2. Bagaimana kinerja pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
kegiatan penambangan batubara di PT Tambang Bukit Tambi.
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pengelolaan
K3 pada kegiatan penambangan batubara di PT Tambang Bukit Tambi.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Analisis potesi bahaya dan resiko kecelakaan kerja pada kegiatan penambangan
batubara di PT Tambang Bukit Tambi.
2. Analisis kinerja pengelolaan K3 pada kegiatan penambangan batubara di PT
Tambang Bukit Tambi.
3. Analisis factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pengelolaan
K3 pada kegiatan penambangan batubara di PT Tambang Bukit Tambi.

1.4 Batasan Masalah


Penelitian kali ini permasalahan yang dibatasi sebagai berikut, melakukan penelitian
dan menganalisis resiko bahaya pada area penggalian batubara dan penimbunan
overburden di PT Tambang Bukit Tambi. Sasaran dari penelitian ini adalah proses kegiatan
penambangan batubara di bagian Mining Operation, mulai dari kegiatan, Loading, Hauling
dan Dumping batubara. Dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah proses apa yang memiliki potensi bahaya tertinggi di Pertambangan
Batubara PT Tambang Bukit Tambi.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini yaitu, manfaat praktis dan manfaat
akademis yang terdiri dari:

Universitas Sriwijaya
4

1. Penelitian ini memberikan pengalaman berharga menambah wawasan serta dapat


mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja. Terutama analisis tingkat resiko
keselamatan pada tahapan kegiatan penambangan.
2. Hasil ini dapat di jadikan bahan masukan mengenai analisis resiko pada keselamatan
kerja pada area penggalian batubara dan penimbunan overburden. Sehingga dapat
dijadikan bahan dalam proses penetapan kebijakan keselamatan kerja di perusahaan
tersebut.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Bahaya Pada Proses Penambangan


Pengertian Bahaya dan Risiko Bahaya adalah keadaan/sifat dari suatu bahan,
cara kerja suatu alat, cara berkerja, dan atau lingkungan kerja yang dapat
menimbulkan potensi kecelakaan, kerusakan asset/harta benda. Penyakit Akibat
Kerja (PAK) atau bahkan hilangnya suatu nyawa manusia (Santoso Gempur, 2004).
Dasar bahaya di bagi menjadi tiga (3) kelompok utama yaitu, bahaya lingkungan,
bahaya kesehatan, dan bahaya kemanan.
Risiko adalah kombinasi atau akumulasi dari potensi
berbahaya/kemungkinan kejadian berpotensi bahaya serta paparan dengan
keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau
paparan tersebut (OHSAS 18001, 2019). Risiko juga merupakan kemungkinan
kecelakaan (kerusakan pada alat atau proses, cedera pada manusia, dan lingkungan
sekitar) dan dapat dikatakan juga bahwa risiko adalah penyebab terhadap bahaya.
Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) Metode
yang secara umum dan biasa digunakan untuk mencegah dan meminimalisir
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi. Metode HIRARC memiliki beberapa
tahapan seperti mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin terjadi, penilaian
risiko , dan yang kemudian akan di lakukan pengendalian risiko.
Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupkan tahap awal dalam
mengembangkan manajemen risiko K3. Dengan melakukan identifikasi bahaya kita
dapat melakukan pengelolaan risiko. Pengamatan merupakan cara sederhana dalam
melakukan identifikasi bahaya. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat
ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat
dijalankan (ramli, 2010).
Penilaian Risiko Potensi bahaya yang sudah teridentifikasi, dilakukan
penilaian risiko guna melakukan pembobotan risiko yang teridentifikasi. Analisa
risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat suatu risiko dengan mengacu pada
kemungkinan terjadinya, besar akibat ditimbulkan, dan paparan bahaya yang
diterima oleh pekerja. Jika risiko tidak dapat diterima maka perlu dilakukan
pengendalian yang tepat. Berikut parameter yang digunakan dalam penilaian dan
evaluasi risiko :
2.1.1. Kemungkinan (Likelihood) atau kemungkinan, untuk menghitung
kemungkinan tersebut dilakukan dengan mengetahui atau menyoroti jenis kegiatan
yang dilakukan saat kerja serta menentukan atau memprediksi risiko yang dapat
terjadi pada pekerja maupun alat yang di gunakan saat berkerja. Likelihood
memiliki tingkatan/nilai rating yang mewakili setiap kemungkinan bahaya dan
risiko yang di terima.

Tabel 2.1. Kemungkinan (AS/NZS 4360, 1999)

2.1.2. Konsekuensi (Severity)


Severity atau tingkat keparahan merupakan ukuran keparahan kecelakaan
yang mungkin terjadi dan merupakan efek dari timbulnya risiko pada setiap tahapan
pekerjaan.
2.1.3. Paparan (Exporsure)
Paparan adalah tingkat keseringan (frekuensi) interaksi antara sumber risiko
yang ada pada wilayah kerja dengan pekerja dan menggambarkan kemungkinan
terjadinya dan kesempatan sumber risiko menjadi kecelakaan bila di ikuti dengan
kemungkinan dan kosekuensi yang akan timbul. Berikut adalah tingkat frekuensi
yang di bagi dalam beberapa kategori.
Tabel 2.2. Kosekuensi (AS/NZS 4360, 1999)

Kriteria Penjelasan Rating


Kerusakan fatal,
terhentinya aktifitas, dan
Catastrophic kerusakan 100
lingkungan yang
sangat parah
Kehilangan
nyawa/kematian,
Disaster kerusakan kecil 50
namun permanen
terhadap lingkungan
Penyakit yang permanen
Very Serious dan kerusakan sementara 25
pada lingkungan
Cidera yang serius
Serious tapi bukan penyakit parah 15
yang permanen
Cidera yang
membutuhkan
Important penanganan medis, 5
tidak menimbulkan
kerusakan
Cidera ringan, memar
Noticeable 1
bagian tubuh

Tabel 2.3. Paparan (AS/NZS 4360, 1999)

Kategori Deskripsi Rating


Terjadi menerus setiap hari
Continously 10
Terjadi 1 kali disetiap hari
Frequently 6
Terjadi 1 kali seminggu sampai
Occasionally dengan 1 kali 3
sebulan
Terjadi 1 kali sebulan sampai
Infrequent dengan 1 kali 2
setahun
Jarang terjadi, diketahui kapan
Rare terjadinya 1
Sangat jarang, tidak diketahui
Very Rare kapan 0,5
terjadinya
Kemudian dari semua nilai yang sudah di bobot, dilakukan pembobotan total
dengan cara sesuai dengan persamaan berikut :

Nilai Risiko = Likelihood X Exposure X Severity/Consequences

Total dari nilai akan menetukan pengklasifikasian bahaya dan risiko kedalam
tingkatan pengendalian. Dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.4. Tingkat Risiko (AS/NZS 4360, 1999)

2.1.4. Pemuatan (Loading)


Pemuatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memasukan material
bahan galian dari hasil kegiatan pembongkaran kedalam alat angkut. Pemuatan
dikerjakan dengan menggunakan alat muat yang kemudian akan mengisi material
hasil pembongkaran kedalam alat angkut, dan dilakukan setelah kegiatan
penggusuran. Pengangkutan dilakukan dengan cara atau sistem siklus/ritase, yang
artinya alat angkut telah termuati langsung berangkat tanpa harus menunggu alat
angkut yang lain dan setelah dumping muatan langsung kembali ke lokasi pemuatan
untuk di muatu kembali.
2.1.5. Pengangkutan (Hauling)
Pengangkutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan
atau membawa bahan atau endapan bijih dari satu tempat (tambang) ke stock pile
(tempat penimbunan /pengolahan). Pengangkutan terdapat beberapa tahapan
seperti, menunggu (queue) keadaan dimana truk menunggu untuk manuver sebelum
pemposisian untuk proses pemuatan, pemposisian (spot) keadaan dimana alat
angkut mengambil posisi, pengisian (load) tahap dimana alat angkut diberi muatan
pengangkutan, haul tahap dimana alat angkut membawa muatan, dan pembuangan
(dump) keadaan dimana material yang diangkut tempatkan stockpile.

2.2. Metode HIRARC


Metode HIRARC yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
melakukan observasi langsung di lapangan. Penelitian ini diawali dengan tahapan
teratur yang dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Persiapan yang dilakukan
berupa studi pustaka. Setelah kondisi lapangan dipastikan dapat dilakukan
pemetaan, selanjutnya dilakukanlah pengambilan data primer di daerah penelitian
yang berupa pengidentifikasian potensi bahaya.
Setelah data primer lengkap, maka selanjutnya dapat dilanjutkan dengan
pengolahan data dengan penilaian risiko yang terdiri dari analisa risiko dan evaluasi
risiko. Terakhir dilanjutkan dengan pengendalian risiko yang mungkin terjadi
dengan memberikan saran rekomendasi atau sistem operasional prosedur (SOP)
yang di hasilkan dari penelitian.Metode HIRARC merupakan metode yang secara
umum digunakan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Metode ini terdiri atas dua tahapan sebagai berikut:
a. Identifikasi Bahaya Tahap awal dari metode HIRARC adalah melakukan
identifikasi bahaya dengan tujuan untuk mengenali potensi bahaya pada setiap
langkah kegiatan. Identifikasi bahaya dilakukan dengan mengamati proses atau
kegiatan dalam setiap langkah kerja. Hasil dari identifikasi bahaya ini
selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk upaya pengendalian risiko.
b. Penilaian Risiko Penilaian risiko dilakukan setelah potensi bahaya sudah
teridentifikasi. Tahap ini memiliki fungsi untuk menentukan tingkat suatu
risiko dengan mengacu pada skala kemungkinan (probability), skala akibat
yang ditimbulkan (consequency), dan matriks penilaian risiko. Parameter yang
digunakan untuk penilaian risiko adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5. Skala Probability (AS/NZS 4360, 2004)

Tingkat Kriteria Penjelasan


1 Rare Mungkin terjadi hanya pada kondisi
khusus/setelah setahun sekali.
2 Unlikely Mungkin terjadi pada beberapa kondisi
tertentu, namun kecil kemungkinan.
3 Posibble Mungkin terjadi pada beberapa kondisi
tertentu.
4 Likely Mungkin terjadi pada hampir semua
kondisi.
5 Almost Certainly Dapat terjadipada semua kondisi.

Tabel 2.6. Skala Consequency (AS/NZS 4360, 2004)

Tingkat Kriteria Penjelasan

1 Insignifican Tidak ada kerugian, material


sangatkecil
2 Minor Cidera ringan memerlukan
perawatan P2K3 langsung
dapat ditangani di lokasi
kejadian, kerugian material
sedang.
3 Moderate Hilang hari kerja, memerlukan
perawatan medis, kerugian
material cukup besar.
4 Major Cidera mengakibatkan cacat
atau hilang fungsi tubuh secara
total kerugian material besar
5 Extreme Menyebabkan bencanamaterial
sangat besar
2.3. Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kegiatan Pertambangan
dalam pertambangan banyak hukum yang berlaku, baik UU, Kepmen maupun
Ketetapan Menteri. Demikian juga dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
berikut dasar hukum yang berlaku dalam K3:
1. PERATURAN-MENTERI-NOMOR-43 TAHUN- 2016 Penetapan dan
Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Khusus Pengawas Operasional di
Bidang Mineral dan Batubara.
2. Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 Penerapan Sistem Manajemen Keselamtan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
3. UU No. 3 Tahun 2020 mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara
4. Kepmen ESDM Republik Indonesia No. 1827 K/30/MEM/2018.
5. PERMEN ESDM No. 24 Tahun 2012 Penyelenggaraan Usaha Jasa
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja KegiatanPertambangan
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja atau disingkat SMK3 tertera
dalam Kepmen Republik Indonesia No. 1827 K/30/MEM/2018 pada lembar IV
tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral Dan Batubara yang menyatakan bahwa “Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara (SMKP Minerba) yang terdiri atas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pertambangan dan Keselamatan Operasi
(KO) Pertambangan, diterapkan oleh Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi,
IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian, dan perusahaan jasa pertambangan”.Penerapan
SMKPMinerba tersebut terdiri atas:
a. Kebijakan
b. Perencanaan
c. Organisasi dan personel
d. Implementasi
e. Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut
f. Dokumentasi
g. tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja
Dari Kepmen 1827, dapat diketahui bahwa setiap pengusaha wajib
melakukan upaya K3. Potensi bahaya selalu muncul di setiap kegiatan yang
memiliki aspek K3.
Potensi bahaya dapat bersumber dari kegiatan yang dilakukan, alat yang
digunakan, material yang dihasilkan, proses yangdijalankandanaktivitasmanusia
yang berlangsung sepanjang waktu di lingkungan perusahaan. Manajemen K3
sangat erat hubungannya dengan keberhasilan suatu perusahaan pertambangan
dalam melakukan proses operasi produksi. Apabila perusahaan menerapkan K3
dengan baik, maka produktivitas akan meningkat dan kerugian akibat kecelakaan
kerja pun dapat dicegah.
2.3.1. Pengendalian mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pengelolaan K3
Pengendalian Bahaya dan Risiko Pengendalian bahaya merupakan
identifikasi mengenai bahaya serta resiko yang sudah terjadi di tempat bekerja,
kegiatan identifikasi ini dilakukan apabila sudah melakukan analisis mengenai
bahaya dan resiko yang sudah terjadi di tempat bekerja. Apabila resiko dari kondisi
berbahaya berada di tempat yang paling tinggi maka akan dilakukan tujuan guna
menurunkan tingkat resiko terjadinya bahaya. Kegiatan guna menurunkan resiko
terjadinya bahaya dilakukan dengan menggunakan pengendalian hierarki.
Job Safety Analysis atau JSA merupakan salah satu metode manajemen
keselamatan kerja yang berisi analisis mengenai identifikasi bahaya dan
pengendalian bahaya berdasarkan tahapan proses atau kegiatan yang akan
dilakukan. JSA berhubungan erat dengan pekerja, peralatan, proses pekerjaan, dan
lingkungan kerja. Metode ini digunakan untuk menentukan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi pada kegiatan operasional dengan upaya pengendalian
risiko yang tentunya akan berpengaruh terhadap efektivitas pekerja dalam
melakukan pekerjaan.
JSA harus dilaksanakan secara proaktif dan mengacu pada pemeriksaan
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja sehingga proses identifikasi dan
pengendalian risiko dapat diproses secara matang. Pekerja yangdapatmembuat JSA
adalah supervisor dan atau seseorang yang memiliki pengalaman dalam suatu
pekerjaan besar. Tahap pembuatan JSA menurut Wahyudi (2018) sebagai berikut:
1. Menguraikan secara rincitahap-tahap pekerjaan
2. Melakukan identifikasi bahaya dan potensi kecelakaankerja
3. Melakukan upaya pencegahan atau pengendalian bahaya

2.3.2. Syarat-syarat Keselamatan Kerja


Sebagaimana yang telah tertulis di dalam Undang- Undang No. 1 Tahun
1970 Pasal 3 ayat 1 tentang syarat-syarat keselamatan kerja, maka adapun
syarat- syarat keselamatan kerja tersebut adalah sebagai berikut:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
a. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

b. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.


c. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
e. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
f. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, keracunan, infeksi dan penularan.
h. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
i. Menyelenggarakan suhu dan kelembapan yang baik.
j. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
k. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
l. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.3.3. Indikator Keselamatan Kerja


Indikator keselamatan kerja adalah:
a. Lingkungan Kerja Secara Fisik
Secara fisik, upaya-upaya yang perlu dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan keselamatan kerja adalah:
1) Penempatan benda atau barang dilakukan dengan diberi tanda-tanda, batas-
batas, dan peringatan yang cukup.
2) Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat
pencegahan, pertolongan dan perlindungan.
b. Lingkungan Sosial Psikologis
Sedangkan jaminan kecelakaan kerja secara psikologis dapat dilihat pada
aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi atas
pegawai atau pekerja yang meliputi:
1) Aturan mengenai ketertiban organisasi dan atau pekerjaan hendaknya
diperlakukan secara merata kepada semua pegawai tanpa kecuali. Masalah-
masalah seperti itulah yang sering menjadi sebab utama kegagalan pegawai
termasuk para eksekutif dalam pekerjaan.

2) Perawatan dan pemeliharaan asuransi terhadap para pegawai yang


melakukan pekerjaan berbahaya dan resiko, yang kemungkinan terjadi
kecelakaan kerja yang sangat besar. Asuransi meliputi jenis dan tingkat
penderitaan yang dialami pada kecelakaan. Adanya asuransi jelas
menimbulkan ketenangan pegawai dalam bekerja dan menimbulkan
ketenangan akan dapat ditingkatkan karenanya.

2.4. Penelitian Terdahulu


Pada penelitian ini penulis memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan di teliti yaitu delay shiftchange
and meal break untuk meningkatkan nilai usage dumptruck.
1. Henry Maradona (2013) yang berjudul “ Tinjauan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pada Area Penambangan Dan Pengolahan Tambang
Terbuka Pt. Atoz Nusantara Mining Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat”
2. Nushrati (2020) yang berjudul “Evaluasi Potensi Bahaya Menggunakan
Metode Job Safety Analysis (Jsa) Di Pt Eka Praya Jaya Kecamatan
Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat”
3. Adela Rolita (2019) yang berjudul “Analisis Implementasi Pengendalian
Bahaya Di PT. Bukit Asam, Tbk Unit Pertambanagan Tanjung Enim”
4. Fitri Indania Sari (2019) yang berjudul “kajian penerapan elemen
perencanaan pada sistem manajemen keselamatan pertambangan
(SMKP) di PT Banyan Koalindo Lestari, Musi Rawas Utara,
Sumatera Selatan.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Penelitian dilakukan di PT. Tambang Bukit Tambi dengan jarak ± 329 Km
dari pusat Kota Palembang. Dengan surat izin KP IUPOP
No.503/17/IUPOP/BPMPPT/2013 pada tanggal 25 Oktober 2013. Kesampaian
Daerah lokasi PT. Tambang Bukit Tambi dapat ditempuh menggunakan jalur
darat dari Kota Palembang ditempuh dengan waktu ± 8 - 9 jam dengan jarak ±
329 km dengan kondisi jalan lancar dan beraspal (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Peta kesampaian daerah PT Tambang Bukit Tambi (Satuan kerja
Rencana Operasi Penambangan PT Tambang Bukit Tambi, 2020)

3.2. Waktu Penelitian


Penelitian pada lokasi site Padang Kelapo PT. Tambang Bukit Tambi
dilaksanakan mulai tanggal 3 Agustus 2020 sampai 23 Oktober 2020. Tahapan

22 Universitas Sriwijaya
23

kegiatan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian mulai dari administrasi dan
orientasi lapangan, pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan draft laporan
dan konsultasi dengan pembimbing. Rincian dari kegiatan penelitian ini berada di
lokasi lokasi site Padang Kelapo PT. Tambang Bukit Tambi kec. Maro Sebo Ulu
Kab. Batanghari Provinsi Jambi pada (Tabel 3.2).

Tabel 3.1. Rincian kegiatan penelitian di PT. Tambang Bukit Tambi.

No. Kegiatan Jadwal Pelaksanaan


Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Administrasi, Induksi K3, dan
Orientasi
2. Pengumpulan Data

3. Pengolahan Data

4. Penyusunan Laporan

5. Konsultasi dan Bimbingan

3.3. Tahapan Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, metodologi penelitian merupakan
metode atau cara yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam suatu
penelitian. Penyelesaian masalah yang sedang dihadapi di lapangan dapat
dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan, menggabungkan antara teori
dengan data primer dan data sekunder serta hasil wawancara sehingga nantinya
akan diperoleh hasil yang berupa tujuan dari penelitian itu sendiri.
3.3.1. Studi Literatur
Studi literatur merupakan pencarian bahan pustaka terhadap perumusan
masalah. Studi literatur terdiri dari:
1. Buku dan jurnal yang membahas dasar teori dan persamaan-persamaan yang
akan digunakan. Buku dan jurnal yang dijadikan referensi dalam penelitian
ini seperti yang tertera dalam daftar pustaka.

Universitas Sriwijaya
24

2. Data-data yang ada di perusahaan PT. Tambang Bukit Tambi.


3. Hasil wawancara dari pembimbing laporan, pengawas lapangan dan juga
operator alat berat PT. Tambang Bukit Tambi.
3.3.2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap aktivitas penggalian batubara dan penimbunan overburden. Pengamatan
dilakukan untuk mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas serta sebagai gambaran apa saja yang diperlukan dan
dikerjakann pada proses pengambilan data pada lokasi penelitian di site Padang
Kelapo PT. Tambang Bukit Tambi.
3.3.3. Pengambilan Data
Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap kondisi lapangan
diperlukan sebagai informasi untuk pengambilan data yang diperlukan untuk
penelitian. Data penelitian perhitungan volume overburden menggunakan drone
dilakukan site Padang Kelapo PT Tambang Bukit Tambi Data-data tersebut
diantaranya:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari data pengamatan secara
langsung di lapangan. Data hasil pengamatan langsung di lapangan dan
observasi pada area penggalian dan pemuatan.
2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan referensi dari
perusahaan dan laporan perusahaan. Data tersebut ialah peta kesampaian
lokasi penelitian dan peta wilayah usaha izin KP IUPOP PT Tambang Bukit
Tambi.
3.3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data primer maupun data sekunder.
Pengolahan data yang dilakukan diantaranya adalah:
1. Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai dengan
hasil observasi langsung kelapangan dan diskusi mendalam kepada
informan.
2. Setelah mencatat semua data, peneliti melakukan reduksi data yaitu,
memilih data-data yang sesuai dengan fokus penelitian dan membuang data-
data yang tidak diperlukan serta mengorganisasikan data-data yang telah

Universitas Sriwijaya
25

direduksi agar mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu- waktu


diperlukan.
3. Setelah didapatkan kesimpulan dari masing-masing variabel penelitian,
langkah selanjutnya yaitu, peneliti melakukan analisis data dan interpretasi
data.

Kerangka penelitian untuk mempermudah pengambilan data yang


dibutuhkan dan juga mudah dalam mengembangkan ide pada penelitian, maka
dibuat kerangka penelitian (Gambar 3.1).

Analisis resiko pada area penggalian batubara dan penimbunan overburden di site
Padang Kelapo PT Tambang Bukit Tambi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

Permalasahan yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
Bagaimana resiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di PT
Tambang Bukit Tambi ?
1.Bagaimana tingkat resiko keselamatan kerja setiap tahapan kegiatan penambangan
batubara di PT Tambang Bukit Tambi ?
3.Bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan setiap tahapan kegiatan
penambangan batubara di PT Tambang Bukit Tambi
Pengumpulan Data ?

Data Primer : Data Sekunder :


1. Observasi pada area penggalian 1. Peta kesampaian daerah
2. Observasi pada area pemuatan 2. Peraturan perundang – undangan
3. Foto kegiatan di lokasi 3. Spesifikasi peralatan

Pengolahan dan Analisis


Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1. Bagan alir penelitian

Universitas Sriwijaya
26

3.3.5. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan berisi tentang poin-poin yang didapat dari hasil penelitian dan
pembahasan yang dihubungkan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Saran
berisi tentang masukan untuk penelitian selanjutnya dan memberikan solusi untuk
perusahaan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Potensi Bahaya Pada Proses Penambangan


Manajemen resiko PT Tambang Bukit Tambi dimulai dengan melaksanakan
identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang
hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa,pelaksanaan identifikasi bahaya
dimulai dengan membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian
sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah
dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk
menilai seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol
atau pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan
menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan
penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan
pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan melakukan
monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

4.1.1. Potensi Bahaya


Kegiatan penambangan batubara perlu melakukan pengendalian,
pengawasan, pengalaman kerja serta tingkat pendidikan yang baik untuk mencegah
bahaya yang diakibatkan dari proses penambangan tersebut. Pencegahan
kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah keselamatan dan kesehatan kerja
harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep sebab dan akibat kecelakaan, yaitu
dengan mengendalikan sebab dan mengurangi akibat kecelakaan. Penyebab
kecelakaan kerja disebabkan langsung oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan
kondisi tidak aman (unsafe condition) sehingga menyebabkan terhentinya suatu
kegiatan baik terhadap manusia maupun terhadap alat.

4.1.2 Potensi bahaya dan resiko


Berikut sumber potensi bahaya pada kegiatan penambangan di bagian Mining
Operation, mulai dari kegiatan, Loading, Hauling dan Dumping batubara, dan

27 Universitas Sriwijaya
28

resiko atau kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.

Tabel 4.1 Potensi Bahaya

No. Potensi Bahaya Resiko


1. Bottom Loading Bersinggungan bucket dengan
vessel dump truck
2. Top loading Amblas Excavator
3. Jarak antara dump truck dan Bersenggolan
excavator

4. Banyaknya debu Membatasi jarak pandang


5. Hauling batubara Kemiringan jalan teerlalu
tinggi
6. Jalan yang licin Tergelincir

7. Lebar jalan Bersenggolan


8. Rambu – rambu jalan Kecelakaan

Dengan demikian dalam kegiatannya, diperlukan suatu sistem keselamatan


kerja yang benar agar kondisi kecelakaan kerja dapat dikurangi atau diminimalkan.

Universitas Sriwijaya
4.2. Catatan (Record) K3 Perusahaan
4.2.1. Sebelum Pengendalian
Berikut analisa potensi bahaya dan resiko (Hazard Identification and Risk Assesment) yang dilakukan dengan metode analisis semi-
kuantitatif. Analisis semi-kuantitatif adalah analisis yang dilakukan menggunakan data numerik dengan nilai/skor tertentu yang telah
ditetapkan sesuai dengan tingkat risikonya sesuai dengan AS/NZS 4360:1999 Risk Management.

Tabel 4.2. Sumber Bahaya dan Penilaian Resiko pada Kegiatan Operasi Produksi

Aktivitas Dalam Sumber Bahaya Keparahan Penilaian Risiko


No Lokasi Risiko
Pekerjaan Jenis Bahaya Maksimum P F S R Kode Status

Loading Pekerja terkena swing lengan Meninggal


1 Front Loading Fisika Lengan excavator 0,3 2 10 6 B Moderate
Batubara excavatior Dunia
Tertimbun Longsoran Meninggal
Longsoran material 0,3 2 5 3 B Moderate
Material Dunia
Lengan excavator mengenai Meninggal
Lengan excavator 0,6 6 2 7,2 B Moderate
dump truck Dunia
Meninggal Very
2 Hauling batubara Jalan hauling Fisika Dump truck Menabrak Dump Truck Lain 0,6 6 10 36 AA
Dunia high
Lereng di pinggir jalan Meninggal
Jatuh ke lereng 0,3 3 10 9 B Moderate
hauling Dunia

27 Universitas Sriwijaya
28

Permukaan jalan haulig Meninggal Very


Tergelincir 0,6 6 10 36 AA
basah Dunia high
Alat berat terbakar karena
Alat Berat Cidera Berat 0,6 3 5 9 B Moderate
korsleting atau terlalu panas
Dumping
3 Area Disposal Fisika Material overburden Tertimbun Overburden Cedera Berat 0,3 2 5 3 B Moderate
Overburden
Meninggal
Fisika Lereng Disposal Jatuh dari lereng disposal 0,3 2 10 6 B Moderate
Dunia

4.2.2. Setelah Pengendalian


Sumber bahaya tersebut perlu dikurangi resikonya untuk menghindari terjadinya korban dan materil pada perusahaan. Berikut cara-
cara pengendalian resiko dan analisa resiko sisa atau risiko yang tertinggal atau masih ada walaupun telah diupayakan untuk
dihilangkan, direduksi atau dikendalikan.

Tabel 4.2. Pengendalian Resiko pada Kegiatan Operasi Produksi


Penilaian Risiko Penilaian Risiko Sisa Penurunan
Risiko Rekomendasi Pengendalian
R Kode Status P F S R Kode Status Risiko

Pekerja terkena swing lengan - Memberitahu operator excavator melalui HT jika


6 B Moderate 0,1 2 10 2 C Acceptable 4
excavatior mendekati excavator
- Menggunakan rompi safety

Universitas Sriwijaya
29

Tertimbun Longsoran Material 3 B Moderate - Melakukan analisis geoteknik 0,1 2 5 1 C Acceptable 1


- Rutin mengamati kondisi lereng
Lengan excavator mengenai dump
7,2 B Moderate - Menghindari kelelahan pada operator 0,3 3 2 1,8 C Acceptable 5,4
truck
- Menambah penerangan front loading di malam
hari

Very
Menabrak dump truck 36 AA - Menerapkan kecepatan maximum 0,3 3 10 9 B Moderate 27
high
- Memasang rambu jalan
Jatuh ke lereng 9 B Moderate - Membuat tanggul 0,1 3 10 3 B Moderate 6
- Menghindari kelelahan operator
Very - Membersihkan lumpur setelah hujan
Tergelincir 36 AA 0,3 3 10 9 AA Very high 27
high menggunakan grader
- Menghentikan operasi penambangan saat hujan
Alat berat terbakar karena korsleting
9 B Moderate - Melakukan Maintanance rutin pada alat berat 0,3 2 5 3 B Moderate 6
atau terlalu panas
-Melakukan pengecekan alat berat sebelum
dioperasikan
- Berkomuniksi dengan operator alat berat bila
Tertimbun Overburden 3 B Moderate 0,1 1 5 0,5 C Acceptable 2,5
mendekati area disposal
- menggunakan rompi Safety

Universitas Sriwijaya
30

- Pengawas memperingatkan operator bila terlalu


Jatuh dari lereng disposal 6 B Moderate 0,1 1 5 0,5 C Acceptable 5,5
dekat pada lereng
- Menghindari kelelahan pada operator

Universitas Sriwijaya
4.3. Analisis Tingkat Keberhasilan/Kegagalan K3 Perusahaan
Berdasarkan record perusahaan dan berdasarkan kumpulan berita acara
kecelakaan kerja sepanjang tahun 2021, Tidak terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan cidera berat ataupun fatality. Kecelakaan kerja yang terjadi pada PT
Tambang Bukit Tambi sepanjang tahun 2021 tergolong minor accident yang
mengakibatkan cidera ringan atau atau tidak cidera sama sekali. Contoh accident
yang terjadi pada pada PT Tambang Bukit Tambi sepanjang tahun 2021 yaitu,
Dump Truck menabrak Dump Truck lain di area parkir, kaca kabin yang pecah
diakibatkan batu berukuran sebesar buah apel yang jatuh dari lereng tambang, dan
kaca depan excavator yang pecah saat diperbaiki oleh mekanik. Kecelakaan-
kecelakaan tersebut menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan.

4.3.1. Keberhasilan
Dalam suatu kegiatan penambangan faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan suatu pelaksanaan program K3 adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi
• Ada kebijakan tertulis mengenai keselamatan kerja
• Ada daftar dari perusahaan mengenai ketentuan problem K3
• Seringkali diselenggarakan pertemuan mengenai K3

b. Mempraktekkan bekerja dengan aman


• Melatih tiap-tiap individu dalam melakukan pekerjaan/pekerjaan yang
penuh resiko
• Mesin dan daftar pemeliharaannya digunakan
• Memakai alat pelindung diri seperti jaket safety, helm safety dan sepatu
safety.

c. Pengawasan keselamatan kerja


• Pemeriksaan keselamatan dengan formal diadakan sedikitnya mingguan
• Dikerjakan kontrol keselamatan dengan visual keseharian
• Ikuti atas semuanya saran keselamatan kerja
• Penilaian pekerjaan diadakan oleh pengawas

27 Universitas Sriwijaya
28

• Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja mesti diperkuat

d. Latihan
• Memiliki satu gagasan kursus keselamatan kerja
• Memiliki garis-garis besar untuk session pelatihan
• Memiliki satu pendekatan systematis untuk pekerjaan pelatihan
• Memiliki analisis keselamatan kerja/pekerjaan atau prosedur operasional
keselamatan untuk tiap-tiap klasifikasi pekerjaan
• Penyelidikan Kecelakaan
• Semuanya kecelakaan mesti diselidiki
• Memakai format penyelidikan kecelakaan

4.3.2. Kegagalan
Kecelakaan Kerja adalah “kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Seringkali,
kecelakaan kerja dipahami sebagai kejadian yang mendadak, terjadi diluar kendali
seseorang dan tidak diharapkan/tidak disengaja. Berikut faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan pelaksanaan K3 pada PT Tambang Bukit Tambi.

a. Faktor Teknis
• Tempat Kerja
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti
ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat
kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang
dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
• Kondisi Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan
menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau
peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt

Universitas Sriwijaya
29

atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan
lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan
kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator
atau manusia.
• Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah
meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat
memungkinkan terjadi kecelakaan kerja.
• Transportasi
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga
cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban
yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang,
licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban
yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan
kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah
memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman, melaksanakan operasi
sesuai dengan standart operational procedure (SOP), jalan yang cukup,
penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus
untuk transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.
• Tools (Alat)
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua
kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat
mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang
sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat
kerja

b. Faktor Non-Teknis
• Ketidaktahuan
Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan
pengetahuan yang cukup oleh teknisi.Apabila tidak maka dapat menjadi
penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan

Universitas Sriwijaya
30

peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan


sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut
asal-asalan, maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.
• Kemampuan yang kurang
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses
produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang yang memiliki
kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta
memperhatikan faktor keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu,
untuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik.
• Ketrampilan yang kurang
Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan
secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan
ketrampilan gunasemakin meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan
mengurangi angka kecelakaan kerja.Di dunia keteknikan, kegiatan latihan
ini sering disebut dengan training.
• Bermain-main
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi
salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga
dalam bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan
kecelakaan kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan
sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar
keselamatan kerja selalu bisa terwujud. Terlebih lagi untuk pekerjaan yang
menuntut adanya ketelitian, kesabaran dan kecermatan, tidak bisa
dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.
• Bekerja tanpa peralatan keselamatan
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan
keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi
pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru
dilaksanakan. Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat
peralatan keselamatan yang nyaman dan aman ketika digunakan.Perlatan
keselamatan tersebut diantaranya pakaian kerja (wearpack), helm
pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan, sepatu kerja, masker

Universitas Sriwijaya
31

penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja
di ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa mahir
justru tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam mengelas
tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah salah, pekerja yang mahir
dan profesional justru selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja
untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan
kesehatan dirinya selama bekerja.

c. Faktor Alam
• Gempa bumi
Meskipun setiap perusahaan/industri telah menerapakan keselamatankerja
sesuai standar untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja, namun faktor
alam sangat sulit diprediksi. Gempa bumi dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja dengan menghancurkan tempat perusahaan /industri berada akibat
pergerakan tanah atau patahan lempeng bumi secara tektonik maupun
vulkanik dan dapat menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa yang
besar dan akan bertambah jika gempa bumi tersebut juga disusul dengan
tsunami.
• Banjir
Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, terlebih
perusahaan berada dekat dengan aliran air. Air banjir selain dapat merendam
peralatan dan mesin produksi serta dapat menimbulkan kerusakan dan
konsleting listrik juga dapat menghanyutkan para pekerja/operator.
• Tornado/Puting Beliung
Tornado/puting beliung merupakan kolom udara yang berputar kencang
yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam
kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah dan rata-
rata memiliki kecepatan 117km/jam dengan jangkauan 75 m sampai
beberapa kilometer sebelum menghilang.

4.3.3. Reward dan Sangsi


Pada Tahun 2019, PT Tambang Bukit Tambi mendapatkan penghargaan
zero accident (kecelakaan nihil) ialah tanda penghargaan Keselamatan dan

Universitas Sriwijaya
32

Kesehatan Kerja yang diberikan pemerintah kepada manajemen perusahaan yang


telah berhasil dalam melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sehingga mencapai nihil kecelakaan (zero accident). Penghargaan zero accident
(kecelakaan nihil) diberikan kepada perusahaan yang telah berhasil mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja.
Sementara untuk sangsi terhadap PT Tambang Bukit Tambi yang dikarenakan oleh
pelanggaran dari pelaksanaan K3 terhadap belum pernah diberikan oleh pemerintah
daerah maupun Kementrian ESDM.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Potensi Bahaya dan Resiko kecelakaan Kerja Dalam Kegiatan Pertamabangan


a. Resiko keselamatan kerja pada tahap loadingyaitu, operator terbentur body
unit, terkilir, tergelincir, terjepit pintu kabin, unit amblas, unit Excavator
terbalik, tabrakan dengan unit Dozer, unit DumpTruck menabrak unit
Excavator, unit DumpTruck menabrak unit kendaraan kecil, tertimpa
material muatan dan resiko benturan antara bucket Excavator dengan body
DumpTruck.
b. Resiko keselamatan kerja pada tahap hauling yaitu, unit DumpTruck
menabrak unit lain, tabrakan antar unit, unit DumpTruck menabrak tanggul,
unit DumpTruck terbalik, dan resiko unit DumpTruck terbakar.
c. Resiko keselamatan kerja pada tahapdumping yaitu, tabrakan antar unit, unit
DumpTruck tergelincir, unit DumpTruck menabrak tanggul, unit DumpTruck
menabrak unit lain, unit DumpTruck terbalik ketika manuver,serta resiko unit
Truck terperosok dan terbalik ketika melakukan dumping.

2. Dalam kegiatan pertambangan perusahaan tercatat mengalami 3 minor accident.


Perusahan pernah dapat penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) pada
tahun 2019. Belum pernah diberikan sangsi terhadap PT Tambang Bukit Tambi
yang dikarenakan oleh pelanggaran dari pelaksanaan K3 oleh pemerintah daerah
maupun Kementrian ESDM.

3. Dalam pengelolaan K3 perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam hal


pengendalian kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan fatality dan gagal
dalam hal pengendalian debu dan kualitas permukaan jalan. Hal-hal yang
mendukung keberhasilan pengelolaan K3 adalah aktifnya departemen Health
and Safety dalam pengawasan K#, sebaliknya penyebab kegagalan adalah faktor
kelelahan manusia pada operator operasi produksi.

29 Universitas Sriwijaya
30

5.2. Saran
1. Perusahaan sebaiknya perlu melakukan identifikasi resiko dan penilaian
resiko secara menyeluruh pada masing-masing tahapan pekerjaan
penambangan batubara di bagian Mining Operation yang lebih terperinci.
2. Pengawasan pada setiap lokasi kerjasangat diperlukan terhadap faktor
pekerja,unit kerja serta lingkungan kerja agar terhindar dari kecelakaan
kerja.
3. Perlu dilakukan upaya pengendalian tambahan seperti:
a. Memasang lapisan strep anti slip pada setiap tangga unit
kendaraan besarseperti unit DumpTruck, unit Excavator, dan unit
Dozer
b. Membuat tangga unit dengan pijakan kaki yang lebih lebar.
c. Memasang rambu-rambu lalu lintas dan rambu-rambu tanda bahaya
ditempat yang mudah terlihat dan jangan terhalang oleh benda lain.
d. Melakukan pemeriksaan dan perbaikan pada rambu-rambu yang
sudah rusak.
e. Melakukan pengawasan dan inspeksi secara rutin mengenai kondisi
jalan di area loading, hauling dan dumping. Terutama area laoding
dan dumping yang retak maupun berpotensi terjadi longsor.
f. Melakukan pengawasan yang ketat dan inspeksi secara rutin
mengenai pembuatan tanggul pengaman (Safety Berm) untuk proses
dumpingagar sesuai standar yang telah ditetapkan.
g. Membuat Warning Sign/Safety Sign pada beberapa tempat atau
kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya dan belum terdapat
Warning Sign/Safety Sign.
h. Pengawasan supervisor pada masing-masing kegiatan perlu
ditingkatkan terkait bahaya dan resiko yang ada di area proses
kegiatan tersebut serta pengawasan mengenai penggunaan APD bagi
para operator maupun pekerja di area tersebut, karena masih
ditemukan berbagai pekerja yang tidak memakai APD dengan baik
terutama ketika berada di dalam kabin.
i. Pengawasan supervisor pada masing-masing kegiatan perlu

Universitas Sriwijaya
31

ditingkatkan terkait kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja aman


yang berlaku.
j. Pemberian reward dan punishment pada pekerja.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai