Oleh :
KELOMPOK IV
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................4
D. Manfaat..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Bahaya Lingkungan Kerja...5
B. Aspek Pengendalian Bahaya Lingkungan Kerja................................7
C. Hirarki/Metode Pengendalian Bahaya Lingkungan Kerja ..............14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
1
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 1. Kategori Kemungkinan Risiko...................................................11
Tabel 2. Kategori Dampak Risiko.............................................................11
Tabel 3. Matriks Probabilitas dan Dampak.............................................12
Tabel 4. Kategori Dampak Risiko Hierarchy of Controls ANSI ZIO....12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
menurunkan efisiensi dan produktifitas kerja. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) ini penting untuk diperhatikan oleh setiap perusahaan (Silalahi
dkk, 2013; Ihsan dkk, 2016). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
program perlindungan terhadap karyawan atau pekerja pada saat bekerja dan
berada di lingkungan tempat kerja dari risiko kecelakaan kerja dan kerusakan
mesin atau alat kerja untuk mencegah dan menghilangkan sebab terjadinya
kecelakaan. Keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagai keadaan terhindar
dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain merupakan salah
satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Keselamatan kerja mencakup
pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kondisi kerja yang tidak aman
(Murdiyono dkk, 2016; Darmiatun, 2015).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan tujuan pengendalian bahaya lingkungan
kerja?
2. Apa saja aspek pengendalian bahaya lingkungan kerja?
3. Bagaimana hirarki/ metode pengendalian bahaya?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan tujuan pengendalian bahaya
lingkungan kerja.
2. Mengetahui aspek bahaya lingkungan kerja.
3. Mengetahui hirarki/metode pengendalian bahaya.
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan tujuan pengendalian
bahaya lingkungan kerja.
2. Mahasiswa dapat mengetahui aspek bahaya lingkungan kerja.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hirarki/metode pengendalian bahaya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
Tujuan dari pengendalian bahaya lingkungan kerja ini sendiri tidak lain
dan tidak bukan adalah untuk mengupayakan agar apa yang direncanakan
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai. Agar tujuan utama tersebut dapat
benar-benar terealisasi, maka dilakukan pengawasan pada tahap pertama yang
bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
diberikan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-
penemuan tersebut untuk dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik
pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang (Wijaya dkk, 2015).
11. Bahaya emisi buangan gas adalah bahaya yang diakibatkan karena
emisi pembuangan gas limbah.
12. Bahaya fisik/ mekanik adalah bahaya yang dapat timbul
disebabkan karena benda atau mesin yang bergerak.
Setiap bahaya yang sudah dilakukan identifikasi bahaya menggunakan
metode Job Safety Analysis (JSA) kemudian dilakukan penilaian potensi
bahaya dengan berdasarkan manajemen Resiko. Manajemen risiko sendiri
terdiri dari berbagai kegiatan dan strategi yang dapat digunakan suatu
organisasi atau perusahaan untuk melindungi diri dari situasi, keadaan, atau
peristiwa yang dapat merusak keamanan, keselamatan, dan kesehatan pekerja
serta lingkungan di sekitar perusahaan. Dalam memanajemen dan
mengendalikan resiko bahaya di lingkungan kerja setidaknya diperlukan dua
strategi yaitu mereduksi resiko bahaya atau memindahkannya. Kemudian
diterapkan ke dalam lingkungan kerja dengan cara mengidentifikasi semua
aspek yang dapat menimbulkan cedera atau celaka atau dengan
memindahkannya melalui perusahaan asuransi. Menurut AS/NZS 4360 (1999)
manajemen resiko adalah pemeliharaan, proses dan struktur yang mengacu
langsung pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek
yang merugikan dan menurut AS/NZS 4360 (2004) manajemen resiko
merupakan suatu tahapan, proses dan struktur yang dilakukan untuk
mengelola potensial bahaya dan efek yang merugikan secara efektif sehingga
insiden bahaya di suatu lingkungan kerja/ perusahaan dapat dikendalikan dan
dicegah (Al Bantani dkk, 2013; Roughton dkk, 2008).
8
Selain Job Safety Analysis (JSA), metode lainnya yang dapat digunakan dalam
mengendalikan bahaya di lingkungan kerja adalah metode HIRARC (Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control). HIRARC merupakan
elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya.
Metode HIRARC ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya di suatu lingkungan kerja atau perusahaan
agar insiden bahaya di lingkungan tempat kerja tersebut dapat dicegah dan
dikendalikan sebelum menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan dan
merugikan. Metode HIRARC ini merupakan tahapan awal dalam sebuah
manajemen resiko, yang menjadi salah satu klausul dalam penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001 (Dewi S S dkk,
2014; Ardiansyah, 2014).
Sesuai dengan namanya, HIRARC terdiri dari 3 langkah tahapan yaitu
identifikasi bahaya (Hazard Identification), penilaian risiko (Risk Assesment)
dan pengendalian risiko (Risk Control) (Jannah M R dkk, 2015):
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik pasif
berdasarkan pengalaman sendiri, teknik semiproaktif berdasarkan
pengalaman orang lain, dan teknik proaktif dengan mencari bahaya
sebelum terjadi. Pada pekerjaan yang berisiko tinggi, dilakukan
identifikasi lebih lanjut. Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya metode Job Safety Analysis. Job Safety
Analysis merupakan salah satu komponen dari sebuah komitmen
manajemen K3. Dalam metode ini, setelah diketahui pekerjaan yang
berisiko tinggi, maka pekerjaan tersebut akan di breakdown untuk
mengetahui tahap lebih spesifik beserta risiko dan cara pengendalian
masing-masing risiko yang ada.
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Setelah mengetahui risiko bahaya yang data terjadi, kemudian bahaya
tersebut perlu dianalisis untuk menentukan tingkat risikonya menjadi
9
berikut :
Metode pengendalian bahaya di lingkungan kerja yang selanjutnya adalah
dengan membuat perencanaan melalui SOP (Standar Operasional Prosedur).
Pembuatan SOP ini dilakukan mulai dari kegiatan perencanaan hingga selesai.
Sebagai contoh adalah SOP untuk karyawan yang bekerja pada industri
pengecoran logam maka SOP dibuat mulai dari kegiatan pengangkatan bahan
baku dari truk ke tempat penumpukan bahan baku di sekitar dapur kupola,
kegiatan pengisian bahan baku, dan pengoperasian dapur kupola hingga
selesai melakukan aktivitas pengecoran tersebut. Melalui pembuatan SOP ini
maka risiko dan potensi bahaya di lingkungan kerja dapat diketahui dan
dianalisis bersama dengan jenis pencegahan yang dapat dilakukan sehingga
insiden bahaya dapat dikendalikan (Damanik L H dkk, 2015).
13
Selain beberapa metode yang telah disebutkan di atas, ada beberapa aspek
yang juga tidak kalah penting di dalam pengendalian suatu bahaya di
lingkungan kerja yaitu (Afief M dkk, 2016) :
1. Pengetahuan pekerja terhadap pentingnya menjaga keselamatan
dan kesehatan selama bekerja serta pengetahuan pekerja mengenai
bagaimana bekerja secara aman dan selamat sebagai salah satu tindakan
dalam mengendalikan dan mencegah suatu bahaya di lingkungan kerja.
2. Sikap pekerja maupun pemberi kerja terhadap pentingnya
pelaksanaan K3 dan prosedural kerja secara aman, sehat, dan selamat.
3. Kepatuhan pekerja dalam melaksanakan berbagai jenis peraturan
ataupun kebijakan yang telah dibuat oleh pemberi kerja dalam rangka
mengendalikan dan meminimalisir kasus kecelakaan di lingkungan kerja.
4. Ketegasan pemberi kerja dalam menegakkan sanksi bagi karyawan
yang melanggar peraturan-peraturan sehingga dapat membahayakan
kondisinya selama bekerja.
14
Selain beberapa aspek yang telah disebutkan di atas, aspek yang terakhir
dalam pengendalian bahaya di lingkungan kerja adalah aspek hukum. Aspek
hukum disini berperan sebagai pengawas dan penguat dalam pelaksanaan
pengendalian bahaya di lingkungan kerja. Sebagaimana tertuang di dalam
pasal 87 (1) UU no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan
bahwa; setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen K3 yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Selanjutnya ketentuan
mengenai penerapan SMK3 diatur dalam PP no. 50 Tahun 2012 tentang
SMK3. Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebnyak 100 orang atau lebih dan atau
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Aspek hukum yang tertuang di dalam undang-undang K3 tersebut tidak lain
dan tidak bukan adalah untuk mengendalikan segala macam dan jenis bahaya
yang dapat terjadi di lingkungan kerja sehingga dapat membahayakan dan
merugikan baik pekerja maupun pemberi kerja/ perusahaan (Yuliani N dkk,
2015).
A. Kesimpulan
Pengendalian bahaya ditempat kerja adalah suatu proses yang dilakukan
oleh instansi atau perusahaan dalam mengendalikan bahaya ataupun
kecelakaan di tempat kerja agar para pekerja di instansi atau perusahaan
tersebut dapat menghindari risiko dan mengurangi insidensi kecelakaan
ataupun aktivitas yang dapat berpotensi menimbulkan cedera dan penyakit
akibat kerja sebagai tujuan awal dari suatu perusahaan dalam mempertahankan
dan meningkatkan produktivitas baik perusahaan maupun pekerja. Dalam
pengendalian bahaya di lingkungan kerja sendiri ada beberapa aspek yang
memang harus diperhatikan salah satunya adalah metode yang digunakan,
Sikap pekerja maupun pemberi kerja terhadap pentingnya pelaksanaan K3 dan
prosedural kerja secara aman, sehat, dan selamat, Pengetahuan pekerja
terhadap pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan selama bekerja serta
pengetahuan pekerja mengenai bagaimana bekerja secara aman dan selamat
sebagai salah satu tindakan dalam mengendalikan dan mencegah suatu bahaya
di lingkungan kerja, dan aspek hukum yang berperan sebagai pengawas dan
penguat dalam pelaksanaan pengendalian bahaya di lingkungan kerja.
Kemudian selain itu, ada beberapa hirarki yang juga diperhatikan dalam
melakukan pengendalian bahaya di lingkungan kerja yaitu eliminasi
(elimination) yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja, substitusi
(substitution) yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman, isolasi
(isolation) yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerja yang
mengganggu/ membahayakan, rekayasa teknik (engineering control) yaitu
melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain peralatan, proses, dan
layout, pengendalian administrasi (administration control) yaitu cara kerja
yang aman dengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi, dan APD
yaitu alat pelindung diri yang salah satunya terdiri dari sabuk pengaman,
sarung tangan, pelindung kepala, ear plug, ear muff, dan lain sebagainya.
1
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait tema laporan yaitu
mengenai pengendalian bahaya di lingkungan kerja adalah bahwa kiranya
setiap pemberi kerja atau perusahaan atau instansi dapat melaksanakan
program pengendalian bahaya ini dengan sungguh-sungguh dan penuh
tanggung jawab sehingga program pengendalian tersebut dapat
terimplementasikan secara optimal yang nantinya akan memberikan dampak
yang positif tidak hanya kepada pemberi kerja atau perusahaan atau instansi
terkait tetapi juga kepada pekerja atau karyawan yang ada di lingkungan
pekerjaan tersebut. Selain itu pemberi kerja atau perusahaan atau instansi
hendaknya juga selalu berupaya dalam meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran pekerja untuk terus memperhatikan keselamatan dan kesehatan
mereka sewaktu bekerja dan berada di tempat kerja agar tidak menimbulkan
sesuatu yang merugikan baik untuk perusahaan ataupun diri mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA