Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH K3 PERTAMBANGAN

MANAJEMEN RESIKO PERTAMBANGAN

Dosen Pengampu : Putri Sahara Harahap SKM, M.KKK

DISUSUN OLEH :

Mashunil bahiroh iftinan : ( 2113201004)


Dwi Setia Ningsih : (2113201005)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


2023

i
BAB II

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang
besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya
berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber
daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat


menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan
teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 TUJUAN

TujuanUmum:
Untuk mengetahui manajemen resiko pada perusahaan pertambangan
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja

ii
TujuanKhusus:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Manajemen Resiko Pertambangan.
2. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Yang Ada Di Perusahaan
Pertambangan.
3. Untuk Mengetahui Cara/Metode Pengelolaan Resiko Pada Perusahaan
Pertambangan.
4. Untuk Mengetahui Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan
Pertambangan.
5. Untuk Mengetahui Teknik Pencegahan Ledakan

1.3 MANFAAT

Manfaat makalah mempelajari manajemen resiko pertambangan ini


adalah kita dapat mengetahui resiko yang ada di pertambangan ,
mempelajari bagaimana teknik / metode dalam pengelohan resiko dalam
perusahaanpertambangan.

iii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . PENGERTIAN MANAJEMEN RESIKO

DALAM PERTAMBANGAN

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi


yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk
mengidentifikasi,mengevaluasi,dan menanggulangi bahaya di tempat kerja
guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun
longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko
merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan
lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja

.2.2 Faktor Resiko Yang Ada Di Perusahaan Pertambangan

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan


Pertambangan adalah sebagai berikut :
a.Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi
disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang
berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan
semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.
b.Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi,
ledakan yang terjadi di dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan
mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya
pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.

1
c.Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang
bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai
hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan
sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika
itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.

2.3 Cara / Metode Pengelolaan Resiko Pada Perusahaan Pertambangan

Pengelolaan Risiko menempati peran penting dalam organisasi kami


karena fungsi ini mendorong budaya risiko yang disiplin dan menciptakan
transparansi dengan menyediakan dasar manajemen yang baik untuk
menetapkan profil risiko yang sesuai. Manajemen Risiko bersifat
instrumental dalam memastikan pendekatan yang bijaksana dan cerdas
terhadap pengambilan risiko yang dengan demikian akan menyeimbangkan
risiko dan hasil serta mengoptimalkan alokasi modal di seluruh korporat.
Selain itu, melalui budaya manajemen risiko proaktif dan penggunaan
sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, kami berupaya meminimalkan
potensi terhadap kemungkinan risiko yang tidak diharapkan dalam
operasional.

2
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh
pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada
peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi.
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi.
7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja
atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.

3
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari
bahaya yang ada di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran
penilaian risiko dalam kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di banyak
industri.Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan
risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang


berpotensi menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut
‘kejadian yang tidakdiinginkan’).
2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul
dari peristiwa yang tidak diinginkan.
3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk
mengurangi atau mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol
dan memastikan mereka efektif.
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan
identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada
yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi
bahaya dimulai dengan membuat Standart Operational Procedure (SOP).
Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.
Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi
resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya
untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian
resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD,
pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung
jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk
tindakan pengawasan adalah dengan melakukan monitoring dan peninjauan
ulang bahaya atau resiko.
2.4 Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan Pertambangan

Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan


adalah sebagai berikut :

4
1. Menimalkan kerugian yang lebih besar
2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

2.5 Teknik Pencegahan Ledakan


Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang bawah
tanah, terutama dalam bentuk ledakan gas perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap
pihak yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut.
Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan
adalah:
• Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:
o Gas-gas yang mudah terbakar/meledak
o Karakteristik gas
o Sumber pemicu kebakaran/ledakan
• Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:
o Pengukuran konsentrasi gas
o Pengontrolan sistem ventilasi tambang
o Pengaliran gas (gas drainage)
o Penggunaan alat ukur gas
o Penyiraman air (sprinkling water)
o Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan

5
• Teknik pencegahan ledakan tambang
o Penyiraman air (water sprinkling)
o Penaburan debu batu (rock dusting)
o Pemakaian alat-alat pencegahan standar.
• Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:
o Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan
o Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan
o Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan
• Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:
o Pemisahan rute (jalur) ventilasi
o Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.
Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas tidak akan terjadi jika
sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah itu cukup baik

6
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah hal yang sangat
penting yang harus diterapkan di sebuah perusahaan, baik itu perusahaan
kecil, sedang, maupun perusahaan besar. K3 ini bertujuan untuk menjamin
Keselamatan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan pekerja serta untuk
kelancaraan produksi perusahaan agar mencapai target produksi yang ingin
dicapai.
Perencanaan pelaksanaan K3 bagi PT. BGG sangatlah penting dilakukan
untuk menciptakan kondisi tempat kerja yang aman bagi pekerja, sesuai
dengan Peraturan Menteri ESDM no. 26 tahun 2018 tentang kewajiban
perusahaan untuk menerapkan SMKP di perusahaan.
. Identifikasi Bahaya
Idetifikasi bahaya yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap kegiatan Loading dan Hauling yang dilakukan di PT.
Budi Gema Gempita. Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah agar tidak
terjadinya kecelakaan kerja kedepannya. Karna identifikasi bahaya
menggabungkan antara kegiatan yang dilakukan dikondisi tertentu yang
berpotensi menimbulkan cidera, penyakit akibat kerja, serta kematian.
Identifikasi Bahaya pada Kegiatan Loading Kegiatan loading ditemukan
beberapa risiko atau potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat
membahayakan keselamatan pekerja dan kerugian bagi perusahaan, maka
diperlukan identifikasi bahaya menggunakan Hazard Identification and Risk
Assesment (HIRA). Identifikasi bahaya dilakukan pada setiap tahapan
kegiatan yang dilakukan yaitu:
Loading overburden dan batubara dengan menggunakan excavator
Sebelum material overburden dan batubara diangkut ke dump truck,
excavator terlebih dahulu mengumpulkan material yang akan diangkut. Pada
saat pengisian material ke dump truck, bucket excavator melakukan swing
terlalu rendah, potensi bahaya yang terjadi yaitu bucket excavator
menghantam dump truck yang menyebabkan kerusakan pada bucket dan
kerusakan pada unit dump truck.

7
2. Loading overburden dan batubara dekat sump menggunakan
excavator Sebelum material overburden dan batubara diangkut ke dump
truck, excavator terlebih dahulu mengumpulkan material yang akan
diangkut. Karna pengisian dekat sump potensi bahaya yang ada yaitu
mangangkut material basah menyebabkan dump truck tergelincir/ tabrakan
sesama dump truck dan potensi unit tenggelam pada saat pompa rusak dan
debit air naik.
3. Top loading menggunakan excavator Sebelum material
overburden dan batubara diangkut ke dump truck, excavator terlebih dahulu
mengumpulkan material yang akan diangkut. Karna kegiatan top loading ini
memiliki potensi bahaya yang ada yaitu material pada bucket menjatuhi
kanopi kabin yang meyebabkan kerusakan pada kanopi kabin dan operator
luka-luka.
Identifikasi Bahaya pada Kegiatan Hauling
Kegiatan hauling ditemukan beberapa risiko atau potensi bahaya
kecelakaan kerja yang dapat membahayakan keselamatan pekerja dan
kerugian bagi perusahaan, maka diperlukan identifikasi bahaya
menggunakan Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA).
Identifikasi bahaya dilakukan pada setiap tahapan kegiatan yang dilakukan
yaitu:
Mengangkut material overburden dan batubara menggunakan dump
truck Setelah melakukan pemuatan material overburden dan batubara maka
material tersebut dibawa menggunakan dump truck ke disposal dan
stockpile dalam perjalanan tersebut terdapat beberapa potensi bahaya yaitu
dump truck bertabrakan dengan unit lain, kondi jalan lembek serta kondisi
jalan basah setelah disiram. Potensi tersebut menyebabkan kerusakan pada
unit dan unit slip serta menyebakan operator luka-luka sampai menyebakan
kematian.
Penilaian Risiko Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan skala prioritas dalam melakukan pencegahan bahaya terhadap
risiko dari suatu pekerjaan.

8
Penilaian Risiko pada Kegiatan Loading Pada saat kegiatan loading
excavator melakukan pengumpulan material terlebih dahulu yang akan
dimuat ke dump truck padat saat ingin memuat material swing excavator
terlalu rendah, potensi bahaya yang menyebabkan kerusakaan pada bucket
dan juga unit dump truck. Penilaian risiko berdasarkan kemungkinan
mendapatkan nilai 3 karna kemungkinan terjadinya sedang
sedangkan untuk konsekuensi keparahan mendapatkan nilai 2 karna
keparahan yang terjadinya Rendah Setelah didapat nilai kemungkinan 3 dan
nilai keparahan 2 maka nilai tingkat risikonya adalah 6 Sedang.
Penilaian Risiko pada Kegiatan Hauling Pada saat kegiatan hauling
yang melakukan aktivitas membawa material overburden dan batubara
dengan menggunakan dump truck ke disposal dan stockpile terdapat potensi
risiko yang akan terjadi yaitu dump truck slip yang disebabkan jalan licin
setelah dilakukan penyiraman dapat menyebabkan unit rusak dan operator
luka-luka. Penilaian risiko berdasarkan kemungkinan mendapatkan nilai 4
Mungkin Terjadi (dapat dilihat pada gambar 3.3) sedangkan untuk
keparahan mendapatkan nilai 4 Besar (dapat dilihat pada gambar 3.2).
Setelah didapatkan nilai kemungkinan 4 dan nilai keparahan 4 maka
didapatkan tingkat nilai risiko 16 Tinggi (dapat dilihat pada gambar 3.3).
. Pengendalian Risiko Setelah bahaya teridentifikasi maka potensi
bahaya yang ada harus dikendalikan dengan segera, baik dan benar. Hal
tersebut bertujuan untuk menurunkan tingkat risiko yang ada. Pengendalian
risiko akan dikelompokkan sesuai tingkat risikonya.
Evaluasi Program Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Supaya terciptanya kondisi tempat kerja yang aman PT. Budi Gema
Gempita telah melakukan Program yang sedang dijalankan yaitu:
1. Safety Induction Pada kegiatan ini sudah berjalanan dengan lancar
dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Safety Forum Discussion Pada kegiatan ini belum memiliki
tanggal atau harian yang tetap dalam melakukan Safety Forum Discussion
setiap bulannya.

9
3. Safety Talk Pada saat kegiatan ini masih ada para pekerja yang
telat dan tidak ontime.
4. Safety Patrol Pada kegiatan ini belum ada hari tetap pada saat
pembersihan dan perawatan rambu.
5. Pengecekan Peralatan Harian Pada kegiatan ini pengawasan yang
dilakukan oleh mekanik tidak setiap hari jadi hanya operator saja yang
melakukan P2H.
6. Medical Check UP Pada kegiatan ini sudah berjalanan dengan
lancar dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Selanjutnya evaluasi berdasarkan elemen keempat yaitu
Implementasi pada Permen ESDM No 26 tahun 2018 dan Kepmen No 1827
K/30/MEM/2018 tentang Penerapan SMKP adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pengelolaan Operasional Perusahaan juga telah
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) tetapi masih ada ditemukannya
pekerja yang tidak memakai APD diarea wajib APD dan Perusahaan belum
memiliki atau menyediakan APD cadangan. Perusahaan harus memberikan
sanki yang tegas kepada pegawai berupa surat peringatan dan segera
menyediakan APD cadangan.
2. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Kerja Perusahaan telah
menetepkan prosedur pengelolaan lingkungan kerja di antaranya adalah
pengendalian debu pada jalan dengan cara menyiram jalan

menggunakan water truck hal ini bertujuan agar tidak mengganggu


radius pandangan operator dump truck serta pernapasan para pekerja, tetapi
di perusahaan masih belum memiliki jadwal penyiraman yang rutin setiap
harinya dan masih kekurangan water truck. Perusahaan segera menyusun
jadwal dan membuat rute penyiraman jalan tambang agar mencegah
terjadinya kecelakaan kerja dan secepatnya menambah jumlah water truck
agar dapat berkerja secara maksimal.

10
3. Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan kerja PT. Budi Gema
Gempita telah memiliki ruangan khusus untuk pelayanan kesehatan dan
tenaga medis bagi para pekerja. Jadi para pekerja bisa langsung
berkonsultasi kepada tenaga medis yang ada apabila pekerja merasa kondisi
tubuhnya kurang prima, tetapi tenaga medis dan alat yang ada belum
lengkap, maka apabila terjadi kecelakaan yang berat perlu penanganan
langsung kerumah sakit. Perusahaan harus segera melengkapi peralatan dan
menambah tenaga medis untuk menjamin kesehatan para pekerja. Tetapi
PT. Budi Gema Gempita telah melaksanakan kegiatan Medical Chek Up
rutin setiap tahunnya.

11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang


digunakanolehperusahaanpertambanganuntukmengidentifikasi,mengevaluas
i,dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko
bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun,
suhu yang ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang
bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang
aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang
besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya
berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber
daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun.

Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak


manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang
terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus
harus teridentifikasi, kemudian diadakan perhitungan dan prioritas terhadap
risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko. Ditahap
pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan
risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan
ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin menyadarkan akan
pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang
sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen
perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari
perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan suatu Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

12
DAFTAR RUJUKAN
Budiono S. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan. Semarang, 2005.

Mansur M. Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja. Maj


Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 9,September2007

Organisasi Perburuhan Internasional. “Hidup Saya, Pekerjaan


Saya, Pekerjaan yang Aman” Jakarta, Kantor Perburuhan Internasional,
2008.
World Health Organization. Deteksi dini penyakit akibat kerja.
Wijaya C (Ed.) Suyono J (Alih bahasa). Jakarta: EGC; 1993.

SKRIPSI MANAJEMEN RISIKO PADA PENAMBANGAN


BATUBARA DI PT. BUDI GEMA GEMPITA KABUPATEN LAHAT,
ABDUL AZIZ PROVINSI SUMATERA SELATANKMS Program Studi
Teknik Pertambangan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran”
Yoogyakarta Tanggal : 23 September 2021

13

Anda mungkin juga menyukai