Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA


PERTAMBANGAN BATUBARA DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL, JOB SITE
LAUNG TUHUP KALIMANTAN TENGAH

DOSEN :
EDI SOERJANTO, IR. MSI

Disusun Oleh :

NAMA : ARIF RIDHO HIDAYAT


NIM : 1731130084
KELAS : TT 3C

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Definisi
Menurut International Labour Organization (ILO), Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) didefinisikan sebagai sebuah ilmu untuk mengantisipasi, merekognisi,
mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang muncul dari tempat kerja yang dapat
merusak kesehatan serta kesejahteraan para pekerja, masyarakat sekitar dan
lingkungan secara umum.
Berita-berita Kecelakaan Kerja
Kebakaran Kapal Penumpang
• Tahun 2014 terjadi kebakaran di sebuah kapal penumpang beberapa mil laut dari US di
Samudra Atlantik.
• Seorang anggota kru yang sedang berkeliling memerhatikan ada api kecil pada fuel
spray di atas satu dari empat mesin pendorong. Dia meninggalkan area tersebut dan
menginformasikannya.
• Prosedur gawat darurat kemudian dilakukan, dan api dengan cepat dipadamkan dengan
menggunakan pemadam kebakaran berbasis CO2.
• Tidak ada seorang pun dari 174 penumpang yang terluka.
• Kapal dilengkapi empat mesin pendorong
(1). Bahan bakar dikirimkan ke silinder melalui sambungan threaded dengan panjang yang
berbeda
(2). Ada empat sambungan untuk setiap mesin. Sambungan ini didesain untuk memudahkan
instalasi karena bisa memanjang ketika ujung threadnya disambungkan kesambungan silinder.
Pada kapal penumpang yang terdapat api tersebut, tiga sambungan dari empat mesin telah
diganti dengan fitting selang dengan thread dan selang karet
(3). Satu dari selang tersebut rusak dan memancarkan bahan bakar ke atas aliran keluar mesin
yang panas, yang kemungkinan besar berperan sebagai sumber pemantik.
• Meskipun insiden terjadi pada kapal penumpang, insiden yang sama dapat juga terjadi
di pabrik proses, jika prosedur manajemen perubahan tidak diikuti dengan baik
(management of change/MOC/ Manajemen Perubahan).
• Langkah terpenting dari MOC adalah mengenali perubahan tersebut. Jika perubahan
tidak diketahui, proses MOC tidak akan pernah dilakukan!

Management of Change
• Selalu gunakan suku cadang peralatan yang benar.
• Pahami prosedur MOC di pabrik Anda, dan peran Anda dalam mengimplementasikan
prosedur tersebut.
• Ketahui bagaimana mengenali perubahan pada prosedur, peralatan, instrumentasi,
sistem kontrol, software untuk kontrol proses, material, dan sistem keselamatan.
• Jika Anda terlibat dalam penyetujuan proposal perubahan sebagai bagian dari proses
MOC di pabrik Anda, pastikan bahwa Anda mengerti kenapa desain awalnya seperti
yang telah ada sebelum proposal tersebut diperiksa.
• Jika Anda tidak yakin ada perubahan, minta pertolongan atau supaya aman, lakukan
prosedur MOC.
• Jika Anda melihat sesuatu yang berbeda, tanyakan apakah prosedur MOC nya telah
dilakukan.
Salah satu contoh Kecelakaan Kerja Besar di Indonesia
• Kecelakaan adalah sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, tidak direncanakan dan
menimbulkan kerugian. Kecelakaan dapat berupa hal yang sepele seperti tertusuk
staples hingga kecelakaan besar yang menimbulkan banyak korban jiwa.
• Kecelakaan bisa terjadi di mana saja, salah satunya di tempat kerja. Kecelakaan kerja
yang terjadi dapat menimbulkan banyak kerugian bagi korban, keluarga korban, tempat
kerja bahkan hingga negara.
• Di Indonesia sendiri, banyak kecelakaan kerja yang telah terjadi.
Ledakan Tambang Sawalunto
• Pada hari Selasa, tanggal 16 Juni 2009, sekitar pukul 10.00 WIB telah terjadi kecelakaan
di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi batubara PT Dasrat Sarana Arang
Sejati di Bukit Bual/Ngalau Cigak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi
Sumatera Barat. KP Eksploitasi PT Dasrat Sarana Arang Sejati diterbitkan oleh
Walikota Sawahlunto berdasarkan SK No. 05.39/PERINDAKOP/2006 berlaku mulai 2
Juni 2006 s.d 2 Juni 2011.
• Pelaksana penambangan adalah kontraktor CV Cipta Perdana. Penambangan dilakukan
secara manual menggunakan alat gali belincong dengan membuat lubang-lubang masuk
di dalam lapisan batubara tanpa ada ventilasi memadai, hanya mengandalkan ventilasi
alami. Ketebalan lapisan batubara yang digali mencapai sekitar 2,5 meter.
• Kecelakaan yang terjadi diduga akibat ledakan gas metana (CH4), efek ledakan
mengakibatkan adanya lemparan material hingga sejauh 150 meter dari mulut
tambang, dan terlemparnya 14 orang yang berada pada jarak sekitar 50 meter dari
mulut tambang. Konsentrasi gas metana pada tambang batubara bawah tanah pada
kisaran 5 – 15% dapat menimbulkan ledakan (Handbook for Methane Control in
Mining, Dept of Health and Human Services, Pittsburgh – USA, 2006).
• Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerjunkan Tim
Penanggulangan yang berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Sawahlunto, Kepala
Teknik Tambang PT Bukit Asam, Unit Pertambangan (UP) Ombilin dan Kepala Teknik
Tambang PT Allied Indo Coal.
Sampai dengan Rabu, 17 Juni 2009 pukul 17.00 WIB, rekapitulasi dan jumlah korban
berdasarkan laporan Tim DESDM, adalah sebagai berikut:
• Korban meninggal 32 orang dan sudah dievakuasi (31 orang dievakuasi dari lubang
tambang dan 1 orang yang berada di luar tambang).Diperkirakan korban yang masih di
dalam lubang tambang dan belum diketahui kondisinya, 1 orang. Korban luka
parah/ringan dan dirawat 13 orang.
Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian
• Penilaian bahaya alam diperlukan untuk setepat mungkin. Pertimbangan dapat diperoleh
terutama dari data historis dalam pembuatan basis desain dari pembangkit energi nuklir,
namun itu tidak cukup untuk menentukan bahaya alam yang ekstrim. Bahkan ketika data
yang lebih komprehensif tersedia, ketidakpastian masih ada dalam memprediksi bahaya
alam.
• Keselamatan pembangkit energi nuklir butuh untuk direevaluasi secara periodic dengan
mempertimbangkan kemajuan dalam pengetahuan dan tindakan pengendalian yang
diperlukan harus diimplementasikan segera.
• Penilaian bahaya alam butuh untuk mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
bencana alam secara kombinasi baik simultan atau bersamaan dan efek kombinasinya
untuk pembangkit energi nuklir.
• Program operasi butuh untuk melibatkan pengalaman baik dari nasional ataupun sumber
internasional. Peningkatan keselamatan diidentifikasi melalui pengelaman program
operasi harus diimplementasikan segera.
• Konsep pertahanan keselamatan tetap valid, namun pelaksanaan konsep harus diperkuat
di semua level dengan tingkat independen, kekuatan, perbedaan dan proteksi yang
cukup untuk menghadapi bahaya internal dan eksternal. Pembangkit juga perlu untuk
tidak hanya fokus kepada pencegahan kecelakaan tetapi juga di peningkatan mitigasi.
Pengertian K3
Pengertian K3 Menurut Filosofi
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah Suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan Makmur.
Pengertian K3 Menurut Keilmuan
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
Pengertian K3 Menurut OSHA 18001:2007
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
Pengertian K3 Secara Praktis
• Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama
melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja
maupun sumber dan proses produksi secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
Konsep K3
• Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT pada tahun 2020 mendatang, K3
merupakan satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan
barang dan jasa antar negara dan harus dipenuhi seluruh negara anggota,
termasuk Indonesia.
• Untuk antisipasi tersebut serta mewujudkan perlindungan pekerja Indonesia, ditetapkan
Visi Indonesia Sehat 2020 yaitu masyarakat Indonesia di masa depan, yang hidup di
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
• Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
• Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.
Teori-teori Terjadinya Kecelakaan
• Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory) - Merupakan teori yang menyatakan
bahwa kecelakaan terjadi atas Kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang jelas
dalam rangkaian peristiwa. Karena itu kecelakaan dianggap terjadi secara kebetulan.
• Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident Prone Theory) - Pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang cenderung mengalami
kecelakaan.
• Teori Dua Faktor (Two Factor Theory) - Menyatakan kecelakaan disebabkan oleh
kondisi berbahaya (Unsafe Condition) dan tindakan atau perbuatan yang berbahaya
(Unsafe Act).
• Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) – Teori ini menyebutkan bahwa
suatu penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan, dan faktor manusia pekerja
itu sendiri.
• Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory). Menekankan bahwa semua kecelakaan
kerja langsung atau tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia. Dari teori
ini, oleh HW. Heinrich dikembangkan teori Domino kecelakaan kerja, yang sebenarnya
merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan lainnya.

Teori Domino Kecelakaan Kerja


• Teori Domino dicetuskan oleh H.W Heinrich dalam buku yang berjudul ‘Industrial
Accident Prevention’ dipublikasikan tahun 1931. Buku tersebut untuk pencegahan
kecelakaan kerja pada dunia Industri dan dijadikan text book standard untuk
keselamatan kerja selama bertahun-tahun.
• Text book secara umum menyampaikan teori urutan domino (domino sequence).
Domino digunakan untuk menggambarkan reaksi berantai dimana jika satu domino
jatuh maka akan mengakibatkan domino lainnya yang ada di sebelahnya ikut jatuh juga
dan begitu seterusnya seperti terlihat pada gambar berikut.
Domino Effect

Teori Heinrich atau Teori Efek Domino menyatakan beberapa hal penting mengenai
kecelakaan, yaitu:
• Kecelakaan terjadi hanya sebagai hasil dari suatu kecelakaan.
• Kecelakaan disebabkan oleh bermacam-macam tindakan yaitu manusia, kondisi
peralatan atau lingkungan yang tidak aman.
• Tindakan dan kondisi tidak aman disebabkan oleh manusia, tidak selalu orang atau
pekerja yang mendapat kecelakaan atau terluka, bisa juga kerusakan mesin atau
kerusakan alat.
• Kesalahan ataupun kecerobohan dari manusia merupakan pengaruh dari lingkungan.
Teori Domino
• Berdasarkan Teori Domino, suatu kecelakaan terjadi diakibatkan oleh lima faktor yang
berdampak secara berurutan seperti lima batu domino yang dideret berdiri sejajar,
yang bila batu yang di depan jatuh akan mengakibatkan jatuhnya batu-batu yang ada
dibelakangnya secara berantai.
• Jadi jika ada domino yang di letakkan berjejer, kemudian domino yang letaknya jauh
jatuh, maka akan mengakibatkan domino yang disebelah kanan atau domino di samping,
akan ikut jatuh. Reaksi inilah yang di sebut dengan reaksi berantai atau domino.
• Kelima faktor tersebut adalah Kebiasaan, Kesalahan Seseorang, Perbuatan, Kondisi
Tidak Aman dan Kecelakaan. Menurut teori ini bila rantai penyebab tersebut di putus
atau salah satu batu domino tersebut dihilangkan maka kecelakaan dapat dihindarkan.
Domino Sequence – Mekanisme Terjadinya Kecelakaan Kerja
• Ancestry and Social Environment - yakni orang yang keras kepala atau mempunyai sifat
tidak baik karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan,
mengakibatkan seseorang bekerja kurang hati-hati, dan banyak berbuat kesalahan.
• Fault of Person - rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut diatas, yang
menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.
• Unsafe Act and or Mechanical or Physical Hazards - yang menerangkan bahwa
tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya
rangkaian berikutnya,
• Accident - peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan disertai berbagai kerugian.
• Injury - kecelakaan mengakibatkan cedera atau luka ringan atau berat, kecacatan, dan
bahkan kematian.
Kasus KAK Bidang Pertambangan Batubara PT. Marunda Grahamineral, Job Site
Laung Tuhup Kalimantan Tengah
Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran tidak menjadi potensi kebakaran yang sering terjadi pada area pertambangan

tetapi bisa menjadi potensi bahaya yang sangat potensial pada tempat-tempat tertentu seperti di

area gudang handak dan tangki penyimpanan BBM. Oleh karena itu, upaya penanggulangan

kebakaran tetap menjadi materi yang harus dikuasai oleh karyawan. Untuk melaksanakan hal

ini, PT MGM tidak membentuk unit pemadam kebakaran namun dengan menyusun SOP untuk

penanggulangan keadaan berbahaya kebakaran yang diharapkan nantinya semua karyawan bisa

tanggap akan keadaan berbahaya dan bisa melakukan pengelolaan terhadap bahaya kebakaran.

Dalam pelaksanaannya, penanggulangan kebakaran ini memiliki dua macam program kegiatan

yaitu:

a. Program Preventif

Safety departement telah menempatkan fire protection di tiap–tiap unit kantor, kantin

dan camp serta unit-unit lainnya yang memiliki potensi bahaya kebakaran seperti gudang

handak, lokasi mixing bahan peledak dan area tangki penyimpanan BBM sebagai usaha

preventif terhadap bahaya kebakaran serta memberikan pembinaan terhadap karyawan tentang
tindakan pertama yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran.

1) Fire Protection
Pelaksanaan program preventif dalam menanggulangi kebakaran, pihak manajemen

berusaha untuk melibatkan semua karyawan. Kegiatan ini direalisasikan dengan mengadakan

pelatihan fire extinguished serta pembinaan pada karyawan mengenai pelaksanaan penanganan

keadaan darurat yang sesuai dengan SOP.

Penyediaan, pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam kebakaran juga menjadi

agenda program preventif yang bertujuan untuk mempersiapkan sarana pemadam siap untuk

dipergunakan jika dibutuhkan.

Adapun fire protection yang ada di PT. Marunda Grahamineral ini adalah:

a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada disetiap unit area bangunan dengan

jenis yang disesuaikan dengan klasifikasi api yang potensial menyebabkan

kebakaran.

b) Hidran pada beberapa area seperti di sekitar gudang handak dan sekitar tangki

penyimpanan BBM.

c) Perlengkapan evakuasi korban.

2) Pemeliharaan dan Pemeriksaan Sarana Pemadam Kebakaran

Pemeliharaan dan pemeriksaan sarana pemadam kebakaran bertujuan untuk

mempersiapkan alat pemadam agar setiap saat alat tersebut bisa digunakan jika dibutuhkan.

Pemeliharaan ini dilakukan staf dari safety department.

Sarana pemadam kebakaran yang dipasang di setiap unit bangunan antara lain:

a) Hidran hanya diletakkan pada area gudang handak yang dihubungkan dengan pipa

air bertekanan.

b) Alat pemadam api ringan (APAR) diletakkan pada camp, kantin, kantor, tangki

penyimpan BBM dan area mixing bahan peledak dengan jenis bahan pemadam

sesuai dengan karakteristik api.


b. Program Pengendalian Kebakaran

Pada program pengendalian kebakaran, pihak manajemen tidak menyediakan tim

khusus untuk memadamkan kebakaran. Namun, pihak manajemen menempuh jalan dengan

memberikan training kepada seluruh karyawan untuk tanggap terhadap keadaan darurat yang

salah satunya disebabkan oleh kebakaran.

1. Pengawasan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja meliputi beberapa kegiatan dengan safety

department sebagai koordinatornya. Kegiatan pengawasan tersebut antara lain:

a. SOP penanganan keadaan darurat.

b. Satuan inspeksi gabungan K3 yang dilakukan oleh tim inspeksi.

c. Inspeksi khusus keselamatan kerja yang dilakukan oleh intern departemen

safety.

d. Inspeksi rutin K3 yang dilaksanakan oleh tiap

departemen dan dikoordinasikan oleh pengawas

masing-masing.

Sistem Izin Kerja Berbahaya

a. Izin Kerja Panas (Heat Work Permit)

Ijin kerja panas adalah izin kerja yang diterapkan untuk setiap pekerjaan yang

menggunakan atau menghasilkan nyala dalam kegiatannya serta dilaksanakan bukan di tempat

yang biasa dilakukan pekerjaan atau di daerah yang mengandung bahan–bahan mudah terbakar.

Izin kerja ini biasa diberlakukan untuk pekerjaan pengelasan di dekat tangki BBM.
b. Izin Kerja Tempat Terbatas (Confined Space Permit)

Izin kerja pada tempat terbatas ini diberlakukan untuk pekerjaan yang dilakukan pada

tempat yang tidak biasa dilakukan untuk bekerja dengan tempat yang terbatas. Pekerjaan pada

ruang terbatas ini misalnya mengadakan pengelasan di dalam tangki yang mengandung gas,

debu dan fume yang berbahaya.

Implementasi Sistem Manajemen K3

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) PT. Marunda

Grahamineral ini adalah integerasi dari Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.

Tujuan dari penerapan SMK3 ini adalah untuk mencapai target produktivitas yang

diinginkan perusahaan dengan tidak mengabaikan kaidah- kaidah kemanusiaan dan lingkungan.

SMK3 ini juga sebagai acuan bagi manajemen dalam membuat kebijakan dan melaksanakan

setiap aktivitas proses produksi maupun proses penunjangnya.

Sasaran dari implementasi SMK3 ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan

target “zero accident”, meminimalisir dampak lingkungan dengan tidak mengenyampingkan

upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mengoptimalkan kinerja kerja sehingga mencapai

profit yang setinggi mungkin dengan biaya produksi yang seminimal mungkin.

Pelayanan Kesehatan

Kinerja program kesehatan kerja dinilai dari tingkat absen karyawan karena sakit. PT.

MGM memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan di klinik yang berada dalam satu

kompleks dengan camp karyawan. Tiap klinik dikelola oleh satu tenaga paramedis dengan obat-

obatan serta perlengkapan pengobatan untuk penanganan kecelakaan ringan.


Fasilitas olahraga untuk menunjang kesehatan karyawan juga telah disediakan oleh

pihak manajemen. Perhatian terhadap monitoring lingkungan dan sanitasi juga merupakan

wujud pelayanan kesehatan yang berupa usaha preventif. Usaha prefentif lain yang ditempuh

manajemen adalah dengan memberikan vaksinasi dan medical check up untuk semua karyawan.

Selain usaha preventif, usaha pemantauan kesehatan serta konsultasi kesehatan yang ditangani

oleh tenaga paramedis di klinik juga ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan derajat

kesehatan karyawannya.

Fasilitas Kesehatan Kerja

Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh PT. MGM adalah dengan disediakannya klinik

dengan satu paramedis dan satu dokter berstatus kontrak yang didatangkan dari RSUD Muara

Teweh. Fasilitas yang ada di klinik perusahaan berupa ruang pemeriksaan, obat-obatan dan

perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan. Untuk perawatan lanjutan pihak

manajemen juga menyediakan rumah sakit rujukan yang bekerjasama dengan RSUD Muara

Teweh.

Pengujian Kesehatan

Pengujian kesehatan yang dilaksanakan oleh PT. MGM adalah pengujian kesehatan

berkala dengan mengadakan medical check up yang dilaksanakan rutin secara bergilir yang

bekerjasama dengan laboratorium klinik Prodia.


Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, maka keselamatan dan kesehatan kerja pada

pertambangan batubara di PT. Marunda Grahamineral dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) PT. MGM ini

adalah integerasi dari Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor

555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pertambangan Umum, namun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa poin

dalam SMK3 tersebut yang belum terlaksana seperti monitoring lingkungan

tempat kerja dan pengukuran semua faktor fisik dan faktor kimia di lingkungan

tempat kerja.

2. Faktor fisik berupa penerangan, dan radiasi radio aktif belum pernah dilakukan

monitoring. Faktor fisik berupa kebisingan di beberapa lokasi kerja dan tekanan

panas di Camp Jamut sekitar daerah CCP berada di atas NAB. Usaha

pengendalian yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan

engineering control dan administrative control berupa pemasangan peredam

dan ruangan tertutup pada sumber bising serta pemberlakauan shift kerja untuk

tekanan panas. Namun usaha pengendalian berupa pemberian APD untuk

pengendalian terhadap bahaya kebisingan belum dilakukan oleh pihak

perusahaan
3. Faktor kimia berupa debu berada di bawah NAB, sedangkan faktor kimia

fume belum diadakan monitoring.

4. Gizi kerja dikelola oleh pihak ketiga belum memenuhi semua persyaratan dalam

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 Tentang

Persyaratan Higene Sanitasi Jasa Boga: ”Untuk melindungi pencemaran

terhadap makan digunakan celemek/apron, tutup rambut dan mulut serta sepatu

dapur”, karena analisis gizi kerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif belum

pernah dilakukan oleh pihak internal perusahaan maupun dari pihak independen.

Saran

Dari kesimpulan tersebut diatas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu diadakannya monitoring untuk semua faktor bahaya dan potensi bahaya

yang ada.

2. Perlu dilakukan usaha pengendalian faktor bahaya baik fisik maupun kimia yang

melebihi NAB menurut standar yang digunakan.

3. Perlu adanya peninjauan secara insidental tentang pengimplementasian SOP

peledakan di lokasi tambang.

4. Perlu ditingkatkannya house keeping di gudang handak sesuai dengan standar

yang digunakan.
5. Perlu diberikannya pemahaman kepada seluruh karyawan untuk aktif

melaporkan keadaan berbahaya, keadaan hampir celaka (nearmiss) dan

kecelakaan kerja sekecil apapun akibatnya, untuk kelengkapan data serta untuk

pelaksanaan tindakan pencegahan kecelakaan kerja sedini mungkin.

6. Perlu dilakukannya analisis mengenai gizi kerja baik secara kaulitatif maupun

kuantitatif serta perlu dilakukannya usaha-usaha pemenuhan persyaratan

seperti yang tertulis dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

715/MENKES/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Higene Sanitasi Jasa Boga :

”Untuk melindungi pencemaran terhadap makan digunakan celemek/apron,

tutup rambut dan mulut serta sepatu dapur”

7. Perlu diintensifkan safety talk dan training internal K3 untuk membudayakan

behavior basic safety (BBS) kepada semua karyawan.

8. Perlu diadakannya pemberian reward kepada karyawan yang memiliki kinerja

kerja yang baik dan kepatuhan yang tinggi terhadap aturan sebagai contoh bagi

karyawan lain dan memotivasi mereka untuk berlomba-lomba meningkatkan

kinerja kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai