Anda di halaman 1dari 8

Tugas Pengganti UAS

Nama Dosen : Ahmad Noor, SKM., M.Kes

UJIAN AKHIR SEMESTER


MANAJEMAN K3

Nama Mahasiswa : Harlyanti

NIM : 163201021016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


a. Judul Jurnal
Inisiasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Pertambangan
Material Konstruksi Di PT Harfia Graha Perkasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
b. Penulis
Aryanti Virtanti Anas1*, Muhammad Ramli, Purwanto, Asran Ilyas, Rini Novrianti
Sutardjo Tui, Rizki Amalia, Andi Arjan
c. Publikasi
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

d. Reviewer
Harlyanti

e. Latar Belakang
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di pertambangan material
konstruksi secara umum belum dilaksanakan dengan baik termasuk di PT Harfia Graha
Perkasa. Permasalahan yang dihadapi adalah minimnya pemahaman tentang
pentingnya K3 dan potensi bahaya pada lingkungan kerja pertambangan baik pada
kegiatan penambangan, pengangkutan dan pengolahan. Di sisi lain terdapat peraturan
bahwa setiap kegiatan pertambangan wajib memiliki program dan standar K3, sehingga
tujuan utama kegiatan pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai K3 kepada para pekerja tambang. Metode yang digunakan adalah
program promosi K3 berupa diseminasi informasi, identifikasi potensi bahaya, dan
upaya pengendalian risiko.
Tingkat pemahaman pekerja diukur melalui kuesioner pre-test dan post-test
yang diberikan kepada 12 orang responden. Sebelum kegiatan inisiasi program K3,
hanya total 30% keseluruhan pertanyaan mengenai K3 yang diketahui oleh pekerja,
namun setelah program dilakukan terlihat bahwa terjadi peningkatan pemahaman
pekerja tambang yang signifikan menjadi 90%. Program diseminasi informasi
menunjukkan hasil yang sangat baik dimana 100% informasi mengenai K3 dan 90%
informasi mengenai upaya pengendalian risiko telah diketahui oleh pekerja tambang.
Hal tersebut menunjukkan program kegiatan pengabdian dapat memabnatu
menginisiasi pelaksanaan dan penerapan K3 di perusahaan mitra.

f. Rangkuman
Permasalahan yang dihadapi adalah minimnya pemahaman tentang pentingnya K3
dan potensi bahaya pada lingkungan kerja pertambangan baik pada kegiatan
penambangan, pengangkutan dan pengolahan. Di sisi lain terdapat peraturan bahwa
setiap kegiatan pertambangan wajib memiliki program dan standar K3, sehingga tujuan
utama kegiatan pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman
mengenai K3 kepada para pekerja tambang. Sebelum kegiatan inisiasi program K3,
hanya total 30% keseluruhan pertanyaan mengenai K3 yang diketahui oleh pekerja,
namun setelah program dilakukan terlihat bahwa terjadi peningkatan pemahaman
pekerja tambang yang signifikan menjadi 90%. PT Harfia Graha Perkasa sebagai mitra
adalah salah satu perusahaan pertambangan material konstruksi yang melakukan
kegiatan penambangan, pengangkutan, dan pengolahan untuk memenuhi kebutuhan
material konstruksi pada proyek-proyek milik perusahaan. Perusahaan memiliki dua
lokasi tambang di Sungai Jeneberang dan empat unit crusher di lokasi pengolahan.
Produksi tambang dan pengolahan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan material
konstruksi pada proyek-proyek milik perusahaan. Proses penambangan menggunakan
metode dry-pit mining yang dilakukan pada daerah aliran sungai aktif dan kering.
Proses pengolahan meliputi peremukan (crushing), pengayakan (screening), dan
penyimpanan material konstruksi.

g. Kesimpulan
Program inisiasi penerapan K3 yang dilaksanakan telah meningkatkan pemahaman
para pekerja tambang mengenai pentingnya penerapan K3 di lingkungan kerja dari
30% menjadi 90%. Program diseminasi informasi menunjukkan hasil yang sangat
baik dimana 100% informasi mengenai K3 dan 90% informasi mengenai upaya
pengendalian risiko telah diketahui oleh pekerja tambang.

h. Saran
Pertambangan material konstruksi adalah salah satu kegiatan yang membutuhkan
perhatian khusus karena memiliki risiko yang lebih tinggi dan perlu pengaturan khusus
dari faktor manusia, peralatan atau mesin, bahan dan lingkungan kerja (Rosamia dkk,
2015). Permasalahan yang dihadapi mitra adalah belum diterapkannya program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) oleh para pekerja karena minimnya pemahaman
tentang pentingnya K3 dan potensi bahaya serta risiko pada kegiatan pertambangan
yang dilakukan. Hal ini menyebabkan para pekerja cenderung mengabaikan bahaya
yang mungkin terjadi dan mengancam keselamatan dan kesehatan mereka.
a. Judul Jurnal
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan di
PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor, Bogor Jawa
Barat Tahun 2020
b. Penulis
Rizki Adam1,*, Rijal Abdullah1**
c. Publikasi
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

d. Reviewer
Harlyanti

e. Latar Belakang
Praktik manajemen keselamatan membantu organisasi maupun perusahaan
untuk mengelola risiko keselamatan dan kesehatan, dan mematuhi undang-undang
keselamatan dan kesehatan. Kebijakan keselamatan yang tidak efektif dapat
berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan. Oleh karena itu perlu bagi sebuah
organisasi atau instansi untuk menginstal seperangkat praktik manajemen keselamatan
dan untuk mampu mengantisipasi potensi risiko. Sementara beberapa organisasi juga
mengadopsi standar keselamatan internasional dan nasional sebagai panduan untuk
mengembangkan sistem manajemen keselamatan sendiri.
Pelaksanaan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan merupakan bagian dari tujuan perusahaan. Tujuan tersebut juga senantia
harus diimplementasikan dalam setiap tahapan penambangan dan oleh setiap orang
yang memasuki wilayah Izin usaha pertambagan. Banyak kecelakaan dan insiden di
lokasi tambang memiliki faktor penyebab sementara terdapat aturan yang seharusnya
ada untuk mencegah terjadinya insiden tersebut. Penyebabnya meliputi kurangnya
kesadaran atau pemahaman, ketidaktahuan, atau pelanggaran yang disengaja. Untuk
lebih memahami alasan mengapa kecelakaan kerja masih terjadi, perlu untuk
menganalisis kondisi tersebut.

f. Rangkuman

Beberapa organisasi di kawasan Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik telah berupaya
untuk mengadopsi praktik manajemen keselamatan yang ketat untuk pengelolaan
bahaya dan risiko serta untuk mengatasi masalah dan kecelakaan kerja. Praktik
manajemen keselamatan membantu organisasi maupun perusahaan untuk mengelola
risiko keselamatan dan kesehatan, dan mematuhi undang-undang keselamatan dan
kesehatan.Oleh karena itu perlu bagi sebuah organisasi atau instansi untuk menginstal
seperangkat praktik manajemen keselamatan dan untuk mampu mengantisipasi potensi
risiko. Pelaksanaan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
merupakan bagian dari tujuan perusahaan. Sebagai perusahaan yang berbasis sumber
daya alam, ANTAM menyadari sumber daya manusia merupakan aset terpenting bagi
Perusahaan sehingga Keselamatan Pertambangan menjadi tanggung jawab utama bagi
perusahaan. Setiap perusahaan senantiasa berkomitmen untuk mewujudkan zero
fatality dalam menjalankan keselamatan pertambangan di wilayah operasional
Perusahaan secara benar dan sesuai standar peraturan yang berlaku. Wajibnya
perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja Pertambangan (SMKP) disemua proses yang ada dalam
suatu organisasi yang diatur di dalam peraturan terbaru yaitu KEPMEN ESDM No
1827K/30/MEM/2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik,
demi meningkatkan mutu manajemen keselamatan kerja di berbagai perusahaan. Sama
halnya dengan sistem manajemen lainnya, dimana sistem manajemen ini dapat
diintegrasikan ke dalam sistem manajemen operasional yang ada di organisasi atau
perusahaan. Sistem manajemen ini merupakan standar yang dibuat dalam skala
nasional.Industri pertambangan juga merupakan Industri yang memilik karakteristik
dan sifat khusus dalam kegitan operasionalnya yang memiliki tingkat resiko tinggi,
untuk itu diperlukan juga manajemen K3 yang khusus pula. ciri-ciri khusus dalam
kegiatan pertambangan antara lain adalah Daerah operasi yang jauh dari sarana umum
dan kemudahan lainnya. Lingkungan kerja yang tidak memadai memiliki potensi bagi
timbulnya kecelakaan kerja. Faktor kondisi fisik seperti kelelahan pekerja dapat
menurunkan kinerja system keselamatan kerja dalam rangka mengantisipasi resiko
kecelakaan tambang yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan
menurunkan efektifitas operasional perusahaan.
Aturan-aturan Dasar Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tambang
Bawah Tanah Bidang pertambangan mempunyai fungsi yang penting dalam
pembangunan ekonomi nasional dan pertahanan negara, dibalik itu semua industri
pertambangan memiliki potensi bahaya, kecelakaan kerja yang besar dan sangat
berdampak terhadap pergerakan dan perkembangannya. Departemen Pertambangan
telah mempunyai personil dan peralatan yang khusus untuk menyelenggarakan
pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan, bahwa karenanya perlu
diadakan ketentuan tentang pengaturan, dan pengawasan keselamatan kerja di bidang
pertambangan antara Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi dan Menteri
Pertambangan. Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
pertambangan dikembang.

g. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Upaya Perusahan dalam menjalankan aturan keselamatan dan kesehatan kerja
melalui penerapan Masterplan Human Capital (HC) dan terus meningkatkan praktik
Good Corporate Governance (GCG) sangat membantu dalam meningkatkan tingkat
keselamatan kerja diperusahaan. Meskipun demikian sikap patuh dan kedisiplinan
pekerja ikut memegang peranan penting keberhasilan pelaksanaan Sistem
manajeman keselamatan dan kesehatan kerja tersebut. Penerapan yang optimal dari
perencanaan praktik tersebut membuahkan hasil yang cukup signifikan, dilihat dari
data kecelakaan kerja selama 3 tahun berturut turut yang zero accident. Sehingga
menjadikan Antam Pongkor mendapatkan penghargaan minerba Award 2020
“Penghargaan Atas Keberhasilan Penerapan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
Tahun 2020”
2. Beberapa peristiwa kecelakaan kerja baik ringan, berat dan fatal merupakan
peristiwa yang tidak diharapkan, akan tetapi potensi bahaya yang terjadi
merupakan hasil dari beberapa lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya/
nearmiss. Penyebab kecelakan kerja yang terjadi seperti, kondisi udara
penambangan yang buruk, kuantitas udara yang tidak mencukupi, lingkungan kerja
yang basah, sempit, penyanggaan yang kurang sempurna.

3. Beberapa potensi kecelakaan kerja dikawasa penambangan Pongkor dapat terjadi


pada pekerjaan pemasanagan penyangga, kegiatan pengeboran dan peledakan,
pengangkutan bahan galian, pekerjaan pemasangan listrik, dan beberapa pekerjaan
laiinya. Potensi kecelakaan kerja yang terjadi selama proses kerja pertambangan
dapat diantisipasi dan dikendalikan dengan pelaksanaan tahapan dan metode kerja
yang sesuai dengan pelaksanaan SOP. Sementara itu penanggulan kecelakaan kerja
dilakukan dengan prosedur pertolongan utama atau penyediaan peralatan
pertolongan disetiap wilayah kerja yang memungkinkan untuk mudah diakses. Atau
pelaksanaan SOP pasca kecelakaan kerja.

h. Saran

1. Perusahaan harus bertindak tegas serta konsisten dalam memberikan peringatan


kepada setiap karyawan yang tidak melakukan kesdisiplinan dalam pelaksanaan
kaidah keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Kepala teknik tambang beserta supervisor atau pengawas operasional perlu
melakukan tindakan engineering terhadap beberapa system kerja pertambangan
UPBE Pongkor, untuk tidak memperburuk kondisi ruang yang terbatas dilubang
penambangan. Diantaranya adalah dengan pengendalian temperature udara, gas gas
berbahaya dan debu dan kelembaban penambangan.
3. Pihak yang bertanggung jawab dalam penegak aturan keselamatan kerja harus
senantiasa mengawasi dan merencanakan penyediaan alat pelindung diri yang
sesuai standard an mencukupi semua kebutuhan pekerja dibidangnya.
4. Karyawan diharapkan mampu menjaga penggunaan alat pelindung diri yang baik
dan sesuai dengan peruntukannya. Hal ini bertujuan untuk menjaga mereka dari
kemungkinan resiko kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman. Sementara itu
selama masa pandemic berlangsung kaidah kaidah dalam protocol kesehatan harus
senantiasa dilaksanakan seketat mungkin, sementara pelaksanaan kerja juga tidak
berpengaruh pada produktifitas kerja.
5. Setelah penelitian ini diharapkan aka nada penelitian berikutnya yang lebih
mendalam serta lebijh kompleks dalam membahas bagaimana pelaksanaan system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di kawasan penambangan.
a. Judul Jurnal
Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Penambangan Batubara PT. Nusa Alam
Lestari, Desa Salak,Kecamatan Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat
b. Penulis
Rinad Edmon1,*, Fadhilah1**
c. Publikasi
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
d. Reviewer
Harlyanti

e. Latar Belakang

Dalam melakukan kegiatan penambangan perlu dilakukan pengendalian terhadap bahaya dan
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Pengendalian tersebut bertujuan untuk
menciptakan kegiatan penambangan yang aman, efisien, dan produktif. Kecelakaan kerja terjadi
disebabkan olehpekerja, alat kerja, dan lingkungan kerja, sehingga perlu dilakukannya penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam melakukan kegiatan penambangan. PT. Nusa Alam Lestari
merupakan tambang batubara bawah tanah dengan metode room and pillar. Pengambilan batubara
menggunakan jack hammer yang diangkut menggunakan lori dan dibawa menuju stockpile menggunakan
dump truck. Aktifitas penambangan tersebut memiliki resiko terjadinya kecelakaan kerja. oleh karena itu
PT. Nusa Alam Lestari melakukan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam aktifitas
penambangan. Beberapa tindakan dilakukan oleh PT. Nusa Alam Lestari dalam penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) yaitu, memasang rambu-rambu dan poster K3, menerapkan penggunaan alat
pelindung diri (APD), memberikan arahan kepada pekerja terhadap pekerjaan yang dilakukan, serta
menerapkan job safety analysis (JSA) dan standar operasional prosedur (SOP) dalam aktifitas
penambangan. Hal tersebut dilakukan untuk mengendalikan resiko yang timbul dalam kegiatan
penambangan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

f. Rangkuman

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan tempat kerja yang aman
sehingga dapat melindungi pekerja dari kecelakaan kerja [1]. Penerapan K3 bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja di area kerja. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak dikehendaki dan
diduga, dimana menimbulkan korban manusia dan harta benda [2]. Kecelakaan kerja terjadi disebabkan
oleh manusia, lingkungan, alat kerja, dan manajemen kerja .

g. Kesimpulan

1. PT. Nusa Alam Lestari telah menerapkankeselamatan dan kesehatan kerja (K3), dimanadidapatkan hasil
kuesioner mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap pengetahuan dengan nilai 75,74, terhadap
sikap dengan nilai 85,27, dan terhadap tindakan dengan nilai 79,91. Akan tetapi masih adanya terjadi kecelakaan
kerja pada bulan september 2020 yang mengakibatkan satu orang korban. Dimana hasil statistik kecelakaan
terhadap frequency rate (FR) sebesar 4,04 dan Severity rate (SR) sebesar 0.
2. JSA dan SOP telah diterapkan dalam aktifitas penambangan. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan nilai
JSA sebesar 63,67 dan SOPsebesar 73,33. Hasil tersebut apabila disesuaikan terhadap skala likert berada pada
rentangan bagus (61-80). Akan tetapi masih diperlukan perevisian dan pembuatan JSA dan SOP.

h. Saran

1. Diharapkan para pekerja untuk mematuhi aturan perusahaan yang telah ada.
2. Harus dilakukan sosialisasi kepada para pekerja mengenai keselamatan pada saat bekerja serta resiko yang
timbul pada saat bekerja.
3. Job safety analysis (JSA) dan standar operasional prosedur (SOP) yang baru harus disosialisasikan kepada
seluruh pekerja.
4. Lokasi kerja yang masih kurang rambu-rambu dan poster K3 harus dipasang sesegera mungkin.

Anda mungkin juga menyukai